Caraline mendengkus kesal ketika mengingat bahwa Deric sama sekali tidak mengecupnya. Seperti biasa, pria itu menjadi sosok yang tidak peka terhadap perasaannya. Ia langsung bergegas menuju kamar dibanding harus menahan kesal lebih lama.
Sudah hampir dua jam Caraline duduk di sofa, membaca beberapa buku, menonton film dan tayangan televisi. Peristiwa terbakarnya hotel dan berita kejahatan yang dialaminya benar-benar berhasil menghilangkan kabar mengenai kesuksesan acara kemarin. Hal yang paling menyebalkan adalah beberapa artikel dan media justru cenderung menggiring pertemuan pribadinya dengan Diego sebagai bukti bahwa ada hubungan percintaan yang terjalin di antara dirinya dan pria itu.
Caraline mengembus napas panjang, segera mematikan tayangan televisi. Pikirannya benar-benar bisa teracuni dengan kotak elektronik itu. Televisi bisa saja menjadi sihir mengerikan yang bisa memanipulasi otak seseorang. Ketika akan beranjak menuju ranjang, ia melihat ponselnya bergetar
Setengah jam kemudian, Caraline sudah berada di tempat pertemuannya dengan Diego. Wanita itu duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari pinggir rooftop. Pemandangan kota Heaventown malam ini benar-benar tampak menyejukan mata, berbanding terbalik dengan perasaannya yang kian dilingkup ketakutan.“Maaf membuatmu menunggu,” ujar Diego sembari menarik kursi, “bagaimana keadaanmu saat ini?”Caraline mengembus napas panjang. “Seperti yang kau lihat. Aku tidak mungkin berada di depanmu jika aku masih terbaring di rumah sakit.”“Yang kulihat darimu hanyalah kesempurnaan.” Diego tertawa pelan. “Kau tahu, beberapa hari ini aku benar-benar merindukan suara ketusmu.”Caraline memutar bola mata. “Kau masih saja menyebalkan seperti biasa.”“Aku benar-benar meminta maaf atas kejadian kemarin malam. Jika saja aku tidak memintamu pergi, mungkin saja Helen dan pria bernama Stevan i
Perasaan tak nyaman yang menggerogoti Caraline sejak tadi akhirnya bermuara pada kejadian pengakuan Diego tadi. Pria itu lagi-lagi menunjukkan keseriusan cintanya. Akan tetapi, Caraline masih tak bisa menjauhkan Deric dalam hatinya.Caraline mengembus napas panjang, menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Hatinya benar-benar dilingkupi kegelisahan saat ini. Sepanjang jalan menuju kediamannya, wanita itu hanya menyandarkan wajah ke sisi jendela dengan tangan yang sesekali meremas gaunnya sendiri.Mobil akhirnya memasuki kembali kediaman. Caraline seketika terperanjat ketika melihat para pengawal dan maid tampak berkerumun di luar rumah. Wanita itu buru-buru berlari ke luar dari kendaraan.“Apa yang terjadi?” tanya Caraline sembari mendekat.“Beberapa menit yang lalu, terjadi sebuah ledakan di rumah ini, Nona,” kata Anthony.“Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?” selidik Caraline dengan tatapan ger
“Apa kau sungguh-sungguh, Tuan?” tanya Thomas untuk kesekian kalinya pada Deric, “aku sama sekali tidak merekomendasikan hal ini. Keputuasan Anda sangat berbahaya untuk keselamatan Anda sendiri.”“Tidak ada salahnya jika aku mencoba. Lagi pula cepat atau lambat hal ini memang akan terjadi. Aku melakukannya dengan perhitungan yang jelas,” balas Deric dengan ekspresi tenang.“Tapi, ini terlalu berbahaya untuk Anda, Tuan.” Thomas menggeleng. “Aku tidak bisa membiarkan Anda dalam bahaya.”“Aku sudah memutuskannya.” Deric melanjukan kursi rodanya ke pinggiran danau. Pria itu menoleh ketika Thomas sudah berada di sampingnya.“Tuan, aku mohon jangan lakukan hal ini. Ini demi kesalamatan diri Tuan sendiri,” kata Thomas, “kita bisa melakukannya dengan cara lain.”Deric mengambil ponselnya dari saku celana, lalu memberikannya pada Thomas. “Kau tahu harus men
