Share

Pemakaman

Author: AgilRizkiani
last update Last Updated: 2025-04-16 05:00:47

Ardan dan keluarganya segera dilarikan ke rumah sakit. Di masjid, tempat pernikahan Kayla tengah berlangsung, suasana berubah mencekam saat kabar itu sampai. Kayla merasa sangat risau, pikirannya kacau, dan air matanya tak terbendung.

Sementara itu, Ardan yang kehilangan banyak darah langsung dilarikan ke ruang ICU. Tim medis bergerak cepat, namun kepanikan jelas terlihat. Kondisinya terus memburuk, membuat para dokter kebingungan dalam mengambil keputusan. Detak jantungnya tak stabil, tekanan darahnya terus menurun, dan tubuhnya semakin pucat.

Di ruang lain, Ayunda masih belum sadarkan diri. Dua anaknya, Aluna dan Elvano, juga dalam kondisi kritis. Luka-luka di tubuh mereka cukup parah dan membutuhkan penanganan segera. Tangisan perawat dan suara alat medis yang terus berbunyi menciptakan suasana yang penuh ketegangan.

Waktu terasa berjalan lambat. Kayla yang akhirnya tiba di rumah sakit, langsung berlari ke ruang tunggu ICU. Ia menggeng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Usai Bangun dari Koma   Terpuruk

    Sesampainya di rumah, Ayunda tak berkata sepatah kata pun. Ia langsung berjalan pelan menuju kamar, tempat yang dulu menjadi saksi kebersamaannya dengan Ardan. Setiap sudut ruangan masih terasa begitu hidup, seolah Ardan baru saja pergi sebentar dan akan kembali kapan saja. Bahkan wangi khas tubuh lelaki itu masih samar-samar menggantung di udara.Dengan langkah lemah, Ayunda mendekati lemari pakaian yang penuh dengan kemeja dan jas Ardan. Tangannya bergetar saat membuka pintu lemari, dan begitu melihat deretan pakaian itu masih rapi tergantung, dadanya seketika sesak."Ar, kenapa sih secepat ini kamu pergi?" lirihnya.Tangisnya kembali pecah. Histeris. Ia benar-benar belum siap kehilangan Ardan. Kepergian itu terlalu mendadak, terlalu menusuk hati.Dirinya tanpa Ardan, bisa apa?Selama ini, Ardan adalah segalanya. Lelaki itu yang selalu membuatnya bangkit dari keterpurukan. Yang menggenggam tangannya ketika semua orang menjauh. Yang meng

    Last Updated : 2025-04-16
  • Usai Bangun dari Koma   Pulang Ke Rumah

    Setibanya di rumah sakit, langkah Ayunda terasa begitu berat. Sepanjang lorong rumah sakit yang dingin dan sunyi itu, ia berjalan perlahan, seolah setiap langkah mengoyak luka di hatinya. Pandangannya tertuju pada papan nama yang menunjukkan ruang rawat anak-anak. Ruangan di mana buah hatinya kini dirawat.Beberapa hari terakhir, Ayunda begitu larut dalam kesedihan karena kehilangan Ardan, sampai-sampai ia melupakan hal terpenting yang masih ia miliki—anak-anaknya.Ketika sampai di depan pintu, ia melihat dua perawat yang menjaga si kembar tengah menatapnya dengan pandangan pilu. Wajah mereka menyiratkan kelegaan sekaligus kekhawatiran. Seolah kedatangan Ayunda adalah harapan terakhir untuk menenangkan dua bocah kecil yang terus menangis memanggil ibunya.Ayunda menarik napas dalam-dalam dan mendorong pintu perlahan.Langkahnya makin lambat saat matanya menangkap sosok mungil Elvano yang duduk bersandar di ranjang dengan mata kanan yang tampak leb

    Last Updated : 2025-04-16
  • Usai Bangun dari Koma   Skylar Group

    Kabar meninggalnya Ardan menjadi pemberitaan yang mengguncang publik. Begitu pula dengan keterpurukan Ayunda, yang membuat kekuasaan di perusahaan Blue Cooperation seolah kosong. Para pesaing pun bersemangat mencari celah untuk menjatuhkannya.Kabar itu pun sampai ke telinga Dipta. Namun berbeda dengan perusahaan lain yang berlomba-lomba merebut pangsa pasar atau menarik investor Blue Cooperation, Dipta justru merasa iba. Padahal, selama ini perusahaannya adalah rival terberat Blue Cooperation—selalu bersaing ketat di berbagai ajang bisnis.“Pak Dipta, bukankah ini kesempatan kita?” tanya seorang staf muda dengan nada antusias, matanya berbinar penuh ambisi.Dipta menoleh perlahan. Tatapannya tajam, namun tenang. “Kesempatan?” gumamnya. “Kita bukan predator. Kita pebisnis. Jika hanya bisa menang saat lawan sedang jatuh, maka kita bukan pesaing yang layak.”Staf itu terdiam, sedikit bingung dengan sikap pemimpinnya yang tak biasa.Dipta me

