Share

BAB 6

Penulis: zainababdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-25 09:33:25

Kutatap sekiling rumah terlihat sangat berantakan, televisi menyala tapi tak ada yang menonton. Kepalaku terasa berdenyut melihat dapur sudah seperti kapal pecah, sepertinya Adelia ingin bermain-main denganku. 

Kudengar suara tawa dari arah paviliun, dengan perlahan aku menuju kesana. Mataku membelalak melihat Adelia memakai pakaian kurang bahan bersama lelaki lain, mereka begitu mesra layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Bahkan lelaki itu dengan mudahnya menyentuh area sensitif Adel,  benar-benar perempuan murahan!

Kukeluarkan ponselku, dengan penuh hati-hati kufoto mereka setelah itu kukirim kewhatsapp Bang Azlan. Aku kembali masuk kedalam rumah, pintu dapur kukunci. Aku tak sabar menyaksikan Bang Azlan dan istri mudanya bertengkar.  

Sepertinya Adel dan selingkuhannya masih tak sadar kalau pintu dapur sudah kukunci. Baguslah, ini akan jadi kejutan untuk Bang Azlan. Pengkhianat yang dikhianati, sungguh malang nasibmu, suamiku. 

Sambil menunggu Bang Azlan pulang, aku bergegas mandi membersihkan diri, lalu memakai pakaian terbaikku. Selama ada Adel disini, aku akan membuat hatinya terbakar rasa iri dan dengki melihatku lebih baik diatasnya.

Usai mandi dan memakai baju, kudengar ada suara keributan di paviliun. Senyumku mengembang sempurna, bergegas aku keluar menyaksikan pertengkaran adik maduku yang kedapatan selingkuh dengan berondong. 

Aku terkejut melihat wajah selingkuhan Adel penuh luka lebam, sudut bibirnya pecah, matanya biru, hidungnya mimisan. Begitu cemburunya Bang Azlan, sampai memukuli anak orang secara membabi buta. 

"Pergi kau dari sini!" Bentak Bang Azlan membuat selingkuhan Adel beringsut ketakutan. Sedangkan Adel meringkuk dibawah pohon mangga memakai selimut, apa tadi mereka sedang berhubungan intim? 

Kuperhatikan pakaian lelaki itu masih lengkap, sampai akhirnya aku mengalihkan pandangan saat tak sengaja melihat kearah bawah, bagian resleting celananya terbuka. Pantas saja Bang Azlan murka, ternyata istri mudanya berani berzina dibelakangnya. 

"B*ngs*t, kau, Adel! Aku menikahimu sampai punya hutang ratusan juta, begini balasanmu?!" Cerca Bang Azlan. 

Adel semakin beringsut ketakutan. Aku masih diam, menonton drama yang mereka buat. 

"Sejak kapan kau ada hubungan dengan, Adel?!" Tanya Bang Azlan pada selingkuhan Adel. 

"Sudah setahun, Bang," jawab lelaki itu lirih. 

Aku terperangah, ternyata selain gila harta, Adel juga haus belaian lelaki, tak cukup jika hanya satu lelaki dalam hidupnya. Apa dia menganut poliandri?  

Aku bergidik jijik, keputusanku semakin bulat meninggalkan Bang Azlan. Aku takut Adel menularkan penyakit seksual pada Bang Azlan, apalagi selingkuhannya Adel banyak. 

"Enak bang, dikhianati?" Celetukku seraya melipat tangan didada. 

Bang Azlan menatapku, wajahnya berubah sendu. Matanya terlihat berkaca-kaca.

"Selesaikan urusan kalian, setelah itu suruh istri mudamu itu beresin rumah!" Ucapku lagi seraya meninggalkan mereka yang terdiam. 

Aku duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselku, senyumku mengembang membaca pesan dari pengacaraku, dua minggu lagi sidang perceraianku akan digelar. Lusa aku akan mengusir Bang Azlan dari sini, sudah malas rasanya melihat wajah mereka. 

Aku menunggu pesanan makananku, sambil bersenandung lirih. Tak lama selingkuhan Adel keluar dari rumahku tanpa pamit dan tanpa salam, melewatiku begitu saja seperti tak ada orang saja disini. Dasar tak punya sopan  santun! 

Tak lama Bang Azlan menyusulku di ruang tamu, wajahnya kusut seperti pakaian yang tak pernah disetrika. 

"Nay, tolong berikan abang kesempatan," ucapnya memohon. 

Aku mendengkus. "Maaf Bang, gak bisa!" Jawabku bertepatan dengan datangnya kurir yang mengantar makananku. 

Setelah membayarnya aku langsung membawanya kemeja makan. Satu box pizza dan ayam geprek saus keju begitu menggugah selera, kulirik Adel yang sibuk mengepel lantai. Dia terlihat curi-curi pandang kearah sini. 

Bergegas aku cuci tangan dan kembali ke meja makan, Adelia meneguk liurnya saat melihatku makan dengan lahap, tak kupudelikan wajahnya yang terlihat sangat mupeng dengan makananku. 

