"Kenapa Ayah bilang ada noda lipstik di wajahku? Yang benar saja?" Gegasku masuk ke kamar lalu berjalan menuju cermin. Dan benar saja, sebuah noda lipstik berwarna merah menempel jelas di pipiku.
'Astaga, apa-apaan ini? Kenapa ada noda bekas kecupan di pipiku? Pantas saja Ayah marah besar, mungkin salah satunya karena noda ini,"
Aku berusaha menghapus noda berwarna merah terang ini dengan tisu.
Ini pasti karena ciuman Nisa saat aku akan pulang tadi. Aku ingat betul, dia memang memakai lipstik dengan warna merah menyala seperti ini. Kenapa aku tidak sadar jika lipstik nya menempel di pipiku?
Argh, bodoh! Jika sampai Ayah menceritakan hal ini pada Ibu, Ibu pasti akan sangat murka. Apalagi jika Ibu ta
🍀🍀 POV AUTHOR (POV 3) 'Gila yah, tuh cowok bener-bener nyebelin banget. Gue semaleman nggak bisa tidur gara-gara khawatir mikirin dia. Eh' dia dengan santainya datang ke kantor dengan wajah polos tanpa dosa. Mana ada noda lipstik lagi di pipinya. Argh!!! Nyebelin banget' sih! Tuh cowok cupu bener-bener bikin gue gila,' gumam Adel dalam hati. "Del, lo kenapa' sih bengong mulu?" suara Gea seketika membangunkan lamunannya. "Iya nih, nggak asik banget lo, Del! Kita disini tuh mau party, bukan mau ngelamun! Turun yok, kita dance! Mumpung musiknya enak nih!" Ajak Gerald. Ia memaksa mengajak Adel untuk turun ke dance floor. Alunan musik semakin kencang, semua orang asik menggoyangkan tubuhnya. Gea beg
🍀POV Author"Bangsat! Setan! Awas aja Lo' gue nggak bakal tinggal diam. Gue akan pastikan lo akan menyesal setelah ini, gue akan bikin perhitungan sama Lo! Tunggu pembalasan gue' pria sialan!" congor Gerald. Ia tidak terima jika rencana melampiaskan nafsunya pada Adel gagal gara-gara kedatangan Anton.Isan dan Leo yang sudah mengenakan celana boxer pun mulai menghampiri pria blasteran yang masih tersungkur di atas lantai itu.Mereka berdua berusaha membantu Gerald untuk bangkit. Namun, langsung menepis tangan mereka dengan kesal."Keterlaluan Lo berdua! Kenapa Lo berdua diem aja saat pria brengsek tadi mukul wajah gue? Kalian nggak punya nyali, hah? Anjing Lo berdua!" ucap Gerald tidak bisa menahan emosinya. Sorot matanya yang menyeramkan membuat kedua temannya ketakutan."Ma-maafin kita, Ger! Ki-kita juga kaget. Lo tau' kan tadi kita berdua juga sedang…""Alah, nggak usah banyak alasan Lo!" Cetus Gerald memotong ucapan I
"Turunlah! Kita sudah sampai," ucap Anton mematikan mesin mobil lalu melepaskan sabuk pengamannya."Lo liat sendiri' kan, badan gue lemes kaya gini? Gue nggak bisa turun! Udah cepet bantuin gue," sahut Adel. Gadis itu berbicara dengan nada perintah.Anton menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Adel yang menyebalkan itu ia hanya bisa membuang nafas kasar. Anton menggendong Adel, dan membawanya masuk ke dalam rumah."Ya allah, Non Adel, akhirnya non pulang juga! Si mbok khawatir banget, Non! I-ini kenapa Non Adelnya tidak pakai baju, Den? Apa yang terjadi dengan Non Adel?" ucap Mbok Darmi. Wanita paruh baya itu terkejut melihat kondisi Adel yang hanya dibalut selimut."Nanti saya jelaskan, Mbok! Sekarang' kita bawa
Adel menggeliat di kasur, ia mengambil guling untuk dipeluknya. Sepertinya alkohol sudah membuat gadis itu tidak menyadari jika setiap ia bergerak selimut yang menutupi tubuhnya akan terbuka.Tubuh mulusnya kini nampak terlihat, meski hanya bagian belakang. Namun, Anton tidak ingin terus berada di kamar itu."Dasar wanita bar-bar! Apa tidak bisa dia menjaga kehormatannya sedikit saja? Sudah tau tidak pakai baju, tapi bergerak sesukanya. Dasar perempuan liar!" gumam Anton dalam hati. Ia pun memilih keluar dan menunggu si Mbok di depan pintu kamar."Lho, Den Anton' ko diluar? Kenapa nggak menunggu di dalam saja?" tanya si Mbok saat tiba di depan kamar."Tidak apa, Mbok!" jawab Anton singkat tanpa men
