Setelah mendapat nomor ponsel Tere, lalu Suci menghubungi sang sahabat, kini, setelah satu minggu berlalu pasca mereka mulai kembali berhubungan, Suci dan Tere pun akhirnya memiliki waktu untuk bersua.Bertempat di salah satu mall elit di kawasan Jakarta Pusat, Suci tampak menunggu kedatangan Tere di salah satu restoran cepat saji yang terdapat di dalam mall.Hari ini kebetulan wekkend dan Suci sedang tidak ke kantor. Itulah sebabnya, Suci turut membawa serta baby kembarnya yang kini sudah dia beri nama Yohan dan Yolanda.Meninggalkan Yohan dan Yolanda sejenak bersama para pengasuh yang menjaga mereka di salah satu wahana bermain khusus bayi, Suci meluangkan waktu untuk bertemu dengan Tere.Setelah kurang lebih lima belas menit menunggu, akhirnya Tere pun datang juga.Melihat kondisi Tere yang tengah mengandung, Suci jelas terpekik girang."Ya ampun, Re? Lo isi? Berapa bulan?" tanya Suci antusias."Jalan enam," jawab Tere sumringah usai dirinya dan Suci saling cipika-cipiki dan berpel
Rencana Dandi untuk mempertemukan Suci dengan Mars gagal hari itu, dikarenakan Suci yang tak kunjung muncul ke ruang kerja Dandi.Nyatanya, Suci malah mampir ke kost-kostan Jasmine, yang baru Dandi ketahui adalah teman kuliah Suci dulu.Jadilah, Dandi pun kini harus kembali memutar otak mencari waktu yang tepat untuk mempertemukan kembali Suci dengan Mars secara kebetulan, karena Suci yang memang terus saja berkelit setiap kali Dandi mengajak sang adik menemui Mars.Dan kedekatan yang terjalin di antara Suci dengan Gio akhir-akhir ini justru membuat Dandi jadi semakin pusing tujuh keliling.Alhasil, usai berembuk bersama Adiba dan Frans, akhirnya, Dandi dkk memutuskan untuk mempertemukan Mars dan Suci di acara makan malam keluarga di mana Dandi dan Adiba hendak merayakan anniversary pernikahan mereka.Menyiapkan segalanya dengan matang, Dandi tentu tak ingin rencananya kali ini gagal lagi.Lelaki itu bahkan rela mengeluarkan kocek dengan jumlah fantastis hanya untuk menyewa sebuah res
Sama halnya dengan apa yang Dandi katakan pada Mars soal rencana perayaan Anniversary pernikahannya dengan Adiba, hari ini, Dandi meminta Suci datang ke Resto Tazima begitu pekerjaannya di kantor selesai.Suci yang memang tak tahu menahu kapan tepatnya Dandi dan Adiba menikah, jelas menyambut antusias rencana Dandi untuk memberikan surprise pada sang istri."Nanti, kalau kamu udah selesai nyalon sama Diba, kamu langsung aja ajak Adiba ke Resto Tazima, ya? Kakak mau ke toko perhiasan dulu beli hadiah untuk Diba," tutur Dandi di telepon saat itu."Ish, lagian ngasih info dadakan begini, tau gitu kan Suci pulang aja dari tadi siang, biar bisa langsung nyalon sama Mba Diba. Kakak nggak tau aja, kalau cewek nyalon kan lama?" Gerutu Suci di seberang yang sedikit kesal karena Dandi baru memberitahu perihal acara surprise ini saat hari sudah menjelang sore."Nggak apa-apa, kan acaranya malem. Sekarang Diba udah di salon langganan kalian kok, kamu nyusul aja ke sana. Adiba juga udah beliin kam
