Pras sudah lama ingin mendekati Veny dan mulai menghubunginya melalui sambungan telpon namun, baru kali ini dia berani mewujudkan keinginannya karena ada alasan untuk membicarakan tentang hubungan Mirela dan Dean.Veny merasa kaget ketika diberitahu oleh Pras kalau Mirela sekarang menjalin kasih dengan Dean dan bahkan Dean berencana untuk melamar Mirela dalam waktu dekat ini."Mengapa Mirela belum mengatakan apa pun mengenai hal ini kepadaku?" tanya Veny heran.Biasanya sahabatnya itu paling tidak bisa diam jika baru saja memulai hubungan dengan seorang pria sebagaimana ketika dia menjalin hubungan dengan Rengga sebelumnya."Mungkin dia lupa, atau entahlah," sahut Pras merasa tidak enak.Sangat aneh mendengar adiknya belum mengungkapkan tentang Dean kepada sahabatnya, Veny padahal mereka berdua sangat akrab. Apakah karena mereka baru saja jadian?"Kapan mereka mulai berhubungan?" tanya Veny ingin tahu."Semalam.""Pantas, tapi kenapa Dean mengatakan ingin secepatnya menikahi Mirela? A
Dina merasa sangat terharu sekali pada ketulusan Jimmy, sekalipun dia telah siap untuk menyerahkan segalanya tapi Jimmy masih bersedia menahan dan menunggu hingga hubungan mereka diresmikan. Sungguh Dina menyesal mengapa baru sekarang bertemu dan jatuh cinta pada pria yang benar-benar mencintainya ini. Kemana saja dia selama ini? Mengapa mereka tidak pernah bertemu sebelumnya?"Terimakasih sayang, kamu benar-benar baik," kata Dina dengan suara tersendat menahan haru."Itu karena aku sungguh-sungguh menyayangi dan mencintai kamu," sahut Jimmy sambil mengecup singkat bibir kekasihnya yang menggemaskan itu.Jimmy memang sudah memutuskan untuk menyayangi dan mencintai Dina dengan sepenuh hati dan tidak akan menyakiti ataupun mengecewakannya sebagaimana yang dilakukan oleh sepupunya Rengga. Jimmy benar-benar tidak tahan melihat Dina diam-diam bersedih dan menangis ketika mendapati bahu dingin Rengga. Dia yang selama ini menemani Dina dan pelan-pelan mengobati luka hatinya dan menghapus ai
Pras yang berada di samping adiknya mengerutkan kening galau. Jika Dean sudah menemui orang tua mereka maka tidak ada gunanya lagi mengajak Mirela menemui Rengga. Lagi pula Pras tidak yakin kalau kedua orang tuanya tetap akan setuju Mirela tetap menjalin hubungan dengan pria yang telah meninggalkan dan mempermalukannya.Bahkan ketika papanya mengetahui Pras masih berteman dengan rengga setelah acara pertunangan dibatalkan sepihak, walau tidak berkata apa-apa Pras tahu kalau papanya itu tidak setuju mengetahui dia masih berteman dengan Rengga. Namun, Pras tidak dapat berbuat apa-apa, bisnis is bisnis. Dia dan Rengga memiliki banyak kerjasama yang menguntungkan dalam bidang bisnis, tidak mungkin Pras memutuskan hubungan bisnisnya dengan Rengga, walaupun sahabatnya itu telah mempermalukan adiknya, dirinya dan bahkan keluarganya sendiri ketika membatalkan acara pertunangannya dengan Mirela secara sepihak."Ke mana kamu akan pergi, istriku?" tanya Dean mesra.Mirela tersipu-sipu mendengar
