“Tolooong! Tolooong!” Dari kejauhan terdengar suara pria berlari sedang ketakutan. Alexander dan Vino bersamaan berubah wujud menjadi manusia kembali. Mereka tahu persis bahwa pria ini adalah manusia. Mereka tak ingin membuatnya lebih ketakutan dengan penampakan asli keduanya.“Tolooong saya!” teriak seorang pria separuh baya dan Vino segera mengenalinya.Pria ini bertubuh sangat kurus dengan pakaian kumal. Kulitnya lebih gelap tak seperti terakhir mereka bertemu.“Tuan Hanggara!” pekik Vino yang langsung menyongsong kedatangan pria tersebut.“Jangan sembarangan nolongin!” Alexander berusaha memperingatkan Vino.“Kenapa?”“Dia telah ditarget Tuan Alfonso,” jawab Alexander yang segera berlalu.Dia terbang menuju puncak pohon pinus tertinggi. Dari ketinggian tersebut, pria yang di dunia nyata berprofesi kepala polisi melihat sekolompok pasukan serigala yang dipimpin oleh Derick sedang ke arah mereka.Dia pun segera memberi tanda akan kehadiran pasukan serigala kepada Vino. Sebuah ranti
Vino mengelilingi wilayah kekuasaan Tuan Alfonso. Tiba-tiba dirinya melihat penampakan Alice yang berlari di antara pepohonan pinus.Apa yang dilakukan Alice di sini?Dia telah berubah jadi kelompok serigala?Di mana Papi dan Mami?Vino segera mengirimkan kabar kepada kedua orang tuanya lewat telepati. Dia berdiam di atas pohon pinus tertinggi sambil menunggu respon orang tuanya. Sementara itu, kedua mata sibuk mengawasi pergerakan Alice yang sedang menuju air terjun. Dia tak ingin memanggil kakaknya demi tak terlacak.“Ya, Vino. Ada apa?” Terdengar suara Nyonya Gustav lewat telepati.“Ngapain Kak Alice ke wilayah serigala?”“Bukannya kamu yang minta ke sana?”“Vino gak ada ke sana. Lagian siapa kasih kabar itu?“Kata Alice itu pembantu Sandra.”“Kalian ketemu langsung sama Bik Sumi?”“Iya, dong. Wanita itu kemari.“Kalian gak berpikir kalo itu aneh. Bisa-bisanya bangsa manusia berkeliaran di area bangsa kita?”“Vin ...Vino!”Vino teramat kesal dengan perilaku keluarganya yang asal-as
“Bisa saja ikuti gaya hidup kami. Asal dalam darahmu ada gen Gustav,” balas Vino sambil tertawa mengejek.“Mami kamu kok bisa? Ingat, dia bukan berdarah Gustav!” sangkal Alexander tak mau kalah.“Karena Mami istrinya dan sampe hari ini masih kerepotan mengendalikan nafsu buas akan darah manusia.” Kali ini, Vino bertutur kata dengan kedua mata berkaca-kaca. Dia tahu betul, bagaimana Nyonya Gustav yang tak bisa mengendalikan diri, terpaksa disuruh mengisap darahnya sendiri oleh Tuan Gustav. “Iya, aku tahu soal itu. Hal tersebut yang buat aku salut terhadap Tante dan kalian,” balas Alexander yang berusaha menenangkan hati Vino. Dia paham betul dengan kebiasaan keluarga Gustav karena memang semenjak kecil tumbuh dalam pengasuhan orang tua Vino.Sandra dalam keadaan tertidur pulas setelah Vino menghilangkan pengaruh sihir dari Derick. Kedua pria beranjak menuju kamar Alice. Saat mereka memasuki ruangan, ada orang tua Vino. Mereka sedang berdiri mematung memandangi tubuh Alice yang sedang