"Kalau mau beli sendiri ya, jangan suka culametan sama punya orang! Cukup suamiku yang kamu ambil!" Cerocosku. 

Adel menunduk seraya melanjutkan kerjaannya, selesai mengepel dia mencuci piring. Kulihat lehernya penuh dengan bercak merah, sepertinya itu ulah selingkuhannya tadi. Menjijikan sekali perempuan ini, tubuhnya bebas dijamah siapa saja. Apa Bang Hilman juga pernah melakukannya dengan Adel? 

Selesai makan, pizzaku masih ada dua potong. Aku berniat membuat Adel terbakar api cemburu.

"Bang Azlan!" Teriakku.

Tak lama calon mantan suamiku itu muncul dengan wajah sendu, matanya terlihat sembab sepertinya dia habis menangis.

"Ini, pizzaku gak habis. Abang makanlah, mubazir kalau dibuang," ucapku lembut.

Mual sebenarnya bersikap manis dihadapan pengkhianat seperti Bang Azlan, tapi saat ini aku sedang menjalankan misiku mempermainkan hati mereka. Ekspresi Bang Azlan terlihat gembira, dengan cepat dia duduk dihadapanku, mengambil sepotong pizza dan memakannya dengan lahap. Sepertinya dia lapar sekali, kulirik Adelia yang kini menatap kami. Wajahnya terlihat merah padam menahan emosi.

"Bang!" Rengeknya.

Bang Azlan meliriknya sinis. "Usah kau merengek padaku! Dasar wanita j*l*ng!" Cercanya. 

Adelia menelan ludahnya mendengar ucapan Bang Azlan yang begitu kasar, matanya berkaca-kaca. Dan detik berikutnya dia menangis terisak di sudut dapur sambil memegangi perutnya. 

Selesai menghabiskan makanannya, Bang Azlan menatapku sendu. "Dik, tolong beri abang kesempatan sekali lagi!" Ucapnya penuh harap. 

Aku tersenyum tipis. "Tunggu jawabanku lusa ya, Bang, biar jadi kejutan untuk abang," jawabku seraya tersenyum manis.

Sebelum berpisah dengannya aku akan memperlakukannya dengan manis, membuat perpisahan ini lebih berkesan dan meninggalkan luka yang cukup dalam dihati Bang Azlan.

"Tolong abang urus itu gundik abang, jangan sampai berzina di rumahku!" Ucapku lagi seraya meninggalkan Bang Azlan yang masih terdiam.

Aku merebahkan tubuhku dikasur, kubuka aplikasi yang sudah tersambung pada CCTV yang ada di paviliun. Mataku membelalak saat melihat Adel dan selingkuhannya tadi, ternyata mereka sudah berbuat mesum, pantas saja Bang Azlan begitu murka. Dan yang membuatku jijik, mereka berani melakukannya di luar rumah, dibawah pohon mangga. Adel terlihat pasrah dan menikmati ketika lelaki itu menyentuh tubuhnya seolah hal itu sudah biasa, apa dia tak malu pada Tuhan yang Maha Melihat? 

Aku bergidik jijik melihatnya, langsung kututup ponselku tak tahan lagi melihat rekaman menjijikan itu. Aku memutuskan keluar kamar, terdengar jeritan dari arah paviliun dan suara bentakan Bang Azlan. Bergegas aku kesana, Bang Azlan sepertinya sedang menghukum Adel di dalam. 

"Ampun Bang!" Teriak Adel.

"Kenapa kau bohongi aku? Kau bilang, sekarang sedang mengandung, ternyata apa? Kau berdusta! Jahannam untukmu, Adel!" 

Plak! bug! 

"Awww, ampuun, Bang!" Jeritan Adel terdengar pilu. 

Jadi Adel pura-pura hamil, berarti surat keterangan hamil yang diberikan Bang Hilman itu palsu? Sepertinya aku harus menemui Bang Hilman, untuk menuntut penjelasan. Rasa penasaranku begitu memuncak sekarang, sebenarnya apa maksud Adel berusaha masuk kedalam bahtera rumah tanggaku? 

Entah kenapa aku yakin, dia memiliki maksud terselubung. Semua uang dan harta, sudah berada di tanganku, tapi kenapa dia masih bertahan dengan Bang Azlan? Bukankah seharusnya dia pergi saat Bang Azlan sudah tak memiliki apapun.

"Kenapa kau lakukan semua ini?!" Teriak Bang Azlan. 

Tangisan Adel semakin pilu. "Dulu kau menggodaku, begitu gencar mendekatiku, katamu hanya untuk sekedar pacaran, lalu kenapa kau berusaha masuk kedalam rumah tanggaku, dengan mengaku hamil? Hah!" Cerca Bang Azlan.

Aku masih menguping pertengkaran mereka.

Jadi, sebenarnya Bang Azlan hanya ingin bermain-main? Tapi tetap saja, dia salah karena telah mempermainkan perasaanku selama ini. 

"Karna aku membenci istrimu!" Teriak Adel.

