"Kirana! Enak sekali kamu makan, santai-santai begini, makan enak sama paha ayam! Nih makan air kobokan!"Tiara nampak emosi tatkala dirinya baru saja sampai dimana terlihat Kirana sedang makan siang duduk di meja makan di dapur.Byurr! Wanita muda berbaju kaos merah marun itu menyemburkan segelas air yang tersimpan di meja, ia nampak begitu marah dengan emosi yang memuncak, karena mendengar hasutan Meli, serentak membuat Tiara dirundung rasa cemburu dan terdapat rasa ketakutan jika perkataan Meli itu benar. "Apa salah saya Nya? Bukankah saya harus makan banyak, agar ASI saya banyak. Tadi juga Tuan Reza bilang begitu," sahut Kirana merasa heran entah mengapa majikannya tiba-tiba lancar menyemburkan air dan marah-marah tak jelas."Kata Tuan?! Oyah, memangnya suami saya bilang apa saja sama kamu? Sampai dia seperhatian itu? Jangan-jangan benar yang dikatakan Meli kalau kamu bukan sekedar menjadi ibu asi untuk anak saya tapi maksud kedatangan kamu kesini juga untuk menggoda suami saya?!
"Jangan bohong kamu! Kamu pasti masih mengharapkan cintanya Alvin bukan?! Hahaha jangan pernah berharap itu terjadi Kirana, karena aku akan selalu…" Tangan Tiara semakin kencang menekan dagu Kirana, hingga membuat wanita ibu susu itu harus menahan kesakitan. Kirana nampak menyengat tanpa memberontak saat Majikannya berlaku tega."Akan selalu apa?!" Tiba-tiba suara seorang pria bertanya, suara itu amat tidak asing bagi Tiara. "Maksud kamu apa? Dan siapa Alvin itu?" Lagi-lagi pria tersebut menanyakan hal yang sedang Tiara bahas bersama Kirana barusan.Perlahan tangan Tiara yang sedang menekan dagu Kirana itu terlepas, kini pandangan Tiara beralih pada arah suara pria barusan.Dan Kirana beranjak untuk bangun berdiri."Sejak kapan kamu disini Mas?" Mata Kirana membelalak tatkala pria yang dibelakangnya itu adalah suaminya sendiri."Jika aku menjawab pertanyaanmu, apakah kamu akan menjawab pertanyaanku juga?" Pria bertubuh kekar itu malah membalikan pertanyaan.Kini pandangan Tiara ber
Deeert! Deeert!Pasca Kirana akan bicara tiba-tiba saja ponsel di dalam saku celana bergetar menandakan jika ada yang menghubunginya. Gegas tangannya merogoh ponsel tersebut dan ternyata Bu Tini menghubunginya. Ada apa Bu Tini menghubungi? Jangan-jangan ada sesuatu hal yang terjadi pada anak Kirana."Maaf Tuan Reza, saya izin ingin mengangkat panggilan dari ibu kos saya, takutnya ada hal yang buruk terjadi pada anak saya," umpat Kirana nampak sedikit cemas."Silahkan."Wanita muda itu pun gegas menjauh dan segera mengangkat panggilan yang sejak dari tadi memanggilnya.[Halo, Bu Tini. Tunnel jam segini ibu hubungi saya? Ada apa ya Bu? Apa ada sesuatu yang terjadi pada Melati? Melati tidak apa-apa 'kan Bu?]" Jiwa kecemasan Kirana kian meronta, lalu wanita itu melontarkan beberapa pertanyaan.[Melati sakit, ibu harap kamu pulanglah dulu, demamnya dari tadi subuh belum turun juga. Ibu sudah kasih obat penurun panas, namun masih tetap saja. Mungkin kita harus membawanya kerumah sakit Kira
