Erza tiba-tiba tersadar dan mendapati dirinya berada di tempat yang tak dikenalnya, sejauh mata memandang hanya hamparan padang rumput yang hijau. Di tengah hamparan padang rumput itu terdapat sebuah pohon apel yang sedang berbuah lebat.
"Dimana
aku?" batinnya."Hai..." sebuah sapaan dari seseorang mengejutkannya.
Erza pun menoleh dan betapa terkejutnya ia begitu melihat orang yang menyapanya adalah dirinya sendiri atau memiliki wajah yang sama dengannya.
"Si-siapa kau?" tanya Erza gugup
"Aku Erza," jawab pemuda itu.
"Apa maksudmu? aku Erza, tunggu dulu..." Erza terlihat seperti
[Erza 01]..Perlahan-lahan aku mulai terbangun dari "tidurku". Mataku belum sepenuhnya terbuka, akan tetapi samar-samar kulihat wajah seorang gadis. Gadis yang sangat cantik, bagaikan bidadari. Wajahnya nampak bercahaya. Wajahnya agak mirip dengan putri Ayrin."Putri Ayrin? Astaga!"Sekita aku tersadar, dan menemukan putri Ayrin sedang mengamatiku dari dekat. Maksudku benar-benar "dekat", wajahnya hampir bersentuhan dengan wajahku."Maaf, aku hanya penasaran bagaimana para Velas tidur," ucapnya setelah mengetahui bahwa aku sudah terbangun dari tidurku."Maaf juga soal itu, tempat ini sangat nyaman dan aku sangat
.[Erza 02]..Aku perlahan-lahan tersadar. Aku mendapati diriku terbaring di rumah sakit dengan selang oksigen terpasang di hidungku serta beberapa selang lagi yang menempel di sekujur tubuhku.Kutolehkan wajahku ke samping, dimana ada Susi yang tertidur dengan posisi duduk sambil menelungkup ke tempat tidurku. Sementara di sisi satunya ada ibu yang duduk sofa menjadi "bantal" bagi Zee yang sedang tertidur pulas.Perlahan-lahan aku mulai bangkit dari tempat tidur dan meraih gelas air minum yang berada di meja yang tak jauh dariku, namun sebuah tangan segera meraih gelas itu."Kau sudah siuman? Ini pelan-pelan minumnya," ucap Susi yang menyodorkan gelas itu padaku. Sus
[Erza 01]Kulirik jam dinding di kamarku, namun... betapa bodohnya aku, karena tak ada jam dinding di sini. Kulirik layar ponselku mencari sebuah angka digital yang berwujud penunjuk waktu.Pukul 02.21Ingin hati ini pergi ke alam mimpi, namun otak ku yang nampaknya belum menunjukan kelelahan, memaksa mata ku untuk tetap aktif. Sudah ku coba untuk merebahkan tubuhku, namun percuma saja. Dengan sedikit kesal aku bangkit dan meraih ponselku, "Mungkin sedikit surfing di internet mampu membuatku tertidur," batinku.1 jam kemudian..."Sial!!!" umpatku sambil melempar ponselku ke tempat tidur. Ternyata surfing dan sedikit main game tak membantu sama sekali.Ku langkahkan kakiku ke dapur untuk membuat susu coklat hangat, menurut yang ku baca... susu dan coklat dapat mengusir insomnia. Aku kembali ke kamar membawa segelas susu coklat."Baiklah... sedikit
[ERZA 02]"Erza... Erza... BANGUN!!!" sebuah suara mengagetkanku. Seketika kusadari diriku terkapar di lantai sebuah kamar yang tak ku kenali. Perlahan-lahan ku coba untuk bangkit.Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan sosok wanita berusia 40an masuk ke dalam kamar, "Erza... cepat bangun, nanti kau terlambat," ucapnya."Em... maaf, anda siapa?" tanyaku pada wanita itu. Namun bukannya menjawab dia malah menarik telingaku dan menyeretku ke kamar mandi."Ini bukan waktunya bercanda," katanya sambil melempar handuk kemudian membanting pintu kamar mandi.Sementara aku hanya bisa terpaku di tempat dan berusaha menganalisa apa yang terjadi.Oke, semenit yang lalu aku berada di tempat kamp pelatihan sedang melakukan repling, kemudian ada cahaya dan.... arrgh, kepalaku tiba-tiba terasa sakit, di bagian belakang kepalaku terdapat benjolan kecil, mungkin akibat terjatuh
