"Pikirkan dalam-dalam hubungan kalian. Ambil sikap tegas karena hubungan kalian berbahaya bagi keluarga kita, terutama kamu dan dia.” Nyonya Gustav menasihati sembari mengelus pucuk kepala Vino.“Kalo dia jadi seperti kita?” tanya Vino dengan raut wajah serius.“Dia itu pembawa darah suci. Hanya junjungan kita satu-satunya yang berhak merasakan darahnya,” ucap Nyonya Gustav tegas.Ucapan maminya barusan semakin membuat Vino kacau. Bagaimana mungkin, dia merelakan darah kekasihnya diisap oleh Raja mereka?“Aku antar Sandra dulu, Mam,” ucap Vino yang langsung membopong tubuh kekasihnya menghilang. Beberapa saat kemudian, pasangan kekasih tersebut telah berada dalam lift. Vino segera menekan tombol keluar. Begitu pintu terbuka, pria dengan wujud manusia tersebut membawa tubuh Sandra keluar. Langkah kaki Vino agak diperlambat.Dia merasa ada yang aneh. Kedua mata mengamati secara detail bentuk interior sepanjang koridor yang dilewati. Sampai akhirnya terasa ada sedikit gerakan di bahu Vi
“Gimana dapat restu? Mama kamu saja menentang hubungan kita.”“Kamu tahu dari mana, Sayang?”“Mama kamu ngomong langsung ke aku,” ungkap Sandra yang seketika membuat Vino kaget.“Saat kalian ngobrol di ruang makan?”Sandra pun menganggukkan kepala dengan tatapan mata sedih sekaligus terpukul. Wanita ini benar-benar terpukul di awal perjumpaan dengan keluarga kekasihnya. Vino dengan mudah bisa menebaknya. Vino pikir itu adalah hal paling ceroboh yang dilakukan oleh mamanya. Vino segera merangkul Sandra lalu mengusap bekas air matany“Emang Nyonya Gustav tahu semua tentang aku?” tanya Sandra sesengukan.“Abang gak pernah cerita apa pun ke keluarga, kecuali hanya mau kenalin kamu ke mereka. Itu saja.”Sandra seketika mendongak lalu menatap kedua bola mata Vino. Ada kejujuran di sana.“Bukan salah kamu. Ini semua salah Abang. Cinta Abang ke kamu sudah gak bisa ditahan lagi. Kamu harus jadi milik Abang. Itu yang membuat Mami marah,” jelas Vino.“Salahnya di mana? Kita saling mencinta dan j
“Vin, besok pagi datang jam 9. Kita ditunggu penyidik,” ucap Ny. Hanggara.“Baik, Nyonya. Saya pasang alarm kalo gitu,” balas Vino.“Kalo gak pake alarm, biasa bangun jam berapa Bang?” tanya Sandra menggoda. Padahal selama mereka intim, sering kali mereka chat dan menelepon hingga pagi. Vino selalu datang selalu pagi hari di saat Sandra masih lelap. Sandra selalu penasaran dengan jadwal tidur Vino. Oleh karena setiap dia butuh teman curhat, kekasihnya ini selalu siap siaga.Vino paham sedang digoda oleh kekasihnya tersebut. Pria tampan bermata unik tersebut melemparkan senyum manis ke arah si wanita.“Abang akan siap siaga 24 jam untukmu, Cantik,” ucap Vino sembari mengerlingkan mata.Tentu saja ulah genit Vino barusan seketika membuat Sandra blingsatan. Dia tak mau mamanya mengetahui tentang kisah kasih mereka.“Udah, ah. Abang buruan pulang dan segera tidur,” ucap Sandra sembari mendorong membalikkan badan Vino ke arah pintu. Namun, badan si pria menolaknya.“Bentar, Sayang. Abang