Deg! Apa maksudnya ini? Sebelumnya aku tak pernah bertemu Adel, pertama kali bertemu saat dia menikah dengan Bang Azlan, jadi apa kesalahanku yang membuatnya begitu membenciku?

"Karna Ibunya, orangtuaku berpisah!" 

Jantungku berdebar mendengar ucapan Adel. Kenapa Mama disangkut pautkan? Siapa sebenarnya Adel ini?

_____Kutatap sekiling rumah terlihat sangat berantakan, televisi menyala tapi tak ada yang menonton. Kepalaku terasa berdenyut melihat dapur sudah seperti kapal pecah, sepertinya Adelia ingin bermain-main denganku. 


Kudengar suara tawa dari arah paviliun, dengan perlahan aku menuju kesana. Mataku membelalak melihat Adelia memakai pakaian kurang bahan bersama lelaki lain, mereka begitu mesra layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Bahkan lelaki itu dengan mudahnya menyentuh area sensitif Adel,  benar-benar perempuan murahan!

Kukeluarkan ponselku, dengan penuh hati-hati kufoto mereka setelah itu kukirim kewhatsapp Bang Azlan. Aku kembali masuk kedalam rumah, pintu dapur kukunci. Aku tak sabar menyaksikan Bang Azlan dan istri mudanya bertengkar.  

Sepertinya Adel dan selingkuhannya masih tak sadar kalau pintu dapur sudah kukunci. Baguslah, ini akan jadi kejutan untuk Bang Azlan. Pengkhianat yang dikhianati, sungguh malang nasibmu, suamiku. 

Sambil menunggu Bang Azlan pulang, aku bergegas mandi membersihkan diri, lalu memakai pakaian terbaikku. Selama ada Adel disini, aku akan membuat hatinya terbakar rasa iri dan dengki melihatku lebih baik diatasnya.

Usai mandi dan memakai baju, kudengar ada suara keributan di paviliun. Senyumku mengembang sempurna, bergegas aku keluar menyaksikan pertengkaran adik maduku yang kedapatan selingkuh dengan berondong. 

Aku terkejut melihat wajah selingkuhan Adel penuh luka lebam, sudut bibirnya pecah, matanya biru, hidungnya mimisan. Begitu cemburunya Bang Azlan, sampai memukuli anak orang secara membabi buta. 

"Pergi kau dari sini!" Bentak Bang Azlan membuat selingkuhan Adel beringsut ketakutan. Sedangkan Adel meringkuk dibawah pohon mangga memakai selimut, apa tadi mereka sedang berhubungan intim? 

Kuperhatikan pakaian lelaki itu masih lengkap, sampai akhirnya aku mengalihkan pandangan saat tak sengaja melihat kearah bawah, bagian resleting celananya terbuka. Pantas saja Bang Azlan murka, ternyata istri mudanya berani berzina dibelakangnya. 

"B*ngs*t, kau, Adel! Aku menikahimu sampai punya hutang ratusan juta, begini balasanmu?!" Cerca Bang Azlan. 

Adel semakin beringsut ketakutan. Aku masih diam, menonton drama yang mereka buat. 

"Sejak kapan kau ada hubungan dengan, Adel?!" Tanya Bang Azlan pada selingkuhan Adel. 

"Sudah setahun, Bang," jawab lelaki itu lirih. 

Aku terperangah, ternyata selain gila harta, Adel juga haus belaian lelaki, tak cukup jika hanya satu lelaki dalam hidupnya. Apa dia menganut poliandri?  

Aku bergidik jijik, keputusanku semakin bulat meninggalkan Bang Azlan. Aku takut Adel menularkan penyakit seksual pada Bang Azlan, apalagi selingkuhannya Adel banyak. 

"Enak bang, dikhianati?" Celetukku seraya melipat tangan didada. 

Bang Azlan menatapku, wajahnya berubah sendu. Matanya terlihat berkaca-kaca.

"Selesaikan urusan kalian, setelah itu suruh istri mudamu itu beresin rumah!" Ucapku lagi seraya meninggalkan mereka yang terdiam. 

Aku duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselku, senyumku mengembang membaca pesan dari pengacaraku, dua minggu lagi sidang perceraianku akan digelar. Lusa aku akan mengusir Bang Azlan dari sini, sudah malas rasanya melihat wajah mereka. 

Aku menunggu pesanan makananku, sambil bersenandung lirih. Tak lama selingkuhan Adel keluar dari rumahku tanpa pamit dan tanpa salam, melewatiku begitu saja seperti tak ada orang saja disini. Dasar tak punya sopan  santun! 

Tak lama Bang Azlan menyusulku di ruang tamu, wajahnya kusut seperti pakaian yang tak pernah disetrika. 

"Nay, tolong berikan abang kesempatan," ucapnya memohon. 

Aku mendengkus. "Maaf Bang, gak bisa!" Jawabku bertepatan dengan datangnya kurir yang mengantar makananku. 

