Sekilas saja, Bik Sumi merasakan perih akibat gigitan dan setelahnya, wanita tersebut merasakan energi yang luar biasa telah bersemanyam dalam tubuhnya. Bik Sumi merasakan kondisi tubuhnya jauh lebih sehat dan bugar. Wanita ini tersenyum ke arah anak kucing yang kini telah berubah menjadi serigala berukuran jumbo. “Kamu kini telah menjadi bagian dari kami. Tunduklah dan ikuti perintahku!”“Baik, Tuan,” ucap Bik Sumi segera sambil menundukkan kepala.“Kamu harus bisa ambil darah suci. Siapkan untuk bulan purnama besok!”“Baik, Tuan.”Serigala jumbo berubah wujud jadi anak kucing kembali. Bik Sumi segera menggendongnya lalu membawa keluar dari kamar. Sandra yang punya sisi sensitif sejak berendam di kolam, mengendus ada makhluk siluman di sekitarnya. Wanita muda tersebut langsung bangkit dan segera menghampiri Bik Sumi yang hendak membuka pintu. Sandra yang mengendus kehadiran makhluk asing segera memegang bahu Bik Sumi.Namun, si wanita asisten rumah tangga dengan gerak cepat membuka
Ny. Anggara berlari ke arah sumber suara dan pandangannya tertuju pada tubuh Bik Sumi yang jatuh terletang di lantai dapur. Sandra mengikuti langkah mamanya lalu berjongkok ikut mengangkat tubuh si ART.Ibu dan anak ini membawa tubuh Bik Sumi ke kamar si ART. Kemudian meletakkan pelan-pelan tubuh tak sadarkan diri tersebut di kasur. Namun, pandangan mata Sandra yang jeli memandang sesuatu di keranjang pakaian. Dia tersenyum sinis sambil menghampiri.Kini dalam genggaman Sandra ada sebuah handuk berwarna krem yang tertutup sebagian dengan lendir hijau. Wanita muda ini mencolek sedikit permukaan lendir. Namun, tak bisa tercuil sedikit pun. Tampaknya benda tersebut merupakan satu kesatuan yang kenyal. Sandra berusaha melepasnya dan ternyata lendir tersebut mengakar erat di setiap serat kain.“Sama kayak di handle tadi,” kata Ny. Anggara sambil menatap handuk berlendir di tangan Sandra.“Mama ...!” teriak Sandra saat melihat ada lendir yang semburat ke arah Ny. Anggara.Beruntung Ny.Angga
“Menemui mama kamu. Siap aku lamar?” “Secepat itu? Hubunganku dengan Radit?” “Lupakan! Dia telah jahat padamu.” “Maksud Abang?” “Dia telah mengelabui semua orang, termasuk kamu, Beauty.” Sandra masih bengong mendengar penjelasan dari Vino. Wanita cantik berambut lebat tersebut masih terpaku di dalam lift, sementara Vino menunggu di luar. “Sayang, ayo!” ajak Vino sambil menarik tangan Sandra. Beberapa orang yang akan masuk lift memperhatikan mereka. Faktanya, visual pasangan ini adalah sempurna bagi kebanyakan orang, meski kulit Vino putih pucat tak seperti manusia kebanyakan. Vino sadar jadi pusat perhatian langsung mengajak Sandra segera berlalu. Sementara, si wanita hanya bengong menatap pria tampan yang telah dua tahun ini menjadi sopir pribadinya. Vino tak membuang kesempatan. Direngkuh tubuh Sandra lalu dengan lembut mengecup bibir ranumnya. Si cantik cekatan mencubit pinggang Vino. “Auch ...!” seru Vino sembari meringis kesakitan. “Tempat umum tauk.” Sandra mendelik ke