    Last Updated : 2025-04-17
  • Usai Bangun dari Koma   Blue Cooperation

    Dipta menatap Ayunda lekat-lekat. Ia memang sudah lama mendengar reputasi wanita itu—mantan model papan atas yang memilih meninggalkan dunia gemerlap demi mendampingi suaminya, Ardan, yang lumpuh akibat kecelakaan. Dan kini, Ayunda duduk di hadapannya sebagai CEO Blue Cooperation—posisi yang tidak mudah, apalagi dalam kondisi berduka.Ayunda duduk tenang, anggun dan berwibawa. Tatapannya lurus, penuh kendali, meski sorot kesedihan masih sesekali muncul di balik matanya. Dipta, dengan jas gelap dan sikap dinginnya yang khas, akhirnya membuka percakapan.“Saya sebenarnya benar-benar merasa terhina, ketika Anda mengembalikan karangan bunga itu,” ucap Dipta tanpa basa-basi.Ayunda tak bereaksi seketika. Ia hanya menatap pria itu dengan profesionalisme yang luar biasa. Kemudian, dengan nada datar namun sopan, ia menjawab, “Saya minta maaf, Pak Dipta. Tapi menurut saya, karangan bunga itu tidak lagi relevan. Suami saya meninggal dua minggu lalu. Tidak perlu lagi

    Last Updated : 2025-04-17
  • Usai Bangun dari Koma   Bisul?

    Enam bulan telah berlalu sejak kepergian Ardan. Sejak saat itu, Ayunda berubah menjadi wanita yang gila kerja. Ia menenggelamkan dirinya dalam rutinitas kantor, seolah ingin melupakan rasa kehilangan yang terus membayangi. Kini, si kembar bahkan sudah pandai berlari, namun Ayunda hanya bisa benar-benar meluangkan waktu untuk mereka di hari Sabtu dan Minggu. Di hari-hari lain, ia sering memilih lembur hingga larut malam.Sementara itu, Keyla dan William telah menempati rumah baru mereka. Meski begitu, William masih kerap membantu Ayunda, terutama karena mereka bekerja di kantor yang sama. Ia paham betul bagaimana sahabatnya itu mencoba berdiri sendiri setelah kehilangan besar yang dialaminya.Suatu sore, saat mereka berkumpul di rumah Keyla, perempuan itu menatap Ayunda dengan cemas."Ayunda, kamu sekarang makin kurus aja," tegur Keyla sambil menyerahkan secangkir teh hangat. Ia baru saja mendengar dari William tentang kebiasaan kerja Ayunda yang makin meng

    Last Updated : 2025-04-17
  • Usai Bangun dari Koma   Peran Ganda

    Setelah satu minggu absen dari perusahaan untuk lebih fokus merawat si kembar dan mendampingi Aluna yang masih dalam masa pemulihan, hari ini Ayunda akhirnya kembali masuk kerja. Ia tak bisa menolak, karena ada pertemuan penting yang tidak bisa diwakilkan-rapat kerja sama dengan Skylar Grup, perusahaan besar yang tengah menjalin proyek bersama perusahaannya.Ruang rapat terasa lebih formal dari biasanya, terlebih karena pertemuan itu dipimpin langsung oleh Dipta-ya, lelaki yang seminggu lalu secara tidak sengaja ia tabrak di lorong rumah sakit.Ayunda duduk dengan raut tenang, meski dalam hati agak canggung. Sesekali ia melirik Dipta, yang hari itu tampil rapi dengan jas abu-abu dan gaya maskulin khas CEO sukses. Tapi Ayunda tahu-di balik tatapan tajam dan pembawaan profesional itu, tersimpan satu rahasia memalukan yang ia tahan mati-matian untuk tidak tertawa saat mengingatnya.Saat sesi presentasi selesai dan rapat memasuki jeda ringan, Ayunda memberanik

