Share

BAB 7. Tidak takut.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jalan dari rumah menuju rumah Paman Tohir ternyata membuat perutku sedikit ngilu dan keringetan. Punggungku basah.

Rumah paman Tohir tampak ramai seperti habis ada acara. Mereka semua ada di teras.

Begitu melihat kedatanganku Bibi Irma langsung menyambut dengan senyuman ramahnya.

“Assalamualaikum, Bi?” Kuambil tangannya lalu kucium takzim cipika cipiki. Hanya bibi dan Citra anak bibi yang masih SMA yang bersalaman denganku. Paman dan anak-anak lelakinya tidak karena kami bukan muhrim.

“Enak sekali aku dibawain martabak telor. Makasih ya, Mbak Fatki,” ucap Citra girang.

“Sama-sama.”

“Ayok, masuk!” Paman dan bibi mempersilakan aku masuk.

“Ada apa malam-malam begini sendirian ke sini? Apa bertengkar dengan suamimu?” tanya paman to the point.

“Em ... aku mau minta tolong Paman sama anak-anak untuk membantu angkat dipan dan juga lemari dipindahkan ke kamar belakang.”

“Nah, ini sudah aku duga. Arman itu tidak akan bisa berbuat adil. Lahwong ngaji aja enggak pernah kok nekat poligami segala.” Paman terlihat sangat geram pada Mas Arman.

“Itu kan, hasil didikan adikmu, Mas. Arman itu seperti tidak punya otak mau saja menuruti kemauan ibunya.”

Aku jadi tidak enak paman dan bibi malah berdebat.

“Fatki.  Mertuamu bilang kamu sudah setuju Arman menikah lagi, katanya biar cepat punya momongan. Apa itu benar, Nak?” tanya bibi hati-hati. Suaranya pelan sekali.

“Bibi, mana ada wanita yang mau di duakan. Mas Arman menikah aku sama sekali tidak tahu kalau tidak ada yang memberi tahuku,” jawabku jujur.

“Jadi waktu Arman menikah kamu di mana? Kalau kamu bilang tidak tahu. Mertuamu bilang kamu pulang kampung karena tidak mau merusak acara sakral suamimu,” kata bibi lagi.

Aku tersenyum getir mendengar pengakuan dari bibi.

“Aku di rumah sakit, Bi. Aku dirawat karena keguguran.”

“Apa!” Bersamaan Paman dan Bibi teriak. Mereka pasti tidak menyangka kalau aku sakit.

“Benar-benar keterlaluan mertuamu itu. Kalau tahu kamu di rumah sakit dan kamu tidak tahu suamimu nikah lagi tidak sudi Paman datang ke sana,” ucap paman.

“Kami juga tidak tahu kalau kamu sedang hamil, Nak. Kamu juga masih aktif menjahit,” ujar bibi.

“Halah, Bu. Kamu kan, tahu sendiri Fatki ini pekerja keras apa lagi dia yang selama ini membantu Arman cari uang. Paman benar-benar marah pada Arman,” sahut paman.

“Ya, sudahlah Bi. Mungkin ini sudah takdir hidupku yang harus aku jalani. Jika nanti aku tidak kuat aku memilih mundur Bi. Kita mau mengumpat bagaimana pun juga semuanya sudah terjadi. Meski sulit aku akan berusaha untuk menjalaninya dulu. Aku tidak ingin tiba-tiba pulang dalam keadaan begini. Biar orang tuaku tahu dengan sendiri,” ucapku jujur. Bibi mengelus pundakku.

Bukan aku yang menangis, tapi bibi dan Citra yang menangis. Mungkin aku sudah kebal jadi tidak bisa sembarangan lagi air mata keluar.

“Maafkan adik dan keponakan Paman, ya, Nak. Kami akan berusaha untuk mengingatkan mereka atas sikap mereka.”

“Paman tidak perlu minta maaf. Bukan paman yang salah.”

“Ya, sudah, ayo berangkat! Malam ini kita pindahkan barang-barangmu.”

Paman beranjak ke belakang memanggil anak-anak bujangnya. Anak paman ada 4 perempuannya hanya Citra.

🌸🌸🌸

Kami pulang bersama ke rumah ibu. Kami sengaja jalan kaki karena memang hanya berjarak 300 meter.

Sampai rumah keadaan sudah gelap padahal baru jam 20.30 WIB. Paman Tohir menghela nafas. Beliau terlihat kesal sekali.