Bagi Mars, menunggu itu membosankan.Terlebih jika dia harus menunggu sendirian.Setelah berpuluh pesan dia kirim pada Dandi, serta beberapa kali panggilan, sayangnya telepon itu tak juga dijawab oleh si pemilik nomor.Alhasil, Mars hanya bisa pasrah menunggu kedatangan Dandi beserta keluarganya di restoran sepi ini.Tak habis pikir dengan apa yang sebenarnya Dandi rencanakan untuk istrinya, Mars hanya heran, kenapa Dandi justru mengundangnya untuk datang ke resto ini jika memang Dandi mau melewati Dinner romantis berdua dengan Adiba saja?Terkadang, jalan pikiran Dandi itu memang sulit ditebak. Tidak hanya sikapnya saja yang absurd tapi pikirannya juga.Mars masih terdiam di tempat duduknya di meja kecil yang memang hanya pas untuk dua orang saja.Menatap hidangan lezat yang terdapat di sana satu persatu meski, Mars tak sama sekali berani untuk menyicipinya karena ini jelas bukan acara pribadinya. Lagi pula, dari cara penyajian dan bentuknya yang begitu cantik saja, Mars sudah bisa m
"Suci?" gumam Mars masih dengan tatapannya yang lekat tertuju lurus ke arah Suci.Masih dalam keadaan percaya dan tidak atas apa yang dilihatnya, Mars terus berpikir bahwa ini memang hanya halusinasi semata. Hanya saja, tatapan sendu Suci seperti belati saat itu. Mars bisa merasakan rasa sakit yang begitu hebat dibalik tatapan itu.Mars hendak melangkah untuk mendekat, namun pergerakan Suci yang waspada hingga memundurkan langkahnya, membuat Mars paham bahwa apa yang dia lihat memang nyata.Suci benar-benar nyata ada di hadapannya, sekarang.Saat Mars sadar bahwa Suci tak lagi berjalan dengan bantuan tongkat, Mars pun berpikir, apa itu artinya..."Kamu, sudah bisa melihat?" tanya Mars langsung yang jadi urung melangkah.Menelan salivanya dengan susah payah, Suci tak juga bereaksi apa pun selain langkah mundur yang dia ambil tadi sebagai isyarat agar Mars tak mendekatinya.Wanita itu terlalu bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.Kenapa Mars bisa ada di sini?Kemana Mba Adiba?Dan
"Kamu pun memiliki seorang adik perempuan, Mars. Hitta, adikmu kan? Dan, apa yang akan kamu lakukan jika posisi Hitta ada di posisiku? Hamil dari seorang lelaki yang dia pikir adalah suaminya saat dia dalam keadaan buta dan hilang ingatan? Coba katakan? Apa yang akan kamu lakukan, Mars? JAWAB!""PASTINYA, MARS AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA SEPERTI APA YANG KINI KAKAK LAKUKAN, SUCI!"Dan teriakan Dandi dari arah pintu utama memecah keheningan di antara Mars dan Suci, hingga kedua manusia itu pun reflek menoleh ke arah suara.Dilihatnya Dandi berjalan bersama Adiba meniti langkah di atas karpet merah yang tadi dilalui Mars dan Suci."Maaf atas semua sandiwara dan kebohongan yang sudah kakak lakukan sejauh ini padamu, juga pada Mars. Tapi, kami melakukan itu bukan tanpa alasan," Dandi melanjutkan kalimatnya begitu dirinya kini sudah berdiri berhadapan dengan Suci dan Mars.Tatapan Dandi kini tertuju lurus ke arah Suci, sebelum akhirnya, dia kembali berkata, "Kakak sudah pernah bilangkan,
"Ada apa?" tanya Mars saat dirinya kembali ke ruang tamu dengan secangkir teh manis hangat di tangan.Melihat raut cemas di wajah Suci, Mars pun jadi ikutan cemas."Mars, Hanni, Hanni datang ke rumah dan mencoba menculik anak kita, untungnya ada Bi Lia yang menyelamatkan si kembar, tapi Kak Dandi bilang, Hanni berhasil melukai Bi Lia sampai Bi Lia harus masuk rumah sakit," cerita Suci dengan segala kekhawatiran dalam benaknya.Seolah lupa dengan rasa gengsi, wajah dingin dan sikap angkuhnya hilang dalam sekejap, Suci kembali pada sosok Suci yang Mars kenal dulu.Manja dan penakut.Bahkan tangan Suci kini menyentuh pergelangan tangan Mars tanpa dia sadari. Membuat Mars jadi menahan senyum, meski dalam hati, dia terkejut dengan berita buruk yang baru saja Suci sampaikan tentang Hanni."Bagaimana ceritanya, Hanni bisa masuk? Rumahmu kan di jaga satpam?" tanya Mars saat itu, balas menggenggam jemari Suci yang begitu dingin. Posisi duduk mereka saat itu sangatlah dekat karena Suci yang mer