Pras terdiam mendengar kata-kata yang diucapkan Dean. Apakah dia sedang diancam? Serius Pras merasa Dean sebagai calon adik iparnya sama sekali tidak memandang dirinya sama sekali. Walau begitu Pras tidak bisa marah karena bisa saja apa yang dikatakannya itu benar. Kalau Dean bisa membuat Rengga dan Mirela berpisah saat acara pesta pertunangan maka dia juga pasti bisa membuat keduanya terpisah di acara pesta pernikahan."Apakah kamu mengancam aku?" tanya Pras tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya."Anggap saja begitu!"'Sial! Benar-benar orang yang sangat arogan dan blak-blakkan,' pikir Pras kesal.Namun, Pras juga tidak berani menyinggung Dean karena tahu bagaimana wataknya. Dia bukan orang yang suka mencari masalah. Selama apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain itu tidak merugikan diri dan keluarganya dia sama sekali tidak peduli."Kamu tinggal di sini saja jangan ikut ke sana," kata Pras kepada Mirela sambil menyerahkan ponselnya setelah memutuskan sambungan secara Sepihak
Dean merasakan bagaimana tubuh Mirela merespon sentuhannya, dia tersenyum lalu melepaskan tautan bibir mereka namun, tangannya masih dengan nakal menggoda Mirela hingga gadis itu merasa gemetar dan tanpa sadar mengeluarkan suara erotisnya.Mirela merasa malu dengan reaksi tubuhnya sendiri, ini adalah pertama kalinya dia merasakan perasaan seperti yang dia rasakan sekarang."Apakah enak?" Bisik Dean sambil menggigit kuping Mirela dan mengusap rambutnya, setelah melihat kekasihnya melepaskan hasratnya dengan erangan nikmat."Kamu nakal!" kata Mirela cemberut.Dia merasa malu karena telah menunjukan kelemahannya di depan Dean."Ini belum seberapa, tunggu setelah kita menikah, aku akan membuatmu merasakan yang lebih dari itu," kata Dean sambil mengecup dahi Mirela sayang."Aku malu,"kata Mirela sambil menutup wajahnya."Mengapa malu? Sebentar lagi kita akan menikah, semua yang ada di dirimu adalah milikku," kata Dean sambil mengusap pipi kekasihnya penuh kasih."Jujur ini adalah pertama k
Pras melihat bagaimana mata Rengga berkeliaran di belakangnya seolah sedang mencari sesuatu. Dia tahu Rengga pasti sedang mencari sosok Mirela."Dimana dia?" tanya Rengga."Dia tidak ikut," kata Pras sambil duduk di pasir pinggir pantai di sebelah Rengga."Mengapa? Apakah dia tidak lagi khawatir kepadaku? Sebelumnya kamu bilang kamu akan membawa dia ke sini.""Dia baru saja dilamar oleh Dean, kakak ipar kamu itu datang langsung ke rumah orang tuaku dan melamar Mirela.""Apa? Tidak! Itu tidak mungkin, bagaimana kamu membiarkan dia menemui orang tuamu?" tanya Rengga putus asa."Dia menemui orang tuaku tanpa bilang-bilang, bahkan Mirela pun tidak mengetahui kalau Dean datang melamar.""Lalu bagaimana dengan aku?""Lupakan saja Mirela, sekalipun adikku itu misalnya mau menerima kamu kembali, semua itu tidak ada gunanya karena orang tuaku tidak setuju kamu mendekati Mirela lagi.""Apakah ini kata-kata yang seharusnya dikeluarkan sebagai penghibur orang yang ingin bunuh diri?" cibir Rengga
Jimmy dan Dina tampak bersiap untuk memenuhi panggilan pengadilan atas tuntutan cerai yang Rengga layangkan.Ketika sampai di gedung pengadilan keduanya disambut oleh kelompok pengacara handal yang telah di siapkan oleh Dean untuk membantu adiknya mendapatkan harta gono gini yang menjadi haknya.Sementara itu Rengga juga terlihat sudah duduk di dalam ruangan sidang bersama pengacaranya sambil menantikan kehadiran hakim yang akan memimpin jalannya persidangan.Di rumahnya Dean sedang mengajak Mirela berkeliling. Dia menunjukan kepada kekasihnya itu setiap sudut rumahnya tanpa terkecuali. "Bagaimana? Bukankah rumah ini juga perlu untuk di hias agar senyaman rumah yang sekarang kamu tempati?" tanya Dean sambil tersenyum.Dia melihat Mirela bolak balik mengerutkan kening saat dibawa melihat-lihat seluruh bagian rumahnya.Mirela memang merasa aneh melihat rumah Dean yang didominasi oleh warna hitam dan abu-abu. Mungkin maksudnya agar terkesan maskulin namun, warna tersebut malah membuat s
