Usai dokter memeriksa dan mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja, Helena langsung diizinkan pulang. Sekuat mungkin Helena menahan air matanya saat memasuki pintu rumahnya. Bahkan, saat berbicara dengan Bi Mira yang sangat mencemaskankan keadaannya pun Helena hanya menyunggingkan senyum tipis sebagai tanggapannya. Setelah menjelaskan secara singkat mengenai kondisinya yang sengaja dikarangnya, Helena izin kepada Bi Mira untuk beristirahat. Helena juga telah meminta izin kepada Maria untuk absen bekerja selama dua hari, dengan alasan bahwa dirinya kemarin diserempet mobil sebelum tiba di rumah.
“Mama tidak menyangka jika kebersamaan kita sangatlah singkat, Nak. Bahkan, Mama belum mengetahui jenis kelaminmu.” Helena yang kini sedang duduk bersandar pada kepala ranjang mengelus perutnya sambil menangis. Sesampainya di kamar, ia sudah tidak kuasa lagi menahan tangisnya, sehingga air matanya mengalir deras tanpa bisa dibendung dan membasahi pipinya yang masih
Perlahan tapi pasti, Helena sudah bisa kembali menjalani hidupnya dengan normal. Pertemuannya dengan Felix beberapa bulan lalu di kelab malam yang tanpa disengaja, ia anggap sebagai sebuah kebetulan semata. Kini Helena hanya fokus mengelola usahanya agar semakin banyak bisa menghasilkan uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya bersama keluarganya. Sesekali ia menemani Sonya mengunjungi makam Wira untuk melepas rindu kepada salah satu orang terkasih mereka yang telah lebih dulu terbaring damai di peristirahatan terakhirnya.Walau sudah tidak tinggal serumah dengan Diandra, Helena selalu berusaha meluangkan waktunya untuk sahabatnya tersebut. Bahkan, Helena pernah sengaja menutup salonnya, karena ia mengantar sekaligus menemani Diandra berkunjung ke rumah neneknya beberapa bulan yang lalu. Apalagi Helena tahu jika saat ini Diandra tidak mempunyai siapa-siapa yang peduli padanya, selain ia dan Sonya. Seiring berjalannya waktu, perut sahabatnya tersebut pun kian membesar karena ja
Pemandangan langit hari ini tidak seperti malam-malam biasanya yang selalu dihiasi gemerlapnya cahaya bintang dan bulan. Hari ini langit malam terlihat sangat gelap, sehingga menciptakan kehampaan pada relung hatinya. Sambil mengisap rokok dan menikmati kepulan asapnya, Felix menatap nanar pemandangan malam dari balkon apartemennya. Percakapan antara Helena dan Diandra yang didengarnya saat makan siang tadi, kini terus saja terngiang jelas di telinganya. Bahkan, Felix kembali terenyak saat percakapan tersebut terulang jelas di benaknya tanpa diminta.“Rahasia apa yang Diandra maksud tentang pembuatan video penjebakan tersebut?” Felix bertanya pada dirinya sendiri. Pikirannya benar-benar terusik dengan perkataan Diandra tadi. “Apa yang sebenarnya terjadi selama perekaman video tersebut?” tanyanya kembali, sebab kini ia semakin digerogoti oleh rasa penasaran.Usai menghabiskan dua batang rokok, Felix meletakkan puntungn
Felix benar-benar dibuat terenyak setelah melihat rekamanCCTVmilikDragon Clubdan mendengar penuturan dari wanita yang dimaksud oleh Zack. Setelah tadi selesai mengungkapkan alasan sekaligus kecurigaannya, tanpa bertanya lagi Zack langsung memberinya izin untuk melihat rekamanCCTVyang diinginkannya. Berkat bantuan Zack, akhirnya ia mengetahui rahasia dalam perekaman video yang dimaksud oleh Diandra saat makan siang tadi. Ia benar-benar tidak menyangka jika jebakan yang dibuat Diandra untuk Hans telah direncanakan dengan sangat matang dan tersusun rapi. Ternyata video yang diterima oleh Deanita merupakan hasil rekayasa adiknya sendiri. Berarti selama ini Diandra telah berhasil mengelabui mereka semua dengan video rekayasa tersebut. Bahkan, yang paling membuat tenggorokannya tercekat adalah semua tuduhan hinanya kepada Helena. Rasa bersalah semakin menyerangnya tiada henti, terlebih setelah ia berhasil mengurai dan mengetah
