Insiden yang sekarang dialaminya adalah proses yang harus dijalani oleh Sandra karena pilihan sendiri. Hal yang sama juga terjadi dengan keluarga Gustav. Namun mereka rela hati menjalani karena hal tersebut karena telah menjadi pilihan Vino. Meski berat, harus terpisah beberapa waktu.“Saya harap calon mempelai wanita beserta para keluarga kedua mempelai dan juga para hadiri untuk tenang. Prosesi pernikahan sekaligus penobatan Nona Sandra sebagai Tuan Putri akan segera dimulai.”Ucapan Tuan Ferdinan bergema sampai ke luar ruangan. Semua orang telah bersiap untuk menjalani rangkaian prosesi. Sandra kembali tersentak dengan penjelasan pimpinan tertinggi bangsa vampir barusan.“Keluarga kedua mempelai? Berarti dugaanku benar. Yang berjubah merah barusan itu Kak Alice. Kenapa calon suamiku? Dia bersembunyi di bakor. Ada apa?” tanya Sandra lirih ke Ny. Anggara.Wanita yang ditanya barusan lalu menggenggam jemari tangan Sandra lebih erat.“Sayang, kamu ikuti prosesi sampai selesai. Nanti ak
“Pa, jaga kesehatan!”Tuan Anggara menghentikan langkah lalu menoleh dan tersenyum. Pria ini ingin lebih lama lagi berbincang dengan putri semata wayangnya. Namun, inti dari prosesi sakral akan segera dimulai. Tuan Anggara melangkahkan kaki kembali.Sementara dari kejauhan, pemain orgel dengan pakaian jubah putih mengamati momen kebersamaan keduanya dengan tersenyum. Wajah sosok pria ini tertutup topeng dengan kepala ditutupi topi jubah. Sehingga sulit mengenali wajahnya.Prosesi pernikahan dimulai. Musik dari orgel mulai mengalun mengiringi nyanyian syahdu dari grup paduan suara. Sandra dengan didampingi oleh Bik Sumi dan wanita pendamping maju mendekat ke altar. Tuan Ferdinan bergumam lirih membaca doa. Suara klarinet kembali ditiup dengan nada panjang melengking dan seketika semua hening.Pemain orgel berdiri lalu berjalan menuju altar dengan membawa dua kitab berkilau. Kedua telapak tangan terbuka untuk menumpu kitab warna emas dan biru. Kini, pria berjubah putih telah menurunkan
“Tuan Ferdinan atau siapa pun penguasa bangsa vampir! Ambillah yang jadi milik kalian! Kembalikan aku ke dunia manusia!”teriak Sandra dengan sisa suara yang telah serak.“Aku kapok! Cukup sudah ini!” jeritnya seraya duduk di rerumputan dengan kepala tertunduk di antara kedua lutut.Tiba-tiba angin dingin berembus kencang menerpa tubuh Sandra. Embusan tersebut menerpa tubuh wanita yang masih bergaun pengantin tersebut, hingga bergeser beberapa meter. Namun, Sandra yang sudah terlanjur pasrah dengan hidup seakan-akan tak terusik sedikit pun dengan kejadian barusan.Bahkan tubuhnya kini tengkurap di atas rerumputan basah seakan-akan enggan bangkit. Sebuah sentuhan lembut menyentuh rambutnya yang terburai acak-acakan. Wanita muda ini membaui aroma wangi khas yang familier di indra penciumanmya.Hmm ... aroma kayu pinus bercampur mint. Tapi, aku gak mau terkecoh. Aku sedang tak baik-baik saja di dunia tipu-tipu ini, batin Sandra dengan rasa kesal yang telah membuncah.Kini sentuhan lembut
