“Kita akan bertemu kembali, Sayang,” ucap Derick lewat telepati. Ia bisa merasakan komunikasi telah terhubung dengan Sandra, meski wanita itu belum bisa membalas karena masih lemas.“Sebut namaku, aku akan datang,” ucap Derick melancarkan rayuan.Di saat bersamaan, beberapa kilometer jauhnya dari Derick, Sandra tersipu malu dalam dekapan Vino. Alexander dan pasukannya hanya bisa mengejar sampai paling ujung perbatasan. Mereka tak bisa bertahan lama di dunia manusia, kecuali Alexander. Anak Tuan Alfonso terpaksa melanjutkan pengejaran sendiri.Vino yang telah mendapat kekuatan menghilang kembali merasa lega. Ia mengecup lembut kening Sandra. Bagaimanapun keselamatan istrinya adalah paling utama. Vino terpaksa untuk sementara waktu mengubur keinginannya untuk mengambil kedua kitab ajaib. Ia sekarang tak bisa meminta Alice untuk datang membawakan kitab-kitab tersebut. Rasa patah hati yang dirasakan si kakak telah melemahkan kekuatannya. Alice tak bisa lagi melewati memasuki dunia manusia
“Apa yang terjadi?” tanya Alexander yang mendekat ke arah Derick. Pria muda berprofesi sebagai polisi ini lalu mengamati memar di lengan Derick.“Apa maksud semua ini? Ada apa dengan kalian, bangsa vampir?” Derick seketika kaget. Kini, suaranya telah pulih kembali.“Derick, gua minta maaf. Asal lu ikuti aturan kami. Gua jamin lu selamat.”“Apa maksud lu?” tanya Derick yang diam-diam cari cara untuk melepaskan ikatan. Perlahan dan pasti, ikatan di kaki sudah mulai longgar. Derick tersenyum tipis.“Kami hanya butuh pinjam tubuh lu beberapa waktu doang.”Penjelasan Alexander ini sudah dipahami betul oleh Derick. Tanpa mereka sadari, hal tersebut sangat disukai oleh Derick. Diam-diam pria berkulit eksotis ini mulai memulihkan memulai penyembuhan dari dalam. Ia akan ikuti permainan mereka dan siap melawan, jika diperlukan.Ia dapat merasakan keberadaan dua benda kecil dalam tubuhnya. Meski Derick bisa mengeluarkan benda tersebut, tetapi ia masih ingin tahu maksud dari perseteruan intern ba
"Tidak mungkin, Pa. Aku kasih obat sesuai dosis. Selebihnya hanya memasang dua permata di tubuhnya,” ujar Alexander membantah dengan argumentasi.Tuan Ferdinan melakukan tehnik totok jarum dan menyedot darah di bagian punggung Derick dengan mangkuk. Alexander berdiri sambil memperhatikan yang dilakukan papanya.Si korban hanya tersenyum dalam hati. Ia telah terlatih untuk memisahkan antara darah kotor dengan yang bersih. Yang dikeluarkan oleh Tuan Ferdinan barusan adalah darah kotor, yang memang seharusnya dibuang.Tua bangka ini pasti mengira tadi adalah darah bersih. Dia akan cek kandungan dalam darahku, batin Derick dengan rasa puas.“Liat! Darah ini berwarna hijau. Sudah over dosis,” ucap Tuan Ferdinan sambil menyodorkan mangkok tepat di depan mata Alexander.“Aku berkata benar, Pa! Sebentar kuambil ampul obat,” elak Alexander lalu berjalan ke luar ruangan.“Bagaimana bisa berhasil? Ceroboh!” teriak marah Tuan Alexander sambil memukul tembok. Benda kokoh itu pun langsung jebol seb
