Share

BAB 13 A

Author: Kenong Auliya Zhafira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

WANITA KEDUA 13 A

Oleh: Kenong Auliya Zhafira

Mengetahui orang yang selama ini hidup begitu mencintai sesuatu kemudian berani memilih pergi untuk satu alasan, pastinya orang tersebut telah melalui pemikiran matang dan tidak sembarang. Karena perbedaan kebiasaan hidup akan menjadi taruhan. Bahkan bayang kekurangan bisa saja menjadi ancaman. Apalagi jika keputusan itu keluar berdasarkan emosi, bisa saja menjadi awal kehancuran. Namun, kemungkinan mendapat kebahagiaan pun bisa masuk dalam ketidakmungkinan.

Serena masih menatap tajam pria yang mulai berani mengungkapkan apa maunya. Sungguh sebuah perubahan luar biasa setelah sekian tahun lamanya hidup bersama. Akan tetapi, jika perubahan itu karena kehadiran orang lain, ia tidak bisa menerima.

“Maksud kamu, apa, Mas? Kamu ingin bisa lepas dari restoran dan meninggalkan aku? Biar kamu bisa sama Thifa? Iya, begitu?!” tanya wanita dadanya mulai terbakar emosi. Ada kemarahan dalam suaranya ketika sang pria menjawab pertanyaan dengan kesadar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • WANITA KEDUA   BAB 13 B

    WANITA KEDUA 13 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDi swalayan, wanita yang berusaha baik-baik saja mulai bekerja dengan begitu fokus. Meksipun pikiran dan hatinya berperang memperebutkan siapa yang menjadi pemenang. Akan tetapi, peringatan dari pemilik swalayan menamparnya untuk tetap berdiri pada keadaan yang di depan mata. Thifa sendiri sadar memang kesalahan ada padanya. Sebab terlalu memikirkan dan membawa masalah pribadi ke area pekerjaan. Ia berkali-kali menarik napasnya dalam ketika bayang Aksa selalu menari dalam pikiran. Bahkan, perasaan perlahan-lahan berubah menjadi tidak tenang. Seolah-olah pria di sana telah terjadi sesuatu. “Kenapa perasaanku jadi tidak enak begini, ya? Mikirin Mas Aksa terus pula. Jadi khawatir,” ujarnya dalam hati. Thifa mau tidak mau harus berusaha menepikan sejenak keresahan hingga jam kerja selesai. Entah bagaimana caranya, ia harus bisa bertahan dan fokus agar tidak melakukan kesalahan yang mengancam pekerjaannya. Karena bagaimanapun ia masih membut

  • WANITA KEDUA   BAB 14 A

    WANITA KEDUA 14 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang kerap menggunakan hati daripada logika. Sudah sewajarnya jika perasaan kerap memporak-porandakan pikiran dengan berbagai firasat. Entah itu hanya sebuah kebetulan atau memang hanya sekadar kekhawatiran. Wanita yang masih terjebak dengan kegelisahannya sendiri menggeleng beberapa kali. Ia menolak kata-kata hati yang serupa iblis berwujud pertanyaan. “Enggak, enggak, enggak ... aku yakin Mas Aksa baik-baik saja. Aku yang terlalu khawatir berlebih di sini. Dia lagi lelah, bukan memberi isyarat menyerah,” batin Thifa menyemangati diri sendiri agar ketenangan mau mendekat. Entah kenapa raga yang terasa lelah menjadi bertambah lelah sebab hati tidak sedang terarah. Akan tetapi, Thifa tetap berusaha menjalani sisa malam yang mungkin akan sangat menyiksa. Sebab pesan-pesan hangat penuh cinta dari pria pujaan tidak ada untuk mengusir penat dan jerat rindu. Bahkan, ia harus meredam semua itu hingga sikap s

  • WANITA KEDUA   BAB 14 B

    WANITA KEDUA 14 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang memiliki lara tersembunyi itu merendahkan diri di hadapan Sang Pemilik Hati bersama lantunan doa-doa untuk segala keputusan. Entah bisa saling memiliki atau tidak, biarlah menjadi kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Thifa sengaja merebahkan diri untuk istirahat dengan melupakan makan malamnya. Selera tiba-tiba menghilang ketika gelisah hati melanda sebab keadaan yang tidak sehangat sebelumnya. Tidak ada ucapan dan pesan-pesan mesra penuh sayang untuk malam ini dari pria pujaan. Bunga hati pun seolah-olah layu. Bahkan antara rindu dan khawatir berperang panjang tanpa tahu siapa yang menjadi pemenang. “Kangen kamu, Mas ... apa kejadian kemarin membuat hatimu ikut lelah? Atau kamu udah mulai menyerah untuk hubungan ini?” tanya Thifa pada ponsel yang layarnya berwarna hitam. Sebagai tanda tidak ada notifikasi pesan apa pun. Wanita yang tengah terjebak kisah tanpa arah itu menarik napasnya dalam dan membuangnya kasar. Ia ingin membua