Alice yang bingung sekaligus panik segera menutup bakor. Dia kembali mendekat ke arah ranjang lalu memegang jemari tangan Sandra. Betapa gembira hatinya karena bagian tubuh adik iparnya terasa hangat dan urat nadi di pergelangan tangan teraba berdenyut normal. “Sandra, kamu sudah sehat,” bisik Alice ke telinga wanita yang terbaring tersebut. Dia mencium kedua pipi Sandra penuh kasih. Kini kedua pelupuk mata Sandra yang terpejam terlihat bergerak-gerak. Alice tersenyum lebar, meski dalam hati masih panik karena si bayi menghilang.Alice beranjak mencari keberadaan si bayi. Oleh karena kehilangannya, bisa membuat posisi keluarga Gustav terutama Vino terancam. Keadaan Sandra pun bisa jadi bumerang bagi keluarga jika si kecil diketemukan oleh bangsa serigala.Wanita berambut blonde ini menyusuri semua ruangan dalam rumah. Namun, tak ada keberadaan si bayi. Kemudian, Alice beranjak ke luar rumah. Dia mengelilingi taman dan kebun. Tetap saja tak ada hasil. “Mami, bayinya hilang. Gimana i
“Sayang, kamu tahu, gak, sekarang kita lagi di mana? Ngapain kamu ada di sini?” tanya Nyonya Gustav memancing ingatan Sandra.Wanita berambut sebahu ini ingin tahu mengenai sejauh mana Sandra paham tentang situasi yang sedang dialaminya. Dia khawatir jika Sandra tahu semua kejadian yang dialami lalu menanyakan tentang keberadaan bayinya. Sedangkan, keluarga Gustav masih menunggu kabar tentang Vino dan si bayi.“Mami kok tanya gitu? Ada apa dengan Bang Vino? Terus, ....”Sandra meraba perutnya yang telah rata. Dia tampak kebingungan akan hal itu. Nyonya Gustav dan Alice jadi cemas melihat ekspresi raut wajah Sandra. Akhirnya, Alice berinisiatif untuk mendahului.“Sesuai aturan bangsa vampir, Vino harus semedi selama proses kelahiran anak kalian, yaitu 30 hari. Tapi, yang terjadi dengan kamu adalah luar biasa. Masih 15 hari, anak kalian sudah lahir. Mengenai Vino, kayaknya Mami dan Papi yang lebih paham soal itu,” urai Alice sambil melirik ke arah Nyonya Gustav. Wanita berambut sebahu t
“Mungkinkah dia tahu, kalo Alice yang terluka?” tanya Nyonya Gustav masih dengan kedua mata sembab.“Pasti tahu setelah kejadian. Bisa jadi sekarang sedang sembunyi dan menyesali nasib,”sahut Vino dengan kedua rahang mengeras.Sandra bingung dengan pembicaraan ketiganya barusan. Tiba-tiba jemari tangannya menyentuh sebuah benda mirip sesuatu berwarna emas yang menyangkut di bagian bawah pakaian Alice. Mumpung Vino sedang berbincang serius dengan orang tuanya, Sandra dengan hati-hati menarik benda mengkilap tersebut.Ini, kan, kunci, batin Sandra kaget yang buru-buru menggenggamnya rapat-rapat.Sandra merasakan bahwa kunci tersebut pelan-pelan masuk menembus kulit telapak tangan. Sampai akhirnya, menyatu dalam daging dan Sandra tak merasakan kesakitan. Bahkan kini, cahaya kemilau keemasan dari telapak tangan menjalar menuju lengan lalu ke sekujur tubuh. Sandra merasakan energi yang membuat badannya lebih bugar dan ringan.“Oh my God!” teriak ketiga orang yang berada dekat dengannya.“S
Vino memasang kalung ke leher istrinya. Namun, entah dari mana asalnya. Tiba-tiba berembus angin kencang yang mendorong tubuh Vino. Pria bermanik mata abu-abu itu pun langsung terjungkal. Sementara perhiasan yang terpental langsung lenyap oleh sapuan angin.Vino yang tak terima dengan kejadian barusan bergegas bangkit lalu mengejar sosok yang samar-samar ikut terbawa oleh angin yang berembus. Alice dan kedua orang tuanya tampak meradang oleh kejadian angin barusan.“Papi harus ikut menangani ini. Gak bisa dibiarkan mereka bertindak membabi buta macam ini,”ucap Tuan Gustav seraya mengepalkan kedua tangan.“Papi, aku ikut,” sahut Alice sembari mendekat ke arah pria tersebut.Akhirnya, keduanya melesat menyusul kepergian Vino. Kini, tinggal Sandra ditemani oleh Nyonya Gustav. Wanita muda ini tersenyum sambil menjentikkan dua jari. Kedua mata Nyonya Gustav seketika terbelalak begitu tahu benda yang tiba-tiba berada dalam genggaman Sandra.“Oh my God!” teriaknya histeris dengan ekspresi ba