Dari rumah duka hingga mengikuti proses pemakaman Yuri, Felix selalu menyempatkan diri memerhatikan Helena yang juga datang melayat. Kini setelah acara selesai, ia bergegas menghampiri Helena yang hendak meninggalkan area pemakaman. Tanpa ragu ia menanggalkan rasa malu sekaligus gengsinya demi bisa berbicara dengan Helena, walau kemungkinan besar wanita tersebut akan menolaknya. Ia pun tidak keberatan jika Helena dengan terang-terangan akan balik mengejek atau melayangkan hinaan atas tindakannya tersebut.“Len,” Felix memanggil Helena setelah mereka tiba di parkiran.Helena dan Sonya saling menoleh setelah mendengar panggilan dari Felix di belakang tubuh mereka. “Son, tunggu aku di mobil ya,” pinta Helena kepada Sonya.Sonya mengangguk setelah menyempatkan diri menoleh ke arah Felix dan melayangkan tatapan penuh selidiknya.“Len,” panggil Felix kembali sambil mende
Sejak tanpa sengaja melihat keberadaan wanita yang menjadi penyebab utama kehancuran hidupnya di rumah sakit, Helena menjadi lebihprotectiveterhadap Mayra. Ia berusaha semaksimal kemampuannya untuk menjaga Mayra dari wanita tanpa hati nurani yang melahirkan adik tirinya tersebut. Ia tidak boleh lengah agar tidak ada celah atau kesempatan bagi wanita tersebut untuk mendekati Mayra. Bukannya ingin memutus hubungan antara seorang anak dengan ibunya, tapi ia hanya tidak mau Mayra diperalat oleh wanita yang melahirkannya tersebut. Cukup dirinya saja yang menjadi korban ketamakan sekaligus keserakahan wanita gila dan tanpa hati nurani itu.Seperti hari ini, Helena memutuskan untuk mengantar Mayra les. Hari-hari biasanya Mayra berangkat les bersama temannya yang rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Karena rasa cemas selalu berhasil mengusik benaknya, maka ia pun sengaja meluangkan waktunya untuk mengantar Mayra ke tempat tujuanny
Daripada memendamnya sendiri, akhirnya Helena memilih akan menceritakan mengenai kedatangan Felix waktu itu kepada Diandra yang sedang berkunjung ke rumahnya. Diandra datang sambil membawakannya oleh-oleh setelah pulang liburan dari Bali. Hari ini Helena sengaja menutup salonnya, karena tadi pagi ia harus menghadiri rapat orang tua di sekolah Mayra dan baru pulang beberapa menit sebelum Diandra datang. Helena mengajak Diandra mengobrol di teras belakang rumahnya, supaya lebih santai dan merasa leluasa.“Len, sejak kapan di dalam rumahmu terdapat banyak vas kaca berisi bunga tulip putih?” Diandra merasa heran saat memerhatikan suasana di dalam rumah yang dulu pernah ditempatinya, tidak seperti biasanya. “Di sini juga ada ternyata,” imbuhnya saat melihat vas kaca berisi bunga tulip putih juga menghiasi meja sudut yang ada di teras belakang.Sebelum memberikan jawaban Helena membiarkan Diandra terlebih dulu menyeruput ju
