Jim kembali ke apartemennya. Seharian itu, Jim benar-benar terlihat kusut. Berkali-kali ia menelpon orang suruhannya untuk mendapatkan kabar tentang Silvya. Ia tidak menyangka bahwa Marklah yang ternyata selama ini mengkhianatinya.
Kenapa Mark jadi ingin melukai Silvya? Jim juga tidak paham. Kendati Mark tau jelas bahwa ia tidak mungkin mencintai seorang wanita. Ia hanya butuh sebuah status saja dengan menikahi Silvya. Ia harus memiliki seorang istri untuk mendampinginya ketika menghadiri undangan penting sesekali. Dan berhubungan terus dengan Mark bisa merusak reputasinya jika tidak ditutupi oleh hubungan pernikahan yang wajar.
Jim menggelengkan kepalanya.
Bukankah sebuah kebodohan jika seorang gay bisa cemburu kepada wanita? Dan membayangkan Silvya yang mungkin akan celaka di tangan Mark, hati Jim semakin gelisah. Mulutnya berkali-kali mengeluarkan umpatan kasar!
Sementara itu ...
Di sebuah
BUGGHH!Sebuah pukulan mendarat di tubuh Mark. Mark tersungkur di lantai apartemen Jim yang dingin. Tony kembali mengangkat tubuh Mark dan kembali bersiap menghajarnya ketika Mark berteriak!"Okay, okay! Stop it! I'll tell you!!" Mark menutup wajahnya dengan kedua tangannya untuk menghindari pukulan Tony.Mark tau bahwa Tony tidak akan berhenti sebelum mendapatkan informasi yang ia inginkan. Jadi percuma saja Mark mengorbankan diri untuk dijadikan bulan-bulanan Tony. Toh hasil CCTV sudah menunjukkan bahwa memang dialah yang membawa Silvya pergi."Good, now tell me where is she?" Tony bertanya dengan nada santai.Jim yang mendengar Mark mulai berbicara segera keluar kamar. Ia tadi tidak tega melihat Mark dihajar oleh Tony. Jadi lebih baik ia trima informasi dalam bentuk yang sudah jadi saja. Soal proses, biar Tony yang mengerjakannya."I'll take you there! Coz it's a hidden pla
Ekspresi Jim seketika tidak senang! Bagaimana Bill bisa tau bahwa Silvya dirawat di sini?"What are you doing here, Bill?" tanya Jim dengan tatapan dendam."Visiting my girl!" jawab Bill cuek.Ia meletakkan karangan bunga di sisi tempat tidur Silvya, membuat Silvya terjaga karena bunga yang menyentuh sisi wajahnya."Bill?" Silvya menatap Bill yang baru datang."Hei, Silvya. Are you okay?" tanya Bill dengan nada prihatin.Silvya mengangguk sambil tersenyum."Bill! I want you to go!" Jim mulai menangkap signal yang tidak bagus melihat cara Bill menatap Silvya dan cara Silvya membalas tatapan Bill."Jim ... kamu tidak perlu cemas dengan keberadaan Bill. Aku tidak akan bersama dengannya. Aku ini istrimu dan akan selalu bersamamu. Setelah keluar dari sini, aku akan mencabut gugatanku. Aku akan bertahan denganmu, Jim! Aku mau sabar menungg
Pagi itu, Silvya bangun dan menyiapkan sarapan untuk Jim dan Mark. Di meja makan, Silvya duduk berdampingan dengan Jim sementara Mark berada di hadapan Jim. Mata Jim menatap Silvya dengan tatapan dendam. Sejak seharian kemarin, ia merasa tindakannya sangat dibatasi. Jim bahkan menuruti semua kemauan Silvya dan ini benar-benar tidak masuk akal! "Kapan kamu akan mencabut gugatanmu, Silvya?" tanya Jim di sela-sela makan pagi mereka. "Aku akan melakukannya pagi ini, setelah kamu berangkat kerja," jawab Silvya. "Hmm, mau naik apa, kamu?" "Aku bisa naik taxi nanti, kamu tidak perlu khawatir!" ucap Silvya sambil tersenyum. "Mark, please take Silvya to the court." Jim menatap pria yang sedang makan di depannya. "Hm?" Tatapan Mark terlihat tidak senang. Kenapa ia harus dilibatkan dengan urusan Silvya? Apa
Bill merasa frustrasi dengan jawaban Silvya. Dan ia pun keluar dari kamar dengan wajah kecewa.Mark yang melihat Bill keluar tanpa Silvya langsung mengerutkan keningnya."Bill? What happened?" Mark bertanya dengan ekspresi penasaran."She insists to stay, Mark!""What?" Wajah Mark langsung geram mendengar jawaban Bill.Ia segera berdiri dan hendak masuk ke kamar Silvya, namun lengannya segera ditahan oleh Bill."Don't hurt her, Mark!""Take her away, Bill! If you can't force her to leave this apartement, I'll do!" tegas Mark."Don't touch her, Mark. If you hurt her, I swear to you, you will pay!" ancam Bill dengan wajah yang tidak kalah serius."Haha! Listen, Bill! You couldn't meet her without my help! And now, when I give you a chance, you failed to take her away. So