Akan tetapi Kirana pun tetap berusaha memohon agar Tiara sang majikan mengizinkannya untuk pulang. Kirana dengan tak sengaja menarik tangan majikannya, namun Tiara kehilangan keseimbangan sebab tarikan tangan Kirana yang terlalu kencang dan pada akhirnya Tiara pun terjatuh.Kirana yang tak sengaja melakukan kesalahan hanya syok sembari membekap mulutnya dengan kedua tangan. Ia merasa bersalah sebab telah membuat majikannya itu terjatuh."Nya, tidak apa-apa 'kan?" tanya Kirana sembari membantu membangunkan tubuh sang majikan. Akan tetapi Tiara menepis tangan Kirana dengan kasar seolah dirinya tidak ingin dibantu."Maafkan saya Nya, tadi saya tak sengaja membuat Nyonya terjatuh, tangan ini tak sengaja menariknya terlalu kencang. Habis saya terlalu khawatir dengan keadaan anak saya," ucap Kirana merasa bersalah. Membuat Tiara terjatuh dalam keadaan berdandan sama saja membangunkan singa yang sedang tidur."Apa kamu bilang maaf?! Enak sekali! Setelah membuat saya jatuh lalu kamu dengan en
"Terserah kamu Mas, aku sudah terlambat. Aku harus pergi," dengus Tiara sembari melangkahkan kaki, tak peduli sama sekali dengan larangan suaminya. Ia terus melenggang tergesa tanpa menoleh lagi ke arah yang dimana terdapat suaminya dan Kirana masih mematung.Reza pun hanya terdiam menyaksikan sang istri yang sama sekali sudah tidak menganggapnya. Sudah tidak seperti waktu pertama mereka menikah. Saling mendukung, saling memahami dan juga melengkapi. Kini semuanya berubah Tiara sudah hamil dan Reza pun sering memergoki pesan mesra yang nampak aneh dari temannya yang entah siapa. Yang jelas sang istri memberi nama perempuan pada kontaknya. Waktu itu Reza sama sekali tak mencurigai, sebab memang mungkin hanya teman perempuan biasa. Akan tetapi semakin kesini tingkah sang istri semakin kelewatan batas dan sering keluar lurah kadang pulang pun Sampai malam, padahal ia sendiri mempunyai seorang bayi."Kirana apa yang terjadi? Mengapa istriku mendorongku, tak sengaja tadi kulihat?"Reza ha
Kirana menghembuskan napas yang terasa berat, dalam lubuk hatinya betapa ia pun pikirannya tidak tenang sejak Reza hampir saja melindas seekor kucing berwarna hitam perasaan Kirana pun mulai tak enak, apalagi sang buah hati sedang tidak baik-baik saja.'Semoga Melati baik-baik saja, aku tidak tau kalau seandainya terjadi apa-apa pada anakku." Di Dalam mobil wanita yang sedang memangku Baby Grizli tampak khawatir."Kirana kita sudah sampai, ini bukan kosan yang kamu bilang?" sahut Reza bertanya tatkala wanita muda itu masih bengong memikirkan nasib sang anak."Kirana?" panggilnya lagi."Oh, iya Tuan, ini kosan saya." Kirana baru menyadari bahwa sekarang mobil sang majikan sudah berada dihalaman kosannya.Reza serta wanita muda itu turun dari mobil, tak lupa dengan Griz yang selalu ia gendong sedari tadi."Kirana biarkan Griz saya yang bawa," ungkap Reza mengerti bahwa sekarang pembantunya sudah teramat rindu ingin segera menggendong buah hatinya yang beberapa hari ini tak jumpa.Wanit
"Bagaimana keadaan anakmu sekarang? Apa dia sudah baikan? Dan apakah kamu sudah siap untuk kembali lagi ke rumahku?" Kaki dan tangan Reza sudah nampak kesemutan, dua jam sudah dirinya menemani Kirana yang saat ini sedang bertemu dengan sang anak kandung.Wanita muda itu hanya menganggukkan kepala, ia baru sadar bahwa dirinya sudah lama berada didalam rumah Bu Tini bersama sang buah hati."Kalau begitu aku akan pamit dulu pada Bu Tini." Wanita muda itu bangkit dari duduknya, berlalu pergi untuk menemui Bu Tini. "Bu, bolehkan aku titip Melati lagi? Aku sepertinya akan pergi untuk kerja lagi, waktuku tidak banyak disini, apalagi sekarang hampir larut malam. Tidak baik kalau aku membawa pulang baby Griz."Kirana nampak lesu saat dirinya kini kembali menyerahkan bayinya pada pangkuan Bu Tini."Lololo… kenapa harus buru-buru sekali? Kenapa tidak menginap saja disini?" ujar Bu Tini."Kami harus pulang Bu," serobot Reza terkekeh. Memang sepertinya pria itu amat tidak betah berada didalam
