Share

BAB 30 A

Penulis: Kenong Auliya Zhafira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

WANITA KEDUA 30 A

Oleh: Kenong Auliya Zhafira

Setiap manusia akan memiliki pemahaman arti cinta menurut logika dan hati masing-masing. Apalagi jika itu tentang cinta yang seharusnya tidak tumbuh bersemi di tempat kepunyaan orang lain. Banyak orang yang akan dengan lantang menghakimi dan menyumpahi, tetapi hanya beberapa yang memberi support mental tanpa harus menyalahi setiap hari.

Wanita yang merasa menjadi orang paling hina karena memiliki perasaan untuk seorang Aksa Gautama menatap nyeri istri dari pria pemilik tempatnya bekerja. Ada rasa tidak pantas dan terima kasih sekaligus karena wanita seperti Bu Mayasha mau berdiri di belakangnya tanpa memberi penghakiman apapun. Tentunya juga tidak melihat dirinya sebagai penjahat yang mencintai suami orang.

"Terima kasih sudah sudi mengucapkan kata-kata itu, Bu ... saya memang tidak butuh perlindungan karena sadar perasaan ini adalah kesalahan Tapi, saya juga tidak bisa memungkiri ada rasa ingin dipahami, ingin dimengerti tanpa harus beruc
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • WANITA KEDUA   BAB 30 B

    WANITA KEDUA 30 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraYula langsung menoleh, lalu menunduk sebagai bentuk hormatnya pada pria yang memberikan penghasilan untuk menyambung mimpi."Iya, Pak ... ada yang bisa saya bantu? Maaf, kalau saya terkesan tidak fokus bekerja. Saya masih kepikiran Thifa," jawabnya begitu jujur. Selain itu juga tidak ada gunanya berbohong di depan orang yang sudah tahu kisah cinta sahabatnya."Tidak apa, santai saja. Hari ini kamu dapat pengecualian. Kamu selesaikan saja jam kerjanya, terus nanti langsung pulang. Saya tahu pasti kalau pikiran kamu akan terbagi dan hilang konsentrasi," jawab Lian yang ingin melonggarkan beban dada wanita di depannya.Wanita yang memang kehilangan konsentrasi hampir melongo karena tidak percaya seorang Lian Erza ternyata mempunyai kepedulian cukup tinggi untuk karyawannya. Sebab sebelumnya ia pernah memberi peringatan untuk Thifa—sahabatnya."Terima kasih banyak-banyak, Pak ...," ujar Yula dengan mata berkaca-kaca. Entah kenapa ada kesedihan

  • WANITA KEDUA   BAB 31 A

    WANITA KEDUA 31 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Terkadang keadaan memaksa kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan isi hati. Bukan karena tidak ingin melakukannya, tetapi memang hanya itulah salah satu cara untuk menyelamatkan orang-orang terkasih dari luka yang kemungkinan sukar diatasi oleh perasaan. Pria yang sadar telah mengambil jarak pada seorang Athifa Arsyana menatap lekat pemilik Swalayan Melati. Meskipun ucapan Lian itu benar adanya, tetapi dirinya tidak kuasa menerjang takdir semesta. "Saya memang salah. Dan saya juga sadar kalau cinta itu memang tidaklah untuk menyakiti. Tapi, memang hanya inilah cara mencintai yang bisa saya lakukan. Saya tidak ingin dia merasakan sakit yang melebihi daripada ini," jawab Aksa sembari menahan perih dalam dadanya mengetahui wanita di sana tumbang. Lian menarik napasnya dalam dan mengembuskannya perlahan mendengar kepasrahan pria di sebelahnya. Semua memang akan terasa menyakitkan untuk perasaan yang tumbuh di tempat tidak seharusny

  • WANITA KEDUA   BAB 31 B

    WANITA KEDUA 31 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraBukannya menjawab, Aksa justru melangkah pergi setalah wanita di depannya selesai berbicara. Ia tidak ingin terlibat lebih lama dalam obrolan yang memicu perdebatan. Mungkin hingga nanti dirinya akan terjebak dalam pernikahan yang sejak awal tidak begitu berlandaskan perasaan cinta. Ya, hanya seperti hubungan timbal balik antara pemberi dan penerima."Terserah kamu mau bicara apa saja. Rasanya tenaga sudah habis untuk menjawab pertanyaan yang hampir sama alasannya. Aku hanya ingin tenang tanpa harus memperdebatkan masalah dan berujung saling meluapkan amarah," batin pria yang kembali ke tempatnya, yakni dapur.Salah satu karyawan yang sudah lama menjadi bagian restoran terlihat sedikit sibuk bergelut dengan masakan. Meskipun tidak terlalu ramai, tetapi suasana dapur tetap sibuk untuk satu atau dua pesanan.Aksa mendekat, menawarkan bantuan seperti biasa agar terlihat sibuk dan menepikan tentang wanita di sana dari pikirannya."Saya bantu l

