Haervis meminta agar Elora tetap berada di kamarnya, sementara itu dirinya memeriksa beberapa area dibantu oleh pelayan kembar.Saat mereka sibuk dengan keamanan rumah ini, Elora menyelinap keluar kamar dengan diam-diam. Dia tidak yakin bisa bertahan berapa lama, mengingat semua pelayan di sini adalah manusia serigala yang jelas memiliki penciuman tajam."Aku penasaran ..." Elora mendatangi tempat dimana ruangan rahasia itu berada.Tadi vampire asing itu, Leandro, berkata aneh sambil melihat ke arah tempat ini. Mungkin saja memang ada sesuatu yang benar-benar mengerikan berada di sini.Sebelumnya, dia memang merasa aneh. Hawa dingin selalu dia rasakan saat sudah dekat.Langkah kakinya mendekat ke pintu yang terlindung oleh rantai berkarat itu. Rasa penasaran itu membuatnya tak sadar."Nona?"Suara Haervis terdengar.Elora urung menyentuh gembok pintu rahasia itu. Aneh sekali, dia merasa terseret untuk masuk ke dalam sana. Dia penasaran. Apa yang ada di dalam? Siapa yang ada di dalam?
Elora terbangun akibat aroma darah yang tak dapat dia tolak. Aneh, baunya tidak manis seperti Damio, tapi rasanya sulit ditolak.Dia perlahan membuka mata, terkejut tatkala tersadar bahwa sedang duduk di atas pangkuan Lord Obsidian.Apa maksudnya ... dari semula, dia duduk dan menyandarkan kepala di dada pria ini? Dan, aroma darah yang sedari tadi tercium berasal dari balik kulitnya?Sulit dipercaya."Kenapa ... aku sudah bergerak ..." Elora tak sanggup bergerak bebas, pinggangnya dipegangi oleh kedua tangan Lord Obsidian. "Kenapa ..."Lord Obsidian tersenyum memandanginya. Dia menyambut, "halo, Nona Vampire, sudah bangun? Selamat datang di kediaman bangsawan Obdisian."Mereka sedang ada di ruangan yang luas, berlangit-langit tinggi, banyak jendela, tapi tak ada perabotan apapun."Tidak ..." Elora menyentuh leher samping. Sebelumnya, dia telah ditusuk oleh pisau beracun. "Aku ... Aku masih hidup?""Tentu saja, tapi kamu sangat aneh— sangat lemah. Butuh waktu lima belas menit untuk ban
Elora melepaskan giginya dari leher Lord Obsidian. Sisi haus darah belum puas, tapi dia tak mau merasakan darah pria itu lagi. Darahnya terasa sangat hambar, tidak seperti Damio.Dia dipenuhi perasaan sesal tak terbendung. Apa yang sudah dia lakukan? Kenapa malah menikmati darah manusia lain selain Damio?"Aku akan membunuhmu!" Dia menguatkan diri, lalu turun dari pangkuan Lord Obsidian, menjaga jarak. Dia sangat waspada dengan pisau perak yang selalu dibawa pria itu.Lord Obsidian tersenyum melihat Elora. Sekilas, tingkahnya mirp dengan Damio yang tak menganggap kalau dia ancaman. "Sudah selesai? Darahku masih banyak, Nona Vampire. Hisap lagi, tidak apa ... kemarilah."Pandangan mata Elora masih kabur, tapi dia bisa bertahan. Racun vampire yang memenuhi tubuhnya tak hanya membuat dia haus darah, kepalanya juga terasa berat. Sebelum jatuh pingsan lagi, dia menyerang pria itu.Akan tetapi, belum sempat serangannya mengenai wajah Lord Obsidian, Sebastian si pelayan Dhampir tahu-tahu sud