Setelah membayarnya aku langsung membawanya kemeja makan. Satu box pizza dan ayam geprek saus keju begitu menggugah selera, kulirik Adel yang sibuk mengepel lantai. Dia terlihat curi-curi pandang kearah sini. 

Bergegas aku cuci tangan dan kembali ke meja makan, Adelia meneguk liurnya saat melihatku makan dengan lahap, tak kupudelikan wajahnya yang terlihat sangat mupeng dengan makananku. 

"Kalau mau beli sendiri ya, jangan suka culametan sama punya orang! Cukup suamiku yang kamu ambil!" Cerocosku. 

Adel menunduk seraya melanjutkan kerjaannya, selesai mengepel dia mencuci piring. Kulihat lehernya penuh dengan bercak merah, sepertinya itu ulah selingkuhannya tadi. Menjijikan sekali perempuan ini, tubuhnya bebas dijamah siapa saja. Apa Bang Hilman juga pernah melakukannya dengan Adel? 

Selesai makan, pizzaku masih ada dua potong. Aku berniat membuat Adel terbakar api cemburu.

"Bang Azlan!" Teriakku.

Tak lama calon mantan suamiku itu muncul dengan wajah sendu, matanya terlihat sembab sepertinya dia habis menangis.

"Ini, pizzaku gak habis. Abang makanlah, mubazir kalau dibuang," ucapku lembut.

Mual sebenarnya bersikap manis dihadapan pengkhianat seperti Bang Azlan, tapi saat ini aku sedang menjalankan misiku mempermainkan hati mereka. Ekspresi Bang Azlan terlihat gembira, dengan cepat dia duduk dihadapanku, mengambil sepotong pizza dan memakannya dengan lahap. Sepertinya dia lapar sekali, kulirik Adelia yang kini menatap kami. Wajahnya terlihat merah padam menahan emosi.

"Bang!" Rengeknya.

Bang Azlan meliriknya sinis. "Usah kau merengek padaku! Dasar wanita j*l*ng!" Cercanya. 

Adelia menelan ludahnya mendengar ucapan Bang Azlan yang begitu kasar, matanya berkaca-kaca. Dan detik berikutnya dia menangis terisak di sudut dapur sambil memegangi perutnya. 

Selesai menghabiskan makanannya, Bang Azlan menatapku sendu. "Dik, tolong beri abang kesempatan sekali lagi!" Ucapnya penuh harap. 

Aku tersenyum tipis. "Tunggu jawabanku lusa ya, Bang, biar jadi kejutan untuk abang," jawabku seraya tersenyum manis.

Sebelum berpisah dengannya aku akan memperlakukannya dengan manis, membuat perpisahan ini lebih berkesan dan meninggalkan luka yang cukup dalam dihati Bang Azlan.

"Tolong abang urus itu gundik abang, jangan sampai berzina di rumahku!" Ucapku lagi seraya meninggalkan Bang Azlan yang masih terdiam.

Aku merebahkan tubuhku dikasur, kubuka aplikasi yang sudah tersambung pada CCTV yang ada di paviliun. Mataku membelalak saat melihat Adel dan selingkuhannya tadi, ternyata mereka sudah berbuat mesum, pantas saja Bang Azlan begitu murka. Dan yang membuatku jijik, mereka berani melakukannya di luar rumah, dibawah pohon mangga. Adel terlihat pasrah dan menikmati ketika lelaki itu menyentuh tubuhnya seolah hal itu sudah biasa, apa dia tak malu pada Tuhan yang Maha Melihat? 

Aku bergidik jijik melihatnya, langsung kututup ponselku tak tahan lagi melihat rekaman menjijikan itu. Aku memutuskan keluar kamar, terdengar jeritan dari arah paviliun dan suara bentakan Bang Azlan. Bergegas aku kesana, Bang Azlan sepertinya sedang menghukum Adel di dalam. 

"Ampun Bang!" Teriak Adel.

"Kenapa kau bohongi aku? Kau bilang, sekarang sedang mengandung, ternyata apa? Kau berdusta! Jahannam untukmu, Adel!" 

Plak! bug! 

"Awww, ampuun, Bang!" Jeritan Adel terdengar pilu. 

Jadi Adel pura-pura hamil, berarti surat keterangan hamil yang diberikan Bang Hilman itu palsu? Sepertinya aku harus menemui Bang Hilman, untuk menuntut penjelasan. Rasa penasaranku begitu memuncak sekarang, sebenarnya apa maksud Adel berusaha masuk kedalam bahtera rumah tanggaku? 

Entah kenapa aku yakin, dia memiliki maksud terselubung. Semua uang dan harta, sudah berada di tanganku, tapi kenapa dia masih bertahan dengan Bang Azlan? Bukankah seharusnya dia pergi saat Bang Azlan sudah tak memiliki apapun.

"Kenapa kau lakukan semua ini?!" Teriak Bang Azlan. 

Tangisan Adel semakin pilu. "Dulu kau menggodaku, begitu gencar mendekatiku, katamu hanya untuk sekedar pacaran, lalu kenapa kau berusaha masuk kedalam rumah tanggaku, dengan mengaku hamil? Hah!" Cerca Bang Azlan.

