Share

79.antara fero dan candra

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

****

Aku menemani Mas Candra mengobrol diruang tamu. Ternyata, dia tipe lelaki yang easy going. Sehingga, obrolan antara kita berdua jadi begitu seru tanpa rasa canggung, bahkan kami terbahak bersama.

Tema yang kami bahas pun beragam, mulai dari bisnis, sampai keseharian kita. Dan sama sekali tak ada pembahasan tentang perasaan.

Bik Darni keluar membawa dua cangkir teh hangat dan cemilan untuk ku dan Mas Candra.

"Makasih ya Bik!"

"Sama-sama Bu. Kalau gitu saya permisi dulu."

Aku mengangguk, kemudian Bik Darni pun berlalu. Kami meneruskan obrolan yang sempat tertunda tadi.

Dari ceritanya, aku tau bahwa dia memiliki dua buah hati. Satu lelaki dan satu wanita. Yang lelaki sudah besar, dia sudah masuk diperguruan tinggi. Dan sekarang sudah disemester empat. Sedangkan buah hatinya yang perempuan, juga seumuran Anita. Cuman beda setahun, sekarang dia masih duduk di kelas dua SMA.

Walaupun memiliki buah hati yang sudah pada dewasa, tapi Mas Candra masih terlihat baby face. Bahkan jika oran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   80. sial, guna-guna ku gagal!

    *****Pov mantan Ibu mertua"Haduuh, belum akhir bulan uda hampir habis aja sih stok makanan dirumah." Gerutu ku dalam hati.Ku langkahkan kaki menuju kamar Lusi. Punya anak perempuan satu juga sukanya ngebo mulu. Bangun pagi pun juga kalau ada si Dendi. Itu pun juga jarang-jarang.Kadang aku berpikir dengan sifat Lusi yang seperti itu, si Dendi bakal berpaling hati. Apalagi, sampai sekarang putri ku ini juga belum bisa memberikan keturunan untuk Dendi. Padahal hasil pemeriksaan keduanya juga normal tanpa adanya masalah.Aku sebagai orang tua juga kadang merasa iba dan sedih memikirkan dua nasib buah hatiku. Yang satu main kawin aja, hingga akhirnya jadi belangsak, bukan nya malah bahagia dengan istri barunya, yang ada malah menderita.Justru mantan istri yang ditinggalkan kini malah sukses dan bahagia. Kadang ada perasaan tak ikhlas melihat mantan menantu ku hidup enak. Tapi mau bagaimana lagi, toh yang salah juga anak ku sendiri. Terus yang satunya lagi juga selalu kesepian karena d

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   81. menguntit denisa

    Cukup lama kami menunggu Denisa dan lelaki itu keluar dari pasar. Bahkan sampai makanan kami berdua habis pun, tetap saja, batang hidung mereka tak nampak."Ibu capek Lus. Kita pulang aja. Biar nanti Bowo dan Denisa Ibu suruh kerumah aja.""Sabar napa sih Bu, namanya juga kepasar, ya pasti lama lah. Kan mereka beli sesuatu."Aku hanya bisa menghela napas kasar. Hingga aku memutuskan untuk memesan kembali es teh yang tinggal sedikit."Mbak, nambah es teh nya satu ya!""Sekalian es jeruknya juga Mbak!" Tukas Lusi tak mau kalah."Ikut-ikut aja sih Lus!" Sungutku "Biar sekalian atuh Bu!"Tak berselang lama, minuman kami berdua pun datang. Sekalian saja aku membayarnya. Biar jika nanti Denisa dan lelaki itu keluar, aku dan Lusi bisa langsung tancap gas membuntuti mereka."Lus, sepeda ambil dulu gih. Biar nanti kita gak kerepotan keparkiran dulu. Parkir depan warung ini aja." Perintahku padanya"Waah ide bagus Buk. Bentar, aku kesana dulu."Lusi bangkit dari tempat duduk nya, sebelum berla

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   82. perasaan menyesal

    Malam ini memang aku sengaja ingin mengajak Denisa maupun Narendra untuk main kerumah Ibu. Karena memang sudah hampir seminggu ini, aku tak berkunjung kerumah Ibu.Apalagi, aku ingin meminta pada Ibu untuk menikahi Denisa secara negara. Karena aku juga kasian padanya, sebab aku selalu janji-janji saja untuk menikahinya. Hingga kini aku sudah bercerai dengan Ida dua tahun pun, janji itu belum juga aku wujudkan.Ini lah momen yang tepat untuk kami menikah sah secara negara. Apa lagi, sebentar lagi juga memasuki bulan puasa. Aku ingin sekali selama puasa dilayani oleh istriku dirumah.Tapi aku merasa sedikit kepikiran dengan telepon Ibu barusan. Tumben-tumbenan beliau meminta ku untuk datang sampai seperti itu.Aah entahlah, yang penting hari ini aku harus menyelesaikan kerjaan ku lebih dulu. Biar nanti bisa langsung main kerumah Ibu.Apalagi beberapa hari ini menjelang ramadhan, sudah pasti boss memilih karyawan nya untuk kebut kerjaan. Karena memang biasanya karyawan banyak yang molor

