Share

TAMAT

Penulis: Rhienz
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-12 21:16:56

Tanpa menjawab penjelasannya aku bergegas menyalakan mesin mobil dan melaju dengan kencang menuju kontrakan Nisa. 

"Ada apa sih, Anton? Ko panik banget! Siapa yang barusan telpon?" tanya Ibu bingung melihat kepanikan ku. 

"Bi Sumi, Bu! Orang yang menemani Nisa di kontrakannya. Dia bilang Nisa jatuh dari kamar mandi. Ia panik karena Nisa pendarahan, kita harus segera kesana. Anton takut terjadi apa-apa dengan kandungannya," ucapku sambil terus memacu mobil dengan kecepatan tinggi. 

"Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nisa dan bayinya! Ibu tau kamu khawatir Anton! Tapi jangan ngebut kayak gini, Ibu takut." 

"Ibu tenang aja, kita akan sampai dengan selamat. Ibu gak usah khawatir, Anton cuma tidak mau menyesal jika sampai telat ngasih pertolongan pada Nisa," Walaupun saat ini aku dan Nisa sudah resmi bercerai, tapi anak itu tetap menjadi tanggung jawab ku sampai ia lahir ke dunia. 

"Bi Sumi pasti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Season 2

    Extra Part"Mas, kayaknya Dedek ee deh! Dia nangis terus, sepertinya gak nyaman. Harus segera diganti popoknya, Mama gantiin popoknya ya, sayang!" ucap Nisa. Tangannya hendak membuka bedong yang menyelimuti tubuh Jannah."Jangan, Nis! Jangan dibuka! Biar suster aja yang gantiin popoknya!" ucapku menahan tangan Nisa."Gak apa-apa, Mas! Biar Nisa aja yang gantiin popoknya! Sekalian Nisa belajar Mas. Agar terbiasa!""Udah gak usah! Biar suster aja yang ganti! Kamu istirahat saja, lagian kamu kan masih lemes habis operasi!" ucapku pada Nisa. Aku pun segera mengambil Jannah dari gendongannya."Gak apa-apa, Mas! Biar Nisa aja yang ganti. Nisa gak lemes ko!""Gak usah Nis! Kamu istirahat aja! Aku gak mau kamu kenapa-kenapa! Dokter kan sudah bilang kalau kamu gak boleh banyak gerak!" Di tengah percakapan ku dan Nisa, tiba-tiba Ibu datang menghampiri."Ada apa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Darah segar mengalir di nadinya!

    "Nis, kendalikan emosimu! Jangan seperti ini. Kasian Jannah! Dia haus, Nis! Dia butuh kamu,""Nggak, Mas! Aku nggak mau anak itu! Jauhkan anak itu dari aku, Mas! Bawa dia pergi! Aku nggak mau menyentuhnya lagi!""Dasar pelacur! Rasain tuh karma untukmu! Makanya jadi wanita itu jangan kegatelan, pake selingkuh dengan mertua sendiri! Gini kan akibatnya!" Suara teriakan dari luar masih terus menggema. Rupanya Ibu-Ibu komplek ini sama sekali tidak merasa Iba pada Nisa dan bayinya."Bu, tolong bawa dulu Jannah ke kamar! Beri dulu dia air putih. Anton mau mencoba untuk menenangkan Nisa!" seru ku pada Ibu. Ia pun mengangguk mengiyakan, dan segera membawa Jannah masuk ke kamarnya."Nis, ayo berdiri! Ikut Mas ke kamar!" ucapku merangkul Nisa dan membawanya ke kamar."Minum dulu, Nis!" Ku sodorkan satu gelas air putih padanya. Ia pun meminumnya sampai habis.Nisa mulai tenang, kul

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Gawat! Aku harus segera menghentikan Ibu!