  • WANITA KEDUA   BAB 15 A

    WANITA KEDUA 15 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang ketika hati tengah merasakan gelisah bercampur takut untuk sebuah kehilangan akan sangat membutuhkan orang terdekat sebagai sandaran. Sandaran yang sudah seperti rumah selayaknya tempat paling nyaman dan aman tanpa takut ditinggalkan selain Tuhan. Akan tetapi, keadaan sikap yang berubah secara tiba-tiba mampu membuat bayang indah itu musnah dengan begitu mudah. Thifa sendiri hanya bisa menahan seluruh perasaannya untuk situasi saat ini. Hatinya bahkan menampik pikiran buruk terus menerus agar tetap bertahan menjalin hubungan yang terlanjur mengakar. “Pria itu bukan Mas Aksa. Mas Aksa yang aku kenal adalah pria yang enggak akan membiarkan aku khawatir begini. Dan aku harus kuat seperti katanya apa pun yang Mbak Rena ucapkan. Ini adalah resiko yang harus aku tanggung,” ujar Thifa dalam hati sembari menatap wanita yang memiliki raga seorang Aksa berjalan menuju restoran. Sudah kebiasaan mereka membawa masuk roda dua di area parkir

  • WANITA KEDUA   BAB 15 B

    WANITA KEDUA 15 BOleh: Kenong Auliya Zhafira“Kamu tahu ... saya juga dulu mengalami masa paling sulit saat memperjuangkan Mayasha. Di mana kedua wanita hebat itu saling berlomba untuk kebaikan hidup saya, meskipun caranya mereka berbeda. Saya tetap menjalani hidup sesuai peran yang ditakdirkan, yaitu mencintai Mayasha dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Selain itu saya juga tetap berusaha menjadi anak yang baik untuk ibu. Di sinilah saya memahami, kalau semua itu adalah resiko yang harus ditanggung karena mencintai seorang wanita panggilan. Sampai sini kamu paham, 'kan?” imbuh Lian lagi dengan membagi pengalaman hidupnya yang tidak akan pernah terlupakan. Seketika pria yang sempat tahu kisah asmara seorang Lian Erza dari kabar burung merasa tertampar. Ya, Aksa perlahan mulai mengerti jika amarah Serena adalah resiko yang harus ia tanggung karena adanya wanita lain. Akan tetapi, ia tidak pernah sekali pun merencanakan mau membagi hatinya pada Thifa. Rasa itu datang sendiri ta

  • WANITA KEDUA   BAB 16 A

    WANITA KEDUA 16 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraCemburu bagi seorang wanita bergelar istri adalah sesuatu yang lumrah dan wajar. Hal itu adalah salah satu bentuk pertanda rasa takut untuk sebuah kehilangan sekaligus sebagai pertahanan kehadiran wanita lain dalam hubungan. Sudah menjadi kewajaran makhluk bernama wanita tidak menyukai pengkhianatan. Akan tetapi, terkadang iblis membutakan mata hati untuk bersikap arogan yang berujung tindakan berlebihan. Wanita yang masih tidak rela berbagi hati meski hanya secuil perlahan mendekat. Serena memilih menahan segala amarah dan menyembunyikan dalam dada. Ia tidak ingin lagi adu pendapat tentang siapa pemilik hati lelakinya. Itu sudah tidak penting asal pernikahan yang selama ini terbangun susah payah masih bisa bertahan meski perasaan salah satu musnah. “Seandainya pernikahan ini hanya sebatas perjanjian untukmu, aku enggak masalah, Mas ... asal kamu tidak melakukan pengkhianatan seperti sekarang. Jika memberi teguran seperti kemarin adalah