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   83. belum cukup bukti

    Sepuluh menit perjalanan, akhirnya kami berdua sampai juga dirumah Ibu. Dan tak kusangka, Ibu pun telah menunggu kami didepan rumah."Assalamualaikum..." Salam kami berdua pada Ibu kala turun dari sepeda motor"Waalaikumsalam..." Ibu pun berdiri menyambut kedatangan kamiDan dengan segera, kami berdua menyalami punggung tangan Ibu"Aduh, cucu Nenek... Makin gembul aja sih nak. Nenek sampek kangen!" Nampak raut muka Ibu terlihat sedih."Iya Nek, hari ini Narendra tidur sini kok!" Jelasku yang membuat mimik wajah Ibu berubah seketika menjadi bahagia.Aku melirik Denisa yang cemberut, karena memang dari awal, dia menolak untuk menginap disini. Tapi aku sama sekali tak memperdulikan nya. Sudah berkali-kali aku mengalah padanya, bukanya sadar diri, dia justru malah menjadi-jadi dan menginjak harga diriku sebagai suami. Itu lah yang membuat ku kini enggan untuk mengalah lagi padanya "Ayo masuk dulu. Sini, biar Narendra Ibu yang gendong." Ibu mengambil alih Narendra dari gendongan Denisa,

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   84. lamaran

    Hari ini adalah hari pertama puasa ramadhan, dan hari ini pula kami sekeluarga menepati undangan Bude Mai untuk buka puasa pertama dirumahnya.Klunting!!![Assalamualaikum... Jangan lupa nanti sore ya Da, datang kerumah kami. Alamatnya berada di Jl.kapen Darmo sugondo blok B1 no.17. Kami tunggu kedatangan nya!]Mata ku menyipit kala membaca pesan yang dikirim oleh Fero. Karena iki juga baru pertama kalinya dia mengirimkan pesan padaku secara pribadi.Entah kenapa, aku merasakan bunga-bunga kecil bermekaran dalam hati kala membaca pesan dari Fero. Padahal pesan itu terkesan sangat biasa saja.Tanpa menunggu lama, akupun langsung membals pesan dari nya.[Waalaikumsalam Fer, iya insyaallah nanti kami datang kok. Makasih ya uda dikirim alamatnya.] Tak lupa ku bubuhi emoticon tersenyum, lalu mengirim pesan balasan itu padanyaKlunting!!!Kini hp ku kembali berdering kala pesan balasan Fero masuk kedalam hp ku.[Oke sama-sama Da!]Tanpa sadar aku jadi tersenyum sendiri. Dan tanpa sadar pula

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   85. clbk

    Pov DenisaKupikir, setelah menikah dengan Mas Bowo, hidupku bakal bahagia. Ternyata aku salah. Bukanya bahagia yang ku dapat, malah kemalangan yang tak ada habisnya.Padahal aku sudah menanti-nanti waktu saat Mas Bowo sah menikahiku. Karena aku bakal menjadi ratu dirumahnya.Tapi nampaknya Mas Bowo masih belum juga move on dari Mbak Ida. Yang katanya Ibu mertua, lebih segalanya dari aku.Kadang aku juga sebel sekali dengan beliau. Karena Terlalu ikut campur masalah rumah tangga kami. Apalagi, dia sering membandigkan aku dengan mantan menantunya itu. Dan lebih parahnya lagi, beliau suka sekali menghina ku istri yang tak bisa melayani suami.Padahal, aku sudah berupaya menjadi istri yang baik untuk putranya. Tapi sayang nya, Mas Bowo tak pernah menghargaiku. Setiap kali aku memasak kan untuk nya, dia tak mampir ke kosan ku.Malah asik sendiri dirumahnya, entah apa yang dia lakukan. Makanya, aku selalu masak untuk porsi ku sendiri. Karena takut mubadzir jika tak termakan. Itu sebabnya,

