WANITA KEDUA 15 BOleh: Kenong Auliya Zhafira“Kamu tahu ... saya juga dulu mengalami masa paling sulit saat memperjuangkan Mayasha. Di mana kedua wanita hebat itu saling berlomba untuk kebaikan hidup saya, meskipun caranya mereka berbeda. Saya tetap menjalani hidup sesuai peran yang ditakdirkan, yaitu mencintai Mayasha dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Selain itu saya juga tetap berusaha menjadi anak yang baik untuk ibu. Di sinilah saya memahami, kalau semua itu adalah resiko yang harus ditanggung karena mencintai seorang wanita panggilan. Sampai sini kamu paham, 'kan?” imbuh Lian lagi dengan membagi pengalaman hidupnya yang tidak akan pernah terlupakan. Seketika pria yang sempat tahu kisah asmara seorang Lian Erza dari kabar burung merasa tertampar. Ya, Aksa perlahan mulai mengerti jika amarah Serena adalah resiko yang harus ia tanggung karena adanya wanita lain. Akan tetapi, ia tidak pernah sekali pun merencanakan mau membagi hatinya pada Thifa. Rasa itu datang sendiri ta
WANITA KEDUA 16 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraCemburu bagi seorang wanita bergelar istri adalah sesuatu yang lumrah dan wajar. Hal itu adalah salah satu bentuk pertanda rasa takut untuk sebuah kehilangan sekaligus sebagai pertahanan kehadiran wanita lain dalam hubungan. Sudah menjadi kewajaran makhluk bernama wanita tidak menyukai pengkhianatan. Akan tetapi, terkadang iblis membutakan mata hati untuk bersikap arogan yang berujung tindakan berlebihan. Wanita yang masih tidak rela berbagi hati meski hanya secuil perlahan mendekat. Serena memilih menahan segala amarah dan menyembunyikan dalam dada. Ia tidak ingin lagi adu pendapat tentang siapa pemilik hati lelakinya. Itu sudah tidak penting asal pernikahan yang selama ini terbangun susah payah masih bisa bertahan meski perasaan salah satu musnah. “Seandainya pernikahan ini hanya sebatas perjanjian untukmu, aku enggak masalah, Mas ... asal kamu tidak melakukan pengkhianatan seperti sekarang. Jika memberi teguran seperti kemarin adalah
WANITA KEDUA 16 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraYula yang diam-diam memperhatikan gerak-gerik sahabatnya sudah bisa menebak arti senyum itu. Apalagi jika bukan tentang kabar dari pria beristri yang tidak tahu diri menarik seorang Thifa pada kisah berduri. “Sepertinya udah ada kabar dari Aksa, nih ...,” goda Yula sengaja sambil membuka bekal makan siang. Ia memilih berhemat agar bisa menabung untuk hal-hal yang masuk daftar keinginan. Thifa merekahkan bulan sabit di kedua sudut pipinya. Manis. “Kok, kamu tahu? Apa wajahku terlalu kentara?" tanyanya sembari menangkup wajah. Wanita yang tahu betul seorang Thifa tertawa. “Ya tahu lah, Thifa! Emang kamu pikir kita ini kenal baru kemarin sore?! Kita kenal udah sejak zaman masih ingusan sampai sekarang, loh ...,” ujar Yula mengingatkan masa-masa persahabatan yang sudah jauh terlewati. Seketika ingatan Thifa terlempar pada masa di mana keduanya saling berbagi tawa, tangis, jajanan, dan cerita dari berbagai usia dengan versi dan cara berbeda
WANITA KEDUA 17 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang dugaan yang mengarah pada tuduhan itu diperlukan satu landasan bukti untuk sebuah kenyataan. Sebagai manusia yang diberikan akal oleh Tuhan untuk berpikir sudah sepatutnya menggunakannya dengan bijak dalamnya sebab akibat. Jangan sampai semua itu hanya menjadi sebatas anggapan tanpa tanggapan. Meskipun pada akhirnya tetap ada yang menunggu suatu kepastian terpantas sebuah ikatan hubungan. Wanita yang tengah mencari keyakinan diri untuk sebuah kata pantas segera menangkap layar obrolan secara penuh. Ia tidak mau lagi mengulang cara pertemuannya dengan Thifa. Kali ini, Serena memilih lebih tenang dan belajar tidak meluapkan amarah dengan membabi-buta. “Ah, dapat ...! Satu bukti obrolan pesan telah di tangan. Ini nanti bisa digunakan untuk menggertak dan mengancam sang pelaku di waktu yang tepat,” batin Serena sembari tersenyum tawar. Sebab untuk menuju masa itu masih membutuhkan perjalanan yang tidak tahu kapan. Tanpa disadari,