  • WANITA KEDUA   BAB 16 B

    WANITA KEDUA 16 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraYula yang diam-diam memperhatikan gerak-gerik sahabatnya sudah bisa menebak arti senyum itu. Apalagi jika bukan tentang kabar dari pria beristri yang tidak tahu diri menarik seorang Thifa pada kisah berduri. “Sepertinya udah ada kabar dari Aksa, nih ...,” goda Yula sengaja sambil membuka bekal makan siang. Ia memilih berhemat agar bisa menabung untuk hal-hal yang masuk daftar keinginan. Thifa merekahkan bulan sabit di kedua sudut pipinya. Manis. “Kok, kamu tahu? Apa wajahku terlalu kentara?" tanyanya sembari menangkup wajah. Wanita yang tahu betul seorang Thifa tertawa. “Ya tahu lah, Thifa! Emang kamu pikir kita ini kenal baru kemarin sore?! Kita kenal udah sejak zaman masih ingusan sampai sekarang, loh ...,” ujar Yula mengingatkan masa-masa persahabatan yang sudah jauh terlewati. Seketika ingatan Thifa terlempar pada masa di mana keduanya saling berbagi tawa, tangis, jajanan, dan cerita dari berbagai usia dengan versi dan cara berbeda

  • WANITA KEDUA   BAB 17 A

    WANITA KEDUA 17 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang dugaan yang mengarah pada tuduhan itu diperlukan satu landasan bukti untuk sebuah kenyataan. Sebagai manusia yang diberikan akal oleh Tuhan untuk berpikir sudah sepatutnya menggunakannya dengan bijak dalamnya sebab akibat. Jangan sampai semua itu hanya menjadi sebatas anggapan tanpa tanggapan. Meskipun pada akhirnya tetap ada yang menunggu suatu kepastian terpantas sebuah ikatan hubungan. Wanita yang tengah mencari keyakinan diri untuk sebuah kata pantas segera menangkap layar obrolan secara penuh. Ia tidak mau lagi mengulang cara pertemuannya dengan Thifa. Kali ini, Serena memilih lebih tenang dan belajar tidak meluapkan amarah dengan membabi-buta. “Ah, dapat ...! Satu bukti obrolan pesan telah di tangan. Ini nanti bisa digunakan untuk menggertak dan mengancam sang pelaku di waktu yang tepat,” batin Serena sembari tersenyum tawar. Sebab untuk menuju masa itu masih membutuhkan perjalanan yang tidak tahu kapan. Tanpa disadari,

Latest chapter

  • WANITA KEDUA   BAB 47 B

    WANITA KEDUA 47 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seketika wanita yang memang ingin berdamai dengan nasibnya sendiri terdiam tanpa kata. Meskipun tidak begitu mengingat seperti apa pria bernama Ezra itu, tetapi Athifa mencoba memahami tindakan sahabatnya memilki tujuan baik untuk dirinya. Hanya saja memang hatinya yang sedang mengalami masalah. "Aku tahu maksud kamu baik, Yula. Tapi, saat ini memang belum mau memikirkan tentang pria. Apalagi cinta. Entah kenapa rasanya semua hasrat itu padam," jawab Athifa sembari menatap Yula dengan pandangan hampa. "Tapi anehnya dia tahu tentang kamu menjalin hubungan dengan Aksa. Entah tahu dari mana, dia tidak mau mengaku. Cuma katanya bukan dari orang sembarangan," cerita Yula sedikit panjang dan melebar. Athifa hampir kesulitan menelan ludahnya sendiri mendengar ucapan sahabatnya. "Dia tahu kalau aku suka sama suami orang?" tanyanya dengan mata membulat. Yula mengangguk, "Iya. Tapi kamu tidak perlu cemas. Dia mau diam, kok." "S

  • WANITA KEDUA   BAB 47 A

    WANITA KEDUA 47 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kata maaf memang tidak selamanya bisa menyembuhkan luka. Namun, setidaknya satu kata tersebut bisa sedikit menyamarkan perih. Selain itu juga mengajarkan hati untuk berlapang dada pada kejadian yang telah digariskan sang pemilik alam semesta. Wanita yang belum terlalu kuat berdamai dengan luka dan kata maaf itu menatap dua pria di hadapannya secara bergantian. Meskipun rasanya ingin berlari sejauh mungkin dari kenangan dan kenyataan, tetapi suka tidak suka tetap harus menghadapinya. "Kamu tidak perlu minta maaf, Mas. Sebab aku sendiri juga tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin juga sudah menjadi peran yang harus aku mainkan. Aku ingin berdamai dengan luka ini. Kalau kamu merasa bersalah, maka hiduplah dengan perasaan itu selamanya. Dan aku juga tidak menyesal pernah mengenal dan jatuh cinta padamu," jawab Athifa sembari mengepalkan kedua tangan untuk mengumpulkan segenggam kekuatan. "Aku tidak membencimu, Mas. Karena bagaima