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   86.besanan

    "Aku ingin menikahimu.""A-apa??"Iya, aku serius. Aku sudah mengenalmu cukup lama. Dan aku rasa, tak ada lagi keraguan dalam hatiku untuk meminangmu Da!"Ku tatap lekat wajah menawan Fero. Ya, jujur saja dari hati kecilku aku tak memungkiri jika aku pun telah menaruh hati padanya.Siapa juga wanita yang bakal menolak dengan pesona Fero yang sangat luar biasa menyilaukan ini. Dibalik sifat dinginya inilah, dia menilai seseorang."Maaf kalau lamaran ku ini terkesan buru-buru. Aku takut, jika terlambat sedikit saja kamu bakal jatuh kepelukan lelaki yang ada dirumah mu itu." Kali ini dia menunduk kan kepalanya.Justru, aku merasa begitu bahagia kala tau Fero cemburu pada Mas Candra yang hanya kuanggap teman. Tapi setidaknya aku bersyukur, karena Mas Candra lah hingga akhirnya membuat Fero mengatakan yang sejujurnya isi hatinya padaku. Padahal aku tak pernah berpikir jika dia menaruh hati padaku.Secara, sikap dia padaku begitu dingin. Bahkan terkesan sangat acuh. Apalagi selama mengenal

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   87.aku mencintaimu

    Emak masih saja menangis melihat kondisi Bapak yang terbujur lemah diatas ranjang pasien. Berbagai alat medis mulai terpasang didada Bapak. Karena detak jantung Bapak melemah. Aku hanya bisa berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa dengan Bapak. Karena Bapak lah, satu-satunya lelaki yang kumiliki saat ini. Aku tak bisa membayangkan, jika Bapak tiada. Siapa lagi yang bakal mengayomi kita.Kami ber-empat hanya bisa duduk manis diruang tunggu. Hingga seorang suster pun keluar menemui kami "Keluarga Bapak Ahmad?"Secara serempak, kami langsung bangun dari duduk."Iya, saya Sus!" Aku pun langsung menjawab pertanyaan suster."Gini Bu, Bapak Ahmad sekarang sedang mengalami penyakit jantung. Dan harus dirawat diruang ICU.""Iya Sus, lakukan yang terbaik aja untuk Bapak saya.""Baik Ibu, silahkan ikut kami sebentar untuk mengisi data diri."Aku pun mengangguk dan mengikuti Suster. Sedangkan Fero, menunggu Emak dan Anita di ruang tunggu.Kulihat dua orang suster lainya membawa Bapak masuk kedal

Bab terbaru

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   128. Ending

    Setelah semua kejadian yang menimpa Lusi, awalnya dia begitu terpukul dan hampir depresi. Karena dia memang bakal tak bisa mempunyai anak untuk selamanya.Berkat kesabaran Ibunya, dan juga Bowo yang selalu memberi dukungan, perlahan Lusi mampu menerima takdirnya.Begitupula Dendi yang juga perhatian pada nya pasca kehilangan buah hati mereka. Tapi semenjak kehadiran Romi, mantan pacar Lusi dulu, hidupnya berubah. Terutama hubungan nya dengan Dendi.Rama, lelaki yang dulu mencintai Lusi sepenuh hati. Tapi karena dulu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan, dia pun memilih untuk mundur. Apalagi waktu itu dia melihat Lusi yang juga sudah dekat dengan Dendi yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar.Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk merantau. Bekerja jadi kontraktor disebuah tambang."Lus...!" Sapa Rama saat mereka bertemu membeli martabak disebuah sentra PKL bersama Narendra."Rama....!" Balas Lusi yang juga tak kalah bahagia dan mereka pun bersalaman."Anak kam

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   127. perpisahan

    Hallo Mas!" Sapanya begitu lembut saat mengangkat telepon ku."Lagi apa Ras?""Nih, lagi santai sama calon anak kamu. Oh iya, uda makan belum?" Tanya nya.Aaah, Laras benar-benar perhatian sekali. Bahkan Lusi pun jarang menanyakan hal sekecil ini tapi mampu membuat ku merasa dipedulikan. Tak seperti Lusi yang hanya lebih sering menanyakan uang dan uang.Untung saja aku cinta. Kalau tidak, mungkin aku sduah meninggalkan nya."Sudah kok. Kamu juga sudah makan apa belum? Jangan sampai telat makan ya?" "Iya Enggak Mas." Jawab nya seraya tersenyum."Oh iya Ras, mobil yang kujanjikan pada Lusi sudah datang hari ini. Ku rasa dia begitu bahagia!" Ucapku.Tapi Laras tak menanggapi ucapan ku."Halo Ras kamu masih disana?" Tanya ku.Karena memang seketika suasana jadi hening. Hanya terdengar suara helaan napas yang berat keluar dari mulutnya."Iya masih Mas. Tapi aku ngantuk mau tidur dulu. Capek!" Jawab nya seketika cuek."Oh yasudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih. Met tidur ya sayang dan