Seorang wanita dengan pakaian lusuhnya tampak memasuki sebuah mobil mewah yang dia parkirkan di lahan parkir sepi.Mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang lebih bagus dan seksi, wanita itu membersihkan noda di wajahnya dan bermake up layaknya wanita kelas atas.Dengan pulasan make up tebal dan lipstik merah menyalanya, wanita itu tersenyum tipis saat ingatannya kembali teringat pada aksi sandiwaranya saat dia berusaha menarik simpatik lelaki bernama Dandi di kantor polisi tadi.Berkat air mata palsu dan ketidak berdayaannya, Hanni berhasil membuat Dandi percaya dengan apa yang dia katakan, lalu membebaskannya dari tahanan dan tak sampai di situ, bahkan Dandi berjanji, akan segera menghubungi Hanni jika dirinya mendapat kabar mengenai keberadaan Venus saat ini.Malam itu, Hanni melajukan kendaraan mewah milik seorang lelaki paruh baya yang sudah berhasil dia tipu setelah dia memasang badan di hadapan lelaki bodoh haus belaian itu.Seperti halnya yang sudah dia lakukan di Swiss d
Flashback On..."Sebelum kita pulang ke Indonesia, aku mau memberi sesuatu untukmu sebagai hadiah bulan madu kita, Suci," ucap Mars saat dirinya dan Suci menikmati detik-detik terakhir mereka di tepi pantai Maldives yang indah.Saat itu, dua jam sebelum kepulangan mereka kembali ke tanah air.Suci meraba wajah Mars sambil tersenyum."Emang kamu punya hadiah apa buat aku, sih?" tanya Suci penasaran.Mars menatap benda di tangannya.Benda yang dibelinya tadi, saat mengantar Roger membeli oleh-oleh di Club Med Kani Maldives.Setiap weekend, di tempat ini akan digelar 'pasar dadakan'. Semacam pasar tradisional yang berada di dalam resornya dan penduduk lokal akan menjajakan berbagai suvenir di sana.Awalnya, Mars sudah memegang beberapa souvenir, salah satunya sebuah kalung cantik yang terbuat dari kerang, lalu masih banyak lagi suvenir-suvenir lainnya yang unik dengan beragam bentuk. Ada magnet kulkas, hiasan, mug, kaos, gelang, ukiran kayu dan lain-lain. Tapi, semua barang-barang itu te
SATU MINGGU KEMUDIAN...Di Sebuah Lapas Khusus Narapidana Dengan Gangguan Jiwa."Napi 205, ada tamu," ucap salah satu petugas lapas wanita.Seorang wanita berseragam narapidana keluar dari selnya dengan penjagaan ketat dua polwan di sisi kanan dan kirinya.Memasuki sebuah ruangan khusus yang biasa digunakan polisi untuk menginterogasi tersangka pelaku kriminal, Hanni melihat sudah ada wanita lain yang duduk di salah satu kursi di dalam ruangan tersebut.Dan Hanni jelas mengenal siapa wanita itu."Aku harap, kedatanganmu ke sini membawa kabar baik, Jasmine," ucap Hanni begitu dirinya didudukkan oleh dua petugas lapas yang mengawalnya tadi.Jasmine tersenyum tipis, meski tak menutupi tatapan tajam sarat kebencian yang dia tujukan pada wanita gila di hadapannya itu."Ya, kabar baiknya adalah, ini..." Jasmine menyodorkan sebuah foto dirinya dan Venus serta Adrian yang tengah tersenyum ke kamera sambil berpelukan. Saat itu, Venus masih berada di ruang rawat rumah sakit. Mereka berfoto di s
