"Ok, Silvya. Just take your time!" Bill meletakkan semua barang Silvya di kamar tamu. Lalu pergi meninggalkan Silvya yang termenung sendirian di kamar.
Kamar ini adalah kamar dimana terakhir Silvya melakukan hubungan dengan Bill. Dan melihat suasana kamar itu, Silvya jadi teringat akan dosanya. Perasaan berdosa dan penyesalan yang membuat Silvya harus diperban tangannya.
"Sebenarnya apa yang kau sesali, Silvya? Nodamu? Atau perasaan mengkhianati pernikahan yang tak pernah ada?" Silvya bergumam sendiri.
Ia merasa seperti orang gila. Dia pun tidak tau sebenarnya apa yang ia rasakan. Pengkhianatan terhadap Jim? Yang bahkan tidak peduli ketika ia sedang meregang nyawa akibat penyesalannya. Untuk apa ia lakukan itu? Bahkan jika ia mati malam itu, Jim mungkin juga tidak akan menangis untuknya.
'Oh, bodoh sekali kau, Silvya!' Silvya mengetuk kepalanya sendiri.
Beruntung sekali Bil
"Silvya!!" Jim bergegas hendak berpakaian tapi tubuh Silvya yang sudah menyentuh lantai dengan cepat digendong oleh Bill.Bill segera membawa Silvya yang pingsan ke kamar sebelah dan berniat menunggunya sampai sadar."Bill, please leave us!!" Jim yang sudah berpakaian segera menghampiri Bill di kamar sebelah."Jim, it's time for you to let her go!! She already knows the truth, Jim. Let me take care of her," Bill tidak menggubris ucapan Jim."No, Bill!!! She is my wife! I'll take care of her!" Wajah Jim terlihat marah melihat Bill mulai menantangnya."I'll wait until she wakes up, Jim! I won't leave her!!" Bill berdiri dan dengan tegas menghadang Jim untuk mendekati Silvya."You!!!!" Jim menuding wajah Bill dengan marah."Honey!" Terdengar suara seseorang di luar kamar."Your lover calls you, Jim! See him and treat him well," Bill memandang wajah Jim
"Silvya!" Bill berusaha menarik Silvya yang memeluk Jim."Bill, I'm sorry. I can't leave him this way. He is still my husband, isn't he?" Silvya menatap Bill."But, Silvya ...""Bill, it's okay. I'll be fine. I'll call you later, okay?" Silvya berusaha meyakinkan Bill.Ia tau Bill sangat mengkhawatirkan dirinya. Dan ia pun sebenarnya juga ingin ikut dengan Bill. Namun Silvya adalah wanita yang memiliki sebuah aturan dalam hidupnya. Jim masihlah suaminya walaupun kelakuannya sangat membuatnya kecewa. Dan ia tidak bisa cuek dengan kondisi Jim yang masih berstatus sebagai suami sahnya."Silvya, I'm not sure!" Bill menatap Jim dengan tatapan tidak yakin."I trust in him, Bill. Promise me, everything will be okay!" Silvya mengangguk dengan mantap."Well, if you say so ..." Bill mengaitkan bibirnya sambil mengangguk
Silvya tertidur di lantai kamar ketika Jim membuka pintunya."Hhh!" Jim menggelengkan kepalanya melihat Silvya tergeletak di lantai.Ia menggendong Silvya ala bridal style dan memindahkannya ke ranjang."Jim?" Silvya seketika membuka matanya merasakan tangan Jim menyentuh kulitnya."Kenapa kamu tidur di lantai? Kamar ini memiliki ranjang yang cukup besar dan kamu dengan bodohnya malah tidur di lantai yang keras dan dingin," ucap Jim dengan nada sedikit jengkel."Aku ketiduran," ujar Silvya sambil duduk."Masaklah sesuatu untuk kita makan," ucap Jim sambil melangkah keluar.Silvya menatap kepergian Jim, Jim ternyata memperbolehkan ia keluar kamar. Ok! Ini jauh lebih baik!Silvya bergegas keluar dan memasak untuk sarapan mereka."Kamu tidak bekerja? Ini sudah pukul 8?" tanya Silvya ketika mereka sudah di meja makan.
"Okay!! I promise!" jawab Silvya bersemangat.Ia pun memang ingin pergi dari sini secepatnya. Melihat Jim bermesraan dengan Mark apa menariknya? Dan sekarang, Mark memberinya sebuah solusi. Apalagi yang harus dipikir?"Okay!" Wajah Mark terlihat puas. Dan ia pun meninggalkan Silvya di dapur yang memasakkan mie untuknya.Selesai menyiapkan makanan Mark, Silvya kembali masuk ke kamar. Hanya itu aktifitas yang bisa ia lakukan sekarang. Berada di ruang depan akan beresiko ia bisa melihat pemandangan yang menjijikkan antara Jim dan Mark.Silvya berusaha untuk tidur tapi ngantuknya sudah hilang. Jadi ia pun memutuskan untuk duduk di depan jendela memandang langit sore.Knock! Knock!Silvya menoleh dan ia melihat Jim masuk ke dalam kamarnya."Kamu sedang apa?" tanya Jim sambil duduk di tepian ranjang. Tangannya membawa sesuatu."Nggak ngapa-ngapain.