Mirela terkejut ketika mendapati dirinya masuk ke dalam kamar yang sangat besar. Ketika dia ingin berbalik keluar Dean sudah mengunci pintunya dan tersenyum nakal."Aku mau keluar," kata Mirela sambil bergegas ke pintu.Namun, kunci sudah ada di tangan Dean. Kekasihnya itu terkekeh geli melihat kepanikan Mirela."Sepertinya ada kelinci yang terjebak di sini," goda Dean nakal."Berikan kuncinya dan biarkan aku keluar!" kata Mirela tegas."Tidak!" sahut Dean tidak kalah tegas."Kamu ...""Berikan dulu apa yang aku inginkan," kata Dean sambil berjalan mendekat." ... "Mirela berontak ketika Dean memeluk dan menyatukan bibir mereka. Namun, tidak lama kemudian gadis itu merasa lemas dan gemetaran ketika merasakan serangan Dean pada bibir dan bagian sensitifnya.Dia menggelengkan kepala dengan tatapan memohon kepada Dean agar kekasihnya itu melepaskan dirinya. Dean melepaskan tautan bibir mereka dan beralih menggigit kecil kuping Mirela.Mirela mendorong tangan Dean yang hampir memasuki wi
Ini adalah sebuah kesengajaan! Sinta sengaja melukai anaknya agar Dean datang ke rumah ini menemui dirinya dan anaknya. Sejak Dean pindah dari rumah ini, dia tidak pernah datang atau menemuinya. Jika anak ini kangen pada papanya, Dean akan menyuruh kepala pelayan untuk membawa anaknya ke tempat yang dia tunjuk.Bagaimana dengan Sinta? Dia sama sekali tidak diizinkan untuk ikut dalam pertemuan antara Dean dan anaknya.Sinta ingin bertemu, tapi Dean tidak mau. Apapun cara yang Sinta lakukan sepertinya Dean tetap tidak bergeming! Pria itu benar-benar tidak mau lagi menemui Sinta.Sementara Sinta resah dengan kondisi anaknya yang dia buat sendiri, Dean masih memanjakan Mirela yang sakit akibat perbuatannya."Sepertinya aku sudah agak baikan," kata Mirela sambil duduk di tempat tidur. "Kamu sebaiknya menengok anak itu, bagaimanapun dia anak kandungmu!" kata Mirela sambil menghela napas panjang."Apakah kamu benar-benar tidak sakit lagi?""Setelah dioleskan obat oleh dokter aku sudah tidak
Mirela terdiam mendengar perkataan narsis suaminya. Memang benar suaminya itu memiliki tubuh yang bagus, tapi apakah harus menyanjung diri sendiri seperti itu?"Mengapa kamu diam? Apakah kamu tidak setuju dengan perkataan aku?" tanya Dean saat melihat istrinya itu hanya berdiam diri tidak merespon kata-katanya."Apakah kamu harus memuji diri sendiri?" tanya Mirela sambil tersenyum tidak berdaya."Tentu, bukankah air laut memang asin sendiri?" kata Dean balik bertanya.Mirela langsung terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Dulu dia berpikir Dean adalah orang yang dingin dan tidak banyak omong. Bukankah itu yang selalu dikatakan oleh sahabat dan kakaknya? Tapi ternyata setelah menikah dengannya, Mirela mendapati Dean tidak sedingin yang dipikirkan kebanyakan orang. Kadang dia juga bisa lucu dan polos seperti anak kecil yang menantikan pujian."Baiklah, suamiku memang memiliki tubuh yang bagus dan ideal," puji Mirela pada akhirnya.D
