Daniel menangkap tangan Cinta dan tatapannya berubah menyeramkan.
"Da-daniel, kamu kenapa?" Cinta mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Daniel.
Daniel mendekatkan wajahnya dan menatap Cinta dengan sorot mata yang sangat tajam. Cinta semakin merasa ketakutan.
"Hmm, tadi ada yang mendorongku kesungai, kali ini, aku ingin berenang bersamanya," ujar Daniel dengan suara lantang.
"Ampun Daniel, aku tadi hanya bercanda. Ampuun," ucap Cinta memohon kepada Daniel.
"Tidak bisa, aku sudah basah kuyup. Jadi, kamu harus ikut berenang juga," teriak Daniel mulai memegang tangan Cinta.
"Aku takut, Daniel. Aku mohon, jangan ..."
Cinta memohon dengan menagkupkan kedua tangannya."Bayangkan, Cinta, jika di belakangmu ada harimau yang akan m
Pukul tujuh pagi, sebuah mobil Alphard silver sudah terparkir di halaman Villa."Pagi,Bos," sapa Andi pada Daniel dan Cinta yang sama- sama membawa koper dari kamar masing-masing."Pagi, Andi," jawab Daniel dan Cinta bersamaan.Andi mengambil koper majikannya. Dan masukkan ke dalam bagasi mobil.Daniel menggandeng tangan Cinta masuk ke dalam mobil dan duduk bersisian di belakang kemudi.Daniel meraih tangan Cinta dan mengecupnya, Cinta mencoba menarik tangannya, namun, Daniel memiliki kekuatan yang lebih dari Cinta."Ada Andi, jangan gila ya!" Ujar Cinta melotot ke arah Daniel."Kenapa? Andi tahu kamu adalah istriku, jadi, tidak ada yang salah, kan?" Sahut Daniel tersenyum"Tapi aku maluu ..." Ujar Cinta masih melotot."Andi, fokus nyetirnya, jangan berpikiran macam-macam," perintah Daniel menyentuh pundak Andi
"Tentu, sayang," jawab Cinta."Horee ... makasih ya, Ma," ucap Carisa dengan bahagia."Iya, Sayang," sahut Cinta memeluk Carisa dengan erat.Cinta lalu membacakan dogeng sebelum tidur sampai Carisa tertidur.************Pagi yang cerah. Cinta sibuk berkutat di dapur. Cinta memasak bubur ayam permintaan Carisa. Setelah buburnya masak, Cinta membawa bubur kekamar Carisa dan menyuapinya."Sayang, makan yang banyak, ya. Supaya cepat sembuh," ujar Cinta membelai rambut Carisa."Iya, Ma. Makasih ya, Ma. Buburnya enak banget," ucap Carisa manja."Nanti siang, mama mau kerumah kepala sekolah, mama mau ngantarkan surat pengunduran diri dari sekolah. Carisa tinggal sama nenek dulu, ya," bujuk Cinta pada Carisa.Setelah selesai menyuapi Carisa, Cinta membawa mangkok bubur ke dapu
Daniel?"Belum sempat Cinta bertanya ketika Daniel kembali mengecup kedua kelopak mata dan ujung hidungnya. Cinta menyadari yang akan Daniel lakukan berikutnya, sehingga refleks Cinta menutup mulutnya."Heyy, kenapa kamu menutup mulutmu, Hmm?" Tanya Daniel menatap istrinya. tapi Cinya hanya menggeleng kan kepalanya. Daniel mengecup punggung tangan Cinta."Good morning, Sayang," ujar Daniel tersenyum."Morning," sahut Cinta masih menutup mulutnya"Oke, aku akan keluar," ujar Daniel meninggalkan Cinta.Cinta bangun dan langsung menuju kamar mandi, lalu wudhu dan menunaikan ibadah dua rakaat.*********Cinta mengoles selembar roti dengan selai coklat, lalu menaruhnya di pemanggang. seseorang tiba-
"Tapi, Sayang, aku ingin tidur disini. Tidur di Sofa luar tidak nyaman. punggungku bahkan terasa sakit semua," rengek Daniel.Cinta membelalakkan matanya mendengar perkataan Daniel."Oo ... jadi kamu mau tidur ditempat nyaman?" tanya Cinta tersenyum."Iya, Sayang, aku tidur disini, ya?" jawab Daniel mengedipkan matanya."Baiklah, tidurlah di tempat nyamanmu. Aku akan tidur di luar," ujar Cinta mendorong Daniel ke tempat tidur dan berjalan ke luar kamar."Sayang, sayang ... Oke, aku akan tidur diluar," ujar Daniel menghadang langkah Cinta."bukankah kamu bilang tidak nyaman?"sahut Cinta."Iya, tapi aku tidak ingin istriku tidur dengan tidak nyaman," ujar Daniel memegang tangan istrinya.Daniel lalu mencium kening Cinta, mengecup kedua kelopak mata, dan ujung hidung Cinta. Lalu wajahnya semakin tur