Pengakuan cinta Felix lebih membuat Helena terkejut dibandingkan tindakan laki-laki tersebut yang memeluk tubuhnya dari belakang secara tiba-tiba. Helena dengan jelas dapat mendengar deru napas Felix yang sedikit terengah di samping telinganya, setelah laki-laki tersebut usai menyatakan perasaannya. Helena tidak memungkiri jika detak jantungnya menjadi lebih cepat setelah mendengar pernyataan cinta yang diungkapkan oleh Felix secara tiba-tiba. Walau dulu sering merasakan dekapan hangat milik Felix dan menikmati kenyamanannya, tapi berbeda dengan yang dirasakannya kini. Saat ini perasaannya sangat campur aduk ketika tubuhnya didekap erat oleh laki-laki tersebut.Helena memejamkan mata sambil mengembuskan napasnya dengan pelan berulang kali agar detak jantungnya kembali normal, sebelum ia menanggapi pengakuan cinta yang Felix ungkapkan padanya. Selama menenangkan perasaannya agar menjadi lebih tenang, Helena membiarkan Felix tetap bergeming pada posisinya. Bahkan,
Menuruti permintaan Helena, mulai hari ini Felix berhenti mengirimkan buket bunga tulip putih ke rumah wanita tersebut. Felix melakukannya bukan karena menyerah, melainkan hanya tidak ingin Helena semakin meradang dan menutup pintu hatinya jika ia mengabaikan permintaan tersebut. Keinginan Felix untuk mendapatkan maaf yang sebenarnya dari Helena semakin besar setelah melihat sikap wanita tersebut padanya. Walau sikap Helena padanya terlihat ketus, tapi ia yakin hati wanita tersebut masih lembut seperti dulu.Hari ini Felix mencoba menahan diri agar tidak mendatangi kembali rumah Helena setelah jam kantornya bubar, padahal keinginannya sangat menggebu. Tentu saja ia tidak akan menyerah memohon kepada Helena agar diberi kesempatan untuk menebus kesalahan dan perbuatan kejamnya dulu. Meskipun harus menjatuhkan harga dirinya, ia sangat rela melakukannya. Selain ingin menebus kesalahan dan perbuatannya, ia juga mau membuktikan kepada Helena mengenai perasaan tulus ya
Pendingin yang menyala seolah tidak berfungsi karena tubuh dua orang di dalam kamar tetap basah oleh keringat. Sejak dibangun, kamarnya memang dirancang kedap suara agar aktivitas di dalamnya tidak terdengar dari luar. Felix masih bergerak aktif dalam meraih pelepasannya yang terakhir di malam ini, mengingat ia sudah berhasil membuat Helena mengerang nikmat sejak beberapa jam lalu. Dengan sekali sentakan kuat, cairan hangatnya kembali menyirami rahim Helena. Bersamaan dengan itu, Helena pun kembali berhasil mendapatkan pelepasannya yang entah sudah berapa kali. Ia berharap aktivitas panasnya bersama sang istri saat ini kembali berhasil memberikan seorang adik untuk Liam selain Evelyn, apalagi putrinya tersebut sudah berusia dua tahun.Felix menoleh ke arah Helena saat mereka berusaha menormalkan deru napasnya yang terengah-engah di puncak aktivitas panasnya. “Lagi?” tanyanya iseng.“Jika besok aku tidak bisa berjalan gara-gara meladenimu, kamu yang ha
Felix dan Helena sangat antusias menyambut kelahiran bayi mereka yang diprediksikan tiga minggu lagi. Berbagai macam keperluan untuk bayi pun sudah mereka siapkan bersama, malah Felix yang lebih bersemangat mengajak Helena berbelanja. Berhubung mereka belum mengetahui jenis kelamin bayinya, keduanya sepakat membeli segala keperluan yang berwarna netral agar bisa digunakan untuk anak laki-laki ataupun perempuan. Sebenarnya bukan karena sang bayi yang masih ingin menyembunyikan jenis kelaminnya dari orang tuanya, hanya saja mereka sengaja tidak menanyakannya kepada dokter. Asalkan anak mereka sehat dan nantinya lahir normal serta tanpa kekurangan apa pun, keduanya tidak terlalu mempermasalahkan jenis kelaminnya. Apalagi Felix sudah menyiapkan dua buah nama untuk anaknya tersebut.Berhubung rumah masa depannya bersama keluarga kecilnya sudah selesai dibangun, Felix dan Helena pun mengadakan syukuran sederhana. Untuk memeriahkan acaranya, mereka mengundang keluarga