    "Ya Allah, Nis! Apa yang kamu lakukan?" aku segera menghampiri Nisa dan langsung mengangkat tubuhnya yang lemas ke sofa."Bu! Ibu! Cepat keluar, Bu! Nisa terluka!" teriakku memanggil Ibu.Setelah mendengar teriakanku Ibu pun keluar dari kamar, dengan Jannah di gendongannya."Ya Allah, Anton! Nisa kenapa?" tanya Ibu panik."Anton nggak tau, Bu! Barusan Anton lihat Nisa sudah tergeletak di dapur! Sepertinya dia mau bunuh diri!" sahutku pada Ibu.Aku segera mengeluarkan sapu tangan dari saku celana. Dan langsung mengikat luka di tangannya yang terus mengeluarkan darah. Aku harus segera membawa Nisa ke rumah sakit. Sebelum semuanya terlambat.Aku menggendong tubuh Nisa, dan memasukkannya ke dalam mobil."Bu, Anton mau kerumah sakit dulu! Ibu tolong jagain Jannah! Ini susu dan dot nya. Nanti tolong buatkan susu ini kalau Jannah haus!" jelasku pada Ibu sambi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Mataku terbelalak, melihat pemandangan dihadapanku!

    "Stop, Bu! Tolong jangan telpon Emak! Anton akan bawa pergi jannah sekarang juga! Tapi Anton mohon, Ibu jangan hubungi Emak," ucapku pada Ibu yang hampir saja menekan tombol panggil di layarnya.Ibu pun menatapku lalu berkata. "Baiklah, Anton! Ibu tidak akan menelpon Emaknya Nisa, tapi sekarang juga kamu bawa pergi anak itu dari rumah ini. Ibu nggak mau kena sial karena membiarkan anak itu tinggal dirumah kita!" Tegas Ibu padaku. Aku pun mengangguk menyetujuinya, lalu berjalan ke kamar untuk membereskan semua barang-barang milik Jannah.Lima belas menit berlalu, semua barang milik Jannah telah aku masukan ke dalam tas. Aku pun bergegas menggendong Jannah yang sedang terlelap tidur."Gimana, Anton? Kamu sudah selesai membereskan semua barang-barang anak itu?

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?

    Nisa terbaring diatas kasur dengan kaki dan tangan terikat. Siapa yang tega melakukan ini? Bahkan, selang infus di tangannya pun sudah dilepas!Aku mencoba untuk membuka pintu, tapi ruangan itu terkunci. Aku harus segera mencari dokter atau perawat. Mereka harus memberikan penjelasan padaku.Aku berlari menuruni anak tangga, berteriak memanggil dokter dan perawat. Tak lama kemudian, dokter Tiara datang menghampiri ku."Pak, Anton! Syukurlah Bapak segera datang!" ucapnya seolah tidak terjadi apa-apa dengan Nisa."Dokter! Tolong jelaskan pada saya, kenapa Nisa dipindahkan ke lantai tiga? Terus kenapa kaki dan tangannya di ikat? Dia bukan pasien gangguan mental, dokter! Kenapa anda memperlakukan seperti pasien yang memiliki gangguan jiwa?" ucapku memberondong pertanyaan pada dokter berambut pirang ini."Tenang dulu Pak Anton! Saya bisa menjelaskan semuanya!" jawabnya berusaha menenangkanku ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Seandainya Emak tau, siapa Bapak yang sebenarnya ia pasti tidak akan sesedih ini!

    "Maafkan saya, Suster! Saya tidak bisa melakukannya!" ucapku membuat suster muda itu bingung."Maksud Bapak?" tanya ia heran."Iya, Sus! Sebenarnya--saya dan dia sudah resmi bercerai! Kami sudah bukan suami istri. Jadi--saya tidak bisa membantunya melakukan itu. Kalau suster tidak keberatan, saya minta tolong biar suster saja yang membantu memompa ASI nya!" jelasku padanya."Oalah! Maaf, Pak! Saya tidak tahu jika Bapak dan Ibu adalah mantan suami istri! Kalau begitu, biar saya bilang dulu sama dokter Tiara. Siapa tau dokter Tiara punya obat penghilang nyeri atau obat penenang untuk Ibu Nisa!""Baik, Sus! Silakan!""Kalau begitu, saya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Gunting bedah berlumuran darah

