Dalam hidupnya, sudah bukan ia dan Chloe lagi, tapi ada Celine yang kemudian di susul Darren dan Felix, untuk memulainya terlebih karena kepribadian Chloe dan Celine yang bertolak belakang maka akan sulit untuk dilakukan.
Dave tidak siap jika harus kehilangan salah satu, ia egois, karena keegoisan itulah ia harus menyakiti salah satu dari wanita yang ia cintai. Ia tidak kehilangan cinta Chloe, tapi ia kehilangan cinta dari anaknya, anaknya yang ia tuntut menjadi sempurna.
"Maafkan aku." lirih Dave dari balik dinding yang menyembunyikan keberadaan dirinya.
***
Setidaknya Dave datang ketika sarapan. Pria itu sudah duduk dengan kopi dan koran paginya, ketika Chloe bangun Dave sudah siap dengan pakaian kantornya, tentu saja gadis itu terkejut, ia baru bangun, masih mengenakan gaun tidur dan baru mencuci wajahnya, sedangkan suaminya sudah tampan dan wangi.
"Aku ingin roti isi pagi in
"Kenapa kau baru mengatakannya padaku? Dan, bukankah hari ini akan pergi ke panti asuhan? Kau sudah berjanji, Daniel."Yes, Daniel bersorak dalam hati. Rencananya akan berjalan lancar. "Oh ya? Aku tidak ingat."Mata Emily tentu saja langsung berkaca, ia manja dan cengeng, keinginannya harus selalu dituruti kau tidak seluruh dunia akan dibuat repot oleh ulahnya."Ya sudah, kau pergi saja sana ke Surabaya. Aku akan kembali ke Bali.""Ya sudah, kau pulang sana saja ke Bali."Sebenarnya, ada apa dengan pagi ini, Emily bertanya pada dirinya sendiri, Daniel tampak berbeda, tidak biasanya pria itu bersikap demikian, ia sangat keluar dari karakter biasanya."Daniel, apa kau serius?""Tentu saja, seperti yang kau inginkan."***Emily bangun dari posisi berbaringnya, berlari ke kamar mandi, membersihkan dirinya dengan hati meletus-letus kesal. Ad
"Papa akan belikan mainan baru ketika kita pulang bersama lusa, sekarang Papa harus mengantar Kak Darren. Jadi, Felix harus jadi anak baik, tidak boleh menangis, paham?""Janji?""Janji." Dave menautkan kelingkingnya pada kelingking Felix, menunjukkan kesungguhannya."Baiklah, aku akan berangkat dengan Mama.""Nah, anak Papa yang satu ini memang pintar."Setelah itu, ia bangkit, meraih kepala Celine dan mengecup keningnya."Aku berangkat dulu." pamitnya lembut.Celine mengangguk. "Hati-hati."***Meskipun jauh, meksipun tidak terdengar. Tapi, tentu saja, perlakuan Dave yang begitu pada Celine membuat air matanya meleleh. Padanya dan Darren, Dave layaknya boss besar yang tengah memerintah pegawai, sementara pada Celine dan Felix, ia begitu lembut dan sangat berperan sebagai ayah. Kenapa Dave melakukan itu? Bahkan, di saat ia telah membuka hati
"Bandung? Aku dari Tokyo dan langsung kemari. Sejak kapan Tokyo ada di Bandung." Aiden mendengus, padahal semalam ketika Daniel menghubunginya, ia sudah mengatakan kalau ia sedang berada di Tokyo dan baru akan pulang dua jam lagi. Apa pria itu lupa? Atau melupakan karena yang ada dipikirannya hanya Emily."Ah, kukira kau akan kembali dua jam kemudian?""Tidak, penerbangan delay." Aiden mendesah menghempaskan tubuhnya di sofa panjang, diikuti Daniel dan Emily."Aku bertemu Kak Yuna."Pasangan Jacobs itu bertatapan. "Yuna?""Ya, Yuna Dawson."***Darren menangis keras di sepanjang perjalanan karena ibunya jatuh, Dave tidak banyak bicara tapi kepanikan jelas melanda, ia cemas sampai mengemudi begitu cepat, menerobos lampu merah dan tidak peduli pada makian dari pengemudi lain. Yang ada di dalam isi kepalanya hanya secepatnya sampai di rumah sakit.Chloe puca
"Bangga begitu kalau orang tuamu sudah tua? Iri kalau aku jadi anak Mama dan Papa yang masih tampan dan cantik?""Aku bertaruh, kau pasti memujinya jika sedang ada perayaan saja seperti ini. Kemarin-kemarin, kau pasti menghinanya, kan?"Garvin terkekeh, melihat pertengkaran di depannya yang malah terlihat seperti stand up komedi. Bukannya melerai, malah itu ia jadikan sebagai hiburan."Bagaimana Chloe?" Garvin mengalihkan pandangannya pada Daniel yang bertanya demikian."Ya, sejauh ini dia baik-baik saja.""Syukurlah, penyakitnya?" Kini, Chloe bertanya"Sudah sembuh."***"Hey, jaga ucapanmu. Aku tidak mungkin seperti itu.""Ah, kau ini banyak alasan rupanya."Seperti itu, mereka akan bertengkar setiap kali bertemu, entah apa saja itu bisa menjadi bahan masalah, seandainya mereka berbeda jenis kelamin Dani