Jim yang baru datang, wajahnya seketika menggelap melihat Bill menggendong Silvya ala bridal style."What are you doing, Bill?" Jim segera merampas Silvya dari gendongan Bill."Do you realize what have you done, Jim?" Bill membalas tatapan Jim yang terlihat marah."Mind your own business, Bill! Get out of my way!" Jim berusaha menerjang Bill yang menghalangi langkahnya.Tapi tangan Bill malah menghadang jalan Jim dengan merentangkan tangannya di pintu masuk."No, Jim. I wont let you use silvya as a bait to Mark!" tegas Bill."As a bait?" Jim mengerutkan keningnya.Bill menunjuk leher Silvya yang berdarah."Silvya? Apa yang terjadi?" Wajah Jim terlihat bingung melihat leher Silvya yang berdarah.Tapi Silvya hanya menggeleng sambil sedikit meringis. Tusukan itu s
"Hello, honey!" Mark terlihat senang melihat wajah Jim muncul di kamarnya.Jim masuk dan duduk di sisi Mark."Mark, I can't let you stay here anymore," kata Jim tiba-tiba."What?" Wajah Mark terlihat terkejut dan tidak senang."Silvya is a kind woman but you treat her like a criminal. What were you thinking, Mark?" Jim menatap Mark meminta penjelasan."Honey, you don't need her to cover our relationship. You can pay someone to pretend to be your wife." Mark menggenggam tangan Jim."So that's why you call Bill to take Silvya from me?" Tatapan Jim mulai terlihat menuduh."Bill? What did Silvya tell you, Honey? Bill come here by him self. I thought it was you!" Mark mulai membela diri.Jim tertawa sinis. Ia tidak menyangka Mark ternyata pandai berdalih. Silvya tidak mungkin berbohong dan Bill tidak mungkin
PRANKK! Tubuh Silvya yang jatuh ke tanah disertai dengan bunyi mangkok pecah yang sedang dibawanya. Mendengar itu, Jim segera keluar dan melihat Mark berdiri di dapur dengan tangan yang berlumuran darah. "Mark!!!! What are you doing????" Jim seketika berteriak dan panik melihat tangan Mark berlumuran darah. "I'm sorry, I have to kill her, Honey! So you no need to be confused about choosing between us." Mark berkata dengan tatapan dingin. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi penyesalan. "What??? Did you kill her??" Mata Jim mendelik dan ia segera berlari ke arah dapur. Dan di sana ia melihat pisau masih tertancap di perut Silvya sementara tubuh Silvya banyak mengeluarkan darah dan tergeletak di lantai marmer. "SILVYAAAAAA!!!" Jim seketika berteriak dengan histeris. Ia langsung menelpon ambulance lalu mengambil kain untuk menutup luka yang terus mengeluarkan darah. Jim memberi tekanan pada luka di kedua sisi berusaha untuk mengurangi pendarahan. Untuk pertama kalinya,
"Jim? Bill?" Keduanya tersentak mendengar suara Silvya yang mulai sadar. Bill yang tubuhnya merasa lemas seperti mendapat energi baru."Silvya? Are you okay?" Bill menggenggam tangan Silvya.Jim hanya diam saja melihat cara Bill memperlakukan Silvya. Jujur saja secara ego ia tidak terima, tapi demi melihat Silvya bahagia, Jim mau berusaha untuk mengalah kali ini.Kejadian hari ini benar-benar membuat Jim sadar bahwa dia memang tidak becus dalam menjaga Silvya. Bill mungkin jauh lebih baik.Ia bahkan bisa menyelamatkan Silvya dari nafsu bejat Rey walaupun akhirnya Bill jadi kecipratan menikmati tubuh Silvya.Silvya menatap Jim dan dengan perlahan ia menarik tangannya dari genggaman Bill."Jim ? Apakah kamu yang membawaku ke rumah sakit?" Silvya lupa beberapa moment yang terjadi tadi pagi."Iya, Silvya. Aku harap kamu segera pulih ya?" Jim berkata