    Emak terus berderai air mata, ia tampak begitu sedih."Mak … Emak nggak perlu sedih seperti ini! Emak nggak perlu meratapi kepergian Bapak!" ucapku pada Emak. Seketika Emak menatapku dengan heran."Maksud Nak Anton apa? Kenapa kamu bicara seperti itu, Nak?" sahut Emak bingung."Bapak bukan orang baik, Mak! Dia tidak seperti yang Emak kira!" Aku berusaha menjelaskan lagi, walau sepertinya Emak masih belum paham karena aku belum menceritakan semuanya."Emak semakin tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan, Nak! Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu pada Bapakmu?""Mak, bisa kita bicara berdua saja? Anton tidak enak jika o

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Semoga saja suatu saat nanti Nisa bisa seperti Sulis

    Para perawat pria dibantu oleh security berusaha untuk mengambil gunting bedah di tangan Nisa. Sedangkan perawat wanita dan dokter lainnya membantu mengangkat Emak dan memindahkannya ke atas brankar.Emak tampak begitu kesakitan, darah mulai terlihat keluar di area perutnya yang terluka. Dengan sigap para dokter dan perawat yang membantu Emak membawanya ke ruang tindakan.Mereka berlarian menuju jalan alternatif khusus untuk membawa kursi roda dan brankar rumah sakit.Aqila langsung menangis melihat Emaknya terluka. Mereka berdua berlarian mengejar para perawat yang membawa Emak."Maaf Pak Anton! Kami harus memindahkan Ibu Nisa ke ruang isolasi. Psikologisnya benar-benar tidak stabil. Sudah d

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19

Bab terbaru

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Terimakasih Para Reader

    Hallo semuanya 🥰🥰 Akhirnya setelah penantian dan proses yang cukup lama. Novel Vonis mandul ditengah kehamilan istriku atau disingkat menjadi (VMDKI) Ending juga 🥳🥳🥳Pertama-tama Saya mengucapkan terimakasih pada Tuhan Yang Maha Esa dan juga kepada Keluarga besar saya yang telah mendukung saya menjadi seorang Penulis. Dan yang paling spesial adalah terimakasih saya kepada seluruh pembaca setia novel VMDKI yang mengikuti novel ini dari awal terbit sampai tamat. 200 bab bukanlah jumlah yang sedikit, dan tentunya banyak diantara kalian semua yang sudah menghabiskan dana untuk membaca novel ini. Saya mohon maaf telah membuat kalian menghabiskan uang jajan atau bahkan uang dapur kalian untuk cerita ini. Semoga kalian bisa mendapat ganti yang berlipat ganda, semoga selalu di beri kesehatan, dan di lancarkan rezekinya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dan Typo di dalam Novel ini. Jika berkenan yuk, baca juga novel ottor yang lainnya. *Yang suka dr

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   TAMAT

    ***Setelah pertemuan itu mereka tidak lagi bertemu sampai acara pernikahan tiba. Anton dan Adelia hanya berkomunikasi lewat telepon dan watsap. Hari terus berganti, kedua keluarga semakin sibuk mempersiapkan acara sakral itu. Mereka ingin acara itu menjadi pernikahan termewah di Jakarta. Malam ini kedua keluarga mengadakan pertemuan tertutup. Dua pasangan paruh baya itu mengadakan jamuan di sebuah restoran VVIP untuk membahas persiapan pesta yang akan digelar besok. Mereka ingin memastikan jika semua persiapan sudah seratus persen. "Syukurlah jika semuanya sudah siap, saya sangat lega mendengarnya! Ini adalah momen spesial untuk kami," ucap Tuan Romy lega. "Iya, Pak. Kami pun begitu, rasanya tidak sabar untuk menunggu hari esok," jawab Pak Tio. "Kalau begitu, kita akhiri saja pertemuan ini, sepertinya sudah malam juga, sudah waktunya kita istirahat agar besok pagi tidak terlambat," ucapnya. Mereka p

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Di tahan dulu kangennya!