“Yang barusan apa, Sayang?” tanya Ny. Hanggara dengan masih menyisakan keterkejutan.“Gak tau, Ma. Tapi rasanya kayak daging busuk dan terbukti, asapnya beraroma sama,” jawab Sandra setelah mereka duduk di ruang makan.“Siapa yang kasih tahu kamu? Bisa-bisanya langsung dibakar.” Ny.Hanggara sangat takjub dengan tindakan cekatan putrinya.“Gerakan refleks saja, Ma.”“Sewaktu kamu di kamar. Mama dengar panggil Abang. Vino?” tanya Ny. Hanggara dengan tatapan mata.Sandra seketika kaget mendengar ucapan dari mamanya. Dia harus segera memberi jawaban yang tepat. Dia belum siap jika harus jujur kepada Ny. Hanggara mengenai hubungannya dengan Vino.“Sandra gak sadar, Mas. Mikirnya, Bang Sandra masih di ruang tamu. Oh, ya. Bik Sumi sudah datang?” tanya wanita muda ini yang mulai curiga dengan gerak-gerik si ART.“Tadi sebelum matiin lampu, Bik Sumi sempat telepon. Dia ketemu teman sekampung. Diajakin nginap di rumah temannya,” balas Ny. Hanggara.Entah mengapa, Sandra tak percaya dengan alas
Dalam pikiran Ny. Hanggara, si ART dalam keadaan terluka parah dan harus segera ditangani oleh dokter. Salah satu tenaga medis dengan raut wajah tak kalah panik, segera menjawab,”Pasien hilang, Bu.”“Hilang gimana?” tanya Ny.Hanggara dengan nada tak terima.Sementara itu, Vino hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan tenaga medis. Sandra melirik ke arah Vino lalu mengernyitkan kening.“Abang sudah tahu pelakunya,” bisik Vino ke telinga Sandra.“Siapa?” tanya Sandra jadi penasaran.“Nanti Abang kasih lihat.”“Serius?” tanya Sandra dengan ekspresi tak percaya.Dia paham dengan ucapan Vino barusan yang berarti mereka akan mengunjungi dunia lain. Menurutnya jelas tak mungkin bisa dilakukan karena di samping hari menjelang pagi dan posisi Ny.Hanggara tak ada teman.“Bisa diatur ....” Ucapan Vino belum selesai sudah terpotong oleh kedatangan Ny. Hanggara.“Bik Sumi hilang dalam ambulans.” Wanita separuh baya ini dengan ekspresi panik.“Biar saya yang cari, Nyonya. Sekarang, saya sarankan saj
“Tubuh Bik Sumi sedang dikuasai jiwa lain, Nyonya,” jawab Vino.“Ini yang dimaksud Sandra tadi. Saya disuruh hati-hati terhadap Bik Sumi. Tapi, begitu si bibik ilang, dia nangis. Coba jelaskan secara detail, Vin!”Sandra segera melotot ke arah Vino lewat kaca spion. Wanita muda ini tak ingin mamanya lebih syok begitu tahu kenyataan tentang ART mereka. Biar dirinya dan Vino yang mengatasi soal Bik Sumi. Sudah cukup banyak persoalan yang membebani Ny. Hanggara.“Nanti saja, Nyonya. Saat sampe apartemen,” balas Vino demi memenuhi keinginan Sandra.Si wanita muda pun tersenyum mendengar omongan kekasihnya. Sesaat setelahnya, Ny. Hanggara telah sibuk menerima telepon dari pihak penyidik.“Baik, Pak. Saya akan segera ke sana.”Wanita berumur setengah abad tersebut tampak tertegun setelah mengakhiri hubungan telepon. Kedua mata Ny. Hanggara berkaca-kaca.“Ma, ada kabar apa?” tanya Sandra sambil menggenggam tangan kanan Ny. Hanggara yang terasa dingin.Wanita separuh baya tersebut menoleh ke
“Mama asyik mainan hape. Lupa jalan pulang, deh,” balas Sandra dengan bercanda demi mencairkan suasana.Vino tersenyum lebar tampak dari pantulan kaca spion. Dia lega, Sandra telah membantunya untuk menepiskan kecurigaan Ny. Hanggara. Dia merasa salut juga dengan kecerdasan daya tanggap Sandra terhadap sekeliling.Kesehatan metal Sandra telah sembuh 100 %. Vino sangat bahagia karenanya. Tak sia-sia usahanya untuk mengajak kekasihnya berendam di sungai keabadian. Vino cekatan turun dari mobil lalu buru-buru membuka pintu penumpang.“Maaf, Nyonya dan Nona. Kita harus buru-buru masuk. Ada yang ngikuti kita,” jelas Vino yang segera dipahami oleh Sandra.“Aku dan Mama bisa masuk sendiri. Abang buruan kejar orang itu saja,” ucap Sandra yang segera turun diikuti oleh Ny. Hanggara.“Benar kata Sandra. Lebih baik kamu kejar orang itu,” sahut Ny. Hanggara dengan raut wajah cemas.Wanita tersebut tak ingin mengalami nasib serupa dengan Bik Sumi. Dia memikirkan Sandra yang beberapa kali dijadika
