Nyonya Gustav yang digandeng oleh Alice masih saja tak mengalihkan pandangan dari Sandra. Tampak hidung wanita tersebut mengendus-endus. Alice berusaha membujuk maminya dengan memberi sesuatu. Suara mereka masih terdengar hingga ruang tamu.“Alice, Mami gak suka ini. Mami pengen yang barusan. Aromanya menyegarkan dan manis.”“Mami lupa pantangan kita? Masih ingat dengan ancaman Papi? Aku dan Vino gak mau kehilangan Mami. Tahan diri Mami, plis!”Vino memegang telapak tangan si kekasih yang dingin karena syok. Dia kasian melihat Sandra yang tampak tertekan oleh perilaku maminya barusan. Vino menyibakkan rambut Sandra lalu berbisik,”Gak apa. Maaf, Mami sedang tak sehat.”Sandra dengan jantung berdebar-debar hanya menganggukkan kepala sesekali ekor matanya melirik ke arah kepergian dua wanita tadi. Samar-samar masih terdengar suara mereka. Vino yang melihat Sandra yang masih gelisah seketika merangkul pundaknya.“Selamat datang di rumah kami, Sandra. Maafin istri saya. Dia kurang sehat. A
“Saya merasa tersanjung dengan sambutan istimewa ini. Maaf, Sandra gak bawa oleh-oleh. Habisnya Bang Vino ngajaknya dadakan,” ucap Sandra dengan menunduk. Wanita muda tersebut merasa tak enak hati.“Gak apa, Sayang. Lain kali kalo mau ke sini, aku kasih tahu lebih dulu. Tadi emang tiba-tiba dapat ide ngajakin kamu buat kenalin ke keluarga,” ucap Vino yang langsung mencium pipi kekasihnya. “Lain kali kalo ke sini gak usah bawain makanan. Kita gak biasa makanan manusia,” balas Nyonya Gustav.Tentu saja, ucapan Nyonya Gustav barusan membuat Sandra terkejut. Makanan manusia? Tanyanya dalam hati.Vino paham dengan kegundahan yang dirasakan oleh Sandra. Dia berusaha tersenyum untuk mencairkan suasana yang kaku setelah ucapan dari Nyonya Gustav barusan.Pria ini merangkul Sandra lalu berbisik,”Ayo aku antar ke ruang makan. Kak Alice udah mempersiapkan hidangan istimewa untukmu.”Sandra tersenyum manis lalu melihat ke arah Nyonya Gustav dan Vino bergantian. Wanita berambut hitam lebat ini b
"Pikirkan dalam-dalam hubungan kalian. Ambil sikap tegas karena hubungan kalian berbahaya bagi keluarga kita, terutama kamu dan dia.” Nyonya Gustav menasihati sembari mengelus pucuk kepala Vino.“Kalo dia jadi seperti kita?” tanya Vino dengan raut wajah serius.“Dia itu pembawa darah suci. Hanya junjungan kita satu-satunya yang berhak merasakan darahnya,” ucap Nyonya Gustav tegas.Ucapan maminya barusan semakin membuat Vino kacau. Bagaimana mungkin, dia merelakan darah kekasihnya diisap oleh Raja mereka?“Aku antar Sandra dulu, Mam,” ucap Vino yang langsung membopong tubuh kekasihnya menghilang. Beberapa saat kemudian, pasangan kekasih tersebut telah berada dalam lift. Vino segera menekan tombol keluar. Begitu pintu terbuka, pria dengan wujud manusia tersebut membawa tubuh Sandra keluar. Langkah kaki Vino agak diperlambat.Dia merasa ada yang aneh. Kedua mata mengamati secara detail bentuk interior sepanjang koridor yang dilewati. Sampai akhirnya terasa ada sedikit gerakan di bahu Vi
“Gimana dapat restu? Mama kamu saja menentang hubungan kita.”“Kamu tahu dari mana, Sayang?”“Mama kamu ngomong langsung ke aku,” ungkap Sandra yang seketika membuat Vino kaget.“Saat kalian ngobrol di ruang makan?”Sandra pun menganggukkan kepala dengan tatapan mata sedih sekaligus terpukul. Wanita ini benar-benar terpukul di awal perjumpaan dengan keluarga kekasihnya. Vino dengan mudah bisa menebaknya. Vino pikir itu adalah hal paling ceroboh yang dilakukan oleh mamanya. Vino segera merangkul Sandra lalu mengusap bekas air matany“Emang Nyonya Gustav tahu semua tentang aku?” tanya Sandra sesengukan.“Abang gak pernah cerita apa pun ke keluarga, kecuali hanya mau kenalin kamu ke mereka. Itu saja.”Sandra seketika mendongak lalu menatap kedua bola mata Vino. Ada kejujuran di sana.“Bukan salah kamu. Ini semua salah Abang. Cinta Abang ke kamu sudah gak bisa ditahan lagi. Kamu harus jadi milik Abang. Itu yang membuat Mami marah,” jelas Vino.“Salahnya di mana? Kita saling mencinta dan j