Aku beruntung sekali memiliki keluarga seperti Paman Tohir mereka begitu baik padaku dan selalu membelaku. Padahal aku ini keponakan ipar.

“Assalamualaikum ... Bu!” Aku sedikit berteriak agar kedengaran.

“Apa! Enggak usah pulang kamu! Sana tidur di luar!  Tidak sudi rumahku ditempati orang seperti kamu!” jawab ibu dari dalam. Suaranya terdengar jelas pasti ibu ada di ruang tamu.

“Assalamu’laikum. Buka, Mbak!” Kali ini paman yang salam.

Tidak menunggu lama pintu langsung dibuka.

“Ka—kalian ada apa malam-malam begini ke sini?” tanya ibu, sepertinya beliau memang takut pada paman Tohir.

“Kamu ngadu apa sama pamanmu, Fatki!” Ibu murka padaku.

“Fatki tidak bilang apa-apa, Mbak!” bentak paman.

“Kalau enggak ngadu apa-apa kenapa kalian ke sini ramai-ramai begini sudah seperti mau demo saja.”

“Memang kamu mau demo. Fatki tidak ngadu apa pun dia hanya menjawab pertanyaan kami dengan jujur,” sahut paman.

“Ma—kasutnya apa, ya?”

“Ada apa, Bu? Eh, Paman?” Mas Arman menyalami keluarga paman lalu duduk gelisah di dekat ibu.

“Arman! Kamu laki-laki kenapa punya otak tidak dipakai? Istri sakit keguguran kamu tinggal kawin lagi. Kamu memalsukan data kalau istrimu setuju. Parah kamu! Ingat Fatki ini masih punya orang tua kalau kamu sudah tidak cinta lagi kembalikan baik-baik pada orang tuanya. Bukan kamu perlakukan seperti ini. Dan kamu, Mbak! Jadi orang tua harusnya mengarahkan ke hal yang bagus untuk anaknya bukan malah menjerumuskan begini!” Paman Tohir lantang bersuara tidak ada yang berani menyela.

“Kamu tidak di posisiku, Tohir! Aku ingin cucu sedang Fatki tidak bisa ngasih!” Ibu pun tidak kalah lantang menentang ucapan paman.

“Owalah otak kok di taruh dengkul jadinya konslet begini! Perkara hamil itu mutlak kuasa Allah, Mbak. Hanya DIA yang berhak memberi kita sebagai manusia tidak bisa menuduh orang sembarangan. Fatki tidak mandul dia selama berumah tangga dengan Arman sudah hamil 3 kali. Itu artinya dia subur. Kamu Arman harusnya menolak permintaan tidak masuk akal dari ibumu ini bukan malah dengan senang hati kamu kawin lagi. Edan kamu! Aku rasa inilah yang buat Fatki keguguran terus. Dia punya suami tidak bertanggung jawab kerjaan pun tidak jelas. Kasih makan satu istri saja tidak becus kok mau ngasih makan dua istri. ” Paman makin murka karena ibu membantah.

“A—aku akan berusaha adil, Paman,” sahut Mas Arman.

“Adil? Walah tidak percaya aku. Adilmu sebatas apa? Baru hitungan hari menikah saja sudah kelihatan tidak adilnya. Itu barang-barang milik Fatki dipakai istri mudamu saja kamu tidak bisa tegas. Mikir Arman! Ini otak dipakai untuk mikir!” Paman menoyor kepala Mas Arman.

“I—tu karena Fatki juga mengizinkan,” elak Mas Arman. Dia memandang ke arahku meminta pembelaan.

“Bohong! Aku pun tidak ikhlas barang-barang milikku  dipakai pelakor itu,” jawabku tegas. Mas Arman geleng-geleng kepala dia terlihat sekali marah padaku.

“Nah, kamu dengar sendiri bukan! Kamu, Mbak kalau ngomong dipikir dulu, tadi aku dengar kamu tidak sudi rumah ini dihuni Fatki. Kok, lucu ini tanah milik Fatki kalau mau ngusir dia bayar dulu tanahnya.” Ibu tidak bisa berkutik lagi beliau diam seribu bahasa begitu juga dengan Mas Arman.

“Juna ajak adik-adikmu masuk, kita bantu Mbakmu Fatki angkat dipan dan yang lainnya ke kamarnya yang sekarang.” Juna ke teras memanggil adik-adiknya. Hebat paman Tohir tidak melibatkan pembicaraan orang dewasa dengan anak-anaknya.

“Eh ... maksudnya apa, nih?” tanya ibu.

