Tak sampai 30 detik Mikaela langsung mengirimi Daffa dimana lokasi rumahnya setelah membaca pesan itu. Ia meletakan asal ponselnya yang sudah belepotan dengan bubuk tepung di atas meja.
"Yaaaayyy"
Mikaela meluapkan rasa gembiranya dengan berteriak histeris. Bi Salma sampai harus menutup telinga melihat gadis cantik itu tiba-tiba memekik kegirangan sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang baru dibelikan boneka Barbie oleh ayahnya.
"Kenapa sih non? Kok heboh begitu." Tanya bi Salma terheran-heran.
"Daffa mau kesini bi, nanti mau jemput Mika." jawab Mikaela sambil menggoncang-goncangkan bahu bi Salma.
Bi Salma hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat Mikaela yang tidak dapat
Mobil Darren melaju santai di daerah perbukitan. Sepi, hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang disana. Di pinggiran jalannya masih banyak rumah-rumah tradisional milik penduduk yang sederhana dan unik. Di halaman rumah mereka terdapat kebun sayur kecil, banyak tanaman seperti cabe, tomat dan tanaman-tanaman buah.Mikaela terlihat antusias dan senang menyaksikan pemandangan itu."Kita mau kemana sih kak?""Nanti juga tau."Sekitar 20 menit waktu yang ditempuh, akhirnya mereka sampai di salah satu rumah tradisional yang letaknya di atas bukit. Rumah itu terbuat dari kayu berwarna coklat tua kemerahan.Mikaela terkagum-kagum melihatnya. Sangat asri dengan berbagai macam tanaman di h
Mikaela melangkahkan kakinya lebar-lebar di halaman sekolah yang dipenuhi oleh murid-murid yang sedang memanjakan diri mereka menikmati sedikit waktu bebas setelah menghabiskan berjam-jam lamanya untuk belajar. Hari ini ia celingukan mencari sosok Daffa yang seharian tidak nampak dimatanya, begitupun dengan Rendy."Kemana sih mereka, di kelas nggak ada, di kantin juga nggak ada." Gerutu Mika.Padahal hari ini Mikaela datang ke sekolah dengan hati riang gembira, ia datang pagi-pagi sekali setelah membuah janji dengan Siska untuk menceritakan bahwa Mika dan Daffa pergi bersama kemarin. Tapi sekarang moodnya berubah menjadi buruk karena tidak melihat Daffa dimana pun.Akhirnya Mika memutuskan untuk pergi ke taman sendirian. Siapa tau kak Daffanya ada disana. Tetapi Nihil.
Hari kedua Mikaela tetap tidak menemukan Daffa dimana pun. Daffa masih tetap absen tanpa keterangan.Dengan terus mendesak Rendy cewek itu ingin tahu ada urusan apa Daffa sampai dua hari harus tidak masuk sekolah. Tapi tetap saja Rendy bungkam dengan alasan dia tidak harus tau apa saja yang Daffa lakukan, karena mereka punya urusan pribadi masing-masing. Sebenernya Rendy benar. Kenapa Rendy harus tau semua urusan Daffa, dia hanya seorang sahabat.Berulang kali Michelle menyuruh Mika untuk bersabar, seolah-olah dia sudah tahu apa yang sedang Daffa lakukan. Begitu pula dengan Siska yang memintanya untuk terus bersabar.Baiklah Mikaela kali ini memang harus bersabar. Menunggu Daffa menyelesaikan urusannya dan terus menunggu siapa tahu pesannya akan dibalas Daffa.
Ini sudah hari ketiga Mikaela tidak melihat Daffa. Baru tiga hari saja rasanya Mikaela kehilangan semangat untuk sekolah. Apalagi nanti setelah Daffa lulus.Tidaaakkk. Mikaela menggeleng-gelengkan kepala kuat-kuat agar tidak memikirkan itu. Cewek itu mendapat tugas mengisi daftar peserta lomba yang harus ia pindahkan ke buku catatan di ruangan OSIS.Hari ini Siska sibuk dengan kelas mereka yang akan menampilkan paduan suara. Mereka juga menghias kelas itu dengan tema pedesaan. Mikaela sangat menyukai tema itu.Sedangkan Michelle juga sibuk dengan kelasnya. Alhasil Mika harus mengerjakan tugasnya sendiri."Mikaaa."Merasa namanya dipanggil dengan suara yang sudah sangat familiar di te
"Kenapa?"Satu kata itu yang terlontar dari mulut Darren ketika ia dan Michelle sudah berada di perpustakaan."Kenapa apanya kak?""Kenapa Lo panggil gue kesini?""Untuk belajar." Michelle tersenyum manis."Ini jam bebas kan?""Iya, tapi aku lagi pengen belajar sekarang." Paksa Michelle."Oke."Darren tidak mau berdebat lebih lanjut. Moodnya sangat buruk sejak dari Singapura. Dan pagi-pagi ia sudah melihat hal yang membuat moodnya jatuh ke titik nol.Rendy dan Mikaela. N
Hari ini murid-murid sekolah Mika berkumpul memenuhi aula utama. Aula utama sekolah itu sangat besar dan lebar, dan memang biasa digunakan untuk acara-acara besar seperti saat ini. Disana sudah terpasang hiasan-hiasan heboh layaknya sweet seventeen birthday. Di pojok sudah terpasang panggung rendah lebar yang mereka gunakan untuk lomba menyanyi dan penampilan lainnya nanti.Sejak tadi pagi aula sangat heboh dengan teriakan-teriakan dan tepuk tangan para siswa karena satu-persatu peserta lomba maju ke panggung untuk menyanyikan lagu andalan mereka. Jurinya adalah kepala sekolah, ketua OSIS, dan salah satu guru kesenian yang ada di sekolah.Sedangkan Mikaela dengan anggota OSIS yang lain sedang sibuk memilah milih kertas puisi yang sudah disetor para peserta lomba. Nantinya kertas-kertas itu akan di pajang di papan pengumuman dan
Mikaela melemparkan tubuhnya ke atas ranjang setelah berlari dan mengunci pintu kamarnya. Panggilan dari bi Salma tidak lagi ia hiraukan. Cewek itu menangis sejadi-jadinya meluapkan kekesalan dan kesedihannya.Di samping lemari besar yang ada di kamarnya, ia sudah menggantung dress yang kemarin dibeli untuk pesta dansa. Bahkan bi Salma sudah menggosoknya dengan sangat licin. Sia-sia saja ia membeli dress itu karena ternyata Daffa muak padanya.Bantal berwarna putih yang digunakan Mika untuk menutupi wajahnya sudah basah dengan air mata dan ingus. Hati Mikaela sangat sakit mengingat perkataan Daffa padanya.Hari ini adalah hari terburuknya.Saat-saat seperti ini ia jadi sangat merindukan ibunya yang dulu selalu ada saat Mikael
"Udah dong Mika, jangan nangis lagi." Rayu Rendy.Cowok itu membawa Mikaela ke taman dimana biasanya Mika dan Daffa makan siang bersama, karena hanya disanalah satu-satunya tempat yang agak sepi. Hampir semua murid sibuk menonton lomba di aula dan sibuk di kelas mereka masing-masing. Lagipula taman ini letaknya berseberangan dengan aula utama."Aku nggak nangis kok kak." ucap Mikaela terisak.Rendy tertawa melihat tingkah lucu Mikaela. "Siska pasti nggak bermaksud ngomong gitu sama Lo." hiburnya."Dia jahat banget ya kak, sama kayak kak Daffa.""Gue yakin Michelle udah ngomong macem-macem sama dia. Ck, gue nggak nyangka Michelle bisa ngelakuin itu." decak Rendy menerawang apa yang ba
7 years later..."Hi Darren, long time no see.""I'm very busy, Mr. Leo." Darren menjabat uluran tangan salah satu teman berbisnisnya itu."I know, ngomong-ngomong, selamat atas pertunanganmu dengan Dr. Caroline.""Thanks.""Dia sangat cantik.. dan sexy." bisik Mr. Leo sambil mengedipkan sebelah matanya genit."I agree with you. Aku sangat beruntung bukan?""Yes, you are. Dia adalah perempuan yang sangat dewasa dan pintar." puji Mr. Leo. "Oh, iya, silahkan duduk dulu. Kau mau minum apa?"
"Non Mika, makan dulu.""Nggak mau bi, bi Salma aja yang makan. Tadi saya udah makan.""Tapi non belum makan siang tadi.""Kita harus hemat bi, kita udah nggak punya apa-apa lagi." ucap Mikaela parau kembali memandangi sekeliling rumah megah yang akan segera ia tinggalkan. Rumah itu bukan haknya lagi. "Jadi kapan kita harus ninggalin rumah ini bi?""Kata pak Danu, kita cuma diberi waktu satu Minggu buat ngosongin rumah ini non."Memejamkan matanya, Mikaela berusaha kuat menghadapi semua hal buruk yang menimpanya. "Bi...saya bakal kasih separuh asuransi saya untuk bi Salma sama pak Tarjo. Bi