Reya sedang melakukan video call dengan para geng PSK, dia sudah siap dan tinggal menunggu Meera selesai di dandani. Seluruh keluarga tadi satu persatu sudah berkenalan dengan Meera dan mereka juga meminta maaf atas perlakuan Zyan. Ternyata tidak semua keluarga kaya raya dan terpandang itu sombong, buktinya keluarga Derson dan Ozvick ini terlihat sangat sopan dan ramah.
Akhirnya Meera sudah selesai menggunakan gaun berwarna putih gading dengan make-up yang tipis. Wajah cantik Meera terlihat sangat menawan dan Reya bangga dengan sahabatnya ini.
Reya mengiringi Meera untuk keluar kamar karena ijab qabul akan dilakukan. Dion paman dari Zyan lah yang menjadi wali nikah Meera karena dia tidak memiliki siapapun. Semua mata menatap kehadiran Meera termasuk Melisa yang ada disana. Dia duduk tepat di belakang Zyan yang sedang berhadapan dengan penghulu.
"Meera Zean Anastashya apa kau menerima Zyan Derson Ozvick menjadi suami
Reya dan Meera sudah tiba di Jakarta, mereka berdua tahu setelah ini pasti akan ada rentetan pertanyaan yang muncul dari Arka, Celine, dan Candy. Meera meminta para geng PSK itu untuk datang ke apartement-nya.Meera berbaring di sofa bed karena tubuhnya sudah terasa sangat lelah. Celine sedang memasak mie instan dan Candy serta Arka menemaninya di ruang keluarga. "Loe yakin udah nikah Meer ?" tanya Arka membuat Meera menatap Arka balik bertanya."Ya ! setidaknya sampai anak ini lahir." Meera mengusap perutnya lalu Celine pun datang dengan nampan makanan yang dia bawa."Cincin nikah loe mana ? trus lakik loe kaya mana wujudnya ?" tanya Celine."Mendingan kalian gak usah tanya-tanya pria itu deh," jawab Reya yang sepertinya masih kesal dengan Zyan. "Ganteng sih, tapi gak ada akhlak-nya." Lagi-lagi Reya masih sangat kesal."Hidup memang penuh kejutan ya," ujar Candy yang terlihat memikirkan sesuat
Dua minggu yang tidak ingin Meera lewati pun tiba. Zira menemuinya Bersama Zyan di kantor lalu mereka bersama-sama ke rumah sakit tempat biasa Meera memeriksakan kandungannya. Usia kandungan Meera yang sudah masuk minggu ke dua belas membuat Zira terlihat sangat bahagia. Meera tidak banyak berbicara, dia hanya menjawab apa yang Zira tanyakan.Rasanya dia benar-benar ingin segera sampai di apartment- nya. Lalu Meera menatap wajah Zyan yang terlihat sangat serius melihat layar monitor dimana posisi letak bayi yang dia kandung dijelaskan oleh dokter. Pertama kali Meera melihat Zyan tersenyum karena penuturan dokter kandungan yang mengundang tawa. Meera kedapatan oleh Zyan sedang menatapnya lalu Meera segera mengalihkan pandangan ke sembarang arah.Lagi-lagi Meera merasa tidak nyaman saat Zira memintanya untuk ikut ke rumah Dion dan tinggal beberapa hari disana bersama mereka. Meera merasa Zira sedang mencoba mendekatkannya dengan Zyan, dan Meer