“Ya, barang Fatki.” Ibu tidak terima beliau mencoba menghalangi. Sedang Mas Arman terlihat pasrah.

Saat kami masuk kamar Reni sedang tidur pulas hanya memakai lingerie. Mas Arman sigap menutup badan Reni pakai selimut dan membangunkannya.

"Ren, bangun!"

"Apa si, Mas? mau minta lagi? Besok pagi saja ya, aku capek," jawab Reni. Mas Arman terlihat sekali malu.

"Bukan, itu. Ayo, cepetan bangun!" Reni bangun hendak menyibakkan selimutnya, tapi dicegah Mas Arman.

"Hah, kenapa kamar kita jadi ramai begini, Mas?" tanya Reni kaget.

"Ayo, bangun dulu! Ini pakai jaketnya ayo kita keluar!"

Meski terlihat kesal Reni menurut saja. Pandangan kami bertemu Reni tersenyum sinis padaku. Ck, dasar perempuan tidak tahu malu. Lihat saja habis ini tidak akan bisa tersenyum lagi.

"Mas Kenapa kita keluar? Aku sangat ngantuk," tanya Reni dia bergelendot manja pada Mas Arman.

"Juna, Rafa, Riski, ayo bantu, Bapak!" Paman dan anak-anaknya cekatan mengeluarkan isi lemari ditaruh di kasur semua.

"Aaaa! Kalian apakan barang-barangku. Hei, berani sekali kalian!" Reni berteriak histeris Mas Arman kewalahan karena Reni berontak.

"Ini pasti ulah kamu kan, perempuan mandul! Dasar tidak tahu diri!" umpat Reni padaku. Semua orang yang ada di sini heran dengan mulut Reni. Paman dan bibi sampai geleng-geleng kepala.

Bab terkait

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 8. Ika otewe pulang ke rumah

    "Iya, memang ini ulahku. Habisnya kamu tidak tahu malu sih, pakai milik orang tanpa izin. Heran aku kenapa kamu sukanya dengan barang-barang bekasanku si, enggak mampu beli, ya? Katanya duitnya banyak gajinya jutaan dipan jati harga 5 juta saja enggak bisa beli, kalah dong sama pengangguran seperti aku." "Sudah, Nak, jangan diladeni mulut berbisa seperti itu ayo bantu, Paman!" titah bibi. Aku menunjukkan kamarku. Paman melihat iba padaku. Kami mengeluarkan barang-barang milikku terlebih dahulu lalu memasukkan dipan, lemari baju 2 pintu, dan juga meja rias. meski sempit tidak mengapa yang penting masih ada celah untuk salat. Reni masih saja histeris dan mengumpatku. Tidak aku tanggapi nanti kalau capek juga berhenti sendiri. Bibi dan Citra membantuku menyusun baju dan memasang seprei. Akhirnya selesai juga sampai tengah malam begini. Aku sangat berterima kasih pada keluarga paman karena sudah bersedia membantuku. Alhamdulillah milikku sudah kembali lagi. "Dik, aku mau bicara padam

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 9. Ibu Syok tahu bapak menikah lagi.

    🌸🌸🌸Aku was-was menunggu hari ini . Entah kenapa aku merasa hari ini akan ada peristiwa penting di rumah ini. Perang dunia mungkin. Yang jelas setelah membaca status WA Ika aku jadi tidak tenang.“Mbak, pinjam tas ini, ya?” Intan nyelonong masuk kamar tanpa izin dan mengambil tas baruku yang ada di cantolan paku dekat lemari.“Enggak boleh! Pakai saja tasmu!” Kurebut tas yang sudah bertengger cantik di bahu Ika.“Pelit banget sih, Mbak!” teriaknya.“Emang, kan, kamu sendiri yang bilang aku pelit. Jadi, sekalian aja deh!” jawabku santai.“Ibuuuuu!” Nah, kan, mulai lagi ngadunya. Kalau dulu akan segera aku berikan, tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya. Cukup sudah aku baik hati pada mereka yang tidak punya hati.“Ada apa, si, Intan! Pagi-pagi sudah teriak-teriak tidak jelas!” sahut ibu sewot.“Aku mau pinjam tas itu, tapi enggak dikasih sama Mbak Fatki! Hanya tas itu yang matching dengan baju dan sepatu yang aku pakai, Bu,” rengek Intan.“Perkara tas saja ribut! Kasih pinjamkan