Aku masih menguping pertengkaran mereka.

Jadi, sebenarnya Bang Azlan hanya ingin bermain-main? Tapi tetap saja, dia salah karena telah mempermainkan perasaanku selama ini. 

"Karna aku membenci istrimu!" Teriak Adel.

Deg! Apa maksudnya ini? Sebelumnya aku tak pernah bertemu Adel, pertama kali bertemu saat dia menikah dengan Bang Azlan, jadi apa kesalahanku yang membuatnya begitu membenciku?

"Karna Ibunya, orangtuaku berpisah!" 

Jantungku berdebar mendengar ucapan Adel. Kenapa Mama disangkut pautkan? Siapa sebenarnya Adel ini?

_____

Bab terkait

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 7

    Jeritan Adelia sudah tak terdengar lagi, hanya terdengar isakan lirih. Aku masih penasaran kelanjutan ucapannya tadi, sebenarnya apa salah Mamaku? Setahuku orangtuaku tak pernah ada masalah dengan orang lain, sebenarnya siapa Adelia ini?Aku masuk kedalam rumah dengan penuh tanda tanya, ah sepertinya aku harus mencari tahu semua ini. Adelia, Bang Hilman, dan Mama, semua harus kumintai penjelasan.Kurebahkn tubuhku di sofa, fikiranku berkecamuk, begitu banyak fakta yang terkuak. Kehamilan palsu Adel, dan balas dendam. Entah apa salahku sehingga dia tega masuk kedalam mahligai rumahtanggaku.Tapi, jika kehamilan Adel palsu untuk apa Bang Hilman menyerahkan surat keterangan hamil Adel dari rumah sakit? Apa Bang Hilman juga ikut andil dalam retaknya rumah tanggaku? Tapi, kenapa?Argh.Sepertinya aku harus menyelidiki semua ini satu persatu.Kudengar suara langkah kaki di dapur, aku beranjak dari so

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 8

    Aku tetap bersikap santai meskipun bahaya selalu mengintai, jika aku gegabah dalam melangkah bisa jadi boomerang dalam hidupku sendiri. Bang Heru sudah mengabariku untuk bertemu di Vila besok malam. Akan ada orang suruhannya yang menjemputku. Sebelum aku berangkat, aku harus memberi pelajaran dulu kepada Adelia yang sudah mengobrak abrik rumahku.Saat sampai rumah, Mama masih ada sedang menikmati teh di depan televisi. Aku bersikap biasa saja, seolah tak tahu apa yang sudah terjadi di rumah ini. Mama pun masih bersikap manis, dan menyapaku seperti biasa."Mana maduku?" Tanyaku seraya ikut duduk di samping Mama."Gundik suamimu itu malas-malasan aja kerjaannya,"Wow, hebat sekali. Padahal sebelum aku pulang, kulihat dari rekaman mereka sedang asyik tertawa dan menonton bersama. Sungguh aku tak sadar jika selama ini di rawat oleh perempuan bermuka dua seperti beliau.Hilang sudah rasa hormatku mengingat pen

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 9

    Setelah perjalanan yang memakan waktu hampir enam jam, akhirnya kami sampai di rumah minimalis bertingkat dua dengan halaman yang cukup luas. Suasanya cukup asri dan segar karena ditumbuhi macam-macam bunga dan pohon buah.Kuangkat tangan kiriku melihat jam, waktu sudah menunjukkan jam sembilan pagi. Saat masuk kedalam rumah aku disambut Papa dan bang Heru yang sudah terlihat segar sepertinya mereka baru selesai mandi."Bagaimana, nyenyak tidurnya di jalan?" tanya bang Heru seraya mengusap rambutku.Aku menggeleng. "Gak bisa tidur," jawabku."Istirahatlah, nanti setelah makan siang kita bicara di ruangan Papa," ucap Papa seraya beranjak dari duduknya."Bang, kok gak ke vila yang biasanya?" Tanyaku.Bang Heru tersenyum. "Hilman dan antek-anteknya sudah berjaga disana, dan kita memilih jalan aman bersembunyi disini. Rumah ini peninggalan almarhum Kakek dari Mama, sudah abang renovasi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 10

    Aku terkejut saat sadar kalau ponsel lamaku menyala, pantas saja ada pesan masuk dari Bang Azlan. Sepertinya ponsel lamaku dengan yang baru tertukar dikamar tadi, ada banyak pesan masuk dari Bang Azlan juga Bang Hilman. Mereka mempertanyakan keberadaanku."Bang, kalau location, Nay matikan gak bakal terlacak kan?" Tanyaku pada Bang Heru.Bang Heru mengernyit bingung. "Kurang paham, nanti abang tanyakan teman abang ya, untuk sementara matikan saja ponselmu dulu," jelas Bang Heru.Aku kembali mematikan ponselku. Semoga saja keberadaan kami tak terlacak, aku membuka laptop untuk mengecek pekerjaanku, ada beberapa laporan dari sekretarisku bahwa Bang Azlan berusaha masuk keruanganku untungnya dapat dicegah oleh satpam, hari ini juga dia tak masuk kerja.Aku kembali mengecek kamera CCTV di rumah, untungnya tekhnologi sudah sangat canggih. Walaupun jauh, aku bisa memantau apapun yang mereka lakukan. Kulihat Tante Ira masih ada di rum