Meera bangun dari tidurnya lalu mencium aroma yang sangat menggiurkan. Dia langsung menginjak kaki ke lantai dan mengambil kacamata yang selalu dia pakai jika tidak memakai lensa mata.Dia melihat Zyan membaca salah satu buku koleksinya, Meera bingung siapa yang masak di dapurnya.Tanpa menyapa Zyan dia berjalan ke arah dapur dan melihat satu pria dengan seragam koki sedang menyiapkan hidangan yang sepertinya sangat lezat."Ck," gumam Meera lalu berjalan kembali ke tempat Zyan berada. "Siapa yang memberikanmu ijin membawa orang lain ke sini ?""Aku lapar dan tidak bisa memasak. Jadi aku meminta salah satu koki di rumah uncle Dion untuk kesini. Apa ada masalah ?" tanya Zyan menampilkan seringai menyebalkan.Meera tersenyum lebar namun jelas sangat terpaksa. "Oh... terima kasih Pangeran Mahkota," ujarnya sarkas lalu masuk kedalam kamar.Zyan menggelengkan kepala karena Meera benar-benar aneh bagin
Sudah dua hari Zyan berada di apartment Meera, tidur di sofa dan Meera membiarkannya saja. Makan masakan Meera jika wanita itu memasak banyak dan sudah tersaji di meja makan, memesan makanan dari restoran jika Meera tidak memasak.Satu yang di sadari Zyan tentang Meera adalah Meera tidak banyak bicara dan hobinya adalah membaca buku-buku tebal. Zyan tahu Meera memang menganggapnya tidak ada disana karena wanita itu tidak perduli dengan apa yang Zyan lakukan setelah mengusirnya dari kamar.Jika ditanya kenapa Zyan sampai dua hari berada di apartement Meera, alasannya adalah karena Zira tidak mengijinkannya untuk meninggalkan Meera selama mereka di Indonesia, jika tidak Zira dan Alvian tidak akan merestui hubungannya dengan Melisa. Kenapa Zyan sangat mencintai Melisa ? jawabannya entah lah, karena pria itu sendiri hanya nyaman dengan kedekatannya dengan Melisa. Melisa adalah wanita yang mandiri dan tidak suka merepotkannya, Melisa memiliki usa
Jika ada satu hal yang ingin Meera ulang kembali adalah pertemuannya dan Zyan. Sudah tiga hari dia dan keluarga Derson pergi liburan di Labuan bajo dan menginap di resort mewah dengan layanan tamu special. Tentu saja, resort ini adalah salah satu usaha dari keluarga Derson, kakak dari Via yang mengelolanya yaitu Roland Derson.Dia dan Zyan diberikan satu kamar tentunya, tapi untungnya Zyan selalu tahu diri untuk tidur di sofa, hingga Meera menjadi merasa bersalah. Pagi-pagi Zyan akan membantunya jika dia muntah-muntah akibat mual, Zyan juga selalu mengingatkannya untuk meminum vitamin serta susu hamilnya.Andai hubungan diantara mereka normal Meera akan sangat bahagia memiliki suami siaga dan tampan seperti Zyan. Tapi sayangnya takdir berkata lain, Meera hanya bisa menikmati manisnya sikap Zyan ini sementara. Meera juga memperhatikan sikap Zyan yang sangat menyayangi Ibundanya juga dengan Zia adiknya.Saat Meera seda
Saat ini Meera sedang menikmati pemandangan bukit-bukit hijau dari kapal yang sedang membawa dia dan keluarga Derson untuk mengelilingi lautan indah di Labuan Bajo. Zyan sedang berbicara dengan Dion, namun terkadang pria itu mengawasi dirinya membuat Meera risih.Dia wanita normal, menyukai lawan jenis dan yang ada di dekatnya belakangan ini adalah Zyan. Pangeran tampan yang terpaksa menikahinya karena tanggung jawab. Meera menarik napas jika mengingat itu, lalu dia mengusap perutnya yang sudah mulai membesar."Sedang memikirkan ku ?" tanya Zyan dan Meera mendengus. Zyan hanya tersenyum manis membuat jantung Meera tidak karuan."Ayo masuk, kau bisa menikmati pemandangan dari kamar kita. Berlama-lama diluar kau bisa masuk angin." Zyan mengulurkan tangannya namun Meera tak ingin meraih uluran tangan itu. Dia berdiri sendiri dan berjalan dengan santai, namun dia terkejut saat ombak yang besar menghantam kapal mereka dan tubuhnya