"Kamu adalah perempuan pertama dan terakhir yang masuk ke kamar rahasia ini. bahkan Andi juga tidak mengetahui tentang kamar ini," sahut Daniel menopang dagunya di pundak Cinta lalu menunjuk kearah layar CCTV"Dari sini aku bisa memantau luar ruangan jadi kalau aku mau keluar aku melihat situasi dimana tidak ada orang diluar atau pun dalam ruangan kerja ku," ujar Daniel mempererat pelukannya."Lalu, apa sekretarismu yang dulu sering meninggalkan ruang kerja?" tanya Cinta menoleh Daniel."Sekretarisku yang dulu, tidak berada satu ruangan denganku. Dan aku pun tidak mengizinkannya masuk tanpa mengetok pintu dan mendengar kupersilahkan masuk," jelas Daniel tersenyum kepada Cinta.Mendengar penjelasan Daniel, cinta pun tersenyum."Senyummu manis," bisik Daniel di telinga cinta.Cinta membalikkan badannya menghadap Daniel. Tanpa mengulur waktu Daniel mengecup
Minggu sore,Cinta mengemasi barang yang akan dibawanya ke Apartemen.drettt...ponsel Cinta bergetar.Cinta mengusap layar ponselnya dan tertera chat dari Daniel.[Sayang, hari ini aku gak ikut jemput kamu. Aku ada meeting penting dengan klien,][Bukannya hari ini libur?][Iya sayang, tapi ini klienku dari bangkok][Ya sudah, gak apa-apa][Maaf ya, Sayang]Cinta menarik nafas pendek. Ntah mengapa sesak yang dirasakan Cinta. Cinta merasa sangat merindukan suaminya.Pukul 16.30 wib, Cinta berangkat dari perbatasan kota. Cinta melam
Cinta mendapati Daniel sedang memotong sosis dan bakso ketika kembali ke dapur setelah selesai menerima telepon dari Carisa."Biar aku saja!" Ujar Cinta mengambil pisau yang dipegang oleh Daniel. Tanpa bicara, Daniel menyerahkan pisau tersebut kepada Cinta. Lalu duduk di kursi dengan diam. Cinta melirik Daniel sekilas, tidak biasanya Daniel tidak mengganggu pekerjaan Cinta.Cinta merasa tidak nyaman dengan sikap Daniel yang diam seribu bahasa. Karena Cinta terbiasa dengan larangan atau pun kemauan Daniel yang aneh-aneh , namun Cinta suka."Nasi gorengnya sudah siap." Ujar Cinta meletakkan nasi goreng tersebut dihadapan Daniel. Lalu menyiapkan segelas air putih. Daniel menerima nasi goreng dan melahapnya tanpa memandang Cinta sedikitpun. Mereka makan dalam diam, tanpa ada canda , atau pun sikap genit Daniel seperti biasanya.Setelah sarapan, Cinta membereskan meja makan dan membawa pirin
"Perubahan sikap? Maksudmu?" Tanya Daniel masih terlihat bingung."Owh. Ya sudah kalau kamu tidak menyadarinya." Cinta bangkit dan berlalu meninggalkan Daniel.Daniel meraih tubuh Cinta dan mendudukkannya di pangkuan dengan kedua tangan melingkar erat ditubuh Cinta."Lepaskan aku, aku masih marah, ya!" Ujar Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel."Katakan padaku, perubahan mana yang kamu maksud, hmm?" Daniel memeluk istrinya semakin erat"Perubahan apa?" Cinta balik bertanya."Perubahan sikapku yang menyakitimu, katakan, perubahan yang mana?" Ujar Daniel menajamkan tatapannya."Tidak ada, lupakan!" Cinta mencoba melepaskan diri."Aku tidak akan melepaskanmu, kalau kamu tidak mau bicara!" Ujar Daniel dengan nada mengancam."Pikirkan saja sendiri! Apa yang biasa kamu lakukan padaku, tapi tidak ka