“Papa kamu gak pernah tahu di mana janin itu. Semua diserahkan dokter. Janin kamu telah aku selamatkan dari ritual persembahan dan kemarin kami musnahkan karena telah terkontaminasi siluman serigala. Itu mengancam nyawa kamu.”Akhirnya, Vino usai sudah menjelaskan semua yang harus diketahui oleh Sandra. Dengan jentikan kedua jari di depan mata Sandra, Vino memulihkan kesadaran wanita muda tersebut. Sandra masih seperti orang linglung. Otak dan pikirannya berusaha mencerna semua penjelasan panjang Vino barusan. Si pria memeluknya erat-erat. Dia tahu betul bahwa Sandra sedang terguncang.“Beauty?”Vino memanggil lirih sambil memegang kedua bahu Sandra. Wanita berambut lebat tersebut mengerjap-kerjapkan kedua mata lalu tersenyum. Kemudian, buliran bening meleleh membanjiri pipinya. Vino segera mengusap tetesan air mata dengan ujung jari.“Gak usah percaya dulu! Sekarang ikut Abang!” ajak Vino sambil menggandeng tangan Sandra.“Abang gak bohong, kan?” tanya Sandra sambil menghentikan lang
“Ngapain kita ke sini, Bang?” tanya Sandra terkejut karena dia mengenal betul tempat tersebut. “Ini gudang di perkebunan punya keluargaku, Bang.”“Sekadar pembuktian semua ucapanku,” balas Vino sambil menunjuk sebuah peti yang tergelatak di pojok ruangan.“Kamu liat itu, kan?” tanyanya kepada Sandra.“Ada mayat?” tanya Sandra sambil mengamati peti berjarak beberapa meter dari mereka. “Liat saja setelah ini. Ada yang pergi dan datang,” ucap Vino sambil memegang tangan Sandra.Sesaat kemudian, tampak peti peti bergerak-gerak lalu mulai terbuka. Tepat di saat sesosok keluar dari peti tersebut, mulut Sandra spontan melongo disertai kedua mata terbelalak. Wanita muda ini tak percaya dengan penglihatannya.“Itu Radit, Bang!” teriak Sandra saking histerisnya.Vino seketika memeluk tubuh serta membungkam mulut si kekasih dengan sebelah tangan.“Meski tubuh kita tak tampak oleh siapa pun, tapi suara kita masih terdengar,” bisik Vino ke telinga Sandra. Si wanita seketika menganggukkan kepala.
“Kalian lekas perketat penjagaan mayat dan tempat si putri suci!” teriak Derick sambil meringis menahan perih.“Baik, Tuan Muda Derick. Kami pamit,” ucap serentak ratusan anak buahnya. Mereka pun lenyap dari pandangan mata.Sepeninggal pasukan anak buahnya, Derick segera berlari ke arah air terjun yang berada di sisi tebing. Panglima siluman serigala tersebut masuk ke dalam guyuran air terjun. Namun sebelum beranjak masuk air terjun, pandangan tajam Derick sempat menatap lurus ke arah selaput bening tempat pasangan kekasih, Sandra dan Vino.“Dia lihat kita, Bang?” tanya Sandra yang merasa khawatir.“Gak. Dia hanya dengar percakapan kita. Daya pendengaran bangsa Derick dan aku adalah tajam. Kami bisa menangkap bunyi ultrasonik dengan frekuensi di atas 20.000 Hz. Selevel dengan daya dengar kelelawar,” jelas Vino seraya merangkul tubuh kekasihnya.“Apa dia tahu kalo kita?” tanya Sandra dengan mata awas ke arah air terjun.“Dia gak mungkin tahu. Suara kita telah Abang ubah. Macam dua wani
“Abang dapat info dari mana?” tanya Sandra dengan bersedekap. Tampak raut wajahnya semakin kesal. “Udah dibilang. Abang tahu semua kisah hidup kalian, sebelum Tuan Anggara lahir.” “Serius, Bang! Gak usah becanda!” “Abang serius, Sayang,” balas Vino dengan mimik wajah meyakinkan. “Oh My God! Berapa umur Abang?” “Nanti, kenalan dengan keluarga Abang. Mau?” “Emang keluarga di mana sekarang?” “Sedang ada misi.” Obrolan mereka terhenti seketika. Ada suara menggelegar dari arah altar. Sejoli segera mengarahkan pandangan ke sana. Tampak kilatan petir menyambar jasad Mahendra. Sosok pucat tersebut terlihat mengejang beberapa saat. Kemudian tubuh pria yang sebelumnya sudah jadi mayat berubah hidup kembali. Dia bergerak selayaknya manusia biasa. Derick tertawa terbahak-bahak hingga suaranya bergaung ke sekitar. “Bagus! Kamu sekarang tinggal membiasakan diri menjadi manusia normal. Sanggup?” tanya Derick sambil merangkul Mahendra. “Sanggup Tuan Muda,”jawab Mahendra bersemangat. “Masih