“Vin, besok pagi datang jam 9. Kita ditunggu penyidik,” ucap Ny. Hanggara.“Baik, Nyonya. Saya pasang alarm kalo gitu,” balas Vino.“Kalo gak pake alarm, biasa bangun jam berapa Bang?” tanya Sandra menggoda. Padahal selama mereka intim, sering kali mereka chat dan menelepon hingga pagi. Vino selalu datang selalu pagi hari di saat Sandra masih lelap. Sandra selalu penasaran dengan jadwal tidur Vino. Oleh karena setiap dia butuh teman curhat, kekasihnya ini selalu siap siaga.Vino paham sedang digoda oleh kekasihnya tersebut. Pria tampan bermata unik tersebut melemparkan senyum manis ke arah si wanita.“Abang akan siap siaga 24 jam untukmu, Cantik,” ucap Vino sembari mengerlingkan mata.Tentu saja ulah genit Vino barusan seketika membuat Sandra blingsatan. Dia tak mau mamanya mengetahui tentang kisah kasih mereka.“Udah, ah. Abang buruan pulang dan segera tidur,” ucap Sandra sembari mendorong membalikkan badan Vino ke arah pintu. Namun, badan si pria menolaknya.“Bentar, Sayang. Abang
“Yang barusan apa, Sayang?” tanya Ny. Hanggara dengan masih menyisakan keterkejutan.“Gak tau, Ma. Tapi rasanya kayak daging busuk dan terbukti, asapnya beraroma sama,” jawab Sandra setelah mereka duduk di ruang makan.“Siapa yang kasih tahu kamu? Bisa-bisanya langsung dibakar.” Ny.Hanggara sangat takjub dengan tindakan cekatan putrinya.“Gerakan refleks saja, Ma.”“Sewaktu kamu di kamar. Mama dengar panggil Abang. Vino?” tanya Ny. Hanggara dengan tatapan mata.Sandra seketika kaget mendengar ucapan dari mamanya. Dia harus segera memberi jawaban yang tepat. Dia belum siap jika harus jujur kepada Ny. Hanggara mengenai hubungannya dengan Vino.“Sandra gak sadar, Mas. Mikirnya, Bang Sandra masih di ruang tamu. Oh, ya. Bik Sumi sudah datang?” tanya wanita muda ini yang mulai curiga dengan gerak-gerik si ART.“Tadi sebelum matiin lampu, Bik Sumi sempat telepon. Dia ketemu teman sekampung. Diajakin nginap di rumah temannya,” balas Ny. Hanggara.Entah mengapa, Sandra tak percaya dengan alas
Dalam pikiran Ny. Hanggara, si ART dalam keadaan terluka parah dan harus segera ditangani oleh dokter. Salah satu tenaga medis dengan raut wajah tak kalah panik, segera menjawab,”Pasien hilang, Bu.”“Hilang gimana?” tanya Ny.Hanggara dengan nada tak terima.Sementara itu, Vino hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan tenaga medis. Sandra melirik ke arah Vino lalu mengernyitkan kening.“Abang sudah tahu pelakunya,” bisik Vino ke telinga Sandra.“Siapa?” tanya Sandra jadi penasaran.“Nanti Abang kasih lihat.”“Serius?” tanya Sandra dengan ekspresi tak percaya.Dia paham dengan ucapan Vino barusan yang berarti mereka akan mengunjungi dunia lain. Menurutnya jelas tak mungkin bisa dilakukan karena di samping hari menjelang pagi dan posisi Ny.Hanggara tak ada teman.“Bisa diatur ....” Ucapan Vino belum selesai sudah terpotong oleh kedatangan Ny. Hanggara.“Bik Sumi hilang dalam ambulans.” Wanita separuh baya ini dengan ekspresi panik.“Biar saya yang cari, Nyonya. Sekarang, saya sarankan saj
“Tubuh Bik Sumi sedang dikuasai jiwa lain, Nyonya,” jawab Vino.“Ini yang dimaksud Sandra tadi. Saya disuruh hati-hati terhadap Bik Sumi. Tapi, begitu si bibik ilang, dia nangis. Coba jelaskan secara detail, Vin!”Sandra segera melotot ke arah Vino lewat kaca spion. Wanita muda ini tak ingin mamanya lebih syok begitu tahu kenyataan tentang ART mereka. Biar dirinya dan Vino yang mengatasi soal Bik Sumi. Sudah cukup banyak persoalan yang membebani Ny. Hanggara.“Nanti saja, Nyonya. Saat sampe apartemen,” balas Vino demi memenuhi keinginan Sandra.Si wanita muda pun tersenyum mendengar omongan kekasihnya. Sesaat setelahnya, Ny. Hanggara telah sibuk menerima telepon dari pihak penyidik.“Baik, Pak. Saya akan segera ke sana.”Wanita berumur setengah abad tersebut tampak tertegun setelah mengakhiri hubungan telepon. Kedua mata Ny. Hanggara berkaca-kaca.“Ma, ada kabar apa?” tanya Sandra sambil menggenggam tangan kanan Ny. Hanggara yang terasa dingin.Wanita separuh baya tersebut menoleh ke