Kerutan menghiasi kening Felix saat mendapati Helena melamun di atas ranjang setelah ia keluar dari kamar mandi. Sejak dalam perjalanan pulang tadi, Felix merasa Helena menjadi lebih pendiam. Awalnya ia menduga jika istrinya tersebut kelelahan karena ikut melayani para konsumen yang mendatangi salonnya. Namun setelah melihat sikap Helena kini, sepertinya dugaannya tersebut keliru.Felix bergegas menaiki ranjang, kemudian dengan cepat mengecup pipi Helena agar istrinya tersebut tersadar dari lamunannya. Tindakannya berhasil. Helena menoleh ke arahnya, sehingga kini mereka saling berhadapan.“Sedang memikirkan apa, hm? Dari tadi aku perhatikan kamu melamun,” Felix bertanya sambil mengusap pipi sekaligus menyelami sorot mata Helena.Helena tersenyum tipis sambil menikmati usapan lembut pada pipinya. “Tunggu sebentar ya,” pintanya sebelum menuruni ranjang. Setelah kakinya menyentuh lantai, ia berjalan
Walau Helena sudah resmi berstatus sebagai istrinya sejak tiga bulan lalu dan semua kebutuhan finansialnya kini telah menjadi tanggung jawabnya, tapi Felix tidak pernah melarang wanita tersebut untuk bekerja. Bukannya Felix keberatan atau tidak sanggup membiayai pengeluaran Helena, melainkan karena ia tahu bahwa istrinya tersebut mempunyai jiwa pekerja keras dan tidak suka berpangku tangan. Meski demikian, Felix tetap mengingatkan Helena agar tidak terlalu lelah dengan kegiatannya, mengingat saat ini mereka sedang merencanakan memiliki momongan. Felix sangat bersyukur karena Helena menyetujui idenya yang tidak ingin menunda memiliki anak.Felix sempat kecewa karena sepulangnya mereka dari berbulan madu, Helena tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Bahkan, setelah mereka tiga bulan menikah, benihnya di dalam rahim sang istri belum juga berhasil tumbuh dan berkembang. Meski kecewa, tapi Felix selalu bersikap biasa saja di hadapan Helena. Ia tidak ingin membuat Helena merasa
Hari bersejarah dalam hidup Helena dan Felix akhirnya terlewati secara bertahap sekaligus lancar. Usai melakukan pemberkatan tadi pagi di gereja sekaligus mengikrarkan janji suci yang disaksikan oleh keluarga dan para sahabatnya, kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Acara tadi pagi diwarnai oleh tangis bahagia dan haru, mengingat yang mengantar Helena ke altar bukan ayahnya sendiri, melainkan Dennisꟷpapanya Diandra.Kini Helena mulai merasakan kakinya pegal karena ia berdiri terlalu lama, apalagi bobot tubuhnya ditopang oleh sepasanghigh heelsyang cukup tinggi. Walau tamu yang menghadiri acara resepsi pernikahannya cukup banyak, tapi ia tidak mengenal mereka semua karena orang-orang tersebut diundang oleh Felix dan mertuanya.Walau betisnya pegal dan mulai berdenyut nyeri, tapi Helena merasa lega karena pada akhirnya semua tahapan acara pernikahannya selesai tanpa hambatan apa pun. Kini ia dan Felix sudah berada di dalam kamar peng