Ada sedikit adegan vulgar. Harap bijak memilih bacaan.Silvya menunduk dan menangis tersedu. Ia tidak percaya Jim melakukan ini padanya. Setelah kemarin seharian ia dibuat bahagia olehnya, kini ia harus menangis lagi."Kenapa kamu lakukan ini padaku, Jim? Kenapa? Kamu baru saja memberi kebahagiaan padaku ... dan kini, kamu kembali membuatku bersedih ..." Silvya berkata sambil menangis tersedu.Seorang pria di hadapannya menatap Silvya dengan tatapan sayang dan prihatin. Ia meraih tangan Silvya dan menggenggamnya erat."Aku harus melakukannya, Sayang. Aku tidak bisa hidup dengan perasaan bersalah seperti ini." Jim berusaha menjelaskan.Wajahnya melihat Silvya dengan tatapan iba."Dan aku, kamu biarkan hidup sendiri? Betapa teganya kamu!" Silvya menatap Jim sambil berderai air mata."Berdoalah supaya hukumanku tidak berat, Sayang. Doa kita
Bab ini mengandung adegan 21++Silahkan di skip bagi yang tidak tahan godaan.Namun, bagi yang suka digoda silahkan baca terus. Inget! Segala dosa dan racun yang timbul akibat membaca bab ini silahkan tanggung sendiri! Jangan nyalahin Silvya, apalagi Kaesang!Satu minggu berlalu ... Jim dan Silvya lebih banyak tinggal di rumah ..."Silvya, aku merasa sangat tidak tenang ... perasaan bersalah ini, bagaimana aku harus mengatasinya?" Wajah Jim terlihat depresi."Sebaiknya kamu berusaha melupakannya, Sayang ..." Silvya yang membawa kudapan duduk di samping Jim yang sedang menonton TV di ruang tengah.Jim sedang menonton berita TV tentang kisah pembunuhan di sebuah desa di jawa timur. Seorang suami yang cemburu dengan tega membakar istrinya sendiri."Aku tidak bisa hidup dengan perasaan seperti ini, Sayang ..." Suara Jim terdengar penuh penyesalan.Silvy
Mulut Silvya seketika menganga dengan kedua tangan menutupi bibirnya. Apa yang barusan Jim katakan? Ia membunuhnya?? Tap-tapi kenapa?"Ya! Aku membunuhnya, Silvya!!" Jim menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu menelungkupkan wajahnya di atas kemudi dan menangis sesenggukan."Astaga, Jim. Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi sebenarnya?" Silvya berusaha menenangkan perasaannya sendiri lalu memeluk Jim yang menangis dengan frustrasi.Jujur saja, baru kali ini ia melihat suaminya sesenggukan seperti ini. Jim yang biasanya santai dan penuh senyuman bisa terlihat rapuh seperti ini."Ak-aku sangat marah padanya, kami bertengkar dengan hebat ... dan ... dan kami sama-sama emosi. Ak-aku tidak tau ... apa yang menguasai pikiranku. Ia berteriak marah lalu mengancamku, kami ... kami terlibat pertengkaran mulut yang hebat sampai ... ia mengambil pisau ... ia tidak mengijinkan aku pergi. Ia takut aku tidak kembali
"Ini bukan kisah khayalan, kalo kamu mau, aku bisa kenalin kamu. Sebut saja namanya Zizi, dia seorang wanita dengan pergaulan bebas, hidupnya penuh dengan dunia malam, diskotik, narkoba bahkan bergonta ganti pasangan. Suaminya pun juga orang diskotik sebut saja Adam, mereka berdua menjalani kehidupan kelam, bandar narkoba dan membuka usaha diskotek. Dan dalam menjalani pernikahan, baik Adam maupun Zizi tetap menjalani kehidupan seperti itu. Mereka dugem berdua dan sesekali berganti pasangan. Mereka sangat kaya dari penghasilan haramnya itu. Dan apakah mereka butuh Tuhan? Tentu saja tidak! Mereka tidak pernah beribadah tapi kekayaan berlimpah ... sampai suatu hari, diskotek mereka terbakar. Kehidupan mereka berubah, dari kaya menjadi miskin. Usaha mereka sebagai bandar narkoba terciduk dan Adam sang suami harus mendekam di penjara. Zizi sangat stress sampai ia berniat untuk bunuh diri. Hutangnya bernilai milyaran, tanpa pekerjaan dan tanpa sang suami membuat Zizi tidak bisa berpikir