Perkiraan Mirela memang tepat, setelah melakukan hubungan intim dengan Dean, dia benar-benar tidak bisa bangun hingga Dean bergegas mencari dokter wanita untuk mengobati Mirela yang mengeluh sangat sakit di bagian intinya.Dokter itu hanya berdecak saat melihat apa yang terjadi pada daerah intim Mirela yang bengkak. Dia melirik Dean, ada semacam rasa kesal terlintas di wajah dokter itu. Laki-laki ini benar-benar buas, pikir dokter wanita itu sambil mengolesi salep pada bagian intim Mirela.Mirela merasakan sejuk dan nyaman di bagian intimnya saat sang dokter mengoleskan sesuatu di sana. Sedangkan Dean hanya diam menerima pandangan kesal sang dokter yang bolak balik ditujukan padanya. Apakah itu sangat parah? Tanya Dean dalan hati. Dia benar-benar tidak dapat mengendalikan diri saat berhubungan intim dengan Mirela. Itu benar-benar sangat enak hingga Dean merasa enggan untuk berhenti. "Bagaimana?" tanya Dean kepada dokter wanita itu tanpa dapat menyembunyikan rasa ingin tahunya."Ini b
Melihat bagaimana lembutnya Dean memperlakukan Mirela, petugas hotel wanita itu terpaku tidak bergerak di tempatnya. Dia membayangkan kalau saja yang mendapatkan perlakuan itu adalah dirinya sendiri, betapa bahagianya.Dia baru tersadar setelah mendengar bentakan Dean yang mempertanyakan untuk apa dia masih berada di sini."Maaf tuan, apakah ada hal lain yang tuan perlukan?" tanya petugas wanita itu sopan, tapi tidak meninggalkan kesan genit dari nada suara dan gerak geriknya.Mirela yg berada dalam gendongan suaminya mengangkat wajahnya dan heran melihat sikap genit petugas hotel yang ada di hadapannya saat ini. Mirela mengerutkan kening, biasanya petugas-petugas hotel ini baik yang pria maupun wanita, selalu menampilkan kesan ramah dan sopan, tapi tidak ada nada genit sama sekali dalam suaranya.Dia menatap wajah suaminya ingin tahu apakah suaminya sedang melihat kegenitan petugas itu. Di luar dugaan Mirela, saat ini Dean malah sedang menatap wajah Mirela penuh kelembutan. Sedikitpu
Mirela dan Dean melalui malam pertama mereka dengan penuh gairah. Dean benar-benar merasa puas bisa bersatu dengan wanita yang sudah lama dia kejar dan dambakan. Pagi harinya Dean bangun dengan enerjik sementara Mirela merasakan tubuhnya seperti habis tertabrak. Dia merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh tubuhnya. Itu semua dikarenakan aksi suaminya menjarah dan menggiling dirinya bolak balik. Mirela tidak menyangka kalau suaminya, Dean akan sangat antusias sekali melakukan penyatuan mereka tersebut berulang-ulang.Dean merasa kasihan melihat istrinya terkapar tidak berdaya akibat keganasannya semalam. Dia pun berinisiatif untuk membantu istrinya membersihkan diri di kamar mandi. Dean membopong tubuh Mirela ke kamar mandi dan mulai memandikan istrinya terlebih dahulu.Mirela mulai merasa nyaman dan pegal-pegal nya hilang ketika merasakan siraman air hangat dan pijatan lembut Dean di tubuhnya. Hal ini berbeda dengan Dean yang mati-matian menahan hasratnya agar tidak memakan istrin
Dean menghela napas mendengar pertanyaan Mirela, apakah istrinya ini akan marah jika dia mengatakan terus terang kalau rumah yang sebelumnya Dean tempati saat ini dihuni oleh Sinta dan anaknya."Dia menginginkan tinggal di rumahku untuk menemani anak itu," kata Dean hati-hati sambil menatap wajah istrinya ingin melihat apakah ada perubahan setelah mendengar apa yang dia katakan.Mirela mengerutkan kening mendengar Sinta ikut tinggal di rumah Dean. Apa maksudnya? Sekalipun Dean tidak berniat menikahi Sinta, Mirela akan tetap merasa tidak nyaman jika tinggal satu atap dengan wanita yang pernah melahirkan anak suaminya tersebut."Apakah kamu akan menikahinya?" tanya Mirela ingin tahu.Kalau jawabannya iya maka Mirela tidak akan ragu untuk menggugat cerai suami yang baru dinikahinya ini."Tidak.""Aku tidak bisa tinggal bersama dia ...""Jangan khawatir, kamu dan aku akan pindah dari sana dan menempati rumah kita sendiri," potong Dean semangat."Lalu bagaimana dengan anak itu?""Biarkan d