"Aku terlalu takut. Chloe tidak pernah sakit lagi penyakitnya yang terdahulu sembuh."Emily mengusap punggung Garvin semakin pelan. "Chloe pasti akan baik-baik saja. Lebih baik kau tenangkan dirimu. Kau akan bertemu Darren, tidak mungkin kau datang dengan keadaan berantakan. Bagaimana kau bisa menyakinkan Darren jika seperti ini?"Inilah kenapa Daniel menyuruh Emily duduk bersama Garvin, itu agar ia bisa menenangkan Garvin. Daniel tidak bisa, ia terlalu kaku.Dari rumah mereka sampai ke rumah sakit butuh beberapa menit, hingga membuat mereka tiba di rumah sakit di mana Chloe di rawat pada hari menjelang sore. Ketika Garvin dan yang lain tiba di sana. Darren tertidur dipangkuan dokter muda. Ansel John.***"Apa kalian keluarga Darren Criss Taylor?" tanya Ansel dengan suara beratnya dah lirih, takut membangunkan Darren. Emily segera mengambil alih, mungkin dokter muda itu terasa pegal, Darren tertidur seperti koala.&n
"Itu bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu, Celine.""Ini salahku. Aku terlalu asik dengan obrolanku sehingga tidak sadar kalau anak kita memanjat terlalu tinggi. Darahnya bahkan sampai mengotori seluruh bajuku. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika Felix kenapa-napa.""Felix baik-baik saja. Bukankah, dokter mengatakan demikian. Lukanya sudah di jahit." Dave mengambil tubuh Celine dan memeluknya. Ia memeluk Celine, tapi pikirannya tertuju pada Chloe. Wanitanya yang lain, yang juga berada di rumah sakit. Bagaimana keadaannya? Apa ia baik-baik saja? Sudah sadar? Atau, mungkin sudah pulang? Entahlah."Apa malam ini kau akan tidur di kamar Chloe? Ini, malam kalian." Ya, aku harus ke sana."Tidak, aku akan menemanimu. Felix selalu mencariku tengah malam jika dia sakit.""Terima kasih, Dave.""Ini tugasku."***Malam ketika Chl
Setidaknya, ia tidak memiliki siapapun untuk tanggung jawabnya, sementara Chloe? Ia mempunyai Darren yang harus di jaga, di rawat, dan di sayangi, perlahan hidup Darren masih panjang, ia tidak masalah jika suatu saat harus mengurus Darren. Tapi, tetap saja, pria akan kewalahan mengurus seorang anak. Apalagi, ia sendirian, bersama Darren ia akan memikirkan dua kali untuk menikah. Kebanyakan wanita tidak menyukai pria yang memiliki anak. Garvin harus mencari wanita yang harus menerima dirinya juga Darren dan itu tidak mudah. Sedangkan, ia sudah pas untuk menikah."Kak Garvin." Chloe menangkap tangan Garvin yang sudah berbalik, pria itu menangis, menjatuhkan air matanya pada punggung tangan Chloe."Ada apa? Kau menangis?""Kau istirahat saja. Aku ingin makan, lapar." Pelan, Garvin mengenyahkan tangan Chloe dari tangannya.Ada yang tidak beres, Chloe melihat bungkusan makanan di atas meja. Daniel meletak
Felix sangat suka mainan, membujuk kemarahan Felix adalah sesuatu yang mudah, belikan dah turuti semua kemauannya maka sembuh, sangat bertolak belakang dengan Darren, walau ia sendiri tidak tahu Darren jika marah seperti apa dan bagaimana cara membujuknya. Tapi yang ia tahu, Darren lebih suka diam dan memendam."Aku tidak bisa menemukan ponselmu, jaketmu sudah dicuci."Tidak ada? Ya, Tuhan. Ia menjatuhkan benda itu kemarin, sewaktu Celine menghubunginya dengan tangisan yang sangat keras."Kau sudah mencoba menghubungi ponselku?" tanyanya, mungkin Darren yang menemukan benda itu."Sudah, tapi tidak aktif."Dave mendesah, pasti kehabisan daya. "Mungin, aku meninggalkannya di kantor.""Kalau begitu, aku akan datang ke kantor nanti, agak siangan." Sambil ke rumah sakit, batinnya meneruskan.***Ketika bangun di pagi hari, Emily segera bergeg