[ERZA 01]💉💉💉Setelah kuteliti lebih baik, ternyata rumah sakit ini berbeda dengan rumah sakit pada umumnya. Interior yang agak modern serta perlatan medis yang sangat berbeda dengan yang sering ku lihat. Namun anehnya, tempat ini seperti tidak asing bagiku."Ma... maaf, kalau boleh tau aku ada di mana?" tanyaku pada gadis itu."Kau ada di ruang pemulihan Za, nampaknya kepalamu terbentur dengan keras tadi. Sehingga kau lupa dengan tempat persinggahan mu setiap minggu," ucap gadis itu.Ruang pemulihan? sepertinya aku pernah mendengarnya tapi di mana? ini semakin membingungkan saja."Kau tidak apa-apa?" tanya gadis itu."Maaf, orangtua ku di mana? dan kamu siapa ?"Gadis itu terkejut mendengar perkataanku, "E... tunggu, lebih baik ku panggilkan dokter dulu." setelah mengatakan itu, gadis itu pun
📚📚📚Pelajaran di sekolah ini begitu membosankan. Jika saja bukan untuk kepentingan penyelidikan ku, aku tak mau repot-repot mengikuti kemauan wanita yang mengaku ibuku itu.Dari hasil penyelidikan ku sejauh ini, mereka tahu namaku Erza dan sampai saat ini tak ada yang terkejut melihat wajahku, jadi ku simpulkan bahwa mereka mengenaliku. Tapi yang membuatku heran adalah dari deskripsi mereka, nampaknya bukan aku yang mereka maksud. Tapi seseorang yang berwajah sama sepertiku.Apa sebenarnya yang terjadi?Aku harus mengumpulkan lebih banyak informasi lagi. Namun, pada siapa aku harus..."Za... tunggu."Gadis cerewet tadi yang bernama Sus
[ERZA 01]Kesadaranku perlahan-lahan mulai pulih, kali ini ku coba untuk bersikap tenang dan tidak panik. Lagipula aku adalah author cerita ini, jadi tak akan sulit menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Seperti yang tertulis di awal ceritaku, Erza sang tokoh utama berada di ruang pemulihan ditemani Ashley.Aku menoleh ke samping, di sana ada Ashley yang sedang duduk membaca sebuah buku, tampaknya dia terus menemaniku hari ini. Tiba-tiba saja aku gugup, aku baru saja teringat bahwa Ashley adalah kekasih Ezra sang tokoh utama."Tenang Za, tenang... ini bukan selingkuh dia tidak nyata, dia tidak nyata." batinku"Leya..." aku mencoba menyapanya dengan panggilan kesayangan nya agar dia tidak curiga.
[ERZA 02]Tamparan dari Susi tadi siang menyadarkanku akan satu hal, bahwa aku tak bisa seenaknya kepada mereka. Aku harus berpura-pura menjadi Erza mereka, setidaknya sampai aku mengetahui apa yang sedang terjadi.📎📎📎Kurebahkan tubuhku di tempat tidur sambil memikirkan bagaimana caraku mengumpulkan informasi. Mataku tertuju pada sebuah laptop yang tergeletak di meja belajar."Lebih baik aku mulai dari sini," ucapku sambil beranjak dari tempat tidur dan menghidupkan laptop. Namun sia-sia saja karena membutuhkan password untuk login."Sial," umpatku.Tak puas dengan itu, akupun menggeledah seisi ruangan berusaha mencar
.[Erza 02]..Aku perlahan-lahan tersadar. Aku mendapati diriku terbaring di rumah sakit dengan selang oksigen terpasang di hidungku serta beberapa selang lagi yang menempel di sekujur tubuhku.Kutolehkan wajahku ke samping, dimana ada Susi yang tertidur dengan posisi duduk sambil menelungkup ke tempat tidurku. Sementara di sisi satunya ada ibu yang duduk sofa menjadi "bantal" bagi Zee yang sedang tertidur pulas.Perlahan-lahan aku mulai bangkit dari tempat tidur dan meraih gelas air minum yang berada di meja yang tak jauh dariku, namun sebuah tangan segera meraih gelas itu."Kau sudah siuman? Ini pelan-pelan minumnya," ucap Susi yang menyodorkan gelas itu padaku. Sus
[Erza 01]..Perlahan-lahan aku mulai terbangun dari "tidurku". Mataku belum sepenuhnya terbuka, akan tetapi samar-samar kulihat wajah seorang gadis. Gadis yang sangat cantik, bagaikan bidadari. Wajahnya nampak bercahaya. Wajahnya agak mirip dengan putri Ayrin."Putri Ayrin? Astaga!"Sekita aku tersadar, dan menemukan putri Ayrin sedang mengamatiku dari dekat. Maksudku benar-benar "dekat", wajahnya hampir bersentuhan dengan wajahku."Maaf, aku hanya penasaran bagaimana para Velas tidur," ucapnya setelah mengetahui bahwa aku sudah terbangun dari tidurku."Maaf juga soal itu, tempat ini sangat nyaman dan aku sangat