Nyonya Gustav yang digandeng oleh Alice masih saja tak mengalihkan pandangan dari Sandra. Tampak hidung wanita tersebut mengendus-endus. Alice berusaha membujuk maminya dengan memberi sesuatu. Suara mereka masih terdengar hingga ruang tamu.“Alice, Mami gak suka ini. Mami pengen yang barusan. Aromanya menyegarkan dan manis.”“Mami lupa pantangan kita? Masih ingat dengan ancaman Papi? Aku dan Vino gak mau kehilangan Mami. Tahan diri Mami, plis!”Vino memegang telapak tangan si kekasih yang dingin karena syok. Dia kasian melihat Sandra yang tampak tertekan oleh perilaku maminya barusan. Vino menyibakkan rambut Sandra lalu berbisik,”Gak apa. Maaf, Mami sedang tak sehat.”Sandra dengan jantung berdebar-debar hanya menganggukkan kepala sesekali ekor matanya melirik ke arah kepergian dua wanita tadi. Samar-samar masih terdengar suara mereka. Vino yang melihat Sandra yang masih gelisah seketika merangkul pundaknya.“Selamat datang di rumah kami, Sandra. Maafin istri saya. Dia kurang sehat. A
Bernard tersenyum mengetahui kekasihnya telah siuman. "Sabar, Sayang. Sesampai tempat kamu, aku akan pasang infus."Lift dalam keadaan sepi. Hanya mereka bertiga sampai pintu terbuka di lantai tempat mama Sandra dengan yang lain menunggu. Carol berjalan mendahului dengan senyum penuh arti. Wajah Bernard basah oleh peluh dan itu telah membasahi pakaian formal yang masih dipakainya.Begitu sampai depan pintu, Carol segera menekan bel. Pintu terbuka dan tampak beberapa wajah yang cemas akan keadaan Sandra. Tentu saja, Bernard kaget dengan semua ini."Bagaimana bisa kalian ada di sini?"tanya pria bermata biru tersebut. "Maaf, Nyonya. Sandra mabuk berat hingga pingsan.""Saya tahu, kamu adalah dokter. Segera obati anak saya!"pinta Ny.Anggara yang langsung berjalan ke arah kamar Sandra. Wanita ini membuka pintunya.Bernard membopong masuk tubuh Sandra. Kemudian merebahkan Sandra di pembaringan. Dia segera memasang infus dan menaruh kantongnya dengan mencantolkan pada sebuah hiasan di dindin
"Besok pagi kami akan ke keluarga kamu. Kami akan persiapkan semua. Kakek dan Nenek sudah ngotot ingin buru-buru menimang cucu," jelas James yang mematik sikap usil Bernard."Wah, kita harus buru-buru nikah biar bisa bikin cucu yang lucu buat Kakek dan Nenek," celetuk Bernad yang menghasilkan sebuah cubitan di punggung tangan. "Aduh, Sayang. Bilang aja mau buruan ada yang temani tidur tiap malam. Saya siap, Nona.""Apaan, sih!" Sandra cemberut padahal dalam hati senangPesta ini memang diadakan untuk memperkenalkan Sandra kepada seluruh anggota keluarga besar Bernard. Sayang Axel dan Jeanne tidak bisa pulang untuk menghadiri pesta. Namun, keduanya sangat antusias saat diajak video call oleh Bernard bersama Sandra.Malam ini Sandra telah minum champagne berlebihan. Wanita ini tidak pernah minum wine apalagi champagne. Ya, sejak diketahui Sandra memiliki darah suci, orang tuanya telah mewanti-wanti padanya untuk tidak memakan maupun meminum hasil olahan fermentasi.Kini, Bernard yang ke