"Cepat bunuh dia!" "Ya! Sebelum dia bangun dan membunuh kita lebih dahulu!" "Tidak masalah 'kan? Toh, kita juga akan mati!""Aku tidak mau mati!" Ucapan saling bersahut-sahutan ini terdengar oleh telinga Elora. Dia membuka kelopak matanya, tapi tubuhnya begitu lemas.Tenggorokan sakit, dada sakit— dan kini kulitnya sudah mulai membiru. Efek racun membuat tubuhnya membusuk. Racun itu mengandung parasit yang mampu melawan kemampuan regenerasi vampire. Semakin banyak parasit itu berkembang biak, maka mereka semakin cepat melunakkan tubuh vampire."Dia bangun!" Suara salah satu wanita terdengar lagi. Dia terdengar histeris. "AAAH!"Elora mengangkat kepalanya. Ada seorang wanita yang meringkuk di pojok kurungan besi ini."Kurungan?" Dia memijat keningnya sambil melihat sekitar, banyak sekali wanita yang ketakutan melihatnya. "Di mana ..."Aroma tak sedap, gelap, banyak wanita berpakaian pelayan yang mungkin telah disekap berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.Ada apa ini? Apa maks
Langit mendadak mendung. Awan hitam terus berputar-putar di atas, gemuruh pun berdatangan. Cuaca yang tadinya terik tak ada masalah, berubah menjadi seperti ini dalam waktu singkat, seolah-olah alam ikut marah seperti perasaan Damio.Damio menggendong Elora yang tak sadarkan diri keluar dari kediaman Lord Obsidian. Mata kirinya masih tergenang darahnya sendiri, tapi dia masih bisa melihat dengan jelas. "BERHENTI!" suara para penjaga rumah terdengar.Mendengar itu, Damio berhenti berjalan, lalu perlahan berbalik badan. Saat emosinya ingin meledak— tiba-tiba suara gaduh terdengar.Fionnan meninju wajah kelima penjaga. Hantaman kuat tangannya membuat mereka semua tumbang dalam sekejap. Itu bukanlah hal yang mengherankan— bagaimana pun Fionnan adalah keturunan manusia serigala.Pria itu sangat kuat, apalagi kalau menggunakan tangan kosong, insting binatang liarnya bangkit.Dia menundukkan kepala kepada Damio, ingin minta maaf karena sudah teledor membiarkan para penjaga masih berkeliar
"Minum teh di sore hari memang menenangkan." Damio duduk si kursi dekat jendela kamar Elora. Dia minum teh sambil menikmati suasana pemandangan taman samping rumahnya.Elora masih duduk di atas ranjang, tidak bisa beristirahat dengan tenang. Dia heran, "kenapa kamu masih di sini?""Aku ingin memastikan kalau kamu tetap aman.""Aku aman, kok.""Setelah apa yang terjadi padamu, aku tidak mau mempercayakan keselamatanmu pada yang lain, lebih baik aku saja yang menjagamu.""Tapi ...""Kenapa? Kamu tidak suka?""Bukannya tidak suka, apa kamu tidak punya pekerjaan lain? Biasanya setiap hari kamu sibuk dengan urusan ala-ala bangsawanmu.""Aku memang bangsawan, dan pekerjaanku banyak. ""Aku jadi kepikiran, bangsawan Grim itu penghasilan utamanya dari mana? Setahuku di novel ... maksudku dari yang kudengar, wilayah kalian terkutuk dan sebagian besar hanyalah hutan. Jadi, pemasukan utama kalian apa?""Keluarga Grim terkenal sangat misterius dan berbahaya, ditambah setelah adanya aku yang terk
Hari pertunangan sudah semakin dekat, Damio tak mau buan-buang waktu. Pria itu telah menyewa jasa guru dansa untuk Elora.Elora sesungguhnya tidak mau kebanyakan belajar. Menjadi bangsawan ternyata sangat melelahkan. Segala-galanya memiliki aturan.Di novel, dia selalu kagum dengan tingkah laku para bangsawan, tetapi setelah dirasakan sendiri— sangat berat."Nona, tetap konsentrasi, langkah anda salah itu ... Ulangi dari awal," perintah guru dansanya, seorang wanita empat puluh tahunan yang begitu anggun. Dia adalah Lady Fleur, guru dansa paling tersohor di kerajaan.Dibandingkan dengan para guru lain, tak banyak orang yang berani masuk ke rumah Damio. Untungnya, Lady Fleur tidak mempermasalahkan. Wanita itu tak terlalu peduli dengan desas-desus buruk, yang terpenting adalah mengajarkan dansa untuk bangsawan yang membutuhkan."Satu ... Dua ... Satu ... Dua ..." Dia terus memperhatikan langkah demi langkah Elora berlatih dansa. Selain kaki, dianjuga memperhatikan posisi tangan.Elora