Para karyawan di perusahaan Felix sangat terkejut sekaligus turut bahagia ketika mendapat undangan resepsi pernikahan dari sang atasan. Akan tetapi, keterkejutan kembali mereka rasakan saat melihat nama calon pengantin wanita yang akan bersanding nanti dengan sang atasan, terutama Wisnu. Laki-laki tersebut sangat tidak menyangka jika ternyata Felix akan menikah dengan salah satu rekan kerjanya dulu, yang juga merupakan mantan sekretaris sang atasan sendiri. Awalnya Wisnu menduga kedatangan Helena beberapa kali ke kantor Felix, karena wanita cantik tersebut masih menjalin hubungan baik dengan sang atasan, walau sudah tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan. Walau kini Helena akan menjadi istri sang atasan, tapi Wisnu tetap bahagia mendengar kabar tentang pernikahan mereka dan pasti datang pada acara resepsi tersebut.Keterkejutan Wisnu tidak berpengaruh pada Shinta, sebab ia sudah mengetahuinya terlebih dulu. Sejak pertemuannya yang tanpa disengaja dengan Helen
Helena menutup mulutnya saat tiba-tiba Felix berlutut di depannya sambil mengulurkan kotak kecil yang berisi sebuah cincin berwarna putih. Ia tidak menyangka jika malam ini Felix kembali menyatakan niatnya dan memintanya untuk mendampingi hidupnya selama napasnya berembus. Ia tidak bisa menghalau matanya yang mulai memanas, hingga akhirnya meneteskan cairan bening. Perasaan haru pun kini sudah menyesaki rongga dadanya. Saat ini untuk kedua kalinya ia melihat Felix berlutut di hadapannya. Jika dulu Felix berlutut karena semua kesalahan yang telah diperbuatnya dan memohon diberi kesempatan, tapi kini laki-laki tersebut memintanya agar bersedia menjadi pendamping hidupnya.“Len, aku sadar jika diriku bukanlah laki-laki sempurna yang pernah kamu kenal atau inginkan menjadi pendampingmu, tapi perasaan dan cintaku sungguh tulus padamu. Aku berjanji padamu akan selalu belajar memantaskan diri selama bersanding denganmu. Aku sangat berharap kamu bersedia menerima
Hubungan Felix dengan Lisa sudah membaik dan kembali seperti semula. Itu pun atas campur tangan Helena dalam memberikan penjelasan kepada sang calon kakak ipar. Felix juga sudah memberhentikan Mariska dua minggu setelah Lisa mengetahui bahwa dirinya mempekerjakan perempuan tersebut. Selain tidak mau membuat Lisa semakin marah dan membencinya atas keberadaan Mariska di kantornya, alasan lain yang mendukungnya karena wanita tersebut kembali berulah sekaligus mengabaikan tegurannya. Mariska kembali menggunakan pakaian kekurangan bahan dan ketat saat menginjakkan kaki di kantornya, sehingga lekukan tubuhnya terpampang jelas. Tentu saja tindakan wanita tersebut menimbulkan banyak desas-desus dan spekulasi negatif di antara para karyawan lainnya. Awalnya Felix ingin memberhentikan Mariska secara terhormat, tapi berhubung tingkah dan tindakan wanita tersebut seperti itu, maka ia pun tanpa basa-basi langsung memecatnya. Selain untuk mematahkan desas-desus dan spekulasi negatif yang sudah te
Dengan tidak bersemangat Felix menyesap jus jeruk yang dibuatkan Helena untuknya. Kini ia sedang berada di teras belakang rumah Helena dan mendudukihammockmilik wanita tersebut. Ia sudah menuruti saran Helena yang dikirimkan melalui pesan singkat siang tadi, dengan pura-pura tidak mengetahui keberadaan Lisa. Namun, saat datang tadi, ia melihat Lisa sedang mengajari Mayra di ruang keluarga. Ia pun pura-pura memasang ekspresi wajah terkejut saat bertatapan dengan sang kakak. Setelah Lisa melihat kedatangannya, kakaknya tersebut langsung mengajak Mayra ke kamar untuk melanjutkan acara belajarnya.“Sudah makan?” tanya Helena sambil menatap Felix yang wajahnya sangat kusut. Penampilan laki-laki tersebut saat ini lusuh, sangat berbeda dari biasanya.Felix mengalihkan tatapannya ke arah Helena, kemudian menggeleng pelan. “Tidak ada nafsu makan,” jawabnya lesu. “Aku pusing, Len,” adunya sambil