“Tolooong! Tolooong!” Dari kejauhan terdengar suara pria berlari sedang ketakutan. Alexander dan Vino bersamaan berubah wujud menjadi manusia kembali. Mereka tahu persis bahwa pria ini adalah manusia. Mereka tak ingin membuatnya lebih ketakutan dengan penampakan asli keduanya.“Tolooong saya!” teriak seorang pria separuh baya dan Vino segera mengenalinya.Pria ini bertubuh sangat kurus dengan pakaian kumal. Kulitnya lebih gelap tak seperti terakhir mereka bertemu.“Tuan Hanggara!” pekik Vino yang langsung menyongsong kedatangan pria tersebut.“Jangan sembarangan nolongin!” Alexander berusaha memperingatkan Vino.“Kenapa?”“Dia telah ditarget Tuan Alfonso,” jawab Alexander yang segera berlalu.Dia terbang menuju puncak pohon pinus tertinggi. Dari ketinggian tersebut, pria yang di dunia nyata berprofesi kepala polisi melihat sekolompok pasukan serigala yang dipimpin oleh Derick sedang ke arah mereka.Dia pun segera memberi tanda akan kehadiran pasukan serigala kepada Vino. Sebuah ranti
Bernard tersenyum mengetahui kekasihnya telah siuman. "Sabar, Sayang. Sesampai tempat kamu, aku akan pasang infus."Lift dalam keadaan sepi. Hanya mereka bertiga sampai pintu terbuka di lantai tempat mama Sandra dengan yang lain menunggu. Carol berjalan mendahului dengan senyum penuh arti. Wajah Bernard basah oleh peluh dan itu telah membasahi pakaian formal yang masih dipakainya.Begitu sampai depan pintu, Carol segera menekan bel. Pintu terbuka dan tampak beberapa wajah yang cemas akan keadaan Sandra. Tentu saja, Bernard kaget dengan semua ini."Bagaimana bisa kalian ada di sini?"tanya pria bermata biru tersebut. "Maaf, Nyonya. Sandra mabuk berat hingga pingsan.""Saya tahu, kamu adalah dokter. Segera obati anak saya!"pinta Ny.Anggara yang langsung berjalan ke arah kamar Sandra. Wanita ini membuka pintunya.Bernard membopong masuk tubuh Sandra. Kemudian merebahkan Sandra di pembaringan. Dia segera memasang infus dan menaruh kantongnya dengan mencantolkan pada sebuah hiasan di dindin
"Besok pagi kami akan ke keluarga kamu. Kami akan persiapkan semua. Kakek dan Nenek sudah ngotot ingin buru-buru menimang cucu," jelas James yang mematik sikap usil Bernard."Wah, kita harus buru-buru nikah biar bisa bikin cucu yang lucu buat Kakek dan Nenek," celetuk Bernad yang menghasilkan sebuah cubitan di punggung tangan. "Aduh, Sayang. Bilang aja mau buruan ada yang temani tidur tiap malam. Saya siap, Nona.""Apaan, sih!" Sandra cemberut padahal dalam hati senangPesta ini memang diadakan untuk memperkenalkan Sandra kepada seluruh anggota keluarga besar Bernard. Sayang Axel dan Jeanne tidak bisa pulang untuk menghadiri pesta. Namun, keduanya sangat antusias saat diajak video call oleh Bernard bersama Sandra.Malam ini Sandra telah minum champagne berlebihan. Wanita ini tidak pernah minum wine apalagi champagne. Ya, sejak diketahui Sandra memiliki darah suci, orang tuanya telah mewanti-wanti padanya untuk tidak memakan maupun meminum hasil olahan fermentasi.Kini, Bernard yang ke