Hari ini adalah hari pertunangan, sejak pagi, Elora sudah sibuk dengan persiapannya dengan si pelayan kembar. Elora melihat dirinya sendiri di depan cein meja rias. Ada perasaan tak percaya hari ini akan datang. Hari dimana dia bertunangan sungguhan dengan seorang pria. Ini seperti mimpi— padahal beberapa bulan yang lalu, dia hanyalah seorang pekerja kantoran yang kesepian.Entah bagaimana dia berada di novel karangan Diosa ini, tapi ini kenyataannya. Sekarang dia adalah Elora si Vampire Vesper sekaligus milik dari bangsawan kegelapan, Duke Damiano Grim.Wajah vampirenya itu sangat cantik, terlebih sekarang sudah terpoles riasan. Si pelayan kembar kompak mendandani rambutnya dengan berbagai aksesoris bunga baby rose putih.Cantik, elegan, sama sekali jauh dari kesan monster haus darah. Tubuhnya juga telah terbalut gaun biru. Warnanya mirip seperti langit terang di musim semi. Indah dan menawan.Mendadak, Elora gugup. Tamu undangan akan datang, dan semuanya jelas bangsawan. Damio s
Elora bangun dari tidur panjangnya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, melihat langit-langit yang familiar.Ah, kamar tidurnya yang biasa saja.Dia bangun sambil memijat keningnya. "Bangun tidur bukannya tubuh membaik, tapi malah sakit kepala. Apa aku kebanyakan kerja? Untung saja sekarang Minggu ... Minggu 'kan?"Dia meraih ponselnya yang ada di meja nakas samping ranjang, dan memang benar sekarang adalah Minggu jam tujuh pagi.Dia tertegun sejenak, melihat kamarnya yang berantakan seperti biasa. Entah mengapa dia merasa sangat sedih.Dia menyentuh dadanya, air mata mendadak keluar dari kedua matanya. Ini membuatnya makin bingung.Dia mengusap air mata itu, lalu bergumam, "ada apa denganku? Aku menangis? Rasanya seperti sudah bermimpi lama sekali ... Apa ini alasan kenapa tubuhku kaku?"Tak mau membuang-buang waktu, dia turun dari ranjangnya, lalu melihat diri sendiri di depan cermin meja rias. Untuk sejenak, dia memperhatikan wajah sendiri."Aneh ... Aku seperti bermimpi sangat aneh, ta
'Jangan ... Damio ... Cepat pergi, tinggalkan aku di sini. Jangan mati bersamaku.'Itu adalah kata yang seharusnya diucapkan Elora, tapi tak bisa keluar. Dia hanyalah sisa jiwa yang masih bersemayam di tubuh Elora si vampire. Suara Damio pun semakin lirih, membuktikan bahwa sebentar lagi dia benar-benar akan menghilang.Tetapi, dia tidak mau Damio ikut pergi bersamanya. Ini sangat tidak masuk akal. Kenapa pria ini mau mati bersamanya, orang yang hanya bisa menjadi beban.Dia ingin menangis.Damio membelai pipi Elora, bibirnya tersenyum. Entah mengapa dia seperti bisa mengetahui perasaan Elora yang masih tertinggal.Dia berkata, "aku tahu kamu pasti memintaku untuk pergi dari sini, tapi tidak bisa. Kakiku terluka. Aku akan menemanimu sebentar lagi. Aku sudah tidak ingin berada di dunia ini, Sayang. Jika kehidupan lain itu memang ada ... Aku ingin hidup bersamamu."Usai mendengar itu, Elora benar-benar terharu. Dia tak lagi bisa mendengarkan apapun, yang bisa dia lakukan adalah pasrah s