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   126. pov. Dendi

    Aku dulu memang sangat mencintai Lusi. Apapun yang dia inginkan, sebisa mungkin bakal aku turutin.Tak ada kata penolakan yang bakal keluar dari mulutku ini, semua ucapannya pasti ku iyakan. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Aku ingin keturunan. Sudah hampir lima tahunan aku dan Lusi menjalin rumah tangga, tapi kami belum juga dikarunia i seorang anak.Lantas aku harus bagaimana? Apakah aku harus menunggu terus dengan sabar? Tapi sampai kapan? Aku juga tak tau kapan umurku akan berakhir. Tapi setidaknya sebelum umur ku usai, aku sudah memiliki seorang penerus.Semakin hari aku semakin bimbang. Ingin rasanya menyudahi hubungan ku dengan nya, tapi aku masih terlalu cinta."Ini pesanan nya ya Pak!" Ucap seorang pelayan restoran saat kapalku sedang bersandar dan kami makan malam disuatu kota.Aku melihat gadis ini begitu manis, dengan postur tubuh yang aduhai menggoda iman. Ku lirik name tag nya, dan kulihat nama yang tertera disana "Laras".Aku pun tersenyum manis padanya, dan di

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   125. tak tertolong

    Drrrt... Drrrt... Drrrt...Aku jadi terbangun kala hp ku berdering karena sebuah panggilan masuk. Setelah ketahuan hamil, Ibu menyuruhku untuk lebih banyak istirahat. Karena kata Ibu, kehamilan ku ini sedikit rewel. Apalagi ini masih trimester pertama yang pastinya masih teler-telernya. Kuraih hp yang tergeletak tak jauh dari tempat ku berbaring, kemudian melihatnya. Ternyata Mas Dendi lah yang sedang menelponku.Dengan semangat 45, aku pun langsung mengangkat panggilan darinya. Dan sudah pasti, senyum ku pun memgembang."Hallo, iya Mas!" Ucapku "Lus, kamu beneran kan? Kamu gak bohong kan?" Pertanyaa Mas Dendi langsung memberondong ku."Iya Mas, masa' iya aku bohong sih sama kamu Mas?" "Alhamdulillah... Ya Allah Lus, kamu tau aku begitu bahagia. Hiks!" Dari nada suaranya, Mas Dendi begitu terharu."Mas nangis?" "Mas cuman bahagia Lus, Mas gak nyangka akhirnya kamu hamil juga. Tapi....!" Ucapanya terhenti.Tapi aku paham maksut dari ucapan Mas Dendi ini. Tapi dia juga sudah mengham

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   124. positif

    Karena perjanjian ku dengan Mas Dendi inilah, sekarang aku bisa hidup lebih bahagia. Apalagi dengan harta yang lebih bergemilang. Walau aku harus berbagi suami dengan wanita sialan itu.Tiga hari lagi Mas Dendi juga akan pulang. Dan dia berniat ingin bersama ku nantinya. Jujur saja, aku sudah kehilangan hasrat bersama Mas Dendi. Tapi, mau tak mau aku harus tetap melayani nya.Toh aku juga dapat imbalan yang setimpal. Apapun yang aku ingin kan, Mas Dendi selalu menuruti apapin yang aku ingin kan.Yang terpenting saat ini, aku harus bersiap dan merias diri secantik mungkin. Agar nanti saat Mas Dendi datang, dia terkesima dengan penampilan ku.Tok tok tok!!!"Lus...?" Sapa Mas Bowo didepan kamar ku"Hmm, ada apa Mas? Masuk aja, gak ku kunci kok." UcapkuMas Bowo pun masuk, dan mengeluarkan uamg lembaran merah sebanyak lima biji."Nih...!" Ucapnya sambil meneyerah kan pada ku."Ooh, uda gajian toh. Oke, aku terima." Ku ambil uang ity dari tangan Mas Bowo. Dan memasukkanya kedalam kantong

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   123. innalillahi...

    Menempuh waktu hampir dua jam lebih, bagiku terasa sangat begitu lama. Tapi aku bersikap biasa saja dihadapan Mas Fero. Aku takut, jika dia melihat ku khawatir, dia bakal ngebut, dan justru malah membahayakan kita sendiri.Padahal dalam hati ini, sudah tak karuan lagi. Campur aduk rasanya, apalagi memang kondisi Bapak yang sudah terlalu lemah beberapa hari ini.Tapi memang saat ini Mas Fero berkendara lebih cepat dari pada saat kami berangkat ke kosan Anita. Untung nya juga, jalanan tak seberapa padat, mungkin karena masih siang juga, dan tak bertepatan dengan jam pulang kerja.Tujuan kita saat ini pun langsung ke rumah sakit Medika. Aku melirik Anita dari kaca spion dalam mobil, terlihat tak tenang juga. Terlihat juga Anita tak lepas dari doa, sama seperti ku saat ini.Sesampainya dirumah sakit, Mas Fero langsung memarkirikan mobilnya, setelah itu, kami langsung berjalan. Menuju ruang ICU, dimana Emak sudah menunggu disana."Mak...!" Sapa ku saat melihat wanita paruh baya itu duduk s

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   122. pindahan

    Sudah dua hari ini, aku dan Mas Fero tinggal dirumah ku. Karena memang beberapa hari ini aku sibuk mengolah semua usaha ku. Maklum, biasanya Emak yang membantuku ditoko, kini lebih banyak dirumah.Sebab, akhir-akhir ini kesehatan Bapak juga sedang terganggu. Dan sudah tiga hari ini pula beliau terlihat lemas. Jadi dari pada aku harus bolak balik toko kerumah Mas Fero yang jaraknya lumayan jauh, aku pun memutuskan untuk memgajak Mas Fero gantian tinggal disini beberapa hari. Apalagi hari ini kita juga ada agenda mengantarkan Anita ke kosan nya.Dan juga, aku sibuk membantu putriku yang akan segera pindahan, karena sebenyar lagi dia akan masuk kuliah. Ternyata waktu berputar begitu cepat, hingga tanpa terasa kini Anita sudah akan menjadi seorang mahasiswi."Nduk, sarapan dulu!" Ajak Emak saat aku menuju dapur."Enggeh Mak! Oh iya, nanti Emak ke toko lagi kah?" "Kayaknya sih enggak, lah Bapak mu kondisinya juga kayak gitu. Emak kok jadi takut ya Nduk!" Ucap Emak sedikit tertahan"Takut

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   121. uda dong cemburunya....

    "Sudah hampir sebulan ini aku menjadi istri Mas Fero, kalau ditanya bagaimana rasanya? Sudah tentu aku bakal berkata begitu bahagia.Bukan tanpa sebab, karena memang sifat Mas Fero yang begitu perhatian dan peduli padaku, membuat ku menjadi begitu nyaman.Apalagi Mama juga begitu baik terhadapku. Karena memang setelah menikah, aku diboyong oleh Mas Fero ke kediamanya. Ya, walaupun tak jarang juga aku masih sering pulang kerumah untuk menengok Emak dan Bapak.Karena memang Anita juga kadang ikut tinggal dirumah Papa barunya ini. Mas Fero mengajak ku tinggal dirumah nya juga bukan tanpa alasan, sebab anak-anak kandung Mas Fero yang kini juga sudah menjadi anak ku masih kecil-kecil, sedangkan Anita sudah besar.Dan sebentar lagi dia akan masuk kuliah, bahkan akan tinggal jauh dari kami. Karena dia kuliah diluar kota, terpaksa dia harus ngekos disana. Itu pula lah yang membuat ku mau untuk tinggal disini, karena anak-anak Mas Fero lebih membutuhkan sosok Ibu."Sayang, nanti nge mall yuk..

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   120. tak sengaja bertemu (pov.bowo)

    Hari ini pekerjaan kantor benar-benar lumayan banyak. Apalagi banyak barang masuk, yang otomatis banyak data pula yang harus ku input.Untung nya laporan ini gak harus selesai hari ini juga. Jadi aku masih bisa sedikit bersantai tentunya.Kulihat Bram dan teman-teman juga pada sibuk dengan pekerjaan mereka. Hingga waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bram makan siang di kantin sambil ngobrol. "Bro, gak minat cari istri baru nih?" Tanya nya "Gak kepikiran Bram. Masih trauma!" Jawab ku sambil menggelengkan kepala."Hahaha Anjriit, lemah amat lu Bro!"Sialan, dia bilang aku lemah? Dia gak tau aja sih sakitnya diselingkuhi, apalagi selingkuhnya sampek bikin bunting. Sakit tau gak, sakiiit...."Kamu bisa ngomong gitu mah soalnya belum ngerasain aja. Coba deh, nanti kalau uda ngerasain, nyaho deh...!" Cebik ku ganti membuat raut muka Bram berubah."Yaelah, gitu amat doain temen yang jelek-jelek." Ucap Bram yang sama sekali tak ku gubris.Waktu istirahat yang hanya sejam pun habis, aku k

DMCA.com Protection Status