"Siapa, Sayang?" Jim yang melihat Silvya terdiam seketika menatapnya."Bukan siapa-siapa. Hanya orang salah sambung, Sayang!" Silvya lalu menutup panggilan Mark sepihak tanpa mengatakan apapun.Tangan Silvya menggenggam tangan Jim dan wajahnya menunjukkan sebuah senyuman yang cantik."Kamu yakin itu salah sambung?" tanya Jim dengan tatapan curiga."Iya, Sayang," bohong Silvya berusaha meyakinkan.Jim menatap jendela kaca, hatinya merasa tidak tenang. Entah kenapa ia sangat yakin bahwa itu adalah Mark. Silvya pasti sedang berusaha menghalanginya untuk berhubungan dengan mantannya itu.Jim kembali melirik Silvya. Tapi wajah Silvya sangat datar dan tanpa ekspresi.Ponsel Jim kembali berdering dan Silvya kembali mengangkat panggilan itu."Silvya! I need to talk with Jim. Don't hang up the phone!" Suara Mark kembali terdengar, kali ini lebih t
Keesokannya, Silvya dan Jim pergi ke rumah teman Silvya yang bernama William.Hati Jim sudah cemas saja. Sekalipun Silvya sudah meyakinkan bahwa aibnya tidak terbongkar, tapi ia masih tidak yakin. Apa yang akan dibahas jika tidak membongkar aib?Jim dan Silvya tiba di sebuah rumah yang terlihat mungil dan serba minimalis dari segi bangunan. Halamannya juga terlihat rapi dan sangat terawat. Rumput pendek seperti sebuah karpet beludru berwarna hijau terhampar di sisi kanan dan kiri jalan setapak yang terbuat dari batu alam. Terlihat sangat asri dan menenangkan."Ini rumahnya temanku, William," ujar Silvya sambil menggandeng Jim untuk memasuki halaman.Silvya mengetuk pintu rumah dan sebentar kemudian, muncullah seorang pria bertubuh jangkung dengan kacamata berbingkai hitam menyambut mereka dengan ramah."Hai Silvya, kamu benar-benar tepat waktu ya?" William berkata sambil tersenyum.
Jim menangis sambil memeluk tubuh Silvya dengan erat! Rasa penyesalan begitu menguasai dirinya! Ia menyesal telah mempertaruhkan hidup Silvya dalam sebuah pernikahan semu dengannya."Maafkan aku, Silvya! Maafkan aku!" Jim terus menceracau tidak jelas.Jim menangis untuk pertama kalinya demi Silvya. Rasa penyesalan itu seperti tidak bisa ditebus lagi."Apakah kamu mau bertobat jika aku memaafkanmu?" Suara Silvya mengagetkan Jim yang masih menangis penuh penyesalan.Jim seketika membuka matanya. Dan dari arah sebelah sana, ia melihat beberapa orang datang ke arahnya sambil menodongkan senjata dengan sikap waspada.Jim menoleh ke sebelah kanannya, di sana ia melihat tubuh Mark rebah dengan kondisi sudah tertembak.Jim lalu menatap Silvya yang masih terbaring di dadanya sambil tersenyum. Silvya keliatannya baik-baik saja. Dan bunyi yang tadi ia dengar keliatannya adalah bunyi tembak
Mark tertawa mendengar kata-kata Silvya. Ketika Jim memohon kepadanya untuk mengampuni nyawa wanita ini, si wanita malah sok-sok an jadi pahlawan."Okay, so are you really not afraid to day? How about this?" Mark mengarahkan pistolnya ke arah Jim.Dan kali ini ekspresi Silvya yang terlihat tegang."Mark, if you want me you better kill me now! Jim has nothing to do with you! You hate me, don't you?" Silvya berusaha mempengaruhi Jim agar tidak menyakiti Jim.Dan Mark semakin tertawa keras. Keliatannya ia sangat menyukai situasi ini. Jim mengkhawatirkan Silvya dan demikian juga sebaliknya."Ohh, you're so sweet, Silvya!" Mark menyentuhkan ujung pistolnya ke dagu Silvya.Pelatuk pistol sudah ditarik dan itu bisa meledak kapan saja."Mark, please let her go! Listen, actually, I want to recover our relationship. I've been looking for you
Jim seketika terkesiap mendengar suara orang yang sangat ia kenal! Suara itu, sedang ia cari saat ini!"Mark? Is that you?" tanya Jim memastikan."Yeah, honey! I'm with your wife now. Did you ever miss me?" Suara Mark terdengar serak."Mark, I'm looking for you all this time. Where have you been?" Jim tidak percaya bahwa Mark malah menghubunginya."Listen, Honey! I'll take your wife with me and please, don't call the police or I'll kill her!" Mark berkata dengan nada mengancam."No Mark! You don't have to! I won't call the police. Please! I promise!" Jim berusaha meyakinkan."I'll call you later, Jim!" Panggilan pun diputus sepihak.Jim langsung terkesiap. Silvya bersama dengan Mark!Jim tidak punya pilihan selain menelpon Tony! Niatnya untuk bertemu baik-baik dengan Mark kini malah hancur bera