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 10. Ibu histeris

    “Nah, benar kata Reni. Memang kamu mau tidur di kasur lantai lusuh begitu. Enggak sehat dan enggak higienis kapan mau punya anak kalau begitu,” sahut ibu membela Reni.“Benar juga yang Ibu bilang. Aku juga tidak mau tidur di kasur lusuh terus. Dik, kamu mau kan, bantu Mamas bayar cicilannya?” Mas Arman merayuku, dia berkali-kali menciumi pipiku.“No way! Aku tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk kalian. Aku bukan mesin uangmu, Mas. Harusnya kamu yang kasih aku nafkah tiap hari bukan malah aku yang memberimu.”“Tolonglah Dik, sekali ini saja.”“Tidak! Kalau aku sudah bilang tidak ya, tidak. Siapa yang make itulah yang bayar.”“Tapi, Dik?”“Tidak ada tapi-tapian. Kamu itu Ren, sudah aku bilang salah cari suami. Coba kamu jadi pelakornya orang kaya aku jamin hidupmu tidak akan susah begini, mau tidur aja pusing mikirin kreditan. Pinter dikit kek, jangan cuma makan tampannya doang. Percuma kalau kere.”“Oh, jadi kamu ngatain anakku kere?” Ibu tidak terima atas pernyataanku.“Lah,

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 11. Ika pulang ke rumah.

    🌸🌸🌸“Intan cukup! Dia ibumu jadi kamu mulai sekarang harus hormat!” bentak bapak.“Sampai aku mati pun tidak sudi mengakui dia sebagai ibuku. Aku pun tidak sudi punya bapak seperti kamu! Bagiku kamu sudah mati!” Intan menunjuk tepat di wajah bapak.“Mau kamu protes seperti apa pun tidak akan merubah keadaan, Bapak sudah menikah dengan Ika dan Bapak akan mempertanggungjawabkan ini semua,” jawab bapak.Aku jadi bingung, apa bapak tidak tahu kalau Ika ini kekasih gelapnya Mas Arman. Tapi, menurut pengakuan Mbak Sulis bapak tahu kalau Ika waktu itu sedang hamil bahkan bapak yang membawa Ika ke rumah sakit.“Fatki, Bapak minta tolong malam ini Ika tidur sama kamu dulu ya?”“Em ... maaf Pak, tidak bisa, kamarku sempit ada banyak barang juga. Kain yang mau aku jahit aku bawa masuk ke kamar,” jawabku bohong.“Baiklah kalau begitu malam ini Intan tidur sama Ibu Ika, ya?” ucap bapak lagi.“Tidak sudi!” Intan masuk kamar dibantingnya pintu kamar dengan kuat. Disusul ibu.Sebenarnya ada kamar

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 12. Pelakor Ika.

    🌸🌸🌸Menikah dan berumah tangga adalah ibadah terpanjang dalam hidup kita. Di dalamnya ada syarat dan rukun ibadah yang harus terpenuhi agar ibadah kita sah dan diterima Allah SWT. Bukan seperti ini, entah rumah tangga seperti apa yang sedang kami jalani. Orang tua yang sejatinya menjadi panutan nyatanya sama saja keblinger dan mementingkan egonya masing-masing. Aku sedang berusaha bisa jika aku lelah dan menyerah aku akan tinggalkan semuanya.~K~U🌸🌸🌸"Kalau enggak mau kasih lebih baik kita pisah!” Baru saja aku terlelap karena minum obat suara cempreng ibu mertuaku memekakkan telinga hingga membangunkanku.“Bu, jangan begitulah. Keuangan kita menipis. Kemarin kan, kamu sudah aku kasih uang 500 ribu rupiah masa sudah habis?” Itu suara bapak mertuaku. Ah, pasi mereka berdebat masalah uang lagi.“Aku tidak mau tahu! Uang Cuma 500 ribu rupiah sudah habislah, sudah aku belanjakan kebutuhan dapur dan juga skincare. Kamu belikan wanita Lac*r itu spring bed dan lemari saja sanggup. Ak

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 13 Sifat asli Ika.