Silvya seketika merasa sulit untuk bernafas. Tangan besar Jim melingkar dengan kuat di lehernya!"Kkkk!!" Wajah Silvya seketika memerah karena kehabisan oksigen.Tangannya berusaha melepaskan tangan Jim dari lehernya namun Jim seperti tidak peduli! Wajah Jim menunjukkan amarah yang luar biasa!Silvya merasa nafasnya akan putus kali ini. Wajah yang awalnya memerah perlahan sudah berganti warna menjadi biru pucat karena kehabisan darah dan oksigen. Ia memejamkan matanya dengan pasrah menanti malaikat maut datang menjemputnya.Jim melepaskan cengkeramannya di leher Silvya. Kepala Silvya terasa pening dan ia sudah tidak tau apa yang terjadi ketika tubuhnya luruh ke lantai yang dingin. Silvya terbaring lemas. Wajahnya terasa menghangat lagi ketika aliran darah mulai lancar mengalir.Jim berjongkok di sisi Silvya yang terbaring. Wajahnya terlihat sebal dan marah namun melihat Silvya tergeletak l
Jim kembali ke apartemennya. Seharian itu, Jim benar-benar terlihat kusut. Berkali-kali ia menelpon orang suruhannya untuk mendapatkan kabar tentang Silvya. Ia tidak menyangka bahwa Marklah yang ternyata selama ini mengkhianatinya.Kenapa Mark jadi ingin melukai Silvya? Jim juga tidak paham. Kendati Mark tau jelas bahwa ia tidak mungkin mencintai seorang wanita. Ia hanya butuh sebuah status saja dengan menikahi Silvya. Ia harus memiliki seorang istri untuk mendampinginya ketika menghadiri undangan penting sesekali. Dan berhubungan terus dengan Mark bisa merusak reputasinya jika tidak ditutupi oleh hubungan pernikahan yang wajar.Jim menggelengkan kepalanya.Bukankah sebuah kebodohan jika seorang gay bisa cemburu kepada wanita? Dan membayangkan Silvya yang mungkin akan celaka di tangan Mark, hati Jim semakin gelisah. Mulutnya berkali-kali mengeluarkan umpatan kasar!Sementara itu ...Di sebuah
BUGGHH!Sebuah pukulan mendarat di tubuh Mark. Mark tersungkur di lantai apartemen Jim yang dingin. Tony kembali mengangkat tubuh Mark dan kembali bersiap menghajarnya ketika Mark berteriak!"Okay, okay! Stop it! I'll tell you!!" Mark menutup wajahnya dengan kedua tangannya untuk menghindari pukulan Tony.Mark tau bahwa Tony tidak akan berhenti sebelum mendapatkan informasi yang ia inginkan. Jadi percuma saja Mark mengorbankan diri untuk dijadikan bulan-bulanan Tony. Toh hasil CCTV sudah menunjukkan bahwa memang dialah yang membawa Silvya pergi."Good, now tell me where is she?" Tony bertanya dengan nada santai.Jim yang mendengar Mark mulai berbicara segera keluar kamar. Ia tadi tidak tega melihat Mark dihajar oleh Tony. Jadi lebih baik ia trima informasi dalam bentuk yang sudah jadi saja. Soal proses, biar Tony yang mengerjakannya."I'll take you there! Coz it's a hidden pla
Ekspresi Jim seketika tidak senang! Bagaimana Bill bisa tau bahwa Silvya dirawat di sini?"What are you doing here, Bill?" tanya Jim dengan tatapan dendam."Visiting my girl!" jawab Bill cuek.Ia meletakkan karangan bunga di sisi tempat tidur Silvya, membuat Silvya terjaga karena bunga yang menyentuh sisi wajahnya."Bill?" Silvya menatap Bill yang baru datang."Hei, Silvya. Are you okay?" tanya Bill dengan nada prihatin.Silvya mengangguk sambil tersenyum."Bill! I want you to go!" Jim mulai menangkap signal yang tidak bagus melihat cara Bill menatap Silvya dan cara Silvya membalas tatapan Bill."Jim ... kamu tidak perlu cemas dengan keberadaan Bill. Aku tidak akan bersama dengannya. Aku ini istrimu dan akan selalu bersamamu. Setelah keluar dari sini, aku akan mencabut gugatanku. Aku akan bertahan denganmu, Jim! Aku mau sabar menungg