  • WANITA KEDUA   BAB 32 A

    WANITA KEDUA 32 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerpura-pura bertahan dalam sebuah hubungan yang tidak sepenuhnya menggunakan hati terkadang membuat raga merasa lemah. Bahkan, kepala bisa dipenuhi puluhan tanda tanya tentang garis hidup yang menjadi lakon dari sebuah panggung sandiwara. Pria yang tengah berusaha kuat berpura-pura tiba-tiba menarik napasnya dalam dan mengembuskannya kasar. Entah kenapa rasanya seperti berada di ujung lelah. Meski begitu ia tidak punya daya untuk pergi atau pun membuat pilihan. Apalagi jika harus menebak makna apa yang tersirat untuk seluruh rangkaian kisahnya sendiri. "Kuatkan hamba ya Allah ... hamba benar-benar pasrah akan semua takdir yang ada. Hamba percaya bahwa bertemu Thifa bukanlah sebuah kebetulan semata. Dan menjadi bagian dari Serena pun bukan takdir yang hamba sesali," ucap Aksa dalam hati, lalu menatap keadaan restoran dengan perasaan entah. Aksa perlahan mencoba menyibukkan diri dengan ikut membantu Serena melayani pengunjung. Meskipun r

  • WANITA KEDUA   BAB 32 B

    WANITA KEDUA 32 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraTepat jam delapan pagi, Serena dan Aksa sudah bersiap-siap untuk berangkat ke restoran. Entah karena terlalu lelah atau memang tidurnya yang terlalu nyenyak, keduanya bangun kesiangan. Bahkan, mereka melewatkan sarapan pagi dan memilih mencari itu di area dekat restoran. "Mau sarapan di mana?" tanya Aksa sebagai bentuk sopan santun setelah berada di area parkir swalayan."Di dekat swalayan Lian saja. Biasa jam segini ada bubur ayam. Saya mau ke kamar mandi sebentar," ujar Serena yang tiba-tiba ingin buang air kecil. Tanpa menjawab, pria yang setuju untuk pilihan bubur ayam langsung mencari di depan swalayan. Kebetulan memang roda dua miliknya kerap menumpang di area parkir karyawan milik Swalayan Melati. Tentunya atas persetujuan dari yang punya, yakni Lian Erza. Ketika Aksa tengah memesan bubur ayam, Serena justru tengah terburu-buru setelah membuang air kecil. Ia bahkan sampai melupakan ponselnya yang sengaja ia letakkan di dekat wast

  • WANITA KEDUA   BAB 33 A

    WANITA KEDUA 33 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraKeadaan yang jauh dari bayangan terkadang membuat hati merasa ragu mengambil satu keputusan. Apalagi ada dua pilihan yang sama-sama memberatkan. Hal itu pastinya menekan kepala bekerja lebih keras menentukan satu di antara dua hal yang pantas diselamatkan dari ambang kehancuran. Pria yang tidak tahu harus melakukan apa menatap wanita di depannya dengan sama bingung. Ya, Lian bingung antara nama baik swalayan atau amanah dari Aksa—temannya. Namun, ia tahu betul dampak terbesar mungkin pada kesehatan mental karyawannya, yakni Thifa. Tentang swalayan, mungkin ia bisa menggunakan kuasanya untuk menghentikan kabar tersebut. "Hari ini Thifa masih ijin, kan?" tanya Lian mencoba mengamankan Thifa meski untuk sebentar. Yula pun mengangguk dengan cepat. "Masih, Pak." "Kalau begitu, kamu jangan kasih tahu tentang ini pada Thifa. Saya akan berusaha mencari siapa yang telah menyebarkan gambar tersebut," ucap pria yang sebenarnya juga bingung, tetap