Pada awalnya Felix juga ingin menempuh pendidikan ditempatyang sama dengan Darren tapi mempertimbangkan nanti orang tuanya hanya bertiga saja jadi Felix memilih tinggal. Anak itu menempuh pendidikan di tempat yang sama dengan Mario."Kau terlihat senang sekali?" Dave yang baru selesai mandi segera menghampiri Chloe yang tengah mempersiapkan bajunya sambil tersenyum bahagia."Tentu saja. Aku sangat merindukan Darren." katanya."Kalian video call setiap hari dan masih mengatakan rindu? Astaga." Dave mengacak pelan rambut Chloe yang sudah tertata membuat wanitanya itu mengerutkan bibirnya lucu. "Melihatnya secara langsung jelas berbeda dengan melihat dilayar. Aku terkadang iri dengan Celine dan Garvin." katanya."Felix anak yang ceria dan tidak pergi jauh sehingga Celine bisa melihatnya setiap hari. Sedangkan Garvin melihat Darren setiap hari.""Kau benar juga. Daripada kita
"Jika, kau dan Dokter itu saling mencintai. Ceraikan saja Dave. Aku juga tidak ingin memiliki menantu jalang sepertimu."Perkataan sarkas yang di luncurkan Nyonya Taylor berhasil membuat lubang di hati Celine, begitu terjal sampai terasa sangat ngilu. Sungguh, rasanya mulutnya ingin meluapkan segala perkataan yang ingin ia katakan, tapi sayangnya hanya mampu sampai di tenggorokan karena rasa nyeri di hatinya sudah sepenuhnya mengambil alih. Bahkan, untuk mengeluarkan sepatah kata saja rasanya sangat sulit."Mama."Perhatian dua orang wanita dewasa itu teralihkan saat Felix tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka."Sayang.""Mama kenapa menangis?"Celine langsung merengkuh tubuh si anak tapi tak dapat membuat tangisannya terhenti. Nyonya Taylor memalingkan wajahnya tidak tega melihat keadaan cucu dan juga menantunya. Tapi, ma
"Dan, kau berniat menghancurkan rumah tangganya." sela Nyonya Taylor dengan pandangan bengis. Mungkin, jika muncul sinar laser di sana Ansel sudah tinggal nama."Iya, pada awalnya memang seperti itu. Tapi, ketika aku melihat Felix, aku kasihan pada anak itu.""Lantas, mengapa kau bisa berbuat seperti itu pada Celine?""Saya bukanlah orang munafik yang mengatakan bahwa saya sudah tidak lagi mencintai Celine. Saya masih mencintai menantu Nyonya."Nyonya Taylor menggertak giginya kuat-kuat. Dave dan Chloe belum usai, menanti pertamanya itu masih berada di rumah intensif dan belum ada kemajuan untuk penyakitnya. Sekarang, di tambah lagi dengan permasalahan Celine dengan Dokter yang bern
Dave yang menyadari kehadiran sang anak tak berani mendekat. Darren sedang dikabuti dengan kesedihan dan ia tidak ingin Darren semakin tertekan melihatnya jika ia menghampiri anak itu. Toh, Darren sedang bersama Emily dan ia percaya jika wanita itu dapat menjadi tumpuan untuk Darren. Lengkap sudah penderitaan Dave, ia sangat tidak becus menjadi ayah dan sangat tidak bertanggung jawab sebagai suami. Pantas saja, Chloe menggugat cerai padanya."Terkadang Tuhan menggunakan rasa sakit untuk mengingatkan, mengoreksi, mengarahkan, dan menyempurnakan hidup kita. Bertahanlah, Chloe. Aku janji aku akan menjadi ayah dan suami yang baik untukmu.""Baiklah, Bi. Aku mau." Darren berbalik dan langsung mengangguk pada Emily.Emily tersenyum. "Darren memang anak baik. Kita makan sekarang, yuk."Nyonya Jacobs itu menuntun Darren agar duduk di kursi tunggu dan mulai menyiapkan m
"Wow, kau bahkan rela mengungkap identitas mu sebagai dokter tripel-board, Nona Joko, demi menyelamatkan Chloe?" Ansel yang sedari tadi menunggu di luar berkomentar saat Yuna keluar ruanganDokter Joko atau si kelinci kuning adalah salah satu dari beberapa dokter terhebat yang pernah ada karena memiliki kemampuan super jenius juga menjadi kebanggaan rumah sakit tempatnya bekerja selama ini. Joko atau Yuna selama ini begitu dihormati ketika berkarir di Amerika karena kemampuannya. Berbagai pujian sering mendatanginya karena hasil kerjanya yang selalu memuaskan. Petinggi rumah sakit mereka yang terdahulu yang pernah divonis lumpuh bahkan kini menunjukan perubahan signifikan setelah di operasi oleh Yuna, oh ya dia juga bagian dari tim peneliti yang menciptakan vaksin untuk sebuah virus berbahaya. Walau masih muda perstasinya sangat mengagumkan. Yuna selain pada dasarnya cerdas dia juga sangat ambisius dan selalu ingin menjadi yang terdepan maka inilah hasilnya.