Terlihat pria muda itu turun dari mobilnya. Tanpa memberitahukan alasannya mengapa ia berhenti tiba-tiba. Meninggalkan Kirana yang saat ini masih duduk bersandar dengan bayi yang tertidur pulas dipanggangnya. Padahal malam telah berlalu entah mengapa Reza malah mendiamkan wanita muda itu dengan bayinya. Lantas hendak kemanakah ia sekarang? Reca terlihat berjalan pelan mengendap-ngendap layaknya maling yang sedang mencari mangsa. "Bukankah ini mobil istriku?" gumamnya pelan sembari memperhatikan terus menerus mobil yang saat ini masih terparkir di halaman rumah yang menurut Reza sama sekali tidak mengetahuinya.Hatinya semakin penasaran, langkahnya pun berlanjut untuk mengintip kedalam rumah mewah yang berada di tepi jalan itu.'Mungkin itu hanya rumah temannya saja,' lirih batin Reza mencoba menenangkan.Ia masih berjalan mengendap-ngendap, hingga langkahnya menuju teras halaman rumah tersebut.Dan ternyata memang pintu itu terbuka walaupun sedikit, segera Reza mengintip untuk melih
Brak! Tubuh Kirana gemetar tatkala dirinya menabrak seorang wanita yang dari penampilannya memang cantik, modis dan juga anggun. Namun wajahnya agak samar-samar seperti ia kenali, tapi entah siapa? Dari Lubuk hatinya Kirana ingin menebak namun ia tak sanggup sebab takut salah. Wajahnya perempuan yang ditabraknya barusan begitu tak asing, seolah pernah mengenali, akan tetapi penampilannya sungguh berbeda. Ditambah lagi seorang om-om yang saat ini menggandeng tangannya membuat mata Kirana kelap sama sekali tak mengenali sosok wajah yang amat tak asing di mata. "Maaf Mbak, aku tak sengaja. Biar aku bereskan barang-barangmu." Gegas wanita muda itu pun membereskan barang yang berserakan dari dalam tas. Di Mall yang mewah dan megah ini Kirana harus menabrak orang disaat dirinya sedang terburu-buru berjalan dan pikiran dikelilingi beban. "Seharusnya aku tidak gegabah. Maafkan aku Mbak," sahut Kirana kembali berdiri setelah barusan berjongkok karena membereskan barang orang yang ditabrakny
"Apa kamu bilang setia? Omong kosong! Bukannya tadi kamu melihat sendiri bahwa istri kamu dengan pria lain. Diluar berduaan lagi, bahkan si cowoknya bilang kalau istrimu masih mempunyai hubungan spesial. Apa itu yang dinamakan setia, setia dari Hongkong." Tiara tiba-tiba mengingatkan kejadian tadi yang membuat siakap Reza dingin pada istrinya. Pria muda itupun tiba-tiba semakin mengencangkan genggaman tangannya, membuat Tiara pun meringis kesakitan. "Za, sakit Za." "Reza lepaskan! Bukan Tiara yang sudah menumpahkan minuman pada kepala istrimu! Ibu yang sudah melakukannya!" Bu Sinta datang setelah menidurkan cucunya itu."Lepaskan dia, kasihan Tiara kesakitan," pinta Bu Sinta saat Reza ngeyel tak akan melepaskan tangan mantan istrinya itu.Pada akhirnya Reza terdiam dengan segala beban mengelilingi isi kepalanya. Ia pun melepaskan genggamannya itu. "Za, Tiara tak bersalah sama sekali, Mama lah yang sudah menumpahkan minuman jus melon pada wajah Kirana. Lagipula salah dia sendiri.