“Nah, ini. Soal Derick. Kenapa kamu bisa bersama dengan dia. Ngajak-ngajak Sandra lagi.”“Derick menyamar jadi Alex. Minta aku jemput Sandra.”“Kok bisa kalian di sarang serigala? Ada masalah apa, sampe suruh jemput Sandra? Secara logis, Alex gak kenal Sandra,” ucap Nyonya Gustav semakin penasaran.“Iya, Mami. Aku ceroboh.”“Cinta itu buta. Gak bisa berpikir secara nalar. Mentang-mentang karena Alex berani pertaruhkan nyawa.”“Ya, maaf, Mami.”Selama mereka berbincang, radar telepati Alice bergetar hebat. Ada gerakan ke arah sarang kelompok serigala. Perasaan Alice sudah tak tenang dan gerakan tersebut adalah tentang keberadaan Sandra. Namun, dirinya tak mungkin bisa ke sana lagi. Alice heran dengan pembawaan Nyonya Gustav yang tenang.Apakah karena Mami tak seratus persen bangsa vampir?Di saat bersamaan Nyonya Gustav dapat berkomunikasi singkat dengan Vino lewat telepati. Wanita berambut pirang sebahu tersebut tersenyum penuh arti ke arah putrinya.“Apaan, sih, Mami?” protes Alice y
Alice pun tersenyum lega, akhirnya bisa menemukan cahaya hitam kemerahan tersebut. Dia segera meluncur mengikuti garis cahaya. Jejak kilau berujung pada sebuah rumah berdinding kayu khas vintage style. Alice memicingkan mata melihat tampilan tempat persembunyian yang dipilih oleh Bik Sumi. “Cerdas juga, Bik Sumi. Dia paham fungsi dinding kayu sebagai peredam suara.” Alice bermonolog seraya mengitari bangunan klasik tersebut.Namun, Alice kesulitan mencari akses untuk masuk karena tak ada pintu maupun jendela pada bangunan tersebut. Wanita berambut blonde tersebut memutar otak untuk mencari cara agar dapat masuk rumah.“Bik Sumi!” panggil Alice lewat telepati.Beberapa saat Alice menunggu tanggapan dari Bik Sumi. Namun, harapan tinggal harapan. Wanita muda ini beranggapan bahwa Bik Sumi sengaja tak mau berkomunikasi dengannya. Oleh karena Alice tahu pasti ibu kandung Alexander tersebut sudah hafal dengan suaranya. Tanpa disangka-sangka, Alice mendengar Sandra berbicara padanya.“Kak
“Segawat itu, Kak? Aku meski gimana? Kenapa Bang Vino cepat ambil keputusan sebelum tahu kebenaran?”“Vino tahu sendiri. Tubuh kamu telah dimasukkan peti mati dengan tangan telah tersayat. Tuan Alfonso dengan pasukannya telah menggelar pesta penobatan kamu dengan Mahendra sebagai pasangan darah suci,” jelas Alice dengan air mata bercucuran.“Tapi, Kak. Dalam peti persembahan itu, bukan aku,” jelas Sandra dengan berurai air mata.Hatinya perih bagai tersayat sembilu. Wanita muda ini sungguh tak pernah menyangka bahwa niat baik Bik Sumi untuk menyembunyikan dirinya akan berakibat kesalahpahaman.“Apa kamu tahu, siapa yang menggantikan posisi kamu?” tanya Alice sambil mengingat rute tercepat menuju Ballerup Aden.“Kata Bik Sumi itu pengikut baru kelompok serigala. Dia lagi cari muka buat pengakuan ke kelompok. Nekat bergerak sendiri dan Bik Sumi bisa mencium bau khas yang beda dalam area pribadi Gustav. Saat sampai di kamar, pengikut baru ini sudah siap membopong aku. Seketika itu, Bik S
“Hentikan, Sandra! Masih ada cara lain untuk membuat Vino bisa kembali!” teriak Alice yang keberatan dengan kenekatan Sandra.“Tenang, Cantik! Dia telah mengambil keputusan. Itu adalah hal terindah buat kami,” ucap salah satu anggota dewan dengan diiringi tawa ketiga pria yang sama-sama berpakaian lapis emas dengan bola mata hitam pekat.“Kak, aku mau mati bersama Bang Vino!” teriak Sandra yang semakin bulat tekatnya.“Biarlah dia abadi di alam kematian bersama kekasihnya. Bukankah ini cinta paling romantis?”Wanita tak bermanik mata berucap sambil melangkahkan kaki mendekat ke arah Sandra. Namun, Alice buru-buru menghadang saat langkah wanita tersebut tinggal selangkah lagi.Wanita tersebut seketika menyeringai dengan raut wajahnya merah padam. Sandra yang sudah tak sabar, langsung berlari ke arah pintu yang terbuka lebar. Itu berada di belakang singgasana para dewan kematian.Sandra yang telah sampai di ambang pintu melihat punggung Vino yang berdiri menatap cakrawala. Pria tersebut