  • WANITA KEDUA   BAB 46 B

    WANITA KEDUA 46 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lagi. Aksa menatap wanita yang terlihat begitu mudah berbicara tanpa kegugupan sama sekali mengenai masalah dirinya. Meskipun ia menyadari jika ucapan Serena adalah benar adanya. "Aku akan mencoba mencari waktu yang tepat. Entah dia mau memaafkan atau tidak, itu haknya. Karena aku sendiri juga merasa tidak pantas mendapat kata maaf," jawabnya, lalu menunduk menatap kakinya yang terlalu lemah untuk mengambil keputusan. Ketika dua manusia itu sedang belajar menjadi pasangan yang sebenarnya, tiba-tiba orang tua Aksa berdiri di hadapan dengan wajah penuh ekspresi. "Kenapa kamu tidak pantas mendapat kata maaf?" tanya pria yang tidak lain adalah ayahnya Aksa. Aksa dan Serena seketika berdiri dan menyambut kedatangan orang tua yang jarang bertemu setelah acara pernikahan dulu. "Ayah? Kok, tidak bilang mau ke sini?" tanya pria yang sedikit terkejut melihat sang ayah. "Iya. Kalau bilang, kan, kita bisa menyiapkan sesuatu, Yah

  • WANITA KEDUA   BAB 46 A

    WANITA KEDUA 46 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengetahui suatu kabar yang berusaha dirahasiakan dari khalayak ramai ternyata melebar luas tentunya membuat khawatir dan gelisah. Bukan karena mereka tahu semuanya, tetapi ada kondisi hati yang harus dijaga sebisa mungkin. Pria bernama lengkap Aksa Gautama itu terus menatap heran. Ia terus berpikir bagaimana pria di sebelahnya bisa mengetahui kisahnya bersama wanita kedua yang berhasil membuat terjatuh dalam cinta. "Sebelumnya maaf ... bagaimana Anda bisa tahu tentang saya dan Athifa? Padahal sepertinya kita baru bertemu?" tanya Aksa dengan wajah bingung dan gelisah sekaligus. Ezra tersenyum getir mendapat pertanyaan yang menurutnya lucu. "Kita memang baru bertemu. Tapi, saya sudah sedikit tahu tentang masnya. Pria yang berhasil membuat seorang Athifa jatuh cinta. Ya, meskipun itu bukan cinta yang sebenarnya. Masnya pasti paham apa maksud saya," jawabnya tanpa keraguan sedikit pun. "Kalau kita baru pertama bertemu, baga

  • WANITA KEDUA   BAB 45 B

    WANITA KEDUA 45 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Aksa yang tiba-tiba bingung langsung mengulangi pertanyaannya. "Mas ... jadi pesan, enggak?" tanyanya sembari mengayunkan telapak tangannya di hadapan pria yang baru kali ini bertemu. Pria yang terjebak lamunannya sendiri pun tersadar. "Aku mau sayur kangkung sama ikan bakar.. "Siap. Sambil menunggu pesanan, Anda bisa duduk manis. Mau melihat pemandangan dari kaca jendela juga bagus," ujar Aksa, kemudian melangkah pergi menuju dapur untuk memberitahu ada pesanan baru. Aksa sendiri masih menatap lekat sampai pria itu menghilang dari pandangan. Ia juga melihat pemandangan sekeliling restoran yang cukup cantik dari segi konsep dan tatanannya. "Keren juga sih, konsep restorannya. Sederhana tapi unik. Apa aku buka restoran aja, ya? Trus bahannya ngambil di swalayannya Om Lian. Kayaknya masuk buat jadi rencana jangka panjang. Tapi aku enggak punya bakat apa pun di bidang kuliner," gumamnya dalam hati. Ketika tengah asyik merencanaka