  • WANITA KEDUA   BAB 33 B

    WANITA KEDUA 33 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi perlahan melangkah menjauh dari pengunjung. Ya, Serena lebih memilih duduk di kasir. Meskipun ada kebencian dalam hati karena prianya memasukkan hati wanita lain, tetapi ia tidak pernah berpikir untuk menyebarluaskan masalah rumah tangganya di khalayak ramai. "Aku memang tidak suka sama Thifa, tapi ancaman dulu pun itu hanya peringatan. Aku sudah merasa cukup saat dulu mengajaknya bertemu. Kenapa jadi begini besar?" tanya Serena pada dirinya sendiri sambil menyandarkan kepala di meja. Aksa yang kebetulan melihat wanita pemilik raganya tengah dirundung gelisah pelan-pelan mendekat. Ada rasa yang menarik untuk bertanya. Mungkin lebih tepatnya penasaran. "Kamu kenapa?" tanyanya sambil melihat keadaan restoran dan Serena secara bergantian. "Sepertinya beberapa pengunjung melihat kamu. Apa kamu membuat ulah dengan mereka?" tebak sang pria lagi. Wanita yang beberapa bulan ini hampir

  • WANITA KEDUA   BAB 34 A

    WANITA KEDUA 34 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMelihat sesuatu yang mengingatkan seseorang dan menghubungkan pada satu peristiwa pasti menimbulkan keingintahuan. Bahkan, mungkin bisa memberikan jawaban yang sejak dulu menjadi sebuah teka-teki dan pertanyaan besar. Wanita yang sibuk dengan pikirannya sendiri masih menatap gelang dengan liontin hati di dekat pengait tanpa berkedip. Ada rasa ingin bertanya sangat menggebu yang tertahan di dada. Akan tetapi, panggilan sang pemilik swalayan menyadarkan Yula yang sengaja ingin memberitahu siapa dalang di balik kegaduhan hari ini. "Yula?! Ada apa kamu ke sini?" Lian memanggil dan mengulang pertanyaan kedua kali, sedangkan Aksa tertunduk malu. "Em, a-anu, Pak ... saya sudah tahu siapa yang menyebarkan gambar tangkapan layar chatnya Thifa," jawab Yula sedikit gagap. Kedua pria itu seketika saling tatap. Namun, Lian memberikan ruang terlebih dulu pada wanita di depannya untuk duduk dan menceritakan sedetail mungkin siapa orangnya. "Duduk du

Bab terbaru

  • WANITA KEDUA   BAB 48 B

    WANITA KEDUA 48 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha semakin tidak mengerti. Sebab prianya sama sekali tidak berkata apa pun akan tamu yang datang dan tinggal bersama. Apalagi bercerita tentang silsilah keluarganya. Sebab ia hanya tahu tentang Lian dan ibunya. "Kamu panggil Lian pakai sebutan om? Apa kalian masih saudara?" tanya Mayasha sedikit bingung karena kehadiran pria asing. "Kurang lebih seperti itu, Tante. Saya saudara dari pihak ayahnya Om Lian," jawab Ezra sedikit malu. Wanita yang mulai mengerti pun mempersilakan Ezra masuk selayaknya tamu. "Kamu tidur di kamar tamu, ya? Kalau mau istirahat juga tidak apa. Anggap saja seperti rumah sendiri. Kalau butuh bantuan, bisa panggil saya. Kamarnya ada di lantai atas," ujar wanita yang memang memiliki kebaikan dalam hatinya sejak dulu. Pria yang diam-diam terpukau kecantikan wajah wanita di depannya mencoba mengangguk mengerti. Ya, Ezra sekarang paham bagaimana pria itu bisa tergila-gila pada wanita tersebut. Selain kec

  • WANITA KEDUA   BAB 48 A

    WANITA KEDUA 48 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mendengar ada orang yang berbicara hal-hal buruk pastinya membuat hati merasa terjebak amarah. Apalagi jika mengenai orang yang memiliki tempat istimewa di hati. Tentunya hal itu semakin menambah beban jiwa dan perasaan bersalah. Pria yang tidak tahu harus menanggapi bagaimana hanya bisa menatap sekeliling. Aksa tidak mampu membela apalagi menghentikan omongan yang sudah terlanjur menjadi perbincangan. "Aku minta maaf, Thifa ... aku tidak pernah tahu jika kamu mengalami hal ini. Kamu pasti tertekan dengan semua yang mereka katakan. Tapi, kamu malah berpura baik-baik saja dan tetap berangkat kerja. Kenapa harus kamu yang jadi omongan orang, Thifa?" lirihnya sembari menatap langit biru untuk menahan rintik gerimis turun membasahi pipi. "Seharusnya aku yang menanggung semua ini. Tolong jangan buat dia semakin terluka, Tuhan ... cukup aku saja yang jadi pisau untuknya. Jangan ditambah lagi kesakitan itu dari sisi lainnya," imbuhnya den