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 11

    Seminggu sudah aku berada ditempat persembunyian, tak ada tanda-tanda mencurigakan dari Bang Heru dan Papa. Sudah jelas, pengkhianat dalam keluarga ini adalah, Bang Hilman dan Tante Ira. Bodohnya aku mencurigai Papa dan Abangku sendiri."Bang, sampai kapan kita disini?" Tanyaku.Jujur saja, aku mulai jenuh berada disini. Aku tak bisa mengakses sosial mediaku seperti biasa, aku tak bisa jalan-jalan. Aku bagai burung dalam sangkar, tak tahu kapan akan dilepaskan untuk terbang bebas."Besok kita pulang," jawabnya tanpa menatapku.Aku mendesah lega, jadi penasaran bagaimana keadaan rumahku setelah kutinggal seminggu. Apa mereka masih betah disana? Atau sudah pergi, karena tak mendapatkan apa yang mereka mau.Bang Heru menatapku. "Sertifikat rumah, gak kamu tinggal 'kan?" Tanyanya.Aku menggeleng. "Ada kubawa," jawabku.Bang Heru menunjukkan pesan dari temannya, rumahku

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 12

    Jantungku berdebar ketika mobil sudah berhenti didepan rumahku sendiri, ada perasaan tak nyaman menelusup dihati. Rumah terlihat sepi, padahal setengah jam sebelum kami sampai, mereka masih ada di rumah. Sekarang kemana mereka? Kamera CCTV mendadak rusak, hanya menampilkan layar hitam, sepertinya ada yang tak beres. Mereka sudah mengetahui bahwa aku memakai kamera tersembunyi.Apa sekarang mereka sedang menyusun rencana untuk menjebakku?"Kita tunggu polisi dulu, baru turun," ucap bang Heru.Aku bergeming, menatap rumahku dari jendela mobil. Halamannya begitu kumuh tak terawat, padahal baru seminggu aku pergi. Rumahku sudah seperti tak berpenghuni, mereka manusia-manusia jorok!Lima menit kemudian ada mobil honda jazz berhenti dibelakang mobil kami, sepertinya itu polisi yang melakukan penyamaran, mereka keluar dari mobil tanpa seragam. Hanya memakai kaos biasa."Mereka akan menyamar jadi pembeli rumahmu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 13

    Aku terpaku menatap perempuan dihadapanku. Dia, Anita, sahabat kecilku dulu. Aku menyeringai menatapnya, dulu memang kami bersahabat tapi sekarang dia adalah pengkhianat. Kuhempaskan tangannya dengan kasar, matanya berembun ekspresinya berubah ketakutan seraya menutupi perut buncitnya dengan blazer."Anak siapa itu?" tanyaku datar.Anita bergeming, dia melangkah mundur berusaha menjauhiku. "Kamu tak akan bisa lari," ketusku.Anita menunduk. "Ma-af," lirihnya.Aku berdecih. "Apa maafmu, bisa merubah keadaan?" Sinisku."Anak siapa itu?!" Aku mengulang pertanyaan yang sama."A-anak, Azlan," jawabnya gugup dengan bahu bergetar.Tapi aku tak langsung percaya, apalagi aku sempat melihatnya bergumul dengan bang Hilman melalui CCTV."Bukan anaknya Hilman?" tanyaku sinis.Anita terkejut mendengar pertanyaanku, mungkin dia tak menyangka jika

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 14

    Perutku terasa diisi kupu-kupu, membuat perutku geli membayangkan perut ini membuncit seiring membesarnya janin di perutku. Tak sabar rasanya, kurebahkan tubuhku diranjang. Tak sabar menanti pagi untuk periksa kesehatan sekaligus kehamilanku. Ternyata benar janji Allah yang tertulis di Al Qur'an dalam surah Al Insyirah ayat 5 sampai 6.Dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dibalik setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kehamilan ini, membawa kebahagiaan untukku, meskipun rumahtanggaku tak lagi utuh. Aku berharap dia menjadi penerang dalam hidupku, dan penenang dalam jiwaku.Allah memberiku banyak ujian dalam rumah tanggaku, tapi Allah juga memberikan kejutan.Kulirik ponselku yang bergetar di nakas, ada panggilan dari polisi bernama Ageng. Untuk apa dia menelfonku tengah malam begini?Kuraih ponselku seraya menggeser icon hijau, mengangkat panggilan."Halo, selamat malam! Maaf mengganggu is