    “Ah, beraninya cuma omong doang! Dengar ya, Ika, jadi manusia itu enggak usah jumawa kamu status istri ke dua saja sombong pakai ngatain aku segala. Apa kamu tidak ingat kemarin-kemarin kamu itu siapa dan temenan sama siapa!” Mbak Sulis mengambil Syifa dari pangkuanku dan berlalu pulang.“Mbak Fatki, aku pulang dulu ya, engap ada penampakan setan di antara kita,” pamitnya. Aku mengiyakan.“Heh, mau ke mana kamu!” Ika mencegatku. Aku diam saja malas mau menjawab.“Jangan masuk dulu! Belikan aku pecel lontong di warung pojok lapangan sana, ya! Jangan pedes. Ini uangnya!” Ika melemparkan uang 10 ribu rupiah tepat di wajahku.Tak menjawab sepatah kata pun aku menangkis tangannya yang menghalangi jalanku lalu masuk rumah. Baru beberapa langkah Ika sudah memburuku dan menarik jilbabku. Kepalaku sampai mendongak ke belakang.“Punya kuping dan mulut itu di pakai. Aku ini ibu mertuamu jadi, kamu harus hormat padaku!” ucapnya lagi.Aku balik badan dan memelintir tangannya ke belakang kuat sekal

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 14. Cinta itu sudah hambar.

    🌸🌸🌸“Aku akan adukan semuanya pada Mas Sam!” Ancam Ika. Sam adalah panggilan singkat dari nama bapak mertuaku Samsudin.“Adukan saja, aku tidak takut!” jawab ibu.“Mas sini minta duit aku sama Ibu mau ke pasar mau beli sepatu,” pinta Intan.“Mas enggak ada duit, Tan. Uang Mas sudah Mas bagi dua untuk Fatki dan Reni, ini juga Mas pusing gimana caranya bayar kreditan kasur,” jawab Mas Arman.“Ck, apes banget sih gue. Kenapa harus dilahirkan di tengah-tengah keluarga miskin dan basurd begini,” gerutu Intan.“Pokoknya Ibu tidak mau tahu! Cepetan mana uangnya!”Mas Arman merogoh kantong celananya dan memberi ibu uang 50 ribuan dua lembar.“Cuma segini? Mana cukup!”“Enggak ada lagi, Bu. Kalau enggak mau aku ambil lagi, nih.”“Ayo, Tan. Kita pergi. Nanti kalau kurang kita minta sama bapakmu saja.” Ibu menarik lengan Intan. Mereka berdua pergi.“Sudah sana, Mas kerja.”“Hari ini aku enggak kerja, aku mau berduaan dengan kamu. Lagi pula motornya enggak ada. Aku malas jalan kaki,” jawab Mas

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 15. Reni Hamil

    🌸🌸🌸“Dik, aku rindu padamu,” ucap Mas Arman. Kalau dulu sebelum kehadiran orang ke tiga maka aku akan sangat bahagia jika Mas Arman berkata seperti itu tapi, kini jangankan senang hati pun ikut sakit.“Aku ngantuk Mas, aku mau tidur,” tolakku halus.“Kamu tidak bisa seperti ini terus, Dik. Kamu pun istriku. Wajib bagiku dan bagimu memenuhi kebutuhan lahir batin,” ucap Mas Arman lagi.“Lakukan sesuka hatimu, Mas. Aku memang tidak berhak menolak. Anggap saja sebagai baktiku yang terakhir. Barang kali esok atau lusa kita tidak bisa bersama lagi,” jawabku lirih. Air mataku mengalir begitu saja. Aku benar-benar benci keadaanku sekarang.Sepertinya Mas Arman tidak mengindahkan ucapanku dan tidak memedulikanku dia terlalu menikmati permainannya sendiri. Dia tetap memilih menuntaskan hasratnya. Lalu mendengkur menggapai mimpi.Sakit hati jiwa dan raga. Aku benar-benar seperti orang yang tidak punya harga diri. Kuraih selimut untuk menutup tubuhku dan pergi ke kamar mandi membersihkan diri.

Bab terbaru

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 615. Selamat jalan, Bang! End.

    POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.“Abang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 614. Ketenangan Bang Dafa.

    POV Kayla. “Kamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!” usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu ‘kan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.“Cepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!” usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.“Lepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!” bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.“Kamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!” Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 613. Kedatangan.

    POV Kayla.“Dasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!” teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja ‘toh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 612. Meninggal.

    POV Kayla. “Wah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!” kata Kak Siwi lagi. “Kalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,” jawabku. Kak Siwi bengong.“Dasar nggak waras! LAWANG!” umpat Kak Siwi.“Kok, orang gila ngatain gila, sih!” kataku lagi.“Diam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!”“Enggak takut! Lakuin aja kalau bisa,” jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.“Mak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 611. Emak ketakutan.

    POV Kayla. “Halo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,” sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.“Eh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?” kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.“Apa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!” protesku.“Aku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!” jawabnya.“Oh ... iya? Yakin?” jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.“Aww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!” jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.“Duh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!” ucapku.“Emph! Emph!” Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.“Kenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 610. Ada yang tidak ridho.