Meninggalkan Labuan Bajo, Meera pergi Bersama Zyan menggunakan pesawat komersil namun dengan tetap saja dengan harga tiket yang membuat Meera takjub. Meera sedang mendengarkan musik yang dia sukai saat Zyan mengetuk pintu cabinnya. Pria itu menunjukkan dua foto jas meminta Meera memilihkannya."Yang kanan lebih bagus," ujar Meera memilih jas berwarna navy."Good, sudah kuduga." Zyan pergi lagi dan Meera menggelengkan kepalanya.Oh ya, mengenai kepergian mereka, Zira sangat bahagia karena Meera bersedia pergi Bersama Zyan. Setelah mendapatkan surat dokter yang mengatakan Meera baik-baik saja, dia dan Zyan langsung berangkat. Rencananya tiga hari di London mereka akan menyusul ke Fortania untuk hadir di pernikahan Zia dan Reikhan.Setelah menghabiskan waktu beberapa jam didalam pesawat mereka akhirnya transit di Dubai, Zyan mengajak Meera untuk makan direstoran yang ada di dalam bandara lalu beristiraha
"Dia istriku."Singkat, namun dua kata itu terus berputar dikepala Meera saat dikamar hotel dia membantu mengobati tangan Zyan yang terlihat memar akibat meninju wajah pria tadi."Kenapa kau diam saja saat wanita itu menampar mu ?""Aku salah, sudah sepantasnya aku meminta maaf." Zyan mendengus masih tidak bisa terima jika pipi Meera yang lembut itu mendapat tamparan.Zo dan Malik yang mendengarkan dari sofa tersenyum penuh makna. Zyan sudah dipastikan menyukai Meera, karena lihat saja dia melupakan jika Melisa tidak ikut bersama mereka.Ponsel Zyan berdering dan dia langsung melihat nama Melisa disana."Ah...shit," umpatnya memuat Zo dan Malik tertawa.Zyan menuju balkon kamar hotel itu untuk menjawab telpon kekasihnya. Disaat itulah Zo dan Malik mendekati Meera. Tapi Meera dan sifatnya yang selalu bersikap jutek. Zo bahkan mundur untuk menanya
Meera mungkin sudah gila, karena dengan beraninya dia memulai cumbuan panas mereka. Zyan tidak ingin melewati hal yang dia sukai tentunya, dan hanya Meera yang dia inginkan. Meera tidak bisa digantikan oleh wanita lain, desahan Meera membuat dia benar-benar gila. Begitu juga Meera, dia tahu ini berbahaya baginya namun tetap saja dia melakukannya. Meski mungkin ini adalah hadiah perpisahan untuk mereka berdua.Zyan memeluk erat dirinya saat puncak kenikmatan mereka gapai bersama, dan jelas Meera dengar Zyan mengatakan mencintainya lagi."Jika kau mencintaiku, maka hiduplah dengan Melisa." Mata Zyan yang terpejam tadi langsung terbuka saat mendengar itu."Apa-apaan kau Zean ?!" Zyan marah, dia merasa dipermainkan oleh Meera."Kau bertanya bagaimana aku bisa percaya bukan ? maka itulah jawabanku." Meera memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia memakainya lalu duduk kembali di hadapan Zyan.