Erza tiba-tiba tersadar dan mendapati dirinya berada di tempat yang tak dikenalnya, sejauh mata memandang hanya hamparan padang rumput yang hijau. Di tengah hamparan padang rumput itu terdapat sebuah pohon apel yang sedang berbuah lebat."Dimanaaku?"batinnya."Hai..." sebuah sapaan dari seseorang mengejutkannya.Erza pun menoleh dan betapa terkejutnya ia begitu melihat orang yang menyapanya adalah dirinya sendiri atau memiliki wajah yang sama dengannya."Si-siapa kau?" tanya Erza gugup"Aku Erza," jawab pemuda itu."Apa maksudmu? aku Erza, tunggu dulu..." Erza terlihat seperti
.[Erza02]."Ma, sudah ada kabar dari Zee? tanyaku di sela-sela sarapan."Iya, semalam dia telpon. Katanya hari ini mereka pulang," jawab ibuku"Oh oke kalau begitu, aku pergi dulu.""Mau kemana?""Mau menengok Susi.""Habiskan dulu sarapannya," perintah ibuku."Sudah kenyang," ujarku yang segera menyambar kunci motor dan segera pergi.***Baru saja aku hendak mengetuk, pintu rumah terbuka dan Su
[Erza 02].."Eh, kenapa kita ke sini," lontar Susi saat mengetahui mobil yang kukemudikan memasuki sebuah rumah sakit."Aku hanya ingin memastikan kesehatanmu saja," balasku seraya mengarahkan mobil ke tempat parkir."Tapi aku sudah tak apa-apa. Sungguh," kata Susi mencoba meyakinkanku."Biar dokter yang memutuskan. Ayo...."Susi tak punya pilihan lain selain menurutiku. Setelah kurang lebih setengah jam diperiksa, akhirnya dokter menyatakan ia baik-baik saja dan hanya perlu beristirahat."Sudah kubilang kan, kalau aku tidak apa-apa," ucapnya saat kami baru s
[Erza01]Putri Ayrin menawarkan diri untuk mengantarkan kami ke ruang perawatan dimana Geri berada, selama dalam perjalanan dia berbincang dengan Ashley atau lebih tepatnya Ashley yang memaksanya berbincang dengannya karena tak mau kami (aku dan Kazinski) kehilangan fokus kami lagi."Ini dia tempatnya," ujarnya sambil membukakan pintu.Saat aku hendak masuk, putri Ayrin menahanku, "Bolehkah aku berbincang denganmu Letnan?"Aku menoleh kepada Ashley meminta persetujuan. Ini sungguh aneh, aku sebagai atasan malah meminta ijin pada anak buahku. Tapi tetap saja, seorang wanita asing ingin berbicara berdua denganku, sementara di sampingku ada Ashley yang nota bene adalah pacarku, mak
...........................................................................................[Erza 02]."Bagaimana keadannya dok?""Dia tidak apa-apa, sudah saya berikan suntikan anti alergi," ucap dokter yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.Aku pun bergegas masuk ke dalam dan segera menghampiri Susi yang masih terbaring lemah, "Kamu tidak apa-apa?" Dia pun menjawab dengan anggukan kecil."Kamu itu kalau makan liat-liat dulu, atau tidak tanya dulu isinya apa, kalau begini siapa coba yang repot."
.................................... [Erza01].. "Letnan, ada pesawat SPD yang mendarat darurat di Sektor 15." Suara Ashley memecah keheningan kokpit. Sudah berhari-hari kami terbang tak tentu arah. Awalnya kami ingin kembali ke NEST, namun kami mendapat perintah untuk melanjutkan penyelidikan. "Apa kau yakin?" lontar Kazinski "Ciri-cirinya sesuai dengan deskripsi yang dierikan kopral Linch." "Baiklah kalau begitu, tak ada salahnya kita memeriksanya. Lagipula sektor 15 ada
..................................................................................................................................[Erza 02].Pukul 03.00 tepatDengan berbalut pakaian berlapis-lapis, serta jaket yang tebal dan dipersenjatai senter di tangan masing-masing, mang Jajang mengajak kami menembus dinginnya pagi ini. Kabut tebal semakin mempersulit langkah kami, namun... Mang Jajang yang berada di depan tetap berjalan dengan langkah yang mantap. Yang membuat kami seringkali tertinggal olehnya, sehingga membuat Joni yang berada di belakangnya harus berteriak agar menunggu kami.