Mereka kaget dengan kedatangan Bik Sumi. Wajah wanita yang selalu memakai daster ini tampak pucat pasi. Dia dengan napas terengah-engah berdiri terpaku memandangi mereka satu per satu.“Ada apa, Bik?” tanya Sandra sambil menghampiri pengasuhnya sejak bayi tersebut.“Ini salah Bibik, Nona. Nyonya diculik oleh Derick. Maafkan saya, Non,” jawab Bik Sumi dengan terisak-isak.“Duduk dulu, Bik. Tenangin diri dulu,” sahut Vino kemudian.Sandra membimbing wanita tersebut untuk duduk. Alice yang paham akan ada ‘sesuatu’ lalu memegang tangan Bik Sumi. Beberapa saat kemudian, wanita berambut blonde berpotongan cepak ini tersenyum sinis.“Mereka memang licik. Bik Sumi diperlakukan sebagai robot pelacak. Maaf, Bik. Ini terpaksa aku lakukan,” ucap Alice sambil menatap dua manik mata Bik Sumi. Kemudian, dia menekan kuat-kuat ibu jari ke urat nadi di tangan kanan Bik Sumi. Beberapa saat, wanita 35 tahun tersebut menjerit kesakitan lalu jatuh tak sadarkan diri. Vino dengan cekatan menahan tubuhnya. A
Bernard tersenyum mengetahui kekasihnya telah siuman. "Sabar, Sayang. Sesampai tempat kamu, aku akan pasang infus."Lift dalam keadaan sepi. Hanya mereka bertiga sampai pintu terbuka di lantai tempat mama Sandra dengan yang lain menunggu. Carol berjalan mendahului dengan senyum penuh arti. Wajah Bernard basah oleh peluh dan itu telah membasahi pakaian formal yang masih dipakainya.Begitu sampai depan pintu, Carol segera menekan bel. Pintu terbuka dan tampak beberapa wajah yang cemas akan keadaan Sandra. Tentu saja, Bernard kaget dengan semua ini."Bagaimana bisa kalian ada di sini?"tanya pria bermata biru tersebut. "Maaf, Nyonya. Sandra mabuk berat hingga pingsan.""Saya tahu, kamu adalah dokter. Segera obati anak saya!"pinta Ny.Anggara yang langsung berjalan ke arah kamar Sandra. Wanita ini membuka pintunya.Bernard membopong masuk tubuh Sandra. Kemudian merebahkan Sandra di pembaringan. Dia segera memasang infus dan menaruh kantongnya dengan mencantolkan pada sebuah hiasan di dindin
"Besok pagi kami akan ke keluarga kamu. Kami akan persiapkan semua. Kakek dan Nenek sudah ngotot ingin buru-buru menimang cucu," jelas James yang mematik sikap usil Bernard."Wah, kita harus buru-buru nikah biar bisa bikin cucu yang lucu buat Kakek dan Nenek," celetuk Bernad yang menghasilkan sebuah cubitan di punggung tangan. "Aduh, Sayang. Bilang aja mau buruan ada yang temani tidur tiap malam. Saya siap, Nona.""Apaan, sih!" Sandra cemberut padahal dalam hati senangPesta ini memang diadakan untuk memperkenalkan Sandra kepada seluruh anggota keluarga besar Bernard. Sayang Axel dan Jeanne tidak bisa pulang untuk menghadiri pesta. Namun, keduanya sangat antusias saat diajak video call oleh Bernard bersama Sandra.Malam ini Sandra telah minum champagne berlebihan. Wanita ini tidak pernah minum wine apalagi champagne. Ya, sejak diketahui Sandra memiliki darah suci, orang tuanya telah mewanti-wanti padanya untuk tidak memakan maupun meminum hasil olahan fermentasi.Kini, Bernard yang ke