Satu bulan kemudian....Seorang wanita yang terluka tidak lagi membutuhkan ucapan cinta, namun sebuah kejelasan,serta kepastian.*****Bel rumah membuat Meera harus berjalan perlahan untuk membuka pintu. Dia baru genap satu bulan usai melahirkan putri cantik yang dia dan Zyan beri nama Harlein Meera Derson Ozvick. Zyan memang memaksa agar putri kecilnya itu tetap memakai nama Meera.Tidak seperti tradisi kerajaan sebelumnya, Meera dan Putrinya tidak hadir ke acara di Fortania, pesta penyambutan Putri Mahkota itu tidak dia hadiri dan semua sudah dia bicarakan baik-baik dengan Zira serta Alvian. Zyan yang terpaksa kembali ke Fortania untuk melakukan tradisi itu namun kini dia kembali ke rumah Meera. Meera sangat terkejut dengan kehadiran Zyan, dia belum memakai lagi bra-nya karena baru saja menyusui Harlein."Kau kenapa kesini ?""Melihat anak ku, apa tidak boleh ?""Ck, boleh hanya saja harusnya kasih aku pesan atau telpon dulu. Bagaimana
"Saat kalut kau mengatakan cinta karena takut. Lalu mampukah aku untuk percaya ?" ******Zyan masuk ke ruang rawat Meera, banyak orang disana namun dia merasa dia hanya berdua dengan Meera. Wajah pucat Meera membuatnya semakin merasa tidak berguna.Tidak ada yang tahu seberapa menyesalnya Zyan saat ini. Terlebih anaknya harus dipasangkan selang-selang di dalam sebuah tabung agar mampu bertahan hidup. "Zean sorry," ucapnya pelan dan mengecup kening Meera. Dia menggenggam jemari Meera hingga membuat tidur panjang Meera terusik.Perlahan dia membuka mata dan menyesuaikan sinar yang masuk mengusik penglihatannya.Netra indah milik Meera menangkap sosok yang sedang menggenggam tangannya itu. Dia mencoba mengingat semuanya lalu Meera menarik napasnya dalam. "Zyan," ucapnya. Membuat Zyan yang tertunduk mengecup tangan Meera langsung menatap sosok yang sudah membuka kedua matanya itu.Reya dan Celine yang menyadari jika Meera sudah sadar langsung berh
Meera sedang berjalan-jalan seorang diri di sebuah mall. Membeli beberapa baju bayi dan perlengkapan lain untuk anaknya kelak.Saat antri di kasir dia melihat pasangan suami istri yang membeli perlengkapan anak juga. Aliran darahnya berdesir, dia iri. Melihat bagaimana hangatnya kedua orang itu.Mereka pasti menikah karena saling mencintai. Tidak seperti kisahnya yang menyedihkan. Lihat semua dia lakukan seorang diri, tanpa ada seseorang yang berada di sisinya.Meera segera menyelesaikan pembayaran lalu kembali ke rumahnya. Karena belanjaan cukup banyak Meera memutuskan menaiki taksi online agar lebih hemat.Saat didalam taksi telpon dari Reya masuk. Dia langsung saja mengangkatnya. Memang sudah tiga hari dari ia sampai dan Reya baru menelpon sekarang."Meer, sorry. Kemarin mau nelpon balik gue kelupaan terus.""Gak apa-apa kok," jawab Meera seadanya."Loe baik-baik
Meera tiba di Bandara, dia merasa perutnya benar-benar keram sehingga dia harus duduk sebentar di bangku tunggu. Mencoba menelpon Reya sahabatnya namun tidak juga diangkat, Meera tahu keadaan sudah berubah dan hubungan mereka semua sudah menjauh. Dia juga sudah lama meninggalkan semua sahabatnya tanpa tahu kabar mereka semua dengan pasti. Meera masih mencoba menghubungi Arka namun juga sama, tidak diangkat.Wajah Meera sudah pucat dan dia benar-benar tidak sanggup untuk berdiri."Meera," panggilan seseorang membuat dia melihat ke sumber suara."Ya ! anda siapa ?" tanya Meera sopan."Ck, Meer ini aku Dhimas." Meera mencoba mengingat membuat pria itu menunjukkan foto lama mereka. Meera terkejut dengan perubahan pria dihadapannya ini. Dulu Dhimas sangat culun tapi sekarang benar-benar berbeda."Ya ampun loe berubah banget ya !" Meera tersenyum tulus, dia juga dulu dekat dengan Dhimas. Lalu Dhimas