Tiara bahkan melangkah mendekati kediaman Kirana yang basah kutuk dengan jus melon yang ditumpahkan Bu Sinta pada kepala, tentu mengotori wajah dan baju. Namun Tiara pun tak puas, ia mendekat dan terus mendekat sembari melemparkan senyum seulas yang bisa diartikan tidak suka."Kamu tau ini apa?" tanyanya sembari memperlihatkan 1 gelas jus melon yang barusan tidak habis ia minum. "Jus melon. Kamu mau apa lagi? Tidak puas Mama sudah menumpahkannya di kepalaku?! Dan sekarang apakah kamu pun akan melakukan hal yang sama?" ucap Kirana sembari beringsut mundur kebelakang pelan-pelan. Semakin Kirana ketakutan semakin membuat Tiara leluasa menumpahkan segala kebencian dan juga rasa kesalnya. Padahal selama ini Kirana tidak mempunyai salah pada wanita jahat itu. Akan tetapi keberadaannya membuat Tiara tak kuasa ingin membuat Kirana semakin menderita. "Andai Lo gak hadir dan gak muncul di kehidupanmu dengan Reza, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Aku menyesal telah meminta cerai pada
Kirana hanya menegur air liurnya dengan susah payah saat Bu Sinta ngeyel ingin meminum jus melon yang barusan Kirana larang. Sehingga gelas yang berisi jus melon tersebut mendekati bibir wanita paruh baya. Kirana berusaha tenang dengan mata memandang mertuanya dengan penuh kekhawatiran. Sudah pasti Bu Sinta akan marah, semarah-marahnya.Cuih! Bu Sinta kembali menyemburkan air jus melon yang dibuatkan menantunya itu. "Kenapa Ma? Apa yang terjadi pada Mama. Kirana ambilkan air putih," titah Tiara dengan nada sedikit panik.Kirana pun ikut wara-wiri mengambilkan air putih secepat mungkin dan memberikannya pada wanita paruh baya yang ngeyel itu.'Mampus aku, minuman buat Tiara malah Mama yang minum,' batin Kirana mulai tak tenang."Kirana, maksud kamu apa?! Kamu ingin membunuh ibu mertuamu ini?!" sentak Bu Sinta dengan nada suara yang amat meninggi.Kirana yang kala itu masih terdiam hanya menggeleng lemah, "Tidak Ma, aku tidak bermaksud.""Ada apa Ma? Apa yang terjadi?" tanya Tiara ik
"Ini aku bawakan minuman untuk kamu Tiara." Pada akhirnya istri dari Reza membawakan sebuah minuman yang dipesankan oleh Tiara itu. "Aku buatkan jus melon untuk Mama dan juga Tiara, Mama yang ini dan buat Tiara yang ini." Wanita muda itu pun menyimpan masing-masing 1 gelas hisapan Tiara dan juga mertuanya itu."Perasaan tadi Mama gak pesan. Kenapa kamu bawakan. Yang pesan itu Tiara bukan Mama," tolak Bu Sinta. Padahal Kirana senantiasa mau membuatkan minuman spesialnya itu, namun tetap saja Bu Sinta tidak ada itikad baiknya pada Kirana."Kalau begitu aku mau minuman yang di hadapan Mama, dan Mama minum yang di hadapan aku," sahut Tiara sembari mengalihkan sebuah gelas yang berada di hadapannya ke depan Bu Sinta, begitupun sebaliknya.Kirana yang melihat sungguh terperangah. Bagaimana bisa Tiara tau dengan rencana buruk Kirana yang sengaja memasukan garam pada gelas milik Tiara. Wanita itu seolah telah tau niat jahat Kirana. "Aku cobain ya Ma, semoga diminumkan Mama tidak ada racunn
Kirana hanya menarik nafasnya yang terasa berat, lalu mengeluarkannya perlahan ke sembarang arah. Menahan emosi adalah hal satu-satunya saat ini, agar aman dari Omelan mertuanya itu. Walaupun ia teramat kesal dengan kedatangan Tiara, namun lebih baik lagi jika terdiam tanpa berkata-kata."Baiklah, akan ku ambilkan minuman. Memangnya kamu mau minum apa Tiara?" Dengan pasrah Kirana meredam emosi."Aku ingin minuman kesukaanku. Jus melon," ucap Tiara.Gegas Kirana pun melenggang, mengambilkan sebuah minuman yang dipesan oleh tamu yang membuat seleranya kali ini menghilang. Bagaimana tidak, kedatangan kembali Tiara kerumah ini akan menjadi malapetaka bagi Kirana dan juga Reza, belum sempat hubungannya baik. Sekarang malah datang lagi masalah baru."Tuhan, apakah aku sanggup menghadapi semua ujian dan juga cobaan ini. Suamiku begitu dingin padaku dan sekarang malah datang lagi wanita yang pernah mewarnai hari-harinya. Semua ini membuat mood ku hancur," gumamnya kesal sembari membuatkan jus