"Coba aku rasakan." Bernard mengambil obat dari plastik lalu mengulum dan mencium bibir Sandra sekaligus menyalurkan obat tersebut. Keempat asisten rumah tangga segera memalingkan wajah karena malu melihat adegan mesra sejoli. "Minumnya." Bernard menyodorkan gelas ke mulut Sandra. Wanita ini segera meminumnya sampai habis."Benar-benar pasangan serasi. Semoga Tuan Muda dan Nona segera menikah," ucap ART senior.Sejoli tersenyum ke arah para ART. Akhirnya mereka mulai bersiap merias Sandra dan Bernard yang sadar diri segera mendekat ke arah Sandra. "Aku tunggu di bawah, Sayang. Jangan lama-lama! Aku gak bisa menaha rindu terlalu lama.""Gombal, ih!" Sandra manyun ke arah Bernard dan langsung dikecup bibirnya. Setelah itu, Bernard langsung kabur.Perilaku pasangan ini membuat keempat ART ikut gemas dibuatnya. Dalam waktu satu jam lebih Sandra dirias oleh keempat wanita kepercayaan. Kini, Sandra tampil begitu memesona apalagi rasa bahagianya telah mengaktifkan molekul-molekul dalam dara
Hatinya yang terluka perlahan dapat obat penawar dari pria asing di sebuah restoran. Sandra tidak akan pernah menyesali itu. Pria ini benar-benar serius ingin mempersuntingnya. Bukan sekadar kata-kata manis yang terucap dari bibir Derick dan bukan pula pernikahan di atas pengkhianatan Vino terhadap Grace."Aku kunci sebentar pintunya, Sayang," bisik Bernard sambil melepas pelukan. Sandra baru tersadar, mereka telah berada di atas ranjang. Cumbuan keduanya telah membuat melayang. Sandra tersenyum memandangi tubuh Bernard yang berjalan ke arah pintu. Pria berbadan atletis yang telah lama didambanya. Pria yang sesuai dengan ekspektasi Sandra. Lebih dari Raditya, Vino maupun si eksotis Derick.Bernard mengunci pintu lalu ia segera menghampiri Sandra. Pria itu memainkan jari jemarinya pada lekuk tubuh Sandra yang menggiurkan."Bens, aku bertanggung jawab atas drama yang terjadi," bisik Sandra yang semakin membuat Bernard semakin bergairah.Sandra berdiri di depan si pria indo ini. Ia mena
Tiba-tiba Sandra dikejutkan oleh kehadiran beberapa wanita bercode dress ala asisten rumah tangga Telenovela. Bernard lalu mendekati Sandra dan berbisik, "Sampai jumpa di pesta dansa, Sayang."Pria berparas blasteran ini mengecup pipi Sandra sekilas lalu pergi entah ke mana. Sandra memegang pipi bekas kecupan Bernard. Kurang ajar, rutuk Sandra dalam hati. Padahal dalam hatinya berbunga-bunga.Sandra diarahkan ke sebuh kamar oleh salah satu ART yang berwajah lebih dewasa dari yang lain. Sepertinya, dia adalah senior dari para ART. Sebuah ruangan yang sangat luas. Ada sebuah pembaringan besar berkasur tebal. Matanya memidai sekeliling ruangan. Seluruh dinding berwarna keemasan dengan kaca jendela lebar yang mampu membingkai langit dengan segala isinya.Lampu gantung besar tepat berada di atas pembaringan. Tak jauh dari pembaringan ada meja rias satu set. Berjarak sekitar satu meter berdiri lemari kayu jati berdampingan dengan etalase baju dan sepatu. Dalam etalase baju terdapat berbagai
"Pak, tolong, dong! Jangan dihukum kayak gini. Please," ucap Sandra mirip anak kecil merengek.“Ya. Ada yang mau saya omongin lebih banyak. Duduk!"“Nanti saya telat masuk.”“Saya bilangin staf promo kalau kamu ada urusan sama saya.”Sandra terpaksa menurut daripada dalam masalah. Wanita berambut lebat ini sadar bahwa Bernard sedang menatapnya dengan sinis.“Kenapa?” tanya Sandra malas. Padahal dalam hatinya ingin sekali mempergunakan kekuatan supranatural. Ia pun teringat akan nasihat mamanya agar berperilaku layaknya manusia. Sandra hanya ingin hidup dengan damai dan itu bisa didapatkan saat dirinya kembali menjadi manusia seutuhnya.“Kamu gak bisa kabur lagi, wanita licik.”***Dari awal pertemuan tidak sengaja mereka, Bernard ikut andil membuat skenario di mana mereka bertemu saat liburan. Hal itu sesuai dengan penjelasan Bernard kepada keluarganya.Sandra kini kembali ke ruang promo dan iklan dengan tubuh yang lemah, letih dan juga lesu. Macam orang kurang gizi. Begitu selesai k