"Zyan ada apa ?" tanya Meera sekali lagi saat tidak mendapati jawaban dari Zyan dan malah pria itu pergi begitu saja dari hadapannya membuat Meera harus mengikuti Zyan dari belakang.Hingga mereka sampai didalam kamar Zyan belum juga menjawab pertanyaan Meera. "Kau mau pergi ?" Zyan menarik napas lalu mengajak Meera duduk di tepian tempat tidur."Hei ada apa ?" kata Meera menyentuh rahang Zyan."Melisa," kata Zyan membuat jantung Meera pun tak karuan. "Melisa mencoba bunuh diri dan sekarang dia berada dirumah sakit." Meera ikut terdiam bersama Zyan, lalu Zyan berdiri sehingga Meera tersadar dari pikirannya sendiri."Maaf Zean aku harus pergi untuk beberapa hari, kau tidak apa ?" Meera hanya mengangguk, wanita mana yang mau suaminya menemui wanita lain terlebih itu adalah mantan kekasihnya. Mantan kekasih ? Meera bahkan tidak tahu jelas statusnya dan Zyan.Zyan mengecup keningnya lalu pergi dari
Meera sudah sangat cantik, hiasan simpel dan gaun sutra berwarna pink peach begitu indah dia kenakan.Hari ini adalah hari dimana dia dan Zyan akan menghadiri acara kerajaan.Beberapa pengawal dan pelayan mengikuti Meera dari belakang, dia juga sudah memiliki pelayan pribadi namanya Aira."Kau sangat cantik," kata Zyan mengecup tangan Meera sebelum mereka pergi menaiki mobil. Lalu setelah hampir setengah jam di dalam iring-iringan mobil mereka tiba di tempat acara diadakan. Itu adalah acara ulang tahun salah satu kota besar di Fortania, jadi Meera dan Zyan hadir disana. Awalnya Meera tidak ingin tampil di depan publik, namun karena permintaan Zira dia pun ikut dengan Zyan. Bahkan sebentar lagi dia juga sudah menyetujui untuk di nobatkan sebagai Putri Mahkota. Bagi Meera mimpi buruknya sudah berakhir dan dia akan bahagia selamanya. Bahkan Meera juga sudah mendengar kalau orang-orang dikantornya sudah tahu jika
Perjalanan yang sangat Panjang dan melelahkan meski Meera dan Zyan menaiki pesawat pribadi. Meera merasa perutnya sangat keram saat sudah tiba dikamar. Tepatnya kamar pangeran mahkota yang tak lain adalah Zyan. Meera kembali satu kamar dengan pria itu, namun dia sudah pasrah saja.Zyan masuk tiba-tiba lalu menarik tangan Meera untuk mengikutinya. "Zyan pelan-pelan perut ku sedang terasa keram." Zyan berhenti lalu tak lama langsung menggendong tubuh Meera."Hei Zyan, apa yang kau lakukan." Zyan tidak menjawab namun tak lama dia terkejut dengan indahnya sebuah ruangan megah yang sudah dihias banyak lampu-lampu kristal serta lilin dan bunga."Happy birthday," kata Zyan membuat Meera lagi terkejut dengan moment romantis yang tercipta. Zyan menurunkan Meera dari gendongannya lalu bisa Meera lihat sudah banyak orang yang ada diruangan itu ternyata.Meera melihat kearah Zyan yang tersenyum. Zira mem
Udara sejuk di London dengan kombinasi penghangat ruangan yang ada dikamar hotel adalah perpaduan yang sangat membuat Meera nyaman untuk tidur. Dia meregangkan tubuhnya dan perlahan duduk. Mengusap mata perlahan Meera memegang belakang lehernya dan menguap, namun seolah ada yang memperhatikan Meera menoleh ke kanannya dan benar saja Zyan sedang memeperhatikan dirinya."Good Morning my queen," sapa Zyan dengan senyuman khas pria itu. Meera memberengut namun gagal karena ucapan Zyan. "Memimpikan apa tentang ku semalam ?" Meera kembali menatap kearah Zyan, dia mengingat-ingat dan ya tentu saja dia ingat semalam dia bermimpi."Apa maksudmu ?!""Ck, jangan berbohong aku punya buktinya." Zyan jalan mendekati Meera yang masih duduk di tempat tidur. Mata Meera melebar melihat layar ponsel Zyan. Dia melihat dirinya sendiri yang sedang menutup mata dan menyebutkan nama Zyan beberapa kali. "Jadi kau bermimpi apa ?"