Sandra tersenyum lebar melihat ke arah Derick. Sementara itu tak jauh dari tempat wanita pemilik darah suci berdiri, ada sepasang mata tajam dan senyum menyeringai mengintai.“Begitu Sandra masuk, kita pasang perangkap. Saat malam, baru kita bawa pergi mereka.”“Langsung pulang?”“Bawa ke area pribadi keluarga. Agar tak bisa dilacak.”Dua sosok iki ternyata Tuan Gustav dengan Alice yang merasa curiga akan gerak-gerik Sandra saat melintas di perbatasan dua dunia. Saat Alice menghubungi Vino, rupanya si adik sedang mencari istrinya. Bisa saja, Vino sekarang sedang menuju area pribadi keluarga mereka.“Pi, gimana kalo ketemu Vino?” tanya Alice sambil mengamati dua sosok yang sedang berpelukan dalam gua.“Nanti Papi yang jelasin,” balas Tuan Gustav sambil memasang perangkap di mulut gua. Kemudian ia berbisik ke telinga Alice. “Begitu mereka menyentuh perangkap langsung ikat.”Beberapa saat kemudian, pria ini melesat ke atas gua. Kedua kakinya dientakkan kuat-kuat di materi gua yang terb
“Sayang, kita lebih dari itu,” jelas Derick sambil memeluk tubuh Sandra.“Emang berapa jam?”tanya Sandra sambil menoleh ke arah Derick.“Kita menjalani proses selama setahun, Sayang.”“Really?” Derick tidak menjawab pertanyaan si wanita. Pria berkulit eksotis ini memeluk lalu mencium bibir Sandra dengan hangat. Wanita berambut lebat tersebut segera mengimbangi perilaku Derick yang mulai nakal.Permainan panas kedua makhluk beda dunia ini membuat isi bumi berguncang. Layar angkasa yang semula terang benderang mulai digeser dengan awan berarak. Kilatan petir menyambar mengiringi lenguhan panjang Derick. Sementara jeritan Sandra seketika membuat aliran listrik terputus.“Jadi gelap gini, Bang?” tanya Sandra sambil meraba dada bidang Derick yang telungkup di atasnya.“Benar-benar dahsyat,” balas si pria lalu mengecup bibir Sandra sekilas.Derick bangkit lalu berjalan dengan meraba-raba ke arah jendela. Kedua tangannya membuka sedikit tirai. Kini, remang-remang cahaya dari langit menerobo
“Derick datangin Mama?”“Iya. Bahkan dia bilang akan bantu cari Sandra.”Vino semakin curiga akan tingkah laku Derick. Pria ini tidak habis pikir karenanya.“Tapi, Vin. Mama merasa Sandra gak hilang. Dia akan kembali,” ucap Ny. Anggara dengan berlinang air mata.Ucapan wanita separuh baya ini terdengar oleh Sandra. Ia merasa sedih, tetapi tidak berani keluar untuk menemui mamanya dan Vino. Ia tidak berani melanggar pesan dari Derick.Sandra merasa syok dengan kenyataan ini. Ia merasa menghabiskan waktu beberapa jam saja. Nyatanya, telah setahun yang terlewatkan. Satu yang ia ketahui pasti, Derick lebih sehati dengannya sejak diberi energi.Maafin Sandra, Ma, batin wanita muda tersebut seraya menyeka air mata.Pertalian darah ibu dan anak tidak bisa dipungkiri. Ny. Anggara merasa mendengar suara Sandra dan anaknya ada di sekitarnya.“Sayang, kamu ada di mana? Kamu dekat Mama, kan?”tanya Ny. Anggara sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.Akhirnya kedua mata wanita separuh baya ini
“Perlu saya temani ke kantor polisi?” tanya sekuriti.“Terima kasih. Enggak perlu. Lagian juga, kami nanti langsung berdiskusi dengan pemilik kamar.”“Baik, Bang Vino dan Ny. Anggara. Saya pamit kembali ke pos. Selamat sore.”“Selamat sore, Pak,” balas Vino dan Ny. Anggara dengan tersenyum lega.Sekuriti meninggalkan mereka. Kini Vino mengetuk pintu kamar.“Sayang, kamu ada di dalam?”Vino mencoba berkomunikasi dengan Sandra. Namun, tidak ada balasan dari dalam. Kedua orang di luar kamar tidak tahu bahwa Sandra hanya mampu terbaring di lantai tanpa bisa berucap kata sepatah pun.Derick telah kembali ke kamar dengan mengerahkan kemampuan. Ia terkejut karena mendapati kamar dalam keadaan kosong. Sementara akses telepati kepada Sandra terputus. Pria berkulit eksotis tersebut tahu betul yang memutuskan komunikasi mereka adalah Vino. Derick merasa kasihan dengan Sandra yang telah mengorbankan diri untuk dirinya.Kini, dirinya tidak tahu akan keberadaan wanita yang tercinta tersebut. Deric