Penjelasan dokter Ariel sampai membuat teman-temannya berbisik. “Nama akhirnya Luciano, kayaknya dia penerus direktur yang sekarang, ya?”“Kayaknya iya deh, masih pemilik rumah sakit ini.”Namun, dari pembicaraan mereka yang Sandra takutkan adalah ... Itu orang yang sama. Begitu Sandra menoleh ke belakang dan melihat kedatangan si Wakil Direktur. Saat itulah Sandra merasa dunianya seketika berputar bagai gangsing.Wanita muda ini buru-buru menoleh ke arah lain, hingga Bernard melewati. Saat pria tersebut memberi kata sambutan, Sandra segera menunduk. Ia berpura-pura membaca proposal yang akan tim lakukan.“Lu biasa bagian apa?"tanya wanita sebelah Sandra.Product placement," balas Sandra singkat."Meliputi apa saja?"tanya yang lain. Sandra merasa terganggu dengan dua orang ini yang terus-menerus tanya berbagai hal. Mereka seperti sengaja menguji kemampuannya.Masa, iya. Sudah kerja tahunan di bidang advertiser, masih tidak ngerti apa itu product placement, omel Sandra dalam hati. Namu
“Jangan kabur lu! Kita harus menikah dan lu harus punya anak agar bisa sembuh dari penyakit langka."“Iih, lepas gak? Gue mau ke kamar mandi. Kebelet."“Tanggung jawab!"“Sinting!"seru Sandra mencoba melepaskan diri. “Lepas, gak?”“Kalau kamu gak mau, kita balik lagi ke dalam dan kamu jelaskan semuanya.”“Iih, tunggu!” Sandra panic ketika Bernard menariknya berjalan. Namun, tenaga pria itu lebih besar, mustahil untuk dilawan. “Iya, iyaaa! Gue tanggung jawab! Izinin dulu gue ke kamar mandi, please! Gue janji akan tanggung jawab," ucap Sandra dengan raut wajah memelas.Tidak sia-sia Sandra untuk mengeluarkan bakat aktingnya. Akhirnya, Bernard menghentikan langkah. “Ada yang perlu gue ingin bicarakan sama lu. Penting! Kita ke apartemen gue.”“Gue mau ke kamar mandi di sini dulu. Gak kuat, pengen pup." Sandra berkata sembari menahan bagian pantat. "Atau lu lebih suka, gue buang kotoran dimari? Oke, fine!"Bernard seketika melepaskan cengkramannya. “Gue ikut sama lu.”“Terserah!" Sandra pu
Satu-satunya yang terpikirkan di kepala Sandra adalah ...."Hhhggg ....” Wanita berambut lebat tersebut memegang dadanya lalu berakting sesak. “Sa-Saya ma-mau ke to-toilet.”“Bernard antar dia! Kayak sesak gitu. Kalo perlu antar ke dokter,” ucap Cecilia khawatir.“Gak papa, Tante. Saya ke kamar mandi dulu ….” Sandra buru-buru berdiri lalu melangkah sambil menunduk tanpa mengetahui kalau ada dua pria sedang menggotong meja.BRUKK! “Aaaah!” Sandra jatuh lalu tiba-tiba pandangan matanya gelap. Wanita ini pun tak sadarkan diri.“Ya ampun, Nak!”pekik Cecelia terkejut.“Bens, buruan bawa ke rumah sakit”perintah James sambil mengulurkan kunci mobil.Dengan berat hati Bernard membopong tubuh Sandra. Tampak ada benjolan di bagian kening wanita berambut lebat tersebut. Wajah cantiknya pucat pasi seperti kapas. Timbul rasa empati dalam hati pria berpredikat es batu ini. Sementara itu, Bernard tidak menyadari bahwa Cecilia mengikuti dengan setengah berlari. Bernard dengan napas tersengal-sengal,