"Coba aku rasakan." Bernard mengambil obat dari plastik lalu mengulum dan mencium bibir Sandra sekaligus menyalurkan obat tersebut. Keempat asisten rumah tangga segera memalingkan wajah karena malu melihat adegan mesra sejoli. "Minumnya." Bernard menyodorkan gelas ke mulut Sandra. Wanita ini segera meminumnya sampai habis."Benar-benar pasangan serasi. Semoga Tuan Muda dan Nona segera menikah," ucap ART senior.Sejoli tersenyum ke arah para ART. Akhirnya mereka mulai bersiap merias Sandra dan Bernard yang sadar diri segera mendekat ke arah Sandra. "Aku tunggu di bawah, Sayang. Jangan lama-lama! Aku gak bisa menaha rindu terlalu lama.""Gombal, ih!" Sandra manyun ke arah Bernard dan langsung dikecup bibirnya. Setelah itu, Bernard langsung kabur.Perilaku pasangan ini membuat keempat ART ikut gemas dibuatnya. Dalam waktu satu jam lebih Sandra dirias oleh keempat wanita kepercayaan. Kini, Sandra tampil begitu memesona apalagi rasa bahagianya telah mengaktifkan molekul-molekul dalam dara
Hatinya yang terluka perlahan dapat obat penawar dari pria asing di sebuah restoran. Sandra tidak akan pernah menyesali itu. Pria ini benar-benar serius ingin mempersuntingnya. Bukan sekadar kata-kata manis yang terucap dari bibir Derick dan bukan pula pernikahan di atas pengkhianatan Vino terhadap Grace."Aku kunci sebentar pintunya, Sayang," bisik Bernard sambil melepas pelukan. Sandra baru tersadar, mereka telah berada di atas ranjang. Cumbuan keduanya telah membuat melayang. Sandra tersenyum memandangi tubuh Bernard yang berjalan ke arah pintu. Pria berbadan atletis yang telah lama didambanya. Pria yang sesuai dengan ekspektasi Sandra. Lebih dari Raditya, Vino maupun si eksotis Derick.Bernard mengunci pintu lalu ia segera menghampiri Sandra. Pria itu memainkan jari jemarinya pada lekuk tubuh Sandra yang menggiurkan."Bens, aku bertanggung jawab atas drama yang terjadi," bisik Sandra yang semakin membuat Bernard semakin bergairah.Sandra berdiri di depan si pria indo ini. Ia mena
Tiba-tiba Sandra dikejutkan oleh kehadiran beberapa wanita bercode dress ala asisten rumah tangga Telenovela. Bernard lalu mendekati Sandra dan berbisik, "Sampai jumpa di pesta dansa, Sayang."Pria berparas blasteran ini mengecup pipi Sandra sekilas lalu pergi entah ke mana. Sandra memegang pipi bekas kecupan Bernard. Kurang ajar, rutuk Sandra dalam hati. Padahal dalam hatinya berbunga-bunga.Sandra diarahkan ke sebuh kamar oleh salah satu ART yang berwajah lebih dewasa dari yang lain. Sepertinya, dia adalah senior dari para ART. Sebuah ruangan yang sangat luas. Ada sebuah pembaringan besar berkasur tebal. Matanya memidai sekeliling ruangan. Seluruh dinding berwarna keemasan dengan kaca jendela lebar yang mampu membingkai langit dengan segala isinya.Lampu gantung besar tepat berada di atas pembaringan. Tak jauh dari pembaringan ada meja rias satu set. Berjarak sekitar satu meter berdiri lemari kayu jati berdampingan dengan etalase baju dan sepatu. Dalam etalase baju terdapat berbagai
"Pak, tolong, dong! Jangan dihukum kayak gini. Please," ucap Sandra mirip anak kecil merengek.“Ya. Ada yang mau saya omongin lebih banyak. Duduk!"“Nanti saya telat masuk.”“Saya bilangin staf promo kalau kamu ada urusan sama saya.”Sandra terpaksa menurut daripada dalam masalah. Wanita berambut lebat ini sadar bahwa Bernard sedang menatapnya dengan sinis.“Kenapa?” tanya Sandra malas. Padahal dalam hatinya ingin sekali mempergunakan kekuatan supranatural. Ia pun teringat akan nasihat mamanya agar berperilaku layaknya manusia. Sandra hanya ingin hidup dengan damai dan itu bisa didapatkan saat dirinya kembali menjadi manusia seutuhnya.“Kamu gak bisa kabur lagi, wanita licik.”***Dari awal pertemuan tidak sengaja mereka, Bernard ikut andil membuat skenario di mana mereka bertemu saat liburan. Hal itu sesuai dengan penjelasan Bernard kepada keluarganya.Sandra kini kembali ke ruang promo dan iklan dengan tubuh yang lemah, letih dan juga lesu. Macam orang kurang gizi. Begitu selesai k