Pertarungan puncak sudah berlangsung berjam-jam, pasukan kerajaan yang dipimpin oleh sang raja Bernardo II dan jenderal perangnya telah mendominasi peperangan itu.Saat jenderal perang menghabisi seluruh pasukan yang bukan manusia biasa dan penyihir-penyihir kuat, Bardo dibantu oleh Hanter berhasil memojokkan Tordes.Pada dasarnya Tordes memiliki kemampuan sihir yang luar biasa, tapi fisiknya cukup lemah. Lama kelamaan, dia tidak bisa mengimbangi kecepatan dari hanter. Semua orang sudah tumbang, menyisakan dirinya dan beberapa penyihir saja.Sementara itu, para pendeta yang juga merupakan anggota dari bangsawan yang ikut berperang menetralisir efek dari ritual dengan berbagai barang suci. Beruntung, mereka tidak terlalu terlambat untuk menutup lagi gerbang menuju ke neraka.Kejadian ini mengingatkan Bardo akan deskripsi di buku semasa perang ratusan tahun silam yang menghilangkan banyak nyawa penyihir. Seperti inilah wujud dari peperangan itu.Hampir separuh pasukannya harus tiada, te
Api menjalar sangat cepat di bangunan tempat persembunyian. Elora mulai panik merasakan Hawa panas yang familiar. Kenapa setiap kali pergi selalu saja ada yang membakar tempat yang dia jadikan persembunyian?Ini memuakkan.Dia berlari di bersama si kembar untuk mengungsi ke area bangunan yang belum terbakar. Mereka menunggu kedatangan Fionnan dulu.Bagaimana pun, di luar juga cukup darurat, di mana para manusia serigala menyerang dari berbagai arah.Leandro pun masih dihadang oleh Haervis yang sudah ngos-ngosan. Sedangkan, Fionnan sibuk di belakang dengan para manusia serigala.Elora menjadi khawatir dengan mereka berdua. Dia juga khawatir terhadap Damio. Tak berselang lama dari itu, dia merasakan kehadiran yang familiar pula.Langkahnya pun terhenti.Ini membuat pelayan kembar menjadi panik dan menoleh. Mita bertanya, "nona kenapa berhenti? Ayo kita tetap berlari."Mina ikut mengatakan, "iya, Nona. Area ini sudah terbakar. Kita harus ke belakang. Di sana ada Sir Fionnan.""Damio ...
Leandro datang ke bangunan tempat persembunyian Elora. Dia sedikit beruntung karena ada serangan dari kelompok manusia serigala yang mendekat. Dengan begini, dia bisa mendekat ke jendela, tepat di mana ruangan Elora berada. Dia berniat untuk memecah jendela itu, lalu masuk.Akan tetapi, sebelum niatnya terpenuhi, Haervis sudah terlebih dahulu menghampirinya, lalu berniat menendangnya.Leandro berhasil menghindar sehingga tendangan Haervis hanya mengenai udara."Serigala sialan," umpatnya.Haervis bersiap untuk menyerang lagi. Mimik wajahnya terlihat serius, tapi sebenarnya dia juga sedikit lelah. Dia sudah bertarung terus menerus, wajar saja kehabisan tenaga.Dia tidak yakin bisa menahan vampire itu lebih lama, jadi berharap agar Fionnan segera membereskan para manusia serigala yang mengamuk.Leandro tersenyum. Dia sudah tahu kalau Haervis sudah mencapai batasnya. "Kamu pasti mati kalau melawanku begini.""Aku tidak peduli.""Kenapa kalian sangat protektif pada Elora? Aku cuma ingin m
Serangan Leandro terpaksa terhenti karena kekacauan yang terjadi tepat di tengah malam. Dia tidak bisa berkonsentrasi karena pepohonan banyak yang tersambar petir dan roboh.Dia juga tidak melihat Fionnan kembali. Pengawal itu jelas sudah kembali ke rumah untuk memperingatkan akan bahaya.Dia sendiri juga tidak mengira kalau terdengar lolongan serigala di kejauhan. Pandangannya menengadah ke langit, mendengarkan lolongan itu yang tiada henti.Semakin dekat .. dekat .. dan dekat saja."Sialan." Dia mengumpat karena tidak rela Elora diserang oleh para serigala. Tetapi, dia tidak ada waktu meladeni musuh yang tiada habisnya ini.Selain itu, manusia serigala saat bulan purnama begini sangatlah kuat, berkali-kali lipat kuatnya dari biasa. Akan butuh banyak waktu untuk meladeni mereka.Dia tidak peduli apapun, dan berlari menuju ke bangunan tempat Elora seharusnya berada.Begitu keluar hutan, dia langsung disambut oleh petir yang hampir saja menyambarnya. Berdiam diri di tengah halaman sep