WANITA KEDUA 17 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPesan terkirim. Tanpa menunggu lama, kotak pesan pun mendapatkan notifikasi. Mungkin wanita di sana masih dalam masa istirahat. Atau memang sengaja meluangkan waktunya untuk membalas pesan. Thifa[Aku juga enggak apa, Mas ... enggak perlu juga ada yang dimaafkan di sini. Karena mungkin aku adalah orang paling bersalah sebab mempunyai rasa pada pria sepertimu. Bagiku yang penting itu masih bisa tahu kamu ada. Kamu juga baik-baik. Aku juga sayang, sayang, sayang banget sama kamu. Ya udah, ini udah mulai kerja. Nanti lagi, enggak enak kalau ada Pak Lian.] Ada bahagia yang tidak cukup dijelaskan dengan kata memiliki seorang Thifa dalam hidupnya. Ia merasa seperti mendapat rumah yang selalu menyambut ramah. Meskipun tahu bukan tempat untuk menetap, melainkan hanya sekadar singgah. “Sungguh tidak ada niat menjadikan kamu persinggahan. Aku hanya tidak bisa mengendalikan perasaan. Dan aku juga bukan tidak mampu melawan kenyataan, tapi keadaanla
WANITA KEDUA 18 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraLara paling perih dalam ikatan pernikahan memanglah sebuah pengkhianatan. Wanita kedua yang sengaja atau tidak sengaja dihadirkan akan terasa seperti ribuan tikaman belati. Sakitnya mampu membuat diri kehilangan akal hingga berperilaku brutal. Semua itu agar sesak dada tidak menghilangkan kewarasan yang sebelumnya tertata penuh kerapian, juga untuk menyelamatkan kehancuran diri sebab kehilangan seseorang yang sudah terlanjur menawan perasaan. Serena yang baru saja melakukan cara lain untuk memberi peringatan pada wanita di sana seketika berdebar menunggu reaksinya. Karena ia tahu jika Aksa adalah pria miliknya yang sah secara hukum dan negara. Sudah sepantasnya ia mempertahankan hubungan dengan cara sebisanya. “Aku harap bukti yang telah terkirim bisa membuat Thifa sadar bahwa mencintai suami orang tetaplah sebuah kesalahan. Mau setulus apa pun perasaan dan perhatian yang kamu berikan, itu belum cukup untuk menukar takdir Tuhan. Sebab ad
WANITA KEDUA 18 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraThifa yang baru tahu diperhatikan oleh tetamggas sekaligus temankerja seketika mendekat. Ada sorot iba yang terpancar dari bola matanya. “Kamu kenapa lihatnya begitu? Apa aku terlihat begitu menyedihkan?” tanyanya di sela kesibukan yang perlahan-lahan menemukan jeda waktu luang. Yula tersenyum getir, “Bukankah menaruh rasa pada hati yang tidak tepat itu adalah sebuah kesedihan? Kamu itu ibarat merawat bunga layu, tapi pada akhirnya tidak bisa mencium wanginya apalagi menaruh dalam pot dan memilikinya.” “Cobalah untuk melepaskan, Thifa ... karena mau sekuat apa pun kamu berusaha menggenggam, hatimu justru yang akan terluka lebih dalam,” ujarnya lagi masih belum menyerah membuat Thifa memahami bahwa cinta itu bukan hanya tentang berbalas perasaan, melainkan tentang saling melepas untuk merelakan. Kali ini ucapan Yula terdengar menusuk tepat sasaran. Ia tahu segala kemungkinan itu bisa saja terjadi. Bahkan, mungkin tidak akan lama lagi. Na
WANITA KEDUA 19 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendapat sebuah bukti untuk satu hal yang memang kesalahan diri pastinya menumbuhkan banyak tanda tanya. Entah itu mulai dari bagaimana bisa, dapat dari mana, dan masih banyak lagi pertanyaan yang tiba-tiba hadir seperti peluru telah melumpuhkan musuh. Antara menyerah, bertahan atau mati akan tergantung caranya menerima tembakan tersebut, juga kondisi hati dan mental menjadi pengaruh utama. Thifa menggenggam erat ponselnya. Pikiran mendadak buntu, tidak tahu harus membalas pesan tersebut atau mengabaikannya. Ia tidak ingin gegabah lagi seperti kemarin. Akan tetapi, pesan sang pria untuk mengurangi komunikasi sementara membuatnya dilema. “Aku harus gimana? Enggak mungkin kalau aku kaaih tahu Mas Aksa tentang ini. Tapi, aku juga bingung harus menjawab apa,” batinnya yang terus diselimuti kegelisahan. Sementara Yula menjadi khawatir melihat perubahan wajah sahabatnya. Wajah yang semula secantik rembulan tiba-tiba berubah mendung seperti aw