"Coba aku rasakan." Bernard mengambil obat dari plastik lalu mengulum dan mencium bibir Sandra sekaligus menyalurkan obat tersebut. Keempat asisten rumah tangga segera memalingkan wajah karena malu melihat adegan mesra sejoli. "Minumnya." Bernard menyodorkan gelas ke mulut Sandra. Wanita ini segera meminumnya sampai habis."Benar-benar pasangan serasi. Semoga Tuan Muda dan Nona segera menikah," ucap ART senior.Sejoli tersenyum ke arah para ART. Akhirnya mereka mulai bersiap merias Sandra dan Bernard yang sadar diri segera mendekat ke arah Sandra. "Aku tunggu di bawah, Sayang. Jangan lama-lama! Aku gak bisa menaha rindu terlalu lama.""Gombal, ih!" Sandra manyun ke arah Bernard dan langsung dikecup bibirnya. Setelah itu, Bernard langsung kabur.Perilaku pasangan ini membuat keempat ART ikut gemas dibuatnya. Dalam waktu satu jam lebih Sandra dirias oleh keempat wanita kepercayaan. Kini, Sandra tampil begitu memesona apalagi rasa bahagianya telah mengaktifkan molekul-molekul dalam dara
Hatinya yang terluka perlahan dapat obat penawar dari pria asing di sebuah restoran. Sandra tidak akan pernah menyesali itu. Pria ini benar-benar serius ingin mempersuntingnya. Bukan sekadar kata-kata manis yang terucap dari bibir Derick dan bukan pula pernikahan di atas pengkhianatan Vino terhadap Grace."Aku kunci sebentar pintunya, Sayang," bisik Bernard sambil melepas pelukan. Sandra baru tersadar, mereka telah berada di atas ranjang. Cumbuan keduanya telah membuat melayang. Sandra tersenyum memandangi tubuh Bernard yang berjalan ke arah pintu. Pria berbadan atletis yang telah lama didambanya. Pria yang sesuai dengan ekspektasi Sandra. Lebih dari Raditya, Vino maupun si eksotis Derick.Bernard mengunci pintu lalu ia segera menghampiri Sandra. Pria itu memainkan jari jemarinya pada lekuk tubuh Sandra yang menggiurkan."Bens, aku bertanggung jawab atas drama yang terjadi," bisik Sandra yang semakin membuat Bernard semakin bergairah.Sandra berdiri di depan si pria indo ini. Ia mena
Tiba-tiba Sandra dikejutkan oleh kehadiran beberapa wanita bercode dress ala asisten rumah tangga Telenovela. Bernard lalu mendekati Sandra dan berbisik, "Sampai jumpa di pesta dansa, Sayang."Pria berparas blasteran ini mengecup pipi Sandra sekilas lalu pergi entah ke mana. Sandra memegang pipi bekas kecupan Bernard. Kurang ajar, rutuk Sandra dalam hati. Padahal dalam hatinya berbunga-bunga.Sandra diarahkan ke sebuh kamar oleh salah satu ART yang berwajah lebih dewasa dari yang lain. Sepertinya, dia adalah senior dari para ART. Sebuah ruangan yang sangat luas. Ada sebuah pembaringan besar berkasur tebal. Matanya memidai sekeliling ruangan. Seluruh dinding berwarna keemasan dengan kaca jendela lebar yang mampu membingkai langit dengan segala isinya.Lampu gantung besar tepat berada di atas pembaringan. Tak jauh dari pembaringan ada meja rias satu set. Berjarak sekitar satu meter berdiri lemari kayu jati berdampingan dengan etalase baju dan sepatu. Dalam etalase baju terdapat berbagai
"Pak, tolong, dong! Jangan dihukum kayak gini. Please," ucap Sandra mirip anak kecil merengek.“Ya. Ada yang mau saya omongin lebih banyak. Duduk!"“Nanti saya telat masuk.”“Saya bilangin staf promo kalau kamu ada urusan sama saya.”Sandra terpaksa menurut daripada dalam masalah. Wanita berambut lebat ini sadar bahwa Bernard sedang menatapnya dengan sinis.“Kenapa?” tanya Sandra malas. Padahal dalam hatinya ingin sekali mempergunakan kekuatan supranatural. Ia pun teringat akan nasihat mamanya agar berperilaku layaknya manusia. Sandra hanya ingin hidup dengan damai dan itu bisa didapatkan saat dirinya kembali menjadi manusia seutuhnya.“Kamu gak bisa kabur lagi, wanita licik.”***Dari awal pertemuan tidak sengaja mereka, Bernard ikut andil membuat skenario di mana mereka bertemu saat liburan. Hal itu sesuai dengan penjelasan Bernard kepada keluarganya.Sandra kini kembali ke ruang promo dan iklan dengan tubuh yang lemah, letih dan juga lesu. Macam orang kurang gizi. Begitu selesai k