Penjelasan dokter Ariel sampai membuat teman-temannya berbisik. “Nama akhirnya Luciano, kayaknya dia penerus direktur yang sekarang, ya?”“Kayaknya iya deh, masih pemilik rumah sakit ini.”Namun, dari pembicaraan mereka yang Sandra takutkan adalah ... Itu orang yang sama. Begitu Sandra menoleh ke belakang dan melihat kedatangan si Wakil Direktur. Saat itulah Sandra merasa dunianya seketika berputar bagai gangsing.Wanita muda ini buru-buru menoleh ke arah lain, hingga Bernard melewati. Saat pria tersebut memberi kata sambutan, Sandra segera menunduk. Ia berpura-pura membaca proposal yang akan tim lakukan.“Lu biasa bagian apa?"tanya wanita sebelah Sandra.Product placement," balas Sandra singkat."Meliputi apa saja?"tanya yang lain. Sandra merasa terganggu dengan dua orang ini yang terus-menerus tanya berbagai hal. Mereka seperti sengaja menguji kemampuannya.Masa, iya. Sudah kerja tahunan di bidang advertiser, masih tidak ngerti apa itu product placement, omel Sandra dalam hati. Namu
“Jangan kabur lu! Kita harus menikah dan lu harus punya anak agar bisa sembuh dari penyakit langka."“Iih, lepas gak? Gue mau ke kamar mandi. Kebelet."“Tanggung jawab!"“Sinting!"seru Sandra mencoba melepaskan diri. “Lepas, gak?”“Kalau kamu gak mau, kita balik lagi ke dalam dan kamu jelaskan semuanya.”“Iih, tunggu!” Sandra panic ketika Bernard menariknya berjalan. Namun, tenaga pria itu lebih besar, mustahil untuk dilawan. “Iya, iyaaa! Gue tanggung jawab! Izinin dulu gue ke kamar mandi, please! Gue janji akan tanggung jawab," ucap Sandra dengan raut wajah memelas.Tidak sia-sia Sandra untuk mengeluarkan bakat aktingnya. Akhirnya, Bernard menghentikan langkah. “Ada yang perlu gue ingin bicarakan sama lu. Penting! Kita ke apartemen gue.”“Gue mau ke kamar mandi di sini dulu. Gak kuat, pengen pup." Sandra berkata sembari menahan bagian pantat. "Atau lu lebih suka, gue buang kotoran dimari? Oke, fine!"Bernard seketika melepaskan cengkramannya. “Gue ikut sama lu.”“Terserah!" Sandra pu
Satu-satunya yang terpikirkan di kepala Sandra adalah ...."Hhhggg ....” Wanita berambut lebat tersebut memegang dadanya lalu berakting sesak. “Sa-Saya ma-mau ke to-toilet.”“Bernard antar dia! Kayak sesak gitu. Kalo perlu antar ke dokter,” ucap Cecilia khawatir.“Gak papa, Tante. Saya ke kamar mandi dulu ….” Sandra buru-buru berdiri lalu melangkah sambil menunduk tanpa mengetahui kalau ada dua pria sedang menggotong meja.BRUKK! “Aaaah!” Sandra jatuh lalu tiba-tiba pandangan matanya gelap. Wanita ini pun tak sadarkan diri.“Ya ampun, Nak!”pekik Cecelia terkejut.“Bens, buruan bawa ke rumah sakit”perintah James sambil mengulurkan kunci mobil.Dengan berat hati Bernard membopong tubuh Sandra. Tampak ada benjolan di bagian kening wanita berambut lebat tersebut. Wajah cantiknya pucat pasi seperti kapas. Timbul rasa empati dalam hati pria berpredikat es batu ini. Sementara itu, Bernard tidak menyadari bahwa Cecilia mengikuti dengan setengah berlari. Bernard dengan napas tersengal-sengal,