“Tentu saja,” jawab Diego dari seberang telepon, “apa yang harus kupersiapkan untuk menyambutmu?”“Kau tidak perlu melakukan apa pun,” ujar Caraline dingin, “aku sedang dalam perjalanan menuju kantormu saat ini.”“Baiklah, aku akan menunggumu di sini.”Caraline memutuskan panggilan. Ponselnya menjauh dari daun telinga. “Aku akan pastikan kau akan membusuk di penjara, Diego. Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu di sana.”Lima belas menit kemudian, Caraline sudah berada di kantor Diego. Wanita itu tak peduli dengan tatapan para pegawai di sana yang memandanganya dengan tatapan terkejut. Ketika tiba di lantai atas, ia disambut oleh beberapa pengawal dan pegawai. Caraline diarahkan untuk menuju ruangan Diego.“Anthony ikutlah bersamaku ke dalam ruangan,” ujar Caraline.“Baik, Nona.” Anthony mengangguk.Caraline mamasuki ruangan ketika s
“Deric,” gumam Caraline dengan tatapan penuh ketidakpercayaan.Diego langsung terbahak ketika melihat keterkejutan di wajah Caraline. “Jadi anjing yang sering kau sebut-sebut itu adalah pria cacat ini?”“Apa yang sebenarnya kau mau, sialan?” bentak Caraline, “dia sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan apa pun padamu! Lepaskan dia!”“Dia yang sudah merebutmu dariku dan dia sudah menghina harga diriku karena kau lebih memilihnya dibanding aku!” hardik Diego.“Kau benar-benar monster!” jerit Caraline dengan tangan terkepal erat. Wajanya merah padam dengan rahanyanya yang mengeras. “Kau benar-benar, monster!”Anthony segera menghubungi pihak keamanan di rumah, tetapi semua panggilan sama sekali tidak terhubung.“Percuma saja.” Diego menekan remote. Dalam sekejap tayangan berganti menjadi keadaan di kediaman Caraline di mana para pengawal dan
“Apa yang baru saja kau katakan, sialan?” jerit Caraline dengan tangan yang sudah terkepal kuat. “Bagaimana mungkin kau tega melakukan ini pada semua orang yang bahkan tidak memiliki kesalahan apa pun padamu?”Diego tertawa. “Aku tidak peduli dengan orang lain. Selama keinginanku tercapai, itu sudah cukup untukku. Aku bisa dengan mudah menghancurkan hidup seseorang atau bahkan membunuh mereka jika aku mau. Kau tahu, aku bahkan yang membunuh ayahku ketika aku masih remaja. Ayah brengsekku selalu memukuliku ketika aku melakukan kesalahan sekecil apa pun. Aku membunuhnya dengan cara menabrakkan mobil yang kukendarai bersama ayahku ke jurang. Aku berhasil selamat dan dia mati terpanggang di dalam mobil”Caraline terpejam sesaat, berusaha menekan amarah kuat-kuat. “Selentingan yang mengatakan bahwa kau berada di belakang beberapa tindakan kejahatan itu nyatanya benar.”Diego terbahak. “Ya, aku memang berada di bel
“Apa kau gila?” pekik Caraline tiba-tiba.Diego terkekeh, mendorong tubuh Caraline ke belakang agar memudahkannya untuk duduk di sofa. “Menurutmu siapa yang lebih gila, aku atau kau, Caraline? Kau justru menikahi pria cacat sialan dan lebih memilih untuk mengabaikanku.”“Kau yang gila, pria sialan!” jerit Caraline, “kau yang gila! Kau tega melakukan cara kotor hanya agar kau bisa meraih keinginanmu!”Diego kembali tertawa. “Kau seharusnya menyalahkan dirimu sendiri, Caraline. Jika kau sejak awal memilihku, maka kejadian ini tidak akan pernah terjadi padamu. Kau akan mendapat perlakuan manis dariku dan kau akan menjadi wanita paling beruntung karena sudah berhasil menaklukkanku.”“Kau benar-benar monster!” Caraline mengentak lantai.Diego bangkit dari sofa, menghubungi seseorang. “Lakukan sekarang.”“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Caraline den
Sepanjang perjalanan pulang, Caraline lebih banyak diam dengan pandangan yang tertuju ke sisi jalan. Sesekali ia mengecek ponselnya yang penuh dengan berita mengenai hubungannya dengan Diego yang terkuak ke publik berdasarkan foto yang beredar. Kebenciannya pada pria menjijikkan itu kian bertambah ketika melihat senyuman Diego yang amat memuakkan.Caraline dengan cepat menyeka air mata, berusaha tenang dalam menghadapi masalah ini. Ia mendadak teringat dengan ucapan Deric yang mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai Diego. Awalnya Caraline mengira jika ucapan itu hanya sekadar bentuk kecemburuan Deric. Akan tetapi, pada kenyataannya hal itu justru menjadi sebuah peringatan.Caraline terpejam, mengusap wajahnya yang sudah sembap oleh air mata. Di pemakaman tadi, wanita itu menangis sejadi-jadinya tanpa takut dilihat siapa pun. Ia benar-benar tidak menduga jika peristiwa ini akan menimpanya.Caraline menyimpan ponselnya ke dalam tas. Tatapannya tertuju pada botol