  • WANITA KEDUA   BAB 45 A

    WANITA KEDUA 45 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mengobati luka seseorang itu memang bukan hal mudah. Akan ada usaha dan niat yang harus seluas jagad raya. Apalagi jika ada tekad tersembunyi untuk menggantikan posisi tersebut. Tentunya membutuhkan banyak kesabaran dan pengorbanan. Pria yang memiliki tujuan tersebut menatap Yula sekali lagi. Ezra sadar jika jalannya untuk mendapatkan sang pujaan mungkin akan lebih sulit dari sebelumnya. Ya, wajah sahabatnya sudah menjelaskan semua tanpa harus menjawabnya. "Kok, diam, La? Apa kamu juga mengenal yang punya restoran itu?" tanya Ezra kedua kali sembari memancing wanita di depannya untuk bicara. Yula pun tersadar dan menjawab, "Kenal banget sih, enggak. Tapi cukup tahu. Mending jangan tanya soal itu dulu, ya? Aku lagi enggak mau bahas soalnya." "Emang kenapa? Apa karena pria itu ada hubungan dengan Thifa?" Ezra mencoba membuka inti obrolan yang sebenarnya. Kedua mata Yula seketika membulat. Rasanya tidak percaya jika pria di depann

  • WANITA KEDUA   BAB 44 B

    WANITA KEDUA 44 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian berpikir sejenak. Sebenarnya ia tidak begitu membutuhkan karyawan baru. Selain itu tabungan Ezra pun pasti masih banyak dan cukup untuk hidup juga membuka usaha."Kamu yakin? Uang kamu sudah habis, kah? Sampai minta bekerja di sini?" goda Lian yang membuat Ezra semakin lucu. "Ayolah, Om ... ini bukan masalah uang. Ini masa depan. Dan sekalian aku juga belajar mengelola swalayan sama Om. Siapa tahu nanti aku buka sendiri dan mengajak bersaing," ujar Ezra berusaha merayu. Lian seketika menarik napasnya dalam dan mengembuskannya kasar. Bagaimanapun hatinya tidak bisa menolak keinginan pria di depannya. Bukan hanya karena urusan ketidaktegaan, tetapi ada persaudaraan yang memang lebih dari segalanya. "Iya sudah. Besok kamu boleh mulai berangkat. Kalau mau, kamu juga boleh tinggal di rumah Om. Biar Mayasha ada teman ngobrol. Soalnya kadang Om pulangnya malam," jawabnya yang terdengar seperti suara malaikat tidak bersayap. "Wah, seriu

  • WANITA KEDUA   BAB 44 A

    WANITA KEDUA 44 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Melihat seseorang yang dulu pernah meluluhkan hati tentunya membuat gembira. Apalagi setelah waktu berhasil menahannya dengan mimpi. Mimpi di mana ingin berbenah diri dalam kelayakan dari segi mana pun. Meskipun harus melewati siksaan perasaan yang jelas terasa seperti goresan belati. Ya, pria bernama lengkap Ezra Rezky Avilla masih saja menatap wanita yang sedang berbicara dengan temannya dari kejauhan. Ia hampir tidak menyangka bisa bertemu di tempat seperti ini. "Ternyata benar kalau dunia ini tidak selebar daun kelor. Aku bisa melihat kamu di Swalayan Melati. Pasti ini bukan hanya sebuah kebetulan, kan?" gumamnya dalam hati dengan senyuman manis yang melebihi gula. Ketika sedang asyik dengan pemandangan pagi paling istimewa, tiba-tiba satu sapaan membuat Ezra terpaksa mengalihkan pandangan. "Maaf, Mas ... kalau berdiri jangan di tengah jalan. Bukannya tidak boleh, hanya mengganggu mereka yang akan beraktifitas." Lian berkata

  • WANITA KEDUA   BAB 43 B

    WANITA KEDUA 43 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira "Enggak. Sekali-kali tampil beda," kekeh Athifa yang berniat memakai hanya untuk hari ini. "Terserah kamu aja kalau gitu. Tapi, emang jadi beda, sih. Jadi tambah terlihat dewasa," puji wanita yang tengah menikmati sarapan paginya. Athifa merekahkan bibirnya menerima pujian dari sahabatnya. "Fokus makan aja. Biar cepat habis. Kalau telat nanti enggak enak sama Pak Lian." Yula yang mengerti langsung diam dan memakan sarapannya hingga suapan terakhir. Setelah sama-sama selesai, keduanya pun membayar dan melanjutkan perjalanan menuju swalayan. Jarak yang memang tidak terlalu jauh membuat mereka cepat sampai dalam waktu beberapa menit. "Parkir di tempat biasa aja, La ...," ujar Athifa saat melewati pintu masuk swalayan. "Oke," jawab Yula singkat, lalu menghentikan roda dua tepat di area sekitar pohon karsen. Ketika Athifa membuka pengait helm, karyawan-karyawan lain yang baru berangkat masih menatapnya dengan senyuman sini

DMCA.com Protection Status