"Maaf Kirana, aku sama sekali tidak bermaksud menghancurkan kamu dengan suami kamu. Kapan kamu menikah dengan dia. Jadi sekarang kamu benar sudah menikah lagi dengan mantan suami Tiara," ucap Alvin merasa terkejut dengan kenyataan bahwa mantan pacarnya kini telah bersuami. "Bukan urusan kamu! Aku sungguh kecewa, jangan harap aku mau memaafkan kamu lagi, kejadian barusan sudah cukup membuatku membuka mata, bahwa kamu hanya lelaki tidak tau diri! Aku benar-benar marah! Aku muak dengan kehadiranmu! Andai kamu tidak ada hari ini, mungkin hari-hariku tidak sehancur ini."Wanita muda berambut hitam itu nampak menggerutu, perubahan penampilannya hari ini betapa hancur berantakan dengan adanya Alvin dan juga Tiara.Mengapa mereka buta datang tiba-tiba bersamaan, atau mereka sedang berencana untuk menghancurkan kembali Kirana?"Kirana aku mohon kamu jangan pergi," sergah Alvin sembari memegang tangan wanita malang itu kembali.Plak!Sebuah tamparan mendarat. Sengaja Kirana lakukan, sebab ia am
"Mas Reza aku bisa jelasin semuanya kalau diantara aku dan Alvin memang tidak ada apa-apa. Sekarang kamu bisa tanya pada dia, kalau kita tidak ada hubungan apapun 'kan Vin?" Kirana semakin wara-wiri dibuatnya. Saat kedatangan sang suami bersama mantan istrinya membuat wanita beranak satu itu kepanikan karena didapati dirinya sedang berpelukan. "Vin sekarang kamu jelasin pada Mas Reza jika kita tidak mempunyai hubungan apapun. Bantu aku Vin, aku mohon," sahut Kirana penuh permohonan berharap Alvin mau membantu menjelaskan jika yang barusan dilihat oleh mata Reza atuh hanya sebuah pelukan biasa."Aku dan Kirana memang sudah lama menjalin hubungan dibelakangmu. Semenjak menikah denganmu dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang sesungguhnya. Maka dari itu dia mencariku demi memenuhi hasrat hatinya," celoteh Alvin membuyarkan semuanya. Terutama Kirana dan juga Reza, mereka amat terkejut dibuatnya. Istri Reza nampak membelalak, ia tak menyangka jika mantan pacarnya akan mengada-ngada
"Kirana aku mohon beritahu aku dimana keberadaan anakku! Aku hanya ingin bertemu dan memberinya kasih sayang sebagaimana seorang ayah saja," ungkap Alvin penuh permohonan. Akan tetapi tak ada lagi rasa kasihan yang tersimpan di benak wanita muda itu. Ia bahkan tetap menutup mulutnya dengar rapat, agar tidak terbuka."Lepaskan tanganku! Aku harus pergi, aku tak ingin ada orang yang melihat kita berada disini!" dengus Kirana sembari menepiskan tangan pria yang sedati tadi menggenggam tangannya dengan erat.Tangan mulus Kirana mungkin berhasil terlepas, namun tidak dengan pelukan yang dilayangkan Alvin pada tubuh wanita itu. Alvin memaksanya memeluk tubuh mantan pacarnya begitu kuat, hingga Kirana pun kesusahan untuk memberontak."Sial! Apa-apaan ini?!" gerutu wanita berambut panjang itu kesal. Semua barang yang dibawanya terlepas begitu saja."Jika kamu tidak ingin memaafkan aku, maka izinkan aku untuk memelukmu yang terakhir kalinya. Aku begitu menyesal telah menyia-nyiakan akmu demi m