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25

Bab terbaru

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   29

    Misteri Kematian HilmanHilman bergeming dengan keringat sebesar biji jagung bercucuran saat terbangun dari tidurnya. Mimpi buruk yang sama seperti kemarin, perempuan berwajah menyeramkan datang dan berusaha membunuhnya. Bahkan perempuan itu terus meraung-raung, saat ia berusaha menjauh, yang membuat ia heran perempuan mengerikan itu menggendong bayi berwajah sangat menyeramkan. Wajahnya penuh luka tusuk.Hilman merasa mual saat mencium bau busuk, matanya bergerak kesana kemari mencari asal bau busuk tersebut. Suasana sel sangat sepi, sipir yang biasa berjaga di depan juga tak ada. Tengkuk Hilman terasa dingin, bulu halusnya meremang."Hilman ..."Suara perempuan itu lagi terasa nyata, dengan susah payah Hilman menelan salivanya. Dia ingin lari, tapi tubuhnya sama sekali tak bisa di gerakan."Hilman ... Ini aku!" lagi suara itu semakin dekat.Tubuh Hilman bergetar saat merasakan pelipisnya disentuh ses

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 28

    2 Tahun berlalu ...Ira berjalan tertatih menuju kamar mandi, para sipir mengawasinya dari kejauhan. Ira tersenyum miris, meratapi nasibnya begitu mengenaskan, menghabiskan masa tua seumur hidup di penjara. Anak angkatnya sudah tiada, anak tirinya menjauh, keluarganya tak peduli. Dia benar-benar sendirian di penjara, walaupun sesekali Broto menjenguknya.Ira tak menyangka jika Broto masih berbaik hati menjenguk dan membawakannya makanan, padahal dia sudah menghancurkan rumah tangga dan mencelakai anak cucunya. Tapi, Broto masih berbesar hati mengikhlaskan semua yang terjadi. Tapi hukum tetap berjalan, Ira tetap harus menjalani hukumannya atas kasus percobaan pembunuhan dan pencemaran nama baik.Ira terduduk di sudut kamar mandi, dia putus asa. Tak ada lagi harapan untuk melanjutkan hidup, dia ingin ajal segera menjemputnya karena sudah tak tahan lagi di hantui penyesalan. Belum lagi rasa bersalah pada istri pertama Broto menghantuinya, ba

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 27

    POV AgengTubuhku menegang saat mendengar penjelasan Heru, tentang Nayra yang hendak dilamar seorang ustadz di kampungnya. Jantungku berdebar, hatiku hancur berkeping, rasanya kaki ini lemah tak bertulang membuatku terduduk disudut kamar. Cinta pertamaku akan di lamar orang lain, haruskah aku mundur dan mengalah? Sekian lama kunanti, tapi kenapa Tuhan seolah tak memihak kepadaku? Apa aku tak pantas menjadi pendampingnya?"Allah, izinkan hamba untuk memilikinya dan menjaganya hingga akhir hayat hamba, jadikanlah ia pasangan halal hamba,"Aku mengusap wajah kasar, rasanya tak ada lagi harapan untuk memiliki Nayra kembali. Terlebih lelaki itu akan melamar minggu depan, Nayra bolehkan aku menikungmu di sepertiga malam? Jika tak bisa meminta hatimu padamu, maka akan kupinta cintamu pada Sang Pemilik Cinta.Hampir tiga bulan aku berusaha mendekatinya kembali, tapi kenyataannya nihil. Nayra menganggapku teman biasa, terang

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 26

    Sudah hampir dua bulan Azlan berada di rumah sakit tahanan, tubuhnya semakin kurus kering. Bermacam-macam obat sudah dia minum, tapi tak ada perkembangan pada kesehatannya. Penyakitnya semakin parah bahkan alat kelaminnya semakin membengkak, membuatnya merintih kesakitan sepanjang hari.Sedangkan Hania kembali masuk penjara karena sudah menyebarkan video asusila dan membawa kabur narapidana. Bahkan orangtuanya juga ikut terjerat masuk kedalam penjara karena terjerat kasus kekerasan dan penganiayaan. Mereka semua hanya bisa meratapi nasib sial yang menimpa, tak ada keluarga yang mau menolong atau pun membantu meringankan masa tahanan.Herman setiap hari mendampingi Azlan, bahkan tak segan membantu membersihkan tubuh keponakannya."Om," lirih Azlan.Herman mengangguk. "Ada apa?" tanyanya seraya mengusap punggung tangan Azlan."Aku ingin bertemu Nayra,"Herman menggaruk pelipisnya, dia bingung hen

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 25

    Nayra bergeming menatap perempuan paruh baya yang juga menatapnya di balik jeruji besi. Tubuhnya sangat kurus, pipinya terlihat cekung, seperti tak ada semangat dan gairah untuk hidup. Perempuan paruh baya itu, Ira. Perlahan dia mendekati Nayra yang masih mematung, meskipun Ira sempat membenci Nayra, tapi rasa sayangnya pada Nayra masih ada. Sedari kecil dia merawat Nayra hingga dewasa, demi mendapatkan hati sang suami. Tapi ternyata, cintanya tetap bertepuk sebelah tangan.Dendam masa lalu, tak terbalaskan dan kini dirinya harus menghabiskan hidup didalam tahanan. Matanya mengembun saat melihat Nayra, terlintas bayangan wajah Amira perempuan yang dahulu dia sakiti karena dendam.Nayra reflek mundur ketika tangan Ira hendak menyentuh pipinya."Nay, ini mama nak," lirih Ira dengan suara parau.Nayra menundukkan wajahnya, air mata meluncur bebas membasahi pipinya. Hatinya merasa tak terima, walaupun dia sudah berusaha