Pesta besar di kediaman Taylor sekaligus penyambutan kembalinya putra sulung yang menempuh pendidikan di negeri jauh, Amerika Serikat.Kedatangannya telah ditunggu dan rupanya bukan hanya oleh keluarga dirumah tapi satu negara ini karena bahkan di bandara internasional yang menjadi tempatnya mendarat nanti bak pesta sambutan pribadi telah diatur dengan sedemikian rupa oleh penggemar keluarga pengusaha.Sementara dibandara begitu diramaikan oleh orang yang menunggu anak pertama keluarga Taylor, dirumah kediaman diramaikan oleh gelak tawa anak-anak yang katanya ikut membantu para orang tua untuk menyiapkan acara penyambutan.Di pimpin oleh Axel yang mana paling tua diantara rombongan anak-anak entah sudah berapa kali mereka memecahkan balon hingga mengagetkan. Meskipun sudah di tegur pun akan terjadi lagi dan lagi. Itu yang disebut membantu?"Kak~" suara Mario yang merengek karena terus saja di jahili Felix dan Leo.
Sebagai jawaban dari pihak salah satu rumah sakit ternama di Amerika - John Hopkins yang dimintai tolong oleh dokter rumah sakit Indonesia, mereka mengatakan kalau salah dua dari dokter hebat mereka tengah berada di negara tersebut dan dengan senang hati akan memberikan bantuan.Ketika mereka menanyakan apakah bisa membantu seorang pasien yang sedang dalam keadaan kritis karena sumsum tulang belakangnya yang patah dan menusuk dada hampir mengenai jantung sosoknya langsung terpikirkan. Dokter dengan sertifikat tripel-board yang juga merupakan lulusanterbaik universitas John Hopkins dan bahkan meraih gelarnya di usia muda.Namun tidak terpikirkan sebelumnya kalau dokter tersebut terlihat begitu belia. Yeah, di mata para dokter senior tentu saja sosok yang kini berdiri sambil menunjukan tandapengenal dari rumah sakit bergengsi itu masih sangat belia bahkan mungkin bisa terlihat seperti anaknya kalau mereka jalan bersama.Yang mereka pi
"Kalau kau sungguh ingin dia sembuh, maka jangan bertindak seenak jidatmu. Biarkan mereka yang mengerti menanganinya. Setidaknya dengan begitu aku bisa merasakan sedikit simpatimu."Rasanya sesuatu ikut meremas hati Emily, ia bisa merasakan bagaimana kesakitan dalam setiap ucapan yang keluar dari mulut Garvin, cinta seorang kakak kepada sang adik yang luar biasa besar dan ketakutan akan kehilangan. Entah bagaimana sesungguhnya rumah tangga pasangan Taylor ini hingga tampaknya Garvin sangat membenci seorang Dave Taylor.Dan, Dave sendiri terlihat begitu bersalah. Apakah rumor yang beredar tentang rumah tangga Dave Taylor dan kedua permaisurinya adalah kebenaran? Bahwa dia hanya mencintai salah satunya saja dan tidak dengan keduanya? Bahwa sang ratu sesungguhnya di anggap oleh Dave hanya sebatas tragedi sementara selirnya adalah cinta yang sesungguhnya?Astaga. la tidak berani membayangkan hal itu terjadi padanya. Membayangkan membagi
Pada sebuah taman bunga yang luas, yang udaranya terasa segar dan sangat sulit ditemukan di kota Jakarta. Chloe Moretz Lautner merasakan kalau dia seperti sudah berada di belahan bumi yang lain karena betapa menyegarkannya tempat ini.Tenang, segar dan sangat nyaman. Bunga-bunga yang tumbuh juga menebarkan semerbak wewangian memanjakan penciumannya."Di mana ini?" ia bertanya-tanya sembari kakinya melangkah pada jalan setapak untuk menyusuri semakin dalam padang bunga tersebut."Tempat yang indah dan nyaman. Tapi, apakah aku seorang diri?" Oh ya, apa tidak ada orang lain lagi yang mengunjungi tempat seindah ini? Kenapa hanya ada dirinya. Padahal tempat ini sangat cocok untuk piknik keluarga atau kalau tidak mungkin bisa berkencan. Seperti Edward Cullen dan Bella Swan."Chloe." baru saja gadis cantik itu memikirkan tentang piknik atau kencan, telinganya mendengar suara seseorang memanggil namanya.Di