Flashback off...Jakarta, Desember 20xxSeharian itu hujan turun dengan sangat deras membasahi bumi Jakarta.Seorang gadis yang baru saja selesai mengikuti ospek di kampus tampak berlari kecil ke arah lapangan parkir kampus di mana dia memarkirkan kendaraannya di sana.Mendapati ban mobilnya yang bocor, Suci mengesah berat."Duh, gue kan harus pulang cepet hari ini, udah janjian ketemu sama Om Frans, mana besok dia mau berangkat ke Australi lagi! Huft, sial banget, sih! Udah ujan, pake bocor lagi ban mobil!" Keluh Suci bermonolog.Akibat dirinya terlalu cantik, tentunya banyak seniornya di kampus yang kepincut padanya, itulah sebabnya, Suci jadi pulang telat dikarenakan ada beberapa kakak kelasnya yang memberikan Suci tugas tambahan di kelas dengan harapan bisa mengenal sosok Suci lebih jauh.Meski pada akhirnya, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik perhatian Suci."Kalo naik busway jam segini keburu nggak ya jam tujuh sampe ke kantornya Om Frans?" Suci menoleh jam di ta
Suci dan Adrian sama-sama tersadar dari pingsan saat seember air disiram oleh Hanni ke tubuh mereka.Gelagapan, si kecil Adrian tampak meringis merasakan kepalanya yang sakit dan tubuhnya yang mendadak dingin tersiram air."Kakek..." Gumam bocah itu dengan kedua bola matanya yang terus mengerjap terkena tetesan air dari atas kepalanya.Sebuah remasan di kepala Adrian membuat bola mata bocah berusia lima tahun itu melotot seketika, mendapati wajah asing seorang wanita dengan dandanannya yang menakutkan, Adrian jelas ketakutan."Ka-kamu siapa?" tanya Adrian yang langsung menangis. "Mana kakek... Kakek...""Cengeng! Nggak usah nangis! Kalau kamu terus nangis, nanti Tante bakar kulit kamu, mau?"Dibentak seperti itu, bukannya mereda, tangis Adrian justru semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Suci yang kesadarannya pun mulai pulih, menjadi terkejut saat mendengar suara tamparan keras yang dilayangkan Hanni di wajah Adrian yang berada di sisinya.Suci menoleh masih dengan kepalanya yang pusi
Mars, Dandi dan Adiba sudah di kantor polisi setelah sore tadi, Adiba memberitahu bahwa Suci hilang saat mereka masih berada di dalam mall.Dan dari hasil rekaman CCTV Mall yang sudah diperiksa pihak kepolisian, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, wanita yang mengenakan seragam cleaning service itulah yang membawa Suci di dalam plastik sampah karena jeda waktu dirinya keluar dari toilet, hanya berbeda beberapa menit setelah Suci memasuki toilet tersebut.Setelah memanggil seluruh Cleaning service yang bekerja di dalam Mall tersebut dan menginterogasinya satu persatu, diketahuilah bahwa salah satu cleaning service di sana sempat diserang oleh orang tak dikenal hingga dia tak sadarkan diri dan tubuhnya dibawa masuk ke dalam salah satu bilik toilet wanita dalam keadaan pingsan."Saat saya bangun, seragam cleaning service saya sudah hilang, Pak. Saya hanya mengenakan pakaian dalam saja, makanya saya nggak berani keluar sampai ada teman yang masuk ke toilet itu tadi." aku sang pet
Impian standar dari seorang perempuan adalah memiliki keluarga yang bahagia melalui jalan pernikahan.Itulah impian sederhana yang Suci miliki sejak kecil saat sang Ibunda bertanya padanya, mengenai cita-cita sang putri terkasihnya itu.*"Kalau sudah besar nanti, Suci mau jadi apa?" tanya Furi sambil mengepang rambut Suci yang tebal dan panjang."Suci mau jadi kayak Mama, seorang Ibu yang baik untuk anaknya dan istri yang baik untuk suaminya."*Itulah kurang lebihnya hal yang Suci inginkan di masa kecil.Hal yang akhirnya terwujud setelah dirinya harus melewati beribu rintangan dan cobaan hebat yang menerpa kehidupannya sejauh ini.Pernikahannya dengan Mars yang berlangsung meriah cukup menjadi bukti betapa bahagianya kehidupan yang Suci dan Mars jalani saat ini.Memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan, Suci menyerahkan seluruh kepengurusan perusahaan yang dipegangnya pada sang suami.Meski awalnya Mars sempat menolak karena dirinya yang memang awam akan semua pekerjaan itu,
"Aku ke sini, karena ingin bertanggung jawab atas perbuatanku padamu, juga pada Adrian," ucap Venus begitu dirinya dan Jasmine kini sudah berada di teras kediaman Yuda, ayah Jasmine.Masih memasang wajah angkuh, bahkan dalam ketidakberdayaannya sekarang, Jasmine masih saja merasa gengsi jika harus kembali bergantung dengan Venus, karena yang dia tahu, hidup Venus pun sekarang susah setelah lelaki itu dibuang dari keluarga Diningrat."Aku memiliki sedikit tabungan, mungkin bisa digunakan untuk biaya pernikahan kita, Jasmine," ucap Venus lagi meski sampai detik ini, Jasmine tetap saja membisu."Ini amanat dari almarhum Papaku, beliau ingin aku membawa dirimu dan Adrian pulang ke desa, tinggal bersamaku di rumahnya, mengurus perkebunan dan peternakan yang Papa berikan padaku," tambah Venus lagi."Apa kamu bersedia Jasmine?" tanya Venus kemudian dengan segala harapan bahwa dengan hidup bersama Jasmine, Venus bisa melupakan perasaannya terhadap Suci yang semakin hari semakin membuatnya ter
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN...Waktu berlalu begitu cepat.Musim berganti, meninggalkan banyak cerita, manis dan pahit.Cerita tentang kehilangan, kesedihan dan penyesalan. Juga, cerita tentang kebahagiaan atas berkumpulnya kembali keluarga yang telah lama terpisahkan.Suci dengan Dandi, kakak kandungnya, serta Venus dengan Raditya yang merupakan Ayah kandungnya, meski, Raditya akhirnya berpulang tak lama setelah pertemuannya dengan sang anak.Raditya wafat dalam tenang setelah dirinya menceritakan semua kisah masa lalu rumit yang dia alami dahulu, yakni mengenai alasan mengapa dia bisa dengan tega memberikan Venus pada keluarga Diningrat.Pada akhirnya, semua rahasia terungkap, termasuk siapa sebenarnya orang tua kandung Hanni yang juga tak luput dari cerita Raditya pada Venus.Kini, hidup Venus tenang di desa.Meski, dirinya masih saja terngiang-ngiang akan amanat yang diberikan Raditya sebelum sang Ayah berpulang, agar Venus lekas menyelesaikan masalah masa lalunya dengan wanita bernam
Seorang wanita dengan pakaian lusuhnya tampak memasuki sebuah mobil mewah yang dia parkirkan di lahan parkir sepi.Mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian yang lebih bagus dan seksi, wanita itu membersihkan noda di wajahnya dan bermake up layaknya wanita kelas atas.Dengan pulasan make up tebal dan lipstik merah menyalanya, wanita itu tersenyum tipis saat ingatannya kembali teringat pada aksi sandiwaranya saat dia berusaha menarik simpatik lelaki bernama Dandi di kantor polisi tadi.Berkat air mata palsu dan ketidak berdayaannya, Hanni berhasil membuat Dandi percaya dengan apa yang dia katakan, lalu membebaskannya dari tahanan dan tak sampai di situ, bahkan Dandi berjanji, akan segera menghubungi Hanni jika dirinya mendapat kabar mengenai keberadaan Venus saat ini.Malam itu, Hanni melajukan kendaraan mewah milik seorang lelaki paruh baya yang sudah berhasil dia tipu setelah dia memasang badan di hadapan lelaki bodoh haus belaian itu.Seperti halnya yang sudah dia lakukan di Swiss d