    POV Kayla. “Oo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!”“Dokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!”“Namanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!”“Amit-amit na’uzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.”“Sekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!”“Iya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!”“Pelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!”“Iya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!”“Iya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!”“Jangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!”“Pendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!”“Makanya itu harus belajar adab juga.”“Dokter Dafa bingung kali milih sal

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 609. Kubuka rahasia di tempat umum.

    POV Kayla. “Kurang ajar kamu, ya, Kayla!” Risa tidak terima mendengar ucapanku. Dia menyerangku, tapi aku buru-buru melepaskan sepatuku lalu kupukulkan ke bahunya! Bugh! Bugh!Tepat sasaran. Risa mengaduh kesakitan. Dia bermaksud menarik jilbabku, tapi aku sudah lebih dulu menjambak rambutnya.“Aww! Sakit-sakit! Lepaskan!” teriak Risa sampai suster yang kebetulan melintas berlarian untuk melerai kami.“Mbak, lepas, Mbak! Kasihan Dokter Risa. Udah lepas! Mbak, tidak tahu dia siapa?! Tolong lepas!” seru para suster.“Rasain kamu! Mampus kamu, Risa! Sekali lagi kamu bikin masalah sama aku bukan hanya rambutmu yang aku jambak, tapi kepalamu aku lepaskan dari tubuhmu! Memang kamu kira aku takut sama kamu? Rasain ini dokter gila,” makiku pada Risa.“Kamu itu yang gila buktinya kamu yang menyerangku!” Risa masih saja playing victim.“Ooh ... gitu! Ini gimana? Sakit tidak!” kutarik bulu mata palsu Risa biar dia tahu rasa.“Aww saaaaakkkiit mataku! Bulu mataku! Dasar kamu gila Kayla!” teri

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 608. Tidak usah cari masalah denganku.

    POV Kayla. “Kayla, tolong panggil suster untuk membantuku!” pinta Bang Daffa.“Males, iiih! Abang panggilan aja sendiri itu kan, ada tombol di atas kepala Bapak. Tinggal pencet aja sih, kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala!” tolakku sinis.“Astaghfirullahaladzim ... Kayla ini darurat ya, Allah!” pekik Bang Dafa. Dia terlihat bingung dengan sikapku lalu tanpa pikir panjang dia memencet bel yang ada di atas kepala bapak berkali-kali.“Nah ... gitu bisa kan, pencet bel sendiri! Kenapa pakai nyuruh-nyuruh aku segala?!” seruku.“Kayla, cepat bantu sini! Tolong ini!” pinta Bang Dafa lagi tanpa menoleh ke arahku. Dia memang terlihat sibuk sekali.“Apaan sih, Bang, males lah! Aku mau keluar. Aku malas bertemu Abang. Orang Bapak 'tuh cuma kejang biasa itu kena ayan. Udah deh, enggak usah terlalu lebai,” jawabku lagi. Gegas aku keluar. Di pintu aku berpapasan dengan perawat yang terburu-buru masuk ke ruangan ini.“Dasar monster! Aku pastikan kamu segera akan punah dari muka bumi ini. Monste

  • VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU    BAB 607. Bang Dafa datang.

    POV Kayla. “Pak, hei jangan mati dulu!” seruku seraya kutepuk-tepuk pipinya lebih tepatnya aku tampar.“Paaakk!” Kali ini kutekan lengan kanan bapak yang terpasang selang infus. Jika Bapak tidak sedang dalam keadaan kejang pasti dia akan berteriak kesakitan, tapi aku yakin sih, dia pun merasakan sakit. Ah ... sungguh ini merupakan kenikmatan hakiki yang aku nanti-nanti selama ini.“Pak, ada satu rahasia lagi yang harus Bapak tahu dan ini tentu sangat mengejutkan. Tahukah Bapak, bahwa istri tercinta bapak itu adalah penebar fitnah. Bapak tidak tahu kan, kalau ternyata istri Bapak sejak muda dulu sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Bapak? Karena aksinya terpergok oleh orang tuaku, Emak lalu memfitnah mereka dan terjadilah tragedi besar pembunuhan yang Bapak dalangi. Bagaimana Pak, apakah informasi ini mengejutkan Bapak?”Kulirik jam di pergelangan tanganku dan sepertinya sudah lebih dari 10 menit bapak kejang. Hebat sekali dia tidak meregang nyawa. Apa dia seperti kucing yang p

DMCA.com Protection Status