Penjelasan dokter Ariel sampai membuat teman-temannya berbisik. “Nama akhirnya Luciano, kayaknya dia penerus direktur yang sekarang, ya?”“Kayaknya iya deh, masih pemilik rumah sakit ini.”Namun, dari pembicaraan mereka yang Sandra takutkan adalah ... Itu orang yang sama. Begitu Sandra menoleh ke belakang dan melihat kedatangan si Wakil Direktur. Saat itulah Sandra merasa dunianya seketika berputar bagai gangsing.Wanita muda ini buru-buru menoleh ke arah lain, hingga Bernard melewati. Saat pria tersebut memberi kata sambutan, Sandra segera menunduk. Ia berpura-pura membaca proposal yang akan tim lakukan.“Lu biasa bagian apa?"tanya wanita sebelah Sandra.Product placement," balas Sandra singkat."Meliputi apa saja?"tanya yang lain. Sandra merasa terganggu dengan dua orang ini yang terus-menerus tanya berbagai hal. Mereka seperti sengaja menguji kemampuannya.Masa, iya. Sudah kerja tahunan di bidang advertiser, masih tidak ngerti apa itu product placement, omel Sandra dalam hati. Namu
“Jangan kabur lu! Kita harus menikah dan lu harus punya anak agar bisa sembuh dari penyakit langka."“Iih, lepas gak? Gue mau ke kamar mandi. Kebelet."“Tanggung jawab!"“Sinting!"seru Sandra mencoba melepaskan diri. “Lepas, gak?”“Kalau kamu gak mau, kita balik lagi ke dalam dan kamu jelaskan semuanya.”“Iih, tunggu!” Sandra panic ketika Bernard menariknya berjalan. Namun, tenaga pria itu lebih besar, mustahil untuk dilawan. “Iya, iyaaa! Gue tanggung jawab! Izinin dulu gue ke kamar mandi, please! Gue janji akan tanggung jawab," ucap Sandra dengan raut wajah memelas.Tidak sia-sia Sandra untuk mengeluarkan bakat aktingnya. Akhirnya, Bernard menghentikan langkah. “Ada yang perlu gue ingin bicarakan sama lu. Penting! Kita ke apartemen gue.”“Gue mau ke kamar mandi di sini dulu. Gak kuat, pengen pup." Sandra berkata sembari menahan bagian pantat. "Atau lu lebih suka, gue buang kotoran dimari? Oke, fine!"Bernard seketika melepaskan cengkramannya. “Gue ikut sama lu.”“Terserah!" Sandra pu
Satu-satunya yang terpikirkan di kepala Sandra adalah ...."Hhhggg ....” Wanita berambut lebat tersebut memegang dadanya lalu berakting sesak. “Sa-Saya ma-mau ke to-toilet.”“Bernard antar dia! Kayak sesak gitu. Kalo perlu antar ke dokter,” ucap Cecilia khawatir.“Gak papa, Tante. Saya ke kamar mandi dulu ….” Sandra buru-buru berdiri lalu melangkah sambil menunduk tanpa mengetahui kalau ada dua pria sedang menggotong meja.BRUKK! “Aaaah!” Sandra jatuh lalu tiba-tiba pandangan matanya gelap. Wanita ini pun tak sadarkan diri.“Ya ampun, Nak!”pekik Cecelia terkejut.“Bens, buruan bawa ke rumah sakit”perintah James sambil mengulurkan kunci mobil.Dengan berat hati Bernard membopong tubuh Sandra. Tampak ada benjolan di bagian kening wanita berambut lebat tersebut. Wajah cantiknya pucat pasi seperti kapas. Timbul rasa empati dalam hati pria berpredikat es batu ini. Sementara itu, Bernard tidak menyadari bahwa Cecilia mengikuti dengan setengah berlari. Bernard dengan napas tersengal-sengal,