Terdengar suaranya yang begitu nyaring menggema di seluruh ruangan.
"Dasar cowok kurang ajar! Keluar lo! Jangan sembunyi! Lo harus bertanggung jawab atas apa yang lo lakuin!" teriaknya lagi.
Aku yakin, saat ini si nenek lampir pasti sedang emosi tingkat tinggi. Wajahnya pasti merah kayak tomat busuk. Rasain kamu nenek lampir! Itu balasan untuk orang sombong dan angkuh seperti mu!
"Anton! Keluar lo! Dasar cowok cupu kurang ajar! Beraninya hanya sama cewek! Cepet keluar lo! Jangan jadi pengecut bersembunyi di kamar mandi!" ucapnya sambil menggedor pintu kamar mandi dengan kasar.
Aku kembali fokus menggosok badanku dengan sabun, kemudian menuangkan sampo di kepalaku. Aku sama s
Aku duduk di tepian ranjang. Dari dalam kamar mandi terdengar suara tangisan si nenek lampir yang menyayat hati. Sepertinya ia benar-benar sedih karena kejadian ini. Aku jadi semakin merasa bersalah padanya.Niat hati ingin memberinya pelajaran, malah jadi seperti ini. Argh! Sial, kenapa aku tidak teliti dulu sebelum bertindak? Harusnya aku baca dulu keterangan yang tertulis pada spidol itu! Kalau aku tau itu spidol permanen, aku tidak mungkin menggunakan nya untuk melukis wajah si nenek lampir.Sudah dua puluh menit dia mengurung diri dikamar mandi. Berulang kali aku menyuruhnya keluar, tapi dia sama sekali tidak menghiraukan ucapanku.Ponselnya terus berdering, sepertinya ada panggilan yang sangat penting untuknya."Adel, buka pintunya! Ponselmu terus berdering! Sepertinya itu telepon penting! Lebih baik kamu angkat dulu teleponnya!""Adel! Kamu denger saya nggak, sih? Cepet buka pintunya! Sudah puluhan kali ponselmu
Aku pun segera menjauh darinya, berjalan keluar mencari taxi lewat. Namun, langkahku terhenti saat kulihat si nenek lampir itu dijemput oleh seorang pria dengan tato di lengan kanan dan kirinya.Pria itu menjemput dengan mobil sport mewah keluaran terbaru. Mereka berdua tampak begitu dekat. Tanpa basa basi si pria bertato itu langsung mendaratkan ciuman di pipi kanan dan kiri si nenek lampir. Tangannya melingkar sempurna di pinggang Adel yang ramping.Sorot mata si pria agresif itu terlihat penuh nafsu memandang Adel dari atas sampai bawah.Mereka tertawa bahagia setelah bercengkrama begitu intimnya. Layaknya seorang pasangan kekasih yang sedang melepas rindu. 'Cih! Dasar nggak tau etika! Bermesraan di depan umum, kayak nggak ada tempat lain aja!' Gumamku d
Pov Adel🍭🍭🍭"Aw! Ah … aduh, Del' pelan-pelan dong! Sakit banget kaki gue!" ucap Nicolas meringis kesakitan."Udah deh jangan mendesah mulu! Nggak enak diliat orang! Ntar dikira gue ngapa-ngapain lo' lagi!""Tapi ini sakit benget, Del! Kayaknya kaki gue bengkak' deh!""Salah lo sendiri jalan nggak liat-liat! Jatoh, kan jadinya! Lagian lo, sih keganjenan. Liat cewek bohai dikit tuh mata langsung juling nggak liat kanan kiri," sungut gue kesal.'Emang dasar nih cowok mata keranjang, lagi jalan sama gue, masih aja jelalatan liat cewek lain! Rasain tuh kena getah
Pov Anton🍎🍎"Halo! Adel, kamu masih denger saya nggak, sih?" ucapku saat si nenek lampir itu tak lagi menjawab.Sepertinya ia tengah asik dengan seseorang disampingnya. Terdengar dari percakapan mereka yang sangat menjijikkan."Hey nenek lampir, kamu masih disana, kan?" ucapku sebelum akhirnya panggilan terputus.'Argh! Keterlaluan tuh nenek lampir. Dia sengaja mematikan telpon setelah aku mendengar semuanya! Apa coba maksudnya? Apa dia sengaja ingin pamer padaku? Dasar cewek nggak punya harga diri! Mau aja diajak mesum sama preman pasar!' gerutuku kesal.Aku segera memas