"Heh, Cinta, awas aja ya, kalau terjadi sesuatu pada Carisa, Adit akan membawa Carisa pulang ke rumah kami!" ujar wanita paruh baya yang juga ikut bersama lelaki dengan mencebikkan bibirnya. Daniel kembali menatap Cinta, Daniel benar-benar tidak mengerti siapa sebenarnya mereka.Seorang perawat menghampiri mereka berempat. "Bapak, Ibu, tolong tenang! Jangan membuat keributan di sini!" ujar perawat tersebut seraya melenggang pergi.Mereka berempat pun duduk di kursi tunggu. Cinta menjauhi Daniel dan berusaha untuk terus meminta maaf kepada kedua sosok yang baru saja datang itu, membuat Daniel semakin heran siapa mereka sebenarnya?Setelah sekian lama menunggu, akhirnya melhat Carisa dari kaca pintu, perasaan Cinta benar-benar tidak tenang. Cinta tidak bisa duduk diam menunggu di luar ruangan, namun, jika masuk ke dalam pun, Cinta takut akan mengacaukan Dokter dan tenaga medis lainnya."Dengar ya
"Tenang, Bu! Semoga Carisa tidak apa-apa." Ujar Bidan sambil memegang infus yang tersambung ke tangan Carisa."Andi, cepat!" Seru Cinta dengan suara parau. Perasaan Cinta teramat sangat tidak karuan, Cinta takut terjadi sesuatu yang sangat buruk pada Carisa, sehingga air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk matanya.Cinta terus memeluk Carisa dengan erat dengan sesekali menyeka keringat dingin yang mulai keluar dari tubuh Carisa.Melihat keadaan cinta yang teramat sangat cemas, Andi melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga perjalanan yang seharusnya ditempuh selama satu jam mampu ditempuh hanya dalam tiga puluh menit. Andi juga memasang suara sirine ambulance dari mobil, agar kendaraan yang lain segera menyingkir. Andi tidak peduli jika nanti yang dilakukannya itu akan berdampak melanggar aturan, yang terpenting adalah Carisa segera sampai ke rumah sakit.Sampai di ruma
Cinta melangkah maju dengan perlahan, dan mendekati Daniel. Selangkah, dua langkah, tiga langkah.Daniel merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Seseorang menyandarkan kepalanya di punggung Daniel, memeluk tubuhnya dengan erat. Daniel membalikkan badannya, dan tersenyum menatap Cinta yang memeluk pinggangnya dengan erat."Ada apa, Sayang?" Daniel membelai rambut Cinta dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mematikan kompor.Cinta hanya menggelengkan kepalanya,Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Daniel menangkup wajah Cinta dengan kedua tangannya. Lalu mengecup kening dan ujung hidung Cinta dengan lembut sehingga Cinta memejamkan matanya, menikmati debar jantungnya yang mulai tak karuan."A_aku merindukanmu," ucap Cinta menatap manik mata Daniel. Menyelami sorot mata yang tajam namun sangat meneduhkan."Aku juga merindumu, Sayang
Daniel meninggalkan Cinta ke luar kamar, khawatir akan tergoda melihat Cinta yang tertidur pulas.Namun, pikiran kotor kembali merasukinya."Hey, Daniel, sudah saatnya kamu memiliki istrimu, dia halal untukmu, sudah saatnya kamu menaklukkannya" pikiran itu terus berkelana membuat Daniel kembali membuka pintu kamar dan mendekati Cinta yang tergeletak dan tertidur pulas di atas ranjang.Tatapan mata Daniel kembali tertuju pada kancing baju bagian atas yang tadi dia buka. Daniel naik ke atas ranjang, menelusuri wajah Cinta yang memang sangat cantik.Daniel mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Cinta dengan lembut. Menyesapnya dengan perlahan, dan satu tangannya mulai membuka kancing bagian kedua kemeja Cinta. Daniel menurunkan kecupannya ke arah leher jenjang Cinta."Mmmhhh ...." Desahan kecil keluar dari bibir Cinta.Daniel kembali mengecup bibir Cinta dengan rakus. Cinta membuka matanya,
"Ada apa?" Cinta memundurkan dirinya dari hadapan Daniel.Namun, terlambat. Daniel terlebih dahulu meraih tengkuknya dan melabuhkan ciuma di bibir Cinta. Menyesap bibir yang menjadi candu baginya. Melumatnya dengan penuh cinta.Cinta tidak mampu menolak, kerinduan yang dirasakannya membuat Cinta membiarkan Daniel mengecup dan menyesap bibirnya dengan pelan."Aku merindukanmu." Bisik Daniel di telinga Cinta.Cinta hanya tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.Jarak dari perusahaan menuju rumah Cinta hanya memakan waktu sepuluh menit."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam dan mempersilahkan Daniel masuk ke dalam rumahnya."Waalaikumsalam." Terdengar jawaban dari dalam.Ayah dan Ibu Cinta membuka pintu dan melihat Cinta bersama seorang lelaki.Ayahnya mengerutkan keningnya melihat penampilan Daniel yang tid