Sebelum mereka masuk taksi, Derick berucap,”Pura-pura amnesia saja.”“Ah, Sayang. Apa kita bisa selalu bersama?” tanya Sandra bernada putus asa.“Percayalah! Cinta suci akan cari jalan untuk itu.”“Kamu bisa seyakin itu, Bang?”“Tentu saja. Aku percaya bahwa kita berjodoh selamanya.”Sandra seketika mengecup mesra pipi Derick yang berjambang tipis.“Kamu pria paling macho yang kukenal,” ucap Sandra dengan nada manja.“Sweet girl, Abang akan turun sebelum apartemen. Nanti begitu kamu turun di carport, langsung amnesia,” bisik Derick agar tidak didengar oleh pengemudi taksi.“Gimana mau ke kamar, kalo amnesia?” tanya Sandra lirih dengan wajah bingung.“Abang akan kasih tahu Vino dan Alexander. Kamu ikuti alur aja.”Sandra tertawa lirih saat mendengar penjelasan Derick. Wanita tersebut paham bahwa Derick cerdas dalam membuat jalan cerita drama mereka.“Aku gak bisa bayangkan, betapa serunya nanti,” ucap lembut Sandra sambil menyandarkan kepala di bahu Derick.Pria macho tersebut tersenyu
Bernard tersenyum mengetahui kekasihnya telah siuman. "Sabar, Sayang. Sesampai tempat kamu, aku akan pasang infus."Lift dalam keadaan sepi. Hanya mereka bertiga sampai pintu terbuka di lantai tempat mama Sandra dengan yang lain menunggu. Carol berjalan mendahului dengan senyum penuh arti. Wajah Bernard basah oleh peluh dan itu telah membasahi pakaian formal yang masih dipakainya.Begitu sampai depan pintu, Carol segera menekan bel. Pintu terbuka dan tampak beberapa wajah yang cemas akan keadaan Sandra. Tentu saja, Bernard kaget dengan semua ini."Bagaimana bisa kalian ada di sini?"tanya pria bermata biru tersebut. "Maaf, Nyonya. Sandra mabuk berat hingga pingsan.""Saya tahu, kamu adalah dokter. Segera obati anak saya!"pinta Ny.Anggara yang langsung berjalan ke arah kamar Sandra. Wanita ini membuka pintunya.Bernard membopong masuk tubuh Sandra. Kemudian merebahkan Sandra di pembaringan. Dia segera memasang infus dan menaruh kantongnya dengan mencantolkan pada sebuah hiasan di dindin
"Besok pagi kami akan ke keluarga kamu. Kami akan persiapkan semua. Kakek dan Nenek sudah ngotot ingin buru-buru menimang cucu," jelas James yang mematik sikap usil Bernard."Wah, kita harus buru-buru nikah biar bisa bikin cucu yang lucu buat Kakek dan Nenek," celetuk Bernad yang menghasilkan sebuah cubitan di punggung tangan. "Aduh, Sayang. Bilang aja mau buruan ada yang temani tidur tiap malam. Saya siap, Nona.""Apaan, sih!" Sandra cemberut padahal dalam hati senangPesta ini memang diadakan untuk memperkenalkan Sandra kepada seluruh anggota keluarga besar Bernard. Sayang Axel dan Jeanne tidak bisa pulang untuk menghadiri pesta. Namun, keduanya sangat antusias saat diajak video call oleh Bernard bersama Sandra.Malam ini Sandra telah minum champagne berlebihan. Wanita ini tidak pernah minum wine apalagi champagne. Ya, sejak diketahui Sandra memiliki darah suci, orang tuanya telah mewanti-wanti padanya untuk tidak memakan maupun meminum hasil olahan fermentasi.Kini, Bernard yang ke