    Last Updated : 2025-04-18
  • Usai Bangun dari Koma   Empat Mata

    Malam itu, setelah melewati rutinitas menyenangkan bersama anak-anak, Ayunda akhirnya berhasil menidurkan Aluna dan Elvano. Elvira sudah lebih dulu tertidur di pelukan Oma Ola, sementara Ayunda membaringkan dua anak lainnya di kamar. Ia menatap wajah polos mereka yang terlelap dengan penuh cinta, lalu perlahan keluar kamar, menutup pintu dengan hati-hati.Ia berjalan menuju ruang tengah, mengambil segelas air putih, lalu duduk di sofa sambil membuka ponsel. Belum sempat membuka aplikasi yang dituju, matanya langsung menangkap satu notifikasi yang membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Dipta Satriaputra — nama itu muncul di layar, lengkap dengan ikon pesan pribadi.Alis Ayunda langsung bertaut. Ia tertegun beberapa detik. Kenapa Dipta mengirim pesan? Bukannya biasanya dia selalu menyampaikan sesuatu lewat sekretarisnya… William?Rasanya tak biasa—bahkan aneh. Terlebih lagi, ini tengah malam.Dengan sedikit ragu, Ayunda membuka pe

    Last Updated : 2025-04-18
  • Usai Bangun dari Koma   Si Kembar

    Ayunda mengikuti langkah Dipta menuju ruang kecil di sisi kanan lantai itu—ruang privat yang biasanya digunakan untuk percakapan internal atau diskusi mendadak. Begitu pintu tertutup, suasana hening sejenak.Dipta berdiri di hadapan Ayunda, posturnya tegap namun ekspresinya tenang.“Sebelumnya, saya minta maaf kalau pesan saya semalam membuat Ibu Ayunda merasa tak nyaman,” ucap Dipta membuka percakapan dengan nada serius. “Saya tidak bermaksud melewati batas.”Ayunda sedikit terkejut dengan sikap langsung itu. Ia menatap Dipta tanpa menyela.“Saya tahu, sejak meninggalnya Pak Ardan, Ibu jadi pribadi yang lebih tertutup dan fokus pada anak-anak serta pekerjaan. Bahkan saya dengar Ibu sendiri sempat bilang, tidak berniat menikah lagi.”Ayunda sedikit menunduk. Ia tak menyangka Dipta sampai sejauh itu mengetahui tentang dirinya.Dipta melanjutkan, “Tapi pesan kemarin, sungguh bukan karena saya berniat mendekati Ibu secara personal.

    Last Updated : 2025-04-18

Latest chapter

  • Usai Bangun dari Koma   Bimbang

    Hari-hari Ayunda kini sepenuhnya dipenuhi oleh pekerjaan. Ia tenggelam dalam tumpukan berkas, rapat, dan tanggung jawab sebagai CEO. Beberapa kali ia hampir menekan nomor William di ponselnya—ingin memintanya pulang lebih cepat, ingin sekadar berbagi beban. Namun setiap kali jari-jarinya mendekati tombol panggil, ia menarik napas panjang dan mengurungkan niat itu.Ia tidak boleh egois. William juga punya keluarga. Ia tahu betapa Keyla dan Kenan berharga bagi William, dan ia tidak ingin menjadi orang yang merusak kebahagiaan itu.Kadang-kadang, Ayunda hanya ingin menyerah. Ingin hidup sederhana. Menjadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya hadir untuk Aluna dan Elvano. Tapi ia tahu, dirinya tak bisa. Masa depan anak-anaknya bergantung padanya. Ia harus tetap kuat—demi mereka.Malam itu, Ayunda duduk di ruang kerjanya di rumah. Lampu redup menyelimuti ruangan, sementara matanya terpaku pada sebuah bingkai foto yang berdiri di meja—foto Ardan. Suaminya. Lelaki yang pernah menjadi seluruh hid

  • Usai Bangun dari Koma   Semakin Dekat

    Ayunda merasa heran dengan keputusan mendadak William yang tiba-tiba mengajukan cuti. Padahal sejak meninggalnya Ardan, bahkan di hari libur pun William masih sering terlihat menyibukkan diri dengan pekerjaan.“Kok dadakan, Wil? Memangnya ada apa?” tanya Ayunda, mencoba menahan nada khawatir di suaranya.William tersenyum tipis, sedikit canggung. “Sepertinya aku dan Kayla ingin program adik untuk Kenan. Jadi kami berencana liburan ... mungkin ke luar negeri selama satu minggu.”Ayunda mengangguk pelan, mencoba mencerna. Ia tahu betul bahwa Keyla memang belum hamil lagi, dan beberapa kali sempat curhat padanya soal keinginannya untuk memberikan seorang adik bagi Kenan. Tapi tetap saja, keputusan ini terlalu tiba-tiba.“Tapi Wil, perusahaan kita sedang menjalin kerja sama penting dengan Skylar Group, dan kamu tahu sendiri hanya kamu atau aku yang bisa handle meeting dengan Dipta. Kita nggak bisa asal lempar ke tim lain.”William menatap Ayunda dengan tatapan memohon. “Tolonglah, Ay. Ken

  • Usai Bangun dari Koma   Keluarga Cemara?