  • WANITA KEDUA   BAB 47 B

    WANITA KEDUA 47 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seketika wanita yang memang ingin berdamai dengan nasibnya sendiri terdiam tanpa kata. Meskipun tidak begitu mengingat seperti apa pria bernama Ezra itu, tetapi Athifa mencoba memahami tindakan sahabatnya memilki tujuan baik untuk dirinya. Hanya saja memang hatinya yang sedang mengalami masalah. "Aku tahu maksud kamu baik, Yula. Tapi, saat ini memang belum mau memikirkan tentang pria. Apalagi cinta. Entah kenapa rasanya semua hasrat itu padam," jawab Athifa sembari menatap Yula dengan pandangan hampa. "Tapi anehnya dia tahu tentang kamu menjalin hubungan dengan Aksa. Entah tahu dari mana, dia tidak mau mengaku. Cuma katanya bukan dari orang sembarangan," cerita Yula sedikit panjang dan melebar. Athifa hampir kesulitan menelan ludahnya sendiri mendengar ucapan sahabatnya. "Dia tahu kalau aku suka sama suami orang?" tanyanya dengan mata membulat. Yula mengangguk, "Iya. Tapi kamu tidak perlu cemas. Dia mau diam, kok." "S

  • WANITA KEDUA   BAB 47 A

    WANITA KEDUA 47 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kata maaf memang tidak selamanya bisa menyembuhkan luka. Namun, setidaknya satu kata tersebut bisa sedikit menyamarkan perih. Selain itu juga mengajarkan hati untuk berlapang dada pada kejadian yang telah digariskan sang pemilik alam semesta. Wanita yang belum terlalu kuat berdamai dengan luka dan kata maaf itu menatap dua pria di hadapannya secara bergantian. Meskipun rasanya ingin berlari sejauh mungkin dari kenangan dan kenyataan, tetapi suka tidak suka tetap harus menghadapinya. "Kamu tidak perlu minta maaf, Mas. Sebab aku sendiri juga tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin juga sudah menjadi peran yang harus aku mainkan. Aku ingin berdamai dengan luka ini. Kalau kamu merasa bersalah, maka hiduplah dengan perasaan itu selamanya. Dan aku juga tidak menyesal pernah mengenal dan jatuh cinta padamu," jawab Athifa sembari mengepalkan kedua tangan untuk mengumpulkan segenggam kekuatan. "Aku tidak membencimu, Mas. Karena bagaima

  • WANITA KEDUA   BAB 46 B

    WANITA KEDUA 46 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lagi. Aksa menatap wanita yang terlihat begitu mudah berbicara tanpa kegugupan sama sekali mengenai masalah dirinya. Meskipun ia menyadari jika ucapan Serena adalah benar adanya. "Aku akan mencoba mencari waktu yang tepat. Entah dia mau memaafkan atau tidak, itu haknya. Karena aku sendiri juga merasa tidak pantas mendapat kata maaf," jawabnya, lalu menunduk menatap kakinya yang terlalu lemah untuk mengambil keputusan. Ketika dua manusia itu sedang belajar menjadi pasangan yang sebenarnya, tiba-tiba orang tua Aksa berdiri di hadapan dengan wajah penuh ekspresi. "Kenapa kamu tidak pantas mendapat kata maaf?" tanya pria yang tidak lain adalah ayahnya Aksa. Aksa dan Serena seketika berdiri dan menyambut kedatangan orang tua yang jarang bertemu setelah acara pernikahan dulu. "Ayah? Kok, tidak bilang mau ke sini?" tanya pria yang sedikit terkejut melihat sang ayah. "Iya. Kalau bilang, kan, kita bisa menyiapkan sesuatu, Yah