"Coba aku rasakan." Bernard mengambil obat dari plastik lalu mengulum dan mencium bibir Sandra sekaligus menyalurkan obat tersebut. Keempat asisten rumah tangga segera memalingkan wajah karena malu melihat adegan mesra sejoli. "Minumnya." Bernard menyodorkan gelas ke mulut Sandra. Wanita ini segera meminumnya sampai habis."Benar-benar pasangan serasi. Semoga Tuan Muda dan Nona segera menikah," ucap ART senior.Sejoli tersenyum ke arah para ART. Akhirnya mereka mulai bersiap merias Sandra dan Bernard yang sadar diri segera mendekat ke arah Sandra. "Aku tunggu di bawah, Sayang. Jangan lama-lama! Aku gak bisa menaha rindu terlalu lama.""Gombal, ih!" Sandra manyun ke arah Bernard dan langsung dikecup bibirnya. Setelah itu, Bernard langsung kabur.Perilaku pasangan ini membuat keempat ART ikut gemas dibuatnya. Dalam waktu satu jam lebih Sandra dirias oleh keempat wanita kepercayaan. Kini, Sandra tampil begitu memesona apalagi rasa bahagianya telah mengaktifkan molekul-molekul dalam dara
Hatinya yang terluka perlahan dapat obat penawar dari pria asing di sebuah restoran. Sandra tidak akan pernah menyesali itu. Pria ini benar-benar serius ingin mempersuntingnya. Bukan sekadar kata-kata manis yang terucap dari bibir Derick dan bukan pula pernikahan di atas pengkhianatan Vino terhadap Grace."Aku kunci sebentar pintunya, Sayang," bisik Bernard sambil melepas pelukan. Sandra baru tersadar, mereka telah berada di atas ranjang. Cumbuan keduanya telah membuat melayang. Sandra tersenyum memandangi tubuh Bernard yang berjalan ke arah pintu. Pria berbadan atletis yang telah lama didambanya. Pria yang sesuai dengan ekspektasi Sandra. Lebih dari Raditya, Vino maupun si eksotis Derick.Bernard mengunci pintu lalu ia segera menghampiri Sandra. Pria itu memainkan jari jemarinya pada lekuk tubuh Sandra yang menggiurkan."Bens, aku bertanggung jawab atas drama yang terjadi," bisik Sandra yang semakin membuat Bernard semakin bergairah.Sandra berdiri di depan si pria indo ini. Ia mena
Tiba-tiba Sandra dikejutkan oleh kehadiran beberapa wanita bercode dress ala asisten rumah tangga Telenovela. Bernard lalu mendekati Sandra dan berbisik, "Sampai jumpa di pesta dansa, Sayang."Pria berparas blasteran ini mengecup pipi Sandra sekilas lalu pergi entah ke mana. Sandra memegang pipi bekas kecupan Bernard. Kurang ajar, rutuk Sandra dalam hati. Padahal dalam hatinya berbunga-bunga.Sandra diarahkan ke sebuh kamar oleh salah satu ART yang berwajah lebih dewasa dari yang lain. Sepertinya, dia adalah senior dari para ART. Sebuah ruangan yang sangat luas. Ada sebuah pembaringan besar berkasur tebal. Matanya memidai sekeliling ruangan. Seluruh dinding berwarna keemasan dengan kaca jendela lebar yang mampu membingkai langit dengan segala isinya.Lampu gantung besar tepat berada di atas pembaringan. Tak jauh dari pembaringan ada meja rias satu set. Berjarak sekitar satu meter berdiri lemari kayu jati berdampingan dengan etalase baju dan sepatu. Dalam etalase baju terdapat berbagai
"Pak, tolong, dong! Jangan dihukum kayak gini. Please," ucap Sandra mirip anak kecil merengek.“Ya. Ada yang mau saya omongin lebih banyak. Duduk!"“Nanti saya telat masuk.”“Saya bilangin staf promo kalau kamu ada urusan sama saya.”Sandra terpaksa menurut daripada dalam masalah. Wanita berambut lebat ini sadar bahwa Bernard sedang menatapnya dengan sinis.“Kenapa?” tanya Sandra malas. Padahal dalam hatinya ingin sekali mempergunakan kekuatan supranatural. Ia pun teringat akan nasihat mamanya agar berperilaku layaknya manusia. Sandra hanya ingin hidup dengan damai dan itu bisa didapatkan saat dirinya kembali menjadi manusia seutuhnya.“Kamu gak bisa kabur lagi, wanita licik.”***Dari awal pertemuan tidak sengaja mereka, Bernard ikut andil membuat skenario di mana mereka bertemu saat liburan. Hal itu sesuai dengan penjelasan Bernard kepada keluarganya.Sandra kini kembali ke ruang promo dan iklan dengan tubuh yang lemah, letih dan juga lesu. Macam orang kurang gizi. Begitu selesai k