    William kembali datang dengan ide spontan yang seperti biasa sulit ditolak."Gimana kalau akhir pekan ini kita ajak anak-anak piknik? Biar mereka nggak bosan terus-terusan di rumah," usulnya santai saat mereka duduk di ruang tamu Ayunda.Ayunda sempat mengernyitkan dahi. "Piknik? Aku nggak yakin, Will. Aluna baru sembuh, dan Elvano belum tentu nyaman di tempat ramai."Namun belum sempat William menjawab, Keyla langsung menyambar pembicaraan, menarik tangan Ayunda dan merengek manja, "Aunty Yunda, ikut yaa, Kenan juga mau ikut, tapi aku nggak mau kalau nggak ada temen cewek."Ayunda menatap wajah polos Keyla yang memelas. Sulit baginya untuk menolak. Apalagi, Elvano dan Aluna memang jarang sekali pergi ke luar rumah.Ia pun akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi cuma sebentar, dan jangan terlalu ramai ya.”Hari piknik pun tiba. Mereka berangkat bersama—Ayunda, William dan keluarganya, serta Dipta yang sejak pagi sudah terlihat

  • Usai Bangun dari Koma   Hari Sabtu

    Ayunda sudah kembali ke perusahaan. Pagi itu ia datang lebih awal dari biasanya. Tangannya cekatan membolak-balik beberapa berkas yang sempat tertunda selama Aluna dirawat di rumah sakit. Meski pikirannya belum sepenuhnya tenang, tapi ia tahu, tanggung jawabnya tak bisa lama-lama ia tinggalkan.Saat tengah fokus membaca laporan, suara pintu terbuka membuatnya menoleh. Dipta melangkah masuk tanpa ekspresi terburu-buru. Belakangan ini, lelaki itu memang jauh lebih sering muncul di perusahaannya. Karyawan pun mulai terbiasa dengan kehadirannya, bahkan tak sedikit yang mulai melihat sisi lain dari sang CEO—bukan hanya dingin dan tegas, tapi kini lebih ramah dan terbuka.“Oh, aku kira tadi William,” ucap Ayunda sambil tersenyum tipis.“Maaf mengganggu,” sahut Dipta santai.Ayunda mempersilakan Dipta masuk dan duduk. Ia pun memanggil OB untuk membawakan kopi, seperti biasa.“William belum datang, mungkin sebentar lagi dia muncul,” katanya sambi

  • Usai Bangun dari Koma   Membuka Hati?

    Pagi itu, kondisi Aluna sudah jauh lebih baik, meski infus masih terpasang di tangannya. Senyum kecil menghiasi wajah mungilnya. Saat Ayunda baru saja memasuki ruang rawat, langkahnya langsung terhenti. Matanya membelalak saat melihat pemandangan tak terduga—Aluna begitu dekat dengan Dipta, menggenggam tangannya erat seakan tak ingin dilepaskan.Sekilas bayangan Ardan melintas dalam benak Ayunda. Andai saja Ardan masih hidup mungkin Aluna tak akan pernah merasakan kehilangan sosok ayahnya, batinnya pilu. Melihat keakraban antara Dipta dan Aluna membuat hati Ayunda bergetar. Kenangan tentang Ardan mengalir deras, hingga tanpa sadar air mata jatuh membasahi pipinya."Mama!" seru Aluna riang saat melihatnya. Suara itu, meski belum sempurna, membawa kehangatan yang tak tergantikan.Dipta spontan menoleh ke arah Ayunda. Ia sempat ingin bergeser, tapi tangan kecil Aluna menahan kuat. Ia enggan melepaskan. Ayunda mengamati itu dalam diam—biasanya, Aluna hanya dekat dengan Ardan atau William,