Cinta mengikuti langkah Rina, memasuki sebuah kantor yang sederhana. Cinta tercenung sesaat, Rina meraih tangan Cinta, meminta untuk mengikutinya."Silahkan, Bu …" ujar Rina mempersilahkan Cinta masuk."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam."Waalaikumsalam." Jawab beberapa orang dari dalam bersamaan."Bu Cinta, silahkan duduk," sapa seorang laki-laki yang Cinta kenal dengan baik. Laki-laki itu biasa Cinta panggil Bang Iqbal."Makasih, Bang," ucap Cinta tersenyum sambil mendudukkan bokongnya di kursi yang di sodorkan Bang Iqbal."Pak Nai, ini Bu Cinta." Bang Sudir memperkenalkan Cinta pada seorang laki-laki yang tersenyum padanya."Dan … mmmm … Pak Daniel?" Cinta kaget karena saat ini Daniel berada dihadapannya. Cinta tidak bisa mencerna semua ini, bagaimana mungkin Daniel berada di sini."Lho, B
"Ini adalah tabungan Aku selama bekerja di perusahaan Lucky. Corp." Cinta memberikan buku tabungan tersebut kepada Ayahnya."Hahh? Apa Ayah tidak salah lihat, Nak?" Pak Ruslan memandang Cinta dan buku tabungan tersebut secara bergantian."Tidak Ayah, itu adalah kebenarannya. Makanya, aku tidak takut dengan ancaman Pak Karta." Cinta mengulurkan tangannya untuk mengambil buku rekening tersebut, Pak Ruslan pun memberikannya kepada Cinta."Jika jumlahnya sebanyak itu, sedangkan Kamu tiap bulan menanggung biaya hidup kami, dan membayar cicilan Bank juga, berapa gaji kamu setiap bulan, Nak?" Pak Ruslan mengernyitkan dahinya karena tidak menyangka kalau gaji yang diterima Cinta dari perusahaan tempatnya bekerja sangat besar."Aku diberi gaji pokok sebesar dua belas juta rupiah, lalu ada tunjangan makan dan transportasi dari perusahaan. Total keseluruhannya mencapai dua puluh lima
Minggu sore, Cinta diantar oleh Carisa dan ayahnya ke perbatasan kota. Andi sudah menunggu dengan senyuman khasnya."Jadi, mama selalu naik mobil itu setiap hari?" tanya Carisa menatap ke arah Cinta."Iya, Sayang, itu mobil perusahaan," jawab Cinta tersenyum."Itu kan, mobil mahal, Ma. Wahhh mama keren. Besok-besok, Carisa mau dong, Ma diajak naik mobil itu," ujar Carisa menunjuk ke arah mobil tersebut."Iya, Sayang. Tentu saja boleh," sahut Cinta membuat Carisa bersorak bahagia.Cinta lalu berpamitan dan mobil bergerak meninggalkan Carisa dan ayahnya. Cinta melambaikan tangannya. Ada perasaan sedih meninggalkan putri semata wayangnya selama 4 hari.Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti disebuah mini market."Ada apa, Andi?" tanya Cinta heran.Belum sempat Andi menjawab, Daniel masuk ke dalam mobil dan duduk disamping Cin
Cinta tiba di rumahnya pukul sembilan pagi. Ketika Cinta baru saja mengucap salam, Carisa berhambur memeluknya."Pokonya Carisa gak mau Mama menikah!" Carisa merengek dalam isak tangisnya."Iya, Sayang, Mama tidak akan menikah." Cinta membelai rambut Carisa dan menggendongnya masuk ke dalam rumah.Cinta menghampiri ayahnya yang sedang duduk di depan televisi."Yah, Aku mau bicara!" Cinta mendudukkan bokongnya disamping sang ayah. Sedangkan yang di ajak berbicara hanya menoleh sejenak, lalu kembali menatap layar televisi."Kenapa Ayah mengizinkan Davin datang kemari?" tanya Cinta dengan hati-hati."Kamu tau sendiri, Davin orang penting di sini. Apa katanya nanti kalau Ayah melarang dia datang?" jawab Ayahnya panjang lebar.Cinta baru saja hendak menyanggah perkataan ayahnya, tiba-tiba pintu rumah diketuk dari luar.Tok