'Keterlaluan tuh nenek lampir. Lagi-lagi dia menyebutku cowok cupu. Masa iya laki-laki keren seperti ku masih terlihat cupu di matanya? Yang benar saja?" gumamku sambil melihat diri ini di depan cermin besar yang berada tepat di hadapanku."Maaf, Pak! Kalau yang ini bagaimana? Sepertinya ini cocok untuk Ibu anda!" ucap pegawai itu menunjukkan sebuah gamis warna maroon lengkap dengan kerudungnya."Em … sepertinya bagus! Oke, saya ambil yang itu saja!" jawabku yakin.Aku pun segera mengambil baju yang sudah dipilihkan oleh pegawai butik ini. Gegasku menuju kasir dan membayarnya. Setelah urusan pembayaran selesai, aku pun segera meninggalkan tempat favorit kaum hawa ini. Ini adalah butik yang sangat terkenal di Singapore. Salah satu butik terlengkap di
Adel menatapku penuh kebencian, matanya nyalang seakan benar-benar marah dengan perkataanku."Jangan pernah lo sebut gue cewek murahan! Lo nggak tau siapa gue! Bagaimana kehidupan gue, lo juga nggak tau! Jadi, jangan seenaknya lo ngomong sembarangan tentang gue! Pake ngatain gue cewek murahan! Ngaca dong lo, lo itu siapa?" ucap Adel dengan nada tinggi. Tangannya menunjuk wajahku dengan emosi."Asal lo tau Anton, gue sudah lama tau tentang lo! Masa lalu lo yang suram pun, gue udah tau semuanya. Tapi gue nggak pernah ungkit-ungkit itu semua di depan lo! Gue nggak pernah menghina dan menjelekkan lo dengan kata-kata kasar seperti lo ngatain gue. Karena apa? Karena gue tau, gue harus ngejaga perasaan lo agar lo nggak minder, agar lo nggak sakit hati! Tapi--malam ini, justru lo yang bikin hati gue sakit! Perkataan lo itu bikin
Malam semakin larut, mata juga sudah lelah. Gue harus segera tidur agar besok bisa bangun lebih pagi untuk pergi ke studio foto. Kali ini gue nggak boleh mengecewakan Nicolas. Dia pasti sangat berharap sama gue.Setelah mematikan ponsel gue pun segera memejamkan mata, tidur bersama selimut tebal yang hangat ini.**Jam lima pagi gue bangun dan bergegas untuk mandi dan siap-siap. Gue lihat si Anton masih tidur dengan nyenyak diatas sofa. Sepertinya tuh cowok benar-benar ngantuk. Ia sama sekali tidak terjaga saat gue beberapa kali menjatuhkan barang-barang yang akan gue masukan ke dalam koper.Sebelum berangkat gue harus pastikan semua barang-barang gue sudah dikemas rapi ke dalam koper. Jangan sampai ada sa
Kami berdua bergegas turun ke lobby, ditemani oleh dua orang pegawai hotel yang membantu membawakan koper-koper milik si nenek lampir.Di luar, seorang sopir sudah menunggu kami dengan mobil fortuner warna hitam. Sepertinya si nenek lampir sudah menyiapkan semuanya."Mari saya bantu, Bu!" ucap sopir paru baya itu menawarkan bantuan pada Adel."Terimakasih, Pak!" ucap Adel, tangannya menyodorkan gagang koper pada sang sopir. Dengan cepat sopir itu pun bergegas memasukan satu persatu koper milik si nenek lampir ini ke dalam bagasi mobil.Setelah semuanya beres, mobil pun mulai melaju meninggalkan hotel. Sepanjang perjalanan Adel hanya diam. Ia bahkan tidak menoleh ke arahku sedikitpun. Matanya