“Gak usah sedih, Ma. Anggap saja ujian kenaikan kelas,” ujar Vino dibarengi ekspresi terkejut.Pria ini kaget karena Sandra tiba-tiba bangkit lalu berlari kencang ke arah kepergian Alice.“Ma, aku susuk Sandra dulu,” ucap Vino lalu terbang membumbung ke angkasa. Vino punya keahlian dalam mengintai lawan dari pucuk pohon tertinggi.Tanpa disangka-sangka Nyonya Gustav didekati oleh Bik Sumi. Hal tersebut tentu saja membuat Nyonya Gustav kaget. Oleh karena area yang mereka tempati sekarang adalah area milik keluarga Gustav. Wanita berambut sebahu tersebut langsung berdiri lalu menatap ke arah ibu Alexander. Dia merasa janggal dengan perilaku wanita yang kini berdiri di hadapannya dengan menenteng sebuah kantung plastik super jumbo.“Nyonya Gustav, saya perlu bicara berdua,”ucap Bik Sumi dengan raut wajah tegang.“Silakan, Bik,” balas Nyonya Gustav dengan nada bersahabat.Bik Sumi berjalan mendekat seraya membuka lubang kantung plastik lebar-lebar. Tiba-tiba kedua kantung plastik diangka
Bernard tersenyum mengetahui kekasihnya telah siuman. "Sabar, Sayang. Sesampai tempat kamu, aku akan pasang infus."Lift dalam keadaan sepi. Hanya mereka bertiga sampai pintu terbuka di lantai tempat mama Sandra dengan yang lain menunggu. Carol berjalan mendahului dengan senyum penuh arti. Wajah Bernard basah oleh peluh dan itu telah membasahi pakaian formal yang masih dipakainya.Begitu sampai depan pintu, Carol segera menekan bel. Pintu terbuka dan tampak beberapa wajah yang cemas akan keadaan Sandra. Tentu saja, Bernard kaget dengan semua ini."Bagaimana bisa kalian ada di sini?"tanya pria bermata biru tersebut. "Maaf, Nyonya. Sandra mabuk berat hingga pingsan.""Saya tahu, kamu adalah dokter. Segera obati anak saya!"pinta Ny.Anggara yang langsung berjalan ke arah kamar Sandra. Wanita ini membuka pintunya.Bernard membopong masuk tubuh Sandra. Kemudian merebahkan Sandra di pembaringan. Dia segera memasang infus dan menaruh kantongnya dengan mencantolkan pada sebuah hiasan di dindin
"Besok pagi kami akan ke keluarga kamu. Kami akan persiapkan semua. Kakek dan Nenek sudah ngotot ingin buru-buru menimang cucu," jelas James yang mematik sikap usil Bernard."Wah, kita harus buru-buru nikah biar bisa bikin cucu yang lucu buat Kakek dan Nenek," celetuk Bernad yang menghasilkan sebuah cubitan di punggung tangan. "Aduh, Sayang. Bilang aja mau buruan ada yang temani tidur tiap malam. Saya siap, Nona.""Apaan, sih!" Sandra cemberut padahal dalam hati senangPesta ini memang diadakan untuk memperkenalkan Sandra kepada seluruh anggota keluarga besar Bernard. Sayang Axel dan Jeanne tidak bisa pulang untuk menghadiri pesta. Namun, keduanya sangat antusias saat diajak video call oleh Bernard bersama Sandra.Malam ini Sandra telah minum champagne berlebihan. Wanita ini tidak pernah minum wine apalagi champagne. Ya, sejak diketahui Sandra memiliki darah suci, orang tuanya telah mewanti-wanti padanya untuk tidak memakan maupun meminum hasil olahan fermentasi.Kini, Bernard yang ke