Penjelasan dokter Ariel sampai membuat teman-temannya berbisik. “Nama akhirnya Luciano, kayaknya dia penerus direktur yang sekarang, ya?”“Kayaknya iya deh, masih pemilik rumah sakit ini.”Namun, dari pembicaraan mereka yang Sandra takutkan adalah ... Itu orang yang sama. Begitu Sandra menoleh ke belakang dan melihat kedatangan si Wakil Direktur. Saat itulah Sandra merasa dunianya seketika berputar bagai gangsing.Wanita muda ini buru-buru menoleh ke arah lain, hingga Bernard melewati. Saat pria tersebut memberi kata sambutan, Sandra segera menunduk. Ia berpura-pura membaca proposal yang akan tim lakukan.“Lu biasa bagian apa?"tanya wanita sebelah Sandra.Product placement," balas Sandra singkat."Meliputi apa saja?"tanya yang lain. Sandra merasa terganggu dengan dua orang ini yang terus-menerus tanya berbagai hal. Mereka seperti sengaja menguji kemampuannya.Masa, iya. Sudah kerja tahunan di bidang advertiser, masih tidak ngerti apa itu product placement, omel Sandra dalam hati. Namu
“Jangan kabur lu! Kita harus menikah dan lu harus punya anak agar bisa sembuh dari penyakit langka."“Iih, lepas gak? Gue mau ke kamar mandi. Kebelet."“Tanggung jawab!"“Sinting!"seru Sandra mencoba melepaskan diri. “Lepas, gak?”“Kalau kamu gak mau, kita balik lagi ke dalam dan kamu jelaskan semuanya.”“Iih, tunggu!” Sandra panic ketika Bernard menariknya berjalan. Namun, tenaga pria itu lebih besar, mustahil untuk dilawan. “Iya, iyaaa! Gue tanggung jawab! Izinin dulu gue ke kamar mandi, please! Gue janji akan tanggung jawab," ucap Sandra dengan raut wajah memelas.Tidak sia-sia Sandra untuk mengeluarkan bakat aktingnya. Akhirnya, Bernard menghentikan langkah. “Ada yang perlu gue ingin bicarakan sama lu. Penting! Kita ke apartemen gue.”“Gue mau ke kamar mandi di sini dulu. Gak kuat, pengen pup." Sandra berkata sembari menahan bagian pantat. "Atau lu lebih suka, gue buang kotoran dimari? Oke, fine!"Bernard seketika melepaskan cengkramannya. “Gue ikut sama lu.”“Terserah!" Sandra pu
Satu-satunya yang terpikirkan di kepala Sandra adalah ...."Hhhggg ....” Wanita berambut lebat tersebut memegang dadanya lalu berakting sesak. “Sa-Saya ma-mau ke to-toilet.”“Bernard antar dia! Kayak sesak gitu. Kalo perlu antar ke dokter,” ucap Cecilia khawatir.“Gak papa, Tante. Saya ke kamar mandi dulu ….” Sandra buru-buru berdiri lalu melangkah sambil menunduk tanpa mengetahui kalau ada dua pria sedang menggotong meja.BRUKK! “Aaaah!” Sandra jatuh lalu tiba-tiba pandangan matanya gelap. Wanita ini pun tak sadarkan diri.“Ya ampun, Nak!”pekik Cecelia terkejut.“Bens, buruan bawa ke rumah sakit”perintah James sambil mengulurkan kunci mobil.Dengan berat hati Bernard membopong tubuh Sandra. Tampak ada benjolan di bagian kening wanita berambut lebat tersebut. Wajah cantiknya pucat pasi seperti kapas. Timbul rasa empati dalam hati pria berpredikat es batu ini. Sementara itu, Bernard tidak menyadari bahwa Cecilia mengikuti dengan setengah berlari. Bernard dengan napas tersengal-sengal,