    ***Dengan wajah memerah, Anton keluar dari minimarket membawa bungkusan berwarna merah muda itu. "Sial! Gara-gara Adel, aku jadi di ketawain anak-anak ABG tadi, mana jadi bahan olok-olokkan mereka lagi," cetus Anton menutup pintu mobilnya dengan kesal."Lagian, ngapain juga tuh kasir banyak tanya, pake acara nawarin merek lain segala lagi, memang dia pikir' saya ngerti apa dengan merek-merek pembalut? Aneh-aneh aja tuh orang," Anton menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan minimarket berlogo merah kuning itu.Sesampainya di rumah Adel, Anton pun langsung masuk ke dalam rumah yang tidak di kunci itu sesuai perintah Adel saat ia menelpon."Adel! Kamu dimana?""Gue di kamar! Lo sini aja! Gue nggak bisa turun nih," teriak Adel menyahut dari kejauhan."Jangan bercanda dong, Del! Di rumah kamu nggak ada siapa-siapa, ntar kalau tiba-tiba Papa dan Mama kamu datang dan melihat saya ada di k

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Apa? beliin pembalut?

    🍀🍀🍀"Ibu langsung istirahat saja! Ibu pasti capek, kan? Barang-barangnya biar si Mbok dan Sulis yang urus!" ucap Anton saat mereka tiba di rumah sang Ayah. Wanita paruh baya itu pun mengangguk dan menuruti seruan anaknya. Sedangkan Anton segera masuk ke dalam kamarnya, ia pun merasa lelah setelah membantu memindahkan barang-barang ibunya.Kring! Kring! Ponsel Anton berdering, dengan cepat ia mengangkat panggilan masuk dari Lilis. "Halo, assalamualaikum' Mbak,""Waalaikumsalam, Mas. Maaf mengganggu, saya hanya ingin mengucapkan terimakasih atas paket yang dikirim mas Anton. Anak-anak senang sekali, Mas,""Syukurlah kalau paketnya sudah sampai, Mbak. Semoga Fadlan dan Aqila menyukainya," ucap Anton lega. Tiga hari lalu Anton mengirim perlengkapan sekolah untuk kedua adik iparnya itu. Mulai dari baju seragam, sepatu, tas dan perlengkapan lainnya. "Suka banget, Mas. Dari tadi mereka nggak sabar ingin bilang terima

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Mengubur semua kenangan buruk kita

    🍀🍀🍀Satu minggu sebelum pernikahan Anton di gelar, Tuan Romy dan Bu Minah pun melangsungkan acara pernikahan mereka di kediaman Tuan Romy, acaranya berlangsung khidmat dan sederhana sesuai permintaan Bu Aminah. Hanya kerabat dan orang-orang terdekat mereka yang menghadiri acara tersebut. Bu Aminah tampak begitu cantik dengan balutan kebaya Jawa, begitupun dengan Tuan Romy, pria lima puluh dua tahun itu tampak gagah dengan busana adat dan juga blangkon khas Jawa yang ia kenakanan. Pasangan paruh baya itu pun duduk di depan penghulu. "Bagaimana Pak Romy, sudah siap?" tanya penghulu itu memastikan. Tuan Romy pun langsung mengangguk yakin. Anton dan kekasihnya duduk di sebelah mereka, menyaksikan betapa sakralnya ijab kabul yang diucapkan sang Ayah. Suasana hening sejenak saat Tuan Romy dengan lugas dan lancar mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu memastikan."Sah!"

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Bu Minah dan Tuan Romy puber kedua

    ***Satu minggu setelah perdebatan itu, suasana kembali mencair. Bu Minah berusaha untuk menghilangkan kebenciannya kepada Jannah. Bagaimanapun anak itu memang tidak berdosa. Tidak mungkin ia harus menanggung beban atas perbuatan keji yang dilakukan kedua orang tuanya. Bu Minah berusaha meyakinkan dirinya, meski itu tidak semudah yang dipikirkan. Tapi ia yakin, lambat laun rasa sayang itu akan tumbuh dengan sendirinya. Kring! Kring! Dering ponselnya berbunyi. Nama Tuan Romy terpampang di layar. Dengan antusias Bu Minah segera menggeser tombol hijau dan berbicara dengan pria yang kini kembali mengisi kekosongan hatinya. "Halo, Mas. Sudah berangkat?" tanya Bu Minah saat seseorang memanggil namanya. "Sudah, Minah. Ini Mas sudah di jalan, sebentar lagi sampai. Kamu sudah siap' kan?" "Sudah, Mas. Saya tunggu di luar ya, biar kita langsung berangkat," Sahutnya sebelum memutus panggilan. Hari

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Jannah tidak berdosa!