"Coba aku rasakan." Bernard mengambil obat dari plastik lalu mengulum dan mencium bibir Sandra sekaligus menyalurkan obat tersebut. Keempat asisten rumah tangga segera memalingkan wajah karena malu melihat adegan mesra sejoli. "Minumnya." Bernard menyodorkan gelas ke mulut Sandra. Wanita ini segera meminumnya sampai habis."Benar-benar pasangan serasi. Semoga Tuan Muda dan Nona segera menikah," ucap ART senior.Sejoli tersenyum ke arah para ART. Akhirnya mereka mulai bersiap merias Sandra dan Bernard yang sadar diri segera mendekat ke arah Sandra. "Aku tunggu di bawah, Sayang. Jangan lama-lama! Aku gak bisa menaha rindu terlalu lama.""Gombal, ih!" Sandra manyun ke arah Bernard dan langsung dikecup bibirnya. Setelah itu, Bernard langsung kabur.Perilaku pasangan ini membuat keempat ART ikut gemas dibuatnya. Dalam waktu satu jam lebih Sandra dirias oleh keempat wanita kepercayaan. Kini, Sandra tampil begitu memesona apalagi rasa bahagianya telah mengaktifkan molekul-molekul dalam dara
Hatinya yang terluka perlahan dapat obat penawar dari pria asing di sebuah restoran. Sandra tidak akan pernah menyesali itu. Pria ini benar-benar serius ingin mempersuntingnya. Bukan sekadar kata-kata manis yang terucap dari bibir Derick dan bukan pula pernikahan di atas pengkhianatan Vino terhadap Grace."Aku kunci sebentar pintunya, Sayang," bisik Bernard sambil melepas pelukan. Sandra baru tersadar, mereka telah berada di atas ranjang. Cumbuan keduanya telah membuat melayang. Sandra tersenyum memandangi tubuh Bernard yang berjalan ke arah pintu. Pria berbadan atletis yang telah lama didambanya. Pria yang sesuai dengan ekspektasi Sandra. Lebih dari Raditya, Vino maupun si eksotis Derick.Bernard mengunci pintu lalu ia segera menghampiri Sandra. Pria itu memainkan jari jemarinya pada lekuk tubuh Sandra yang menggiurkan."Bens, aku bertanggung jawab atas drama yang terjadi," bisik Sandra yang semakin membuat Bernard semakin bergairah.Sandra berdiri di depan si pria indo ini. Ia mena
Tiba-tiba Sandra dikejutkan oleh kehadiran beberapa wanita bercode dress ala asisten rumah tangga Telenovela. Bernard lalu mendekati Sandra dan berbisik, "Sampai jumpa di pesta dansa, Sayang."Pria berparas blasteran ini mengecup pipi Sandra sekilas lalu pergi entah ke mana. Sandra memegang pipi bekas kecupan Bernard. Kurang ajar, rutuk Sandra dalam hati. Padahal dalam hatinya berbunga-bunga.Sandra diarahkan ke sebuh kamar oleh salah satu ART yang berwajah lebih dewasa dari yang lain. Sepertinya, dia adalah senior dari para ART. Sebuah ruangan yang sangat luas. Ada sebuah pembaringan besar berkasur tebal. Matanya memidai sekeliling ruangan. Seluruh dinding berwarna keemasan dengan kaca jendela lebar yang mampu membingkai langit dengan segala isinya.Lampu gantung besar tepat berada di atas pembaringan. Tak jauh dari pembaringan ada meja rias satu set. Berjarak sekitar satu meter berdiri lemari kayu jati berdampingan dengan etalase baju dan sepatu. Dalam etalase baju terdapat berbagai
"Pak, tolong, dong! Jangan dihukum kayak gini. Please," ucap Sandra mirip anak kecil merengek.“Ya. Ada yang mau saya omongin lebih banyak. Duduk!"“Nanti saya telat masuk.”“Saya bilangin staf promo kalau kamu ada urusan sama saya.”Sandra terpaksa menurut daripada dalam masalah. Wanita berambut lebat ini sadar bahwa Bernard sedang menatapnya dengan sinis.“Kenapa?” tanya Sandra malas. Padahal dalam hatinya ingin sekali mempergunakan kekuatan supranatural. Ia pun teringat akan nasihat mamanya agar berperilaku layaknya manusia. Sandra hanya ingin hidup dengan damai dan itu bisa didapatkan saat dirinya kembali menjadi manusia seutuhnya.“Kamu gak bisa kabur lagi, wanita licik.”***Dari awal pertemuan tidak sengaja mereka, Bernard ikut andil membuat skenario di mana mereka bertemu saat liburan. Hal itu sesuai dengan penjelasan Bernard kepada keluarganya.Sandra kini kembali ke ruang promo dan iklan dengan tubuh yang lemah, letih dan juga lesu. Macam orang kurang gizi. Begitu selesai k