Damio dan Marko perjalanan menuju ke ibu kota. Keduanya sampai dalam waktu singkat. Sesampainya di sana, tidak ada yang melihat ada seseorang yang masih hidup.Darah berceceran di mana-mana, tubuh- tubuh tercabik ada di mana-mana. Tidak ada yang enak di pandang di sini.Marko melihat semua kekacauan ini. Dia melihat juga ke tembok-tembok bangunan yang sudah rusak parah."Tuan, sepertinya pertarungan di sini baru saja selesai, saya masih bisa mencium bau vampire itu," kata Marko masih melihat sekitar.Damio tertegun melihat segalanya. Dia tidak merasa ada yang berbahaya di sini. Segalanya terlihat sudah selesai.Dia berkata, "aku tidak merasakan kehadiran seseorang yang masih hidup di sini. Apa vampire sialan itu berhasil membunuh mereka semua?""Iya, Tuan, sepertinya dia baru saja pergi.""Aku penasaran ke mana dia pergi? Kamu bisa melacaknya? Apa dia ke istana? Atau mencari Lady Eizabell?""Saya tidak yakin merasakan kehadiran vampire lain di sini, Tuan, tidak ada manusia serigala at
Jarum jam tinggal beberapa menit lagi sudah menuju ke tengah malam. Tidak ada kabar juga dari Damio.Elora terdiam di tempat yang sama dan di posisi yang sama, dekat dengan jendela. Dia menjadi tidak tenang. Entah apa yang terjadi pada tunangannya itu. Apakah dia berhasil mengalahkan Leandro, Tordes dan semua musuh-musuhnya? Ataukah malah terjebak oleh permainan licik mereka?Yang membuatnya khawatir adalah Leandro. Pria vampire itu memang kuat. Dia tidak bisa tenang menghadapi ini. Tetapi, dia berusaha menguatkan diri karena percaya terhadap Marko. Marko lebih lama hidup daripada Leandro. Lagipula, dia yakin vampire itu juga jauh lebih kuat.Hanya saja, Leandro menang dalam hal pemikiran licik. Pria itu bisa membuatnya hampir terpengaruh dahulu. Untung saja, dia diselamatkan Damio, dan kesalahpahaman di antara mereka bisa teratasi."Bagaimana keadaan Damio sekarang ..." Elora tertegun sejenak, tak melanjutkan gumamnya kala melihat ada cahaya berkedip-kedip di depan sana.Iya, di luar
Peperangan sudah mencapai puncaknya. Bardo menyerang barisan penyihir bertudung hitam yang menjaga tempat ritual sihir berlangsung. Di sebelahnya selain ada Hanter juga ada panglima perang kerajaan Lux. Pria setengah baya itu jarang sekali kelihatan di publik, dan memang hanya muncul ketika diperlukan seperti ini.Pria tersebut maju sambil menebas semua penyihir yang menghalangi. Secara menakjubkan, tubuhnya kebal terhadap sihir, karena itulah dia bisa menerobos saja tanpa terkena efek apapun."MUSTAHIL!" salah satu penyihir yang tak percaya. Dia sudah melemparkan rapalan sihirnya terhadap pria itu tetapi tidak ada efek. Padahal, sihir-sihir mereka mampu membuat para prajurit biasa berjatuhan. Mereka semua terkena sihir yang melumpuhkan otot-otot sehingga terasa seperti mati, tapi hanya tak sadarkan diri."ARRRGH!" "aagrrh!" satu per satu suara para prajurit berjatuhan terdengar di seluruh area itu. Ruangan yang sangat luas, besar, berlangit-langit tinggi, benar-benar mampu menampu