  • WANITA KEDUA   BAB 46 A

    WANITA KEDUA 46 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengetahui suatu kabar yang berusaha dirahasiakan dari khalayak ramai ternyata melebar luas tentunya membuat khawatir dan gelisah. Bukan karena mereka tahu semuanya, tetapi ada kondisi hati yang harus dijaga sebisa mungkin. Pria bernama lengkap Aksa Gautama itu terus menatap heran. Ia terus berpikir bagaimana pria di sebelahnya bisa mengetahui kisahnya bersama wanita kedua yang berhasil membuat terjatuh dalam cinta. "Sebelumnya maaf ... bagaimana Anda bisa tahu tentang saya dan Athifa? Padahal sepertinya kita baru bertemu?" tanya Aksa dengan wajah bingung dan gelisah sekaligus. Ezra tersenyum getir mendapat pertanyaan yang menurutnya lucu. "Kita memang baru bertemu. Tapi, saya sudah sedikit tahu tentang masnya. Pria yang berhasil membuat seorang Athifa jatuh cinta. Ya, meskipun itu bukan cinta yang sebenarnya. Masnya pasti paham apa maksud saya," jawabnya tanpa keraguan sedikit pun. "Kalau kita baru pertama bertemu, baga

  • WANITA KEDUA   BAB 45 B

    WANITA KEDUA 45 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Aksa yang tiba-tiba bingung langsung mengulangi pertanyaannya. "Mas ... jadi pesan, enggak?" tanyanya sembari mengayunkan telapak tangannya di hadapan pria yang baru kali ini bertemu. Pria yang terjebak lamunannya sendiri pun tersadar. "Aku mau sayur kangkung sama ikan bakar.. "Siap. Sambil menunggu pesanan, Anda bisa duduk manis. Mau melihat pemandangan dari kaca jendela juga bagus," ujar Aksa, kemudian melangkah pergi menuju dapur untuk memberitahu ada pesanan baru. Aksa sendiri masih menatap lekat sampai pria itu menghilang dari pandangan. Ia juga melihat pemandangan sekeliling restoran yang cukup cantik dari segi konsep dan tatanannya. "Keren juga sih, konsep restorannya. Sederhana tapi unik. Apa aku buka restoran aja, ya? Trus bahannya ngambil di swalayannya Om Lian. Kayaknya masuk buat jadi rencana jangka panjang. Tapi aku enggak punya bakat apa pun di bidang kuliner," gumamnya dalam hati. Ketika tengah asyik merencanaka

  • WANITA KEDUA   BAB 45 A

    WANITA KEDUA 45 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengobati luka seseorang itu memang bukan hal mudah. Akan ada usaha dan niat yang harus seluas jagad raya. Apalagi jika ada tekad tersembunyi untuk menggantikan posisi tersebut. Tentunya membutuhkan banyak kesabaran dan pengorbanan. Pria yang memiliki tujuan tersebut menatap Yula sekali lagi. Ezra sadar jika jalannya untuk mendapatkan sang pujaan mungkin akan lebih sulit dari sebelumnya. Ya, wajah sahabatnya sudah menjelaskan semua tanpa harus menjawabnya. "Kok, diam, La? Apa kamu juga mengenal yang punya restoran itu?" tanya Ezra kedua kali sembari memancing wanita di depannya untuk bicara. Yula pun tersadar dan menjawab, "Kenal banget sih, enggak. Tapi cukup tahu. Mending jangan tanya soal itu dulu, ya? Aku lagi enggak mau bahas soalnya." "Emang kenapa? Apa karena pria itu ada hubungan dengan Thifa?" Ezra mencoba membuka inti obrolan yang sebenarnya. Kedua mata Yula seketika membulat. Rasanya tidak percaya jika pria di depann

  • WANITA KEDUA   BAB 44 B

    WANITA KEDUA 44 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak begitu membutuhkan karyawan baru. Selain itu tabungan Ezra pun pasti masih banyak dan cukup untuk hidup juga membuka usaha."Kamu yakin? Uang kamu sudah habis, kah? Sampai minta bekerja di sini?" goda Lian yang membuat Ezra semakin lucu. "Ayolah, Om ... ini bukan masalah uang. Ini masa depan. Dan sekalian aku juga belajar mengelola swalayan sama Om. Siapa tahu nanti aku buka sendiri dan mengajak bersaing," ujar Ezra berusaha merayu. Lian seketika menarik napasnya dalam dan mengembuskannya kasar. Bagaimanapun hatinya tidak bisa menolak keinginan pria di depannya. Bukan hanya karena urusan ketidaktegaan, tetapi ada persaudaraan yang memang lebih dari segalanya. "Iya sudah. Besok kamu boleh mulai berangkat. Kalau mau, kamu juga boleh tinggal di rumah Om. Biar Mayasha ada teman ngobrol. Soalnya kadang Om pulangnya malam," jawabnya yang terdengar seperti suara malaikat tidak bersayap. "Wah, seriu

DMCA.com Protection Status