"B-bagus bos," kata manajer hotel pada akhirnya."Tentu saja orang tampan sepertiku akan tetap tampan walau memakai apapun," kata Dean bangga." ... "Manajer hotel hanya menelan ludah, tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata narsis bosnya itu. Bosnya memang tampan, justru karena tampan itu dia benar-benar tidak cocok memakai baju petugas hotel."Siapkan troli untuk mengangkut makanan!" perintah Dean sambil memperbaiki dasinya."Baik."Manajer hotel langsung menghubungi bagian dapur untuk menyiapkan apa yang dipesan oleh bosnya dan membawanya langsung ke kantornya.Tidak lama sepasang petugas hotel mengantarkan pesanan manajer ke kantornya dan merasa heran melihat pria tampan memakai seragam pegawai hotel."Ehm ...ini bos kita, beliau akan memberikan kejutan untuk istrinya," jelas manajer agar anak buahnya tidak bersikap kurang ajar kepada Dean.Keduanya hanya mengangguk dan berlalu dari kantor manajer setelah memberikan hormat kepada Dean.Dean menanggapi ke
Mirela yang sedang menikmati hari-hari indah dan tenangnya di hotel tempat dia menginap selama beberapa hari ini, mulai merasa heran dengan semua fasilitas yang diberikan oleh hotel tersebut. Dia melihat pengunjung hotel lain sama sekali tidak memiliki keistimewaan yang sama. Dia mulai mencari tahu dengan bertanya kepada pegawai hotel yang membereskan kamarnya. Namun, pegawai itu hanya mengatakan kalau Mirela telah memenangkan undian yang diam-diam dilakukan oleh pihak hotel untuk memilih satu pengunjung yang beruntung untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Mirela hanya mengangguk memahami apa yang dikatakan oleh petugas hotel tersebut. Bagaimanapun masuk akal kalau hotel sebesar ini mengadakan undian seperti ini. Cuma yang agak aneh mengapa itu dilakukan secara diam-diam? Apakah itu untuk mencegah timbulnya rasa iri di hati para pengunjungnya? Apapun itu Mirela tidak merasa keberatan untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Bukankah itu menguntungkan dirinya sendiri? Mengapa harus dit
Sinta tersenyum sinis mendengar perkataan Dean. Dia sangat percaya kalau Dean bisa melakukan apa saja pada orang-orang yang berusaha menghalangi jalannya untuk memiliki Mirela. Apa yang terjadi pada Rengga juga telah di dengar oleh Sinta. Namun, Sinta mengetahui titik lemah Dean, selama Mirela sendiri yang menyetujui Sinta menjadi istri ke dua Dean, Sinta yakin Dean pasti tidak akan menolak lagi untuk menikahi dirinya."Jika kamu ingin anak itu aku yang mengurus aku akan mengurusnya, tapi aku tidak akan mengikuti keinginanmu untuk menikah denganku atau menjadi istri keduaku!" kata Dean tegas.Sedikitpun Dean tidak ingin membuat kesalahan dalam membangun mahligai rumah tangganya bersama Mirela. Dean mendapatkan Mirela dengan susah payah setelah sekian lama mengincarnya, jadi wajar kalau Dean tidak ingin diganggu oleh siapapun atau apapun yang dapat merusak hubungannya dengan Mirela."Bagaimana kalau Mirela menyetujui?" tanya Sinta penuh harap."Sekalipun dia menyetujui, aku tetap tida