    Sore menjelang malam, mereka pun tiba di Jakarta. Setelah mengantar Adel sampai ke rumahnya, Anton pun bergegas pulang. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat Bu Minah ada di rumah sang Ayah dan menyambut dirinya dengan wajah tak bersahabat."Ibu? Sejak kapan ibu disini?" tanya Anton meraih tangan ibunya dan menciumnya takzim."Kamu dari mana saja Anton? Kenapa nomormu tidak bisa dihubungi?" tanya Bu Minah menatap tajam Anak sulungnya itu. Melihat raut wajah ibunya yang kesal, Anton pun bingung harus menjawab apa. "Kenapa diam saja Anton? Kamu tidak dengar apa yang ibu tanyakan?! Kamu dari mana saja? Kenapa pergi tidak pamit sama ibu?""Maaf kan Anton, Bu. Anton … Anton ada urusan,""Urusan? Urusan apa? Mengurus wanita jalang itu maksudmu?! Jawab Anton! Benarkan apa yang ibu katakan?" Mendengar cercaran pertanyaan dari ibunya, Anton pun hanya bisa mengangguk mengiyakan. Ia tidak mungkin berdebat dengan sang ibu d

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   Korban seorang residivis

    Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pulang, Anton dan Adel mengantar Lilis terlebih dahulu sebelum mereka berdua kembali ke Jakarta. "Terimakasih, ya' Mas Anton, maaf sudah terlalu banyak merepotkan," ucap Lilis saat mereka tiba di rumahnya. "Tidak apa, Mbak. Itu sudah menjadi tanggung jawab saya. Kalau begitu saya pamit dulu' ya, Mbak. Salam pada anak-anak," "Baik, Mas. Nanti saya sampaikan salam dari Mas Anton pada Qila dan Fadlan jika mereka sudah pulang dari sekolah. Mas Anton dan Mbak Adel hati-hati di jalan," sahut Lilis dan segera di anggukan oleh Anton maupun Adel. Dua sejoli itu pun akhirnya pergi meninggalkan kampung halaman Nisa.Tidak bisa dipungkiri, di kampung ini Anton sempat menjadi bagian dari keluarga besar Abah dan Emak. Kenangan masa lalu yang indah sempat terukir, walau hanya sesaat."Anton? Lo kenapa' sih? Ko malah ngelamun? Ayo jalan!" ucap Adel menegur kekasihnya yang masih dudu

  • Vonis mandul ditengah kehamilan istriku   "Maafkan aku, Nis!"

    "E-elo … nggak sedang bohongin gue kan?" tanya Adel terbata. Seketika ada perasaan bersalah karena telah menuduhnya yang tidak-tidak. "Untuk apa saya bohongin kamu, Del? Apa untungnya buat saya?" sahut Anton membuang nafas kasar. Ia tidak menyangka jika gadisnya itu bisa berpikiran buruk terhadapnya. "Lebih baik' sekarang kamu balik ke Jakarta! Kamu kesini diantar Pak Amin' kan? Biar saya bilang sama Pak Amin untuk bawa kamu pulang ke Jakarta," ucap Anton. Ia pun berjalan menuju mobil hendak menghampiri sang supir. Namun, seketika tangan Adel menghadangnya. "Gue nggak mau balik! Gue mau disini nemenin lo!" ujar Adel yakin."Tapi, Del! Disini saya repot dengan urusan Nisa. Saya tidak mungkin bisa jagain kamu! Dari pada nantinya kamu kesal, lebih baik kamu pulang. Jika urusan disini selesai, saya akan segera menyusul kamu ke Jakarta!" "Pokoknya gue nggak mau balik! Gue tidak akan kembali ke Jakarta tanpa lo! Gue mau nemenin lo sampai semua urusan

DMCA.com Protection Status