"Ma-maksud kamu apa, Del?" tanya Anton. Ia tampak bingung dan terkejut mendengar ucapan Adel yang panjang lebar."Sudahlah! Sepertinya cinta gue memang bertepuk sebelah tangan," sahut Adel. Ia melepaskan cengkraman tangannya, lalu segera menyeka air mata yang terus meluncur dari pelupuk matanya."Pergilah dari sini! Gue nggak mau bertemu dengan lo lagi!" Kali ini Adel pun mengusir Anton dari kamarnya. Gadis itu nampak begitu kecewa. Bagaimana tidak, sesaat sebelum Anton datang ke kantor, Adel sudah menolak ajakan Gerald dan kawan-kawannya untuk party di club malam itu. Tapi, saat melihat Anton datang ke kantor dengan noda lipstik di wajahnya Adel pun merasa cemburu dan terluka. Apalagi bayang-bayang Anton sedang melakukan treesome dengan dua wanita selalu mengganggu pikirannya. Hingga akhirnya ia pun berubah pikiran dan mau menerima
Sesampainya di rumah Anton langsung masuk ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya yang sangat lelah itu ke atas kasur. Matanya begitu berat, berulang kali ia menguap, rasa kantuk itu tidak bisa ditahan lagi.*Pagi hari Anton sudah siap di meja makan. Ia menikmati roti gandum dan selai kacang, tak lupa satu gelas kopi susu kesukaannya."Kamu sudah siap, Anton?" tanya Tuan Romy yang baru turun dari anak tangga. Ia berjalan menghampiri anaknya di meja makan."Sudah, Ayah! Anton sudah selesai sarapan. Sebentar lagi Anton berangkat ke kantor," jawab Anton pasti."Bagus! Sebagai pemimpin kamu harus bisa memberikan contoh yang baik untuk para karyawan di kantor! Jangan perna
Anton berpikir, jika ia tidak bisa menyelesaikan tugasnya itu akan membuat Ayahnya kecewa. Terlebih tadi pagi ia sudah berjanji pada sang Ayah.'Baiklah, sepertinya aku harus segera mengambil tindakan,' batin Anton."Laporannya belum saya periksa! Beri saya waktu 20 menit untuk menyelesaikan semuanya!" ucap Anton pada karyawati yang masih berdiri di sampingnya itu.Dengan wajah bingung dan khawatir karyawati itu pun menjawab. "Tapi, Pak--kepala HRD sudah menunggu laporan itu dari tadi! Ia bilang, rapatnya akan dimulai sebelum jam makan siang,""Kamu tidak usah khawatir, saya akan segera menyelesaikannya! Bilang pada kepala HRD, saya memintanya menunggu 2 jam, saya sendiri yang akan mengantar file ini padanya!" jawab Anton yakin. Karyawati itu pun mengangguk dengan ragu sebelum akhirnya keluar dari ruangan Anton.Gegas Anton kembali ke meja kerjanya. Ia mencari map berwarna biru di antara tumpukan file yang bertengger di mejanya.Matany
Adel beranjak dari kasur, dengan badan yang masih lemas ia berlari sempoyongan mengejar Mamanya."Mah tunggu dong! Jangan pergi dulu! Kasih tau Adel, memangnya Papa punya rencana apa?" ucap Adel menarik lengan Mamanya."Kalau sudah waktunya nanti juga kamu tau sendiri, Del!""Ih, Mama! Jangan bikin Adel penasaran dong! Cepet kasih tau aku, rencana apa sebenarnya? Jangan bilang jika Papa mau masukin Adel ke asrama?" Tebak Adel. "Kalau beneran itu rencananya, Adel nggak mau! Sampai kapanpun Adel nggak mau tinggal di asrama!" Mendengar celotehan anak semata wayangnya itu Nyonya Wina hanya mengangkat bahunya tak acuh. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga membuat Adel semakin kesal."Iiih, Mama! Nyebelin banget' sih! Diajak ngomong malah pergi gitu aja? Argh, nyebelin!" Beo Adel. Ia pun kembali ke kamarnya dan membanting pintu kamar dengan kencang.■■Siang berganti malam, Anton masih berkutat dengan pekerjaannya yang