  • Usai Bangun dari Koma   Kembali

    Pagi itu, kondisi Aluna sudah jauh lebih baik, meski infus masih terpasang di tangannya. Senyum kecil menghiasi wajah mungilnya. Saat Ayunda baru saja memasuki ruang rawat, langkahnya langsung terhenti. Matanya membelalak saat melihat pemandangan tak terduga—Aluna begitu dekat dengan Dipta, menggenggam tangannya erat seakan tak ingin dilepaskan.Sekilas bayangan Ardan melintas dalam benak Ayunda. Andai saja Ardan masih hidup mungkin Aluna tak akan pernah merasakan kehilangan sosok ayahnya, batinnya pilu. Melihat keakraban antara Dipta dan Aluna membuat hati Ayunda bergetar. Kenangan tentang Ardan mengalir deras, hingga tanpa sadar air mata jatuh membasahi pipinya."Mama!" seru Aluna riang saat melihatnya. Suara itu, meski belum sempurna, membawa kehangatan yang tak tergantikan.Dipta spontan menoleh ke arah Ayunda. Ia sempat ingin bergeser, tapi tangan kecil Aluna menahan kuat. Ia enggan melepaskan. Ayunda mengamati itu dalam diam—biasanya, Aluna hanya dek

  • Usai Bangun dari Koma   Aluna

    Di tengah malam, Ayunda terjebak dalam kesibukan mengurus perusahaan. Blue Cooperation semakin berkembang pesat, namun sayangnya, ia semakin jarang menghabiskan waktu dengan kedua anaknya, Aluna dan Elvano. Ayunda berangkat sebelum mereka bangun dan pulang saat mereka sudah tidur.Suatu malam, Aluna tiba-tiba demam tinggi. Suster yang menjaga anak-anak itu bergegas menghampiri Ayunda yang sedang duduk di ruang kerjanya."Bu, Aluna badannya panas. Dokter keluarga sedang cuti," ujar suster dengan cemas.Ayunda langsung terlonjak dari kursinya. Tanpa berpikir panjang, ia meraih kunci mobil, dan dengan sigap, ia serta suster segera menyiapkan tas Aluna yang berisi kebutuhan medis. Mereka langsung bergegas menuju rumah sakit.Namun, nasib tidak berpihak pada mereka. Kemacetan panjang menghalangi perjalanan mereka. Aluna semakin demam tinggi, dan Ayunda mulai cemas. Waktu semakin berharga.Dengan keputusan cepat, Ayunda memutuskan untuk berlari

  • Usai Bangun dari Koma   Perlawanan

    Setelah insiden sindiran Mahesa di acara industri, Ayunda langsung mengadakan rapat darurat internal Blue Cooperation bersama tim PR dan hukum. Ia tahu, satu rumor saja bisa merusak reputasi bertahun-tahun.Dalam ruang rapat itu, Ayunda tampil sebagai pemimpin sejati.“Kita tidak perlu menanggapi dengan emosi. Kita lawan dengan data. Kita kumpulkan semua bukti integritas kita selama proses tender, dari dokumen transparansi hingga rekaman presentasi. Biar publik yang menilai.”Ia juga menghubungi Valterra secara langsung. Dengan tenang, ia menjelaskan situasi dan menyatakan kesediaan Blue Cooperation untuk diaudit secara terbuka jika diperlukan. Respons Valterra mengejutkan—mereka justru memuji keterbukaan Ayunda dan menyebut rumor itu sebagai “upaya kompetitor yang tidak sportif.”Usai rapat, Ayunda menghubungi William. Suaranya berat, tapi tetap tenang. “Wil, Mahesa mulai main kotor. Dia sebar rumor soal aku. Bahkan sampai nyentuh hubungan keluar

  • Usai Bangun dari Koma   Taring Mahesa

    Beberapa minggu setelah pertemuan itu, tim gabungan antara Blue Cooperation dan Skylar Group resmi terbentuk. Mereka menamainya Project Horizon, sebuah proyek kolaboratif yang menyatukan kekuatan kreatif dan teknologi dalam satu kampanye besar untuk klien korporat multinasional.Ayunda memimpin tim branding dan strategi dari Blue, sementara Dipta membimbing tim IT dan data engineer dari Skylar. Meski keduanya berasal dari dua dunia berbeda, sinergi mereka terbukti kuat. Setiap ide Ayunda, selalu disempurnakan oleh eksekusi teknis dari tim Dipta. Dan setiap batasan teknologi dari Skylar, selalu bisa dicairkan oleh pendekatan kreatif Ayunda.Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.Saat mereka menghadiri forum pitching terbuka untuk kontrak kerja sama dari perusahaan retail terbesar di Asia Tenggara—Valterra Group—Ayunda mendapati nama yang tak asing muncul sebagai salah satu perwakilan perusahaan saingan: Mahesa Adikara.Mahesa kini menjabat seb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status