Penjelasan dokter Ariel sampai membuat teman-temannya berbisik. “Nama akhirnya Luciano, kayaknya dia penerus direktur yang sekarang, ya?”“Kayaknya iya deh, masih pemilik rumah sakit ini.”Namun, dari pembicaraan mereka yang Sandra takutkan adalah ... Itu orang yang sama. Begitu Sandra menoleh ke belakang dan melihat kedatangan si Wakil Direktur. Saat itulah Sandra merasa dunianya seketika berputar bagai gangsing.Wanita muda ini buru-buru menoleh ke arah lain, hingga Bernard melewati. Saat pria tersebut memberi kata sambutan, Sandra segera menunduk. Ia berpura-pura membaca proposal yang akan tim lakukan.“Lu biasa bagian apa?"tanya wanita sebelah Sandra.Product placement," balas Sandra singkat."Meliputi apa saja?"tanya yang lain. Sandra merasa terganggu dengan dua orang ini yang terus-menerus tanya berbagai hal. Mereka seperti sengaja menguji kemampuannya.Masa, iya. Sudah kerja tahunan di bidang advertiser, masih tidak ngerti apa itu product placement, omel Sandra dalam hati. Namu
“Jangan kabur lu! Kita harus menikah dan lu harus punya anak agar bisa sembuh dari penyakit langka."“Iih, lepas gak? Gue mau ke kamar mandi. Kebelet."“Tanggung jawab!"“Sinting!"seru Sandra mencoba melepaskan diri. “Lepas, gak?”“Kalau kamu gak mau, kita balik lagi ke dalam dan kamu jelaskan semuanya.”“Iih, tunggu!” Sandra panic ketika Bernard menariknya berjalan. Namun, tenaga pria itu lebih besar, mustahil untuk dilawan. “Iya, iyaaa! Gue tanggung jawab! Izinin dulu gue ke kamar mandi, please! Gue janji akan tanggung jawab," ucap Sandra dengan raut wajah memelas.Tidak sia-sia Sandra untuk mengeluarkan bakat aktingnya. Akhirnya, Bernard menghentikan langkah. “Ada yang perlu gue ingin bicarakan sama lu. Penting! Kita ke apartemen gue.”“Gue mau ke kamar mandi di sini dulu. Gak kuat, pengen pup." Sandra berkata sembari menahan bagian pantat. "Atau lu lebih suka, gue buang kotoran dimari? Oke, fine!"Bernard seketika melepaskan cengkramannya. “Gue ikut sama lu.”“Terserah!" Sandra pu
Satu-satunya yang terpikirkan di kepala Sandra adalah ...."Hhhggg ....” Wanita berambut lebat tersebut memegang dadanya lalu berakting sesak. “Sa-Saya ma-mau ke to-toilet.”“Bernard antar dia! Kayak sesak gitu. Kalo perlu antar ke dokter,” ucap Cecilia khawatir.“Gak papa, Tante. Saya ke kamar mandi dulu ….” Sandra buru-buru berdiri lalu melangkah sambil menunduk tanpa mengetahui kalau ada dua pria sedang menggotong meja.BRUKK! “Aaaah!” Sandra jatuh lalu tiba-tiba pandangan matanya gelap. Wanita ini pun tak sadarkan diri.“Ya ampun, Nak!”pekik Cecelia terkejut.“Bens, buruan bawa ke rumah sakit”perintah James sambil mengulurkan kunci mobil.Dengan berat hati Bernard membopong tubuh Sandra. Tampak ada benjolan di bagian kening wanita berambut lebat tersebut. Wajah cantiknya pucat pasi seperti kapas. Timbul rasa empati dalam hati pria berpredikat es batu ini. Sementara itu, Bernard tidak menyadari bahwa Cecilia mengikuti dengan setengah berlari. Bernard dengan napas tersengal-sengal,