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 24

    Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah hampir sebulan Nayra berada di kampung halaman kakek dan neneknya. Kini dia sudah siap menjalani hari dan melanjutkan kembali pekerjaannya di kota, hatinya sudah berdamai dengan orang-orang di masa lalu. Kalaupun dipertemukan kembali, dia sudah biasa saja tak akan merasa sakit hati."Nay, sudah siap?" tanya Heru setelah merapikan kerah bajunya.Hari ini, Heru akan melamar Syifa sebelum mengantar adiknya pulang ke kota. Heru tak mau berlama-lama menggantung hubungannya dengan Syifa, karena dia tahu semua perempuan selalu ingin kepastian bukan hanya janji manis tanpa bukti."Gantengnya, abangku!" puji Nayra seraya menepuk bahu Heru.Heru tersenyum tipis. "Iya dong, ganteng!" sahut Heru jumawa.Aldo dan Aldi yang ada dibelakang mereka hanya tersenyummelihat tingkah abang dan adiknya. Mereka bahagia bisa berkumpul kembali, tak ada lagi pengkhianat yang

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 23

    Herman berdiri didepan gundukan tanah yang bertaburan kembang tujuh rupa, didepan nisan ada foto perempuan muda yang tengah menggendong bayi laki-laki. Herman berjongkok, mengusap nisan dengan mata berembun."Dik, Mas menemukan anakmu, walaupun dalam kondisi sedang sekarat. Mas akan berusaha menyembuhkannya," gumamnya dengan air mata berlinang."Mas tak ikhlas, melihat mereka memperlakukan Azlan bak hewan, aku yakin kamu juga pasti sakit hati melihat anakmu diperlakukan seperti itu, akan Mas balas semua kejahatan mereka," ucapnya lagi dengan tatapan penuh amarah.Herman, mengusap wajahnya. Lalu beranjak dari pemakaman adiknya, yang tak lain Ibu kandung dari Azlan. Duapuluh sembilan tahun yang lalu, Azlan dititipkan pada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak, Pak Ginting dan Bu Maya. Saat itu, orangtua Azlan berada diambang perceraian. Sehingga mau tak mau, Ibu kandungnya menitipkan anaknya pada orang lain.Semua

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 22

    POV AuthorSudah hampir seminggu Azlan berada didalam ruangan sempit semenjak kabur dari rumah sakit, tangan dan kakinya terikat tali tambang. Dia terus memanggil Ayah dan Ibunya tapi tak ada yang menggubris, dia seperti dibuang, tak ada yang merawat. Bahkan makan pun hanya diberi roti tawar selembar tanpa selai maupun minuman.'Sebenarnya apa maksud mereka membawaku kabur? Kalau seperti ini lebih baik aku dipenjara!' Batin Azlan seraya menatap sekeliling ruangan kumuh dan sempit. Hawa didalam ruangan begitu pengap karena tak ada jendela, bau busuk karena lendir yang keluar dari kemaluannya bercampur menjadi satu dengan kotorannya.Azlan mengerang frustasi, dia tak menyangka akhir hidupnya akan seperti ini. Tak ada lagi kesempatan untuk kembali bersama Nayra, terlebih kini dia penyakitan, bahkan perempuan lain pun pasti enggan mendekatinya."Seandainya aku tak selingkuh, mungkin hidupku bahagia bersama istri dan ana

  • WANITA KEDUA SUAMIKU   BAB 21

    Pov NayraSetelah seminggu perawatan, akhirnya aku kembali pulih dan diizinkan pulang meskipun hati dan jiwa ini belum sepenuhnya pulih. Luka itu masih menganga lebar meneteskan darah, setelah mengetahui bahwa belahan jiwaku yang bersemayam didalam rahim ini telah pergi selamanya. Bahkan dia pun enggan bertahan, tak ingin melihat dunia yang penuh konspirasi ini."Nay, mau makan apa?" Tanya Bang Heru seraya ikut duduk di sampingku.Aku menggeleng. "Masih kenyang," jawabku singkat.Bang Heru mengangguk, lalu kembali fokus dengan gawainya. Aku hanya diam menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah, kami berada ditepi danau didekat rumah mendiang nenek kami. Aku memilih pulang kekampung halaman nenek untuk menenangkan jiwa yang tengah terguncang.Dua minggu lagi, aku sudah resmi berstatus janda. Aku akan terbebas dari ikatan pernikahan, kututup cerita pahit bersama bang Azlan. Akan kubuka lembaran b

DMCA.com Protection Status