Flashback..."Halo, Pak?" ucap seorang lelaki berpakaian serba hitam pada orang yang telah membayar jasanya sebagai detektif."Ya, Halo, ada infomasi apa, Ron?""Saya sudah menemukan alamat baru Sandi dan Ayu, Pak," lapor sang detektif pada atasannya tersebut.Sebuah senyuman terbit di wajah seorang lelaki si penerima telepon."Dan kamu sudah mendatangi mereka?" tanya suara di seberang dengan penuh antusias."Belum, Pak. Ini, saya baru mau bertindak.""Tunggu, saya akan datang. Kita ke sana sama-sama. Oke?""Baik, Pak."Malam itu, adalah malam paling membahagiakan bagi seorang Raditya, di mana akhirnya, pencarian yang telah dia lakukan selama bertahun-tahun itu membuahkan hasil yang memuaskan.Roni, sang detektif swasta yang telah dia sewa jasanya berhasil menemukan anak yang diduga merupakan anak kandung Adhiguna setelah dia dan beberapa orang rekannya sukses mengecoh orang-orang Adhiguna yang juga sedang mencari apa yang mereka cari.Yaitu, seorang bayi laki-laki yang dilahirkan ole
Seperti yang telah diinstruksikan Venus kemarin malam, sore ini, Mars kembali ke kediaman utama Diningrat untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai suami bayaran.Sebelum dia pergi menuju rumah itu, Mars lebih dulu mengkonfirmasi tentang Adhiguna pada Venus, dan Venus bilang, bahwa sang Papa sudah kembali ke Swiss siang ini.Mengurut dada lega, akhirnya Mars pun lekas pergi menemui Suci.Lelaki itu seperti tak sabar ingin bertemu dengan wanita yang merupakan istri orang lain tersebut.Menenteng martabak manis di tangan, Mars langsung beranjak menuju kamar Suci.Dilihatnya Suci sedang termenung di dalam kamar sendirian sambil menghadap keluar jendela yang dibiarkan terbuka lebar.Memeluk pinggang Suci, Mars menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Suci yang harum."Lagi ngelamunin apa sih? Pasti mikirin aku, ya?" Goda Mars saat itu."Mas? Ngagetin aja deh?" pekik Suci terkejut. Saking seriusnya melamun, Suci bahkan tak dengar saat Mars membuka pintu kamar dan masuk."Aku bawain kamu Martab
Malam harinya, setelah puas bercinta, mereguk kenikmatan surga dunia bersama, Mars dan Suci tampak asik tidur sambil memeluk dalam keadaan tubuh mereka yang masih polos.Mencoba melupakan tentang masalah keluarga Diningrat di masa lalu, Suci dan Mars ingin menikmati indahnya kebersamaan mereka sejenak."Makasih ya Mas, kamu udah baik banget mau bantuin aku menyelidiki siapa sebenarnya orang jahat yang sudah sengaja membuat ingatan aku tak kembali," ucap Suci membuka percakapan. Tubuh polosnya memeluk Mars dari samping, menyatu dengan tubuh Mars yang juga sama polos.Bersandar di bahu Mars yang super nyaman, seolah menjadi aktifitas wajib bagi Suci usai mereka bercinta."Sebagai seorang suami, sudah menjadi kewajiban aku untuk melindungi kamu, kan?" Jawab Mars dengan segala sandiwara palsunya."Tapi, Mas, kalau memang benar dugaan kamu, bahwa Mama dan Papa terlibat dalam hal ini, kira-kira apa alasannya? Kenapa mereka melakukan ini sama aku?" tanya Suci lagi."Ya, aku sendiri juga ngga
Perjalanan menuju Puncak hari ini lancar karena Mars memutuskan untuk pergi menaiki kendaraan roda dua milik Kinong.Setahu Mars, biasanya jalur puncak akan macet di hari weekend karena banyak orang yang akan liburan ke sana. Itulah sebabnya, Mars memilih pergi menggunakan motor karena dia bisa terhindar dari kemacetan.Setelah mengisi perut di warung soto pinggir jalan, Mars dan Suci melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.Hari masih pagi, cuaca masih begitu segar saat mereka mulai memasuki kawasan puncak."Anginnya mulai terasa beda di sini, Mas, lebih dingin. Apa kita sudah sampai di puncak?" tanya Suci di boncengan."Iya, kita sudah sampai. Peluknya yang kenceng kalau dingin," ujar Mars yang mulai nakal, membuat Suci jadi tersipu malu."Memang kenapa sih, tadi kita harus berbohong sama Pak Syamsul di rumah?" tanya Suci kemudian, merasa heran dengan sikap suaminya yang kelihatan takut saat hendak membawanya keluar rumah tadi pagi."Nggak apa-apa, aku cuma takut aja nanti merek
Suci terkejut saat dia mendengar suara gelegar petir di kejauhan. Dalam kondisinya yang tidak bisa melihat, Suci merasa suasana di sekitarnya saat ini sangat mencekam.Membuatnya ketakutan.Dan ekspresi ketakutan Suci berhasil ditangkap oleh seorang wanita yang datang dari arah toilet umum.Dia adalah Tere, teman dekat Suci di kampusnya dahulu."Suci?" sapa Tere dengan kerutan jelas di dahi yang menatap dengan heran ke arah Suci.Tere bahkan sudah berdiri di hadapan Suci tapi tatapan Suci seperti tak fokus pada dirinya.Apa yang terjadi dengan Suci?Pikir Tere membatin saat itu."S-siapa itu?" tanya Suci dengan perasaan takutnya yang semakin menjadi-jadi. "Mas Venus? Kamu di mana?" Saking takut, Suci jadi meracau dengan memanggil nama suaminya.Sadar bahwa Suci tidak bisa melihat, Tere langsung mendekat dan duduk tepat di sisi Suci. Diraihnya kedua tangan Suci yang sedang meraba-raba meja."Suci, ini gue Tere," ucap Tere dengan perasaannya yang mendadak pilu.Melihat kondisi Suci saat
Malam itu hujan benar-benar turun dengan sangat deras dan tak mau berhenti.Suci dan Mars benar-benar terjebak di warung makan lesehan itu hingga waktu hampir tengah malam.Beruntung, si pemilik warung berhati baik dengan menawarkan Suci dan Mars tumpangan tidur."Ada kamar di belakang warung ini, biasanya anak saya yang menempati, tapi berhubung anak saya sedang keluar kota, jadi kamar itu kosong," ucap Sari, Ibu si pemilik warung. "Kebetulan, saya mau pulang, nanti gantian suami saya yang akan jaga di sini. Warung ini buka dua puluh empat jam. Jadi, kalian bisa istirahat di sini sampai besok pagi, mudah-mudahan cuaca cerah," jelas Sari lebih lanjut.Setelah mengucapkan banyak-banyak terima kasih, Mars dan Suci pun memutuskan untuk langsung beristirahat di kamar berukuran kecil itu.Untung cuaca di luar sangat dingin, jadi hawa di dalam sini tidak terlalu pengap karena tak adanya ventilasi."Baju kamu lepek, Mas, buka aja, dijemur dulu, ini ada selimut," ucap Suci yang khawatir sang
Mengedarkan pandangan ke sekeliling, di mana Venus baru saja meminta seluruh pekerja di kediamannya berkumpul bersama di halaman belakang kediamannya, lelaki itu kemudian berkata, "ini contohnya kalau sampai ada yang berani melanggar aturan yang sudah saya buat di rumah ini!" telunjuk Venus tertuju lurus ke arah Mars yang saat itu meringkuk di rumput dan hampir tak sadarkan diri.Tiga orang asisten rumah tangga, satu tukang kebun dan dua orang security tampak merinding melihat keadaan Mars saat itu.Bahkan, pakaian lelaki itu kini terlihat penuh oleh darah."Lain kali, saya tidak mau dengar alasan apa pun jika sampai kejadian ini terulang lagi! Tanpa seizin saya, tidak ada satu orang pun yang boleh membawa Suci keluar dari rumah ini apalagi lelaki brengsek ini!" ucap Venus lagi seolah tak memiliki rasa belas kasihan, lelaki itu kembali memperlihatkan kekejamannya pada Mars di hadapan para pekerja itu.Venus menginjak telapak kaki Mars dengan sepatunya yang bergerigi.Bi Lia yang berdi
"Pak Adhigunalah, orang yang sudah memberi perintah pada saya untuk memberikan obat penurun daya ingat itu pada Suci. Dan beliau juga, orang yang sudah merekayasa kejadian yang sebenarnya pada Suci, agar Suci berpikir bahwa dirinya mengalami kebutaan sejak kecil bersamaan dengan meninggalnya Pak Andro dan Ibu Furi," beritahu Bi Lia panjang lebar.Rasa-rasanya, Bi Lia sudah benar-benar tidak tahan menyembunyikan semua kejahatan yang dilakukan keluarga Diningrat terhadap Suci selama ini.Kehadiran Mars seolah membawa harapan baru bagi Bi Lia untuk membukakan jalan demi menyudahi ini semua, meski, Bi Lia sendiri tahu apa konsekuensi yang harus dia terima kelak.Bi Lia sudah tidak perduli.Bukankah perkara umur dan rejeki sudah menjadi urusan Allah? Kita manusia hanya bisa menerima dengan lapang dada.Jadilah, Bi Lia pun melakukan ini setelah dia berembuk bersama para pekerja lain di kediaman Diningrat. Karena Bi Lia tidak bekerja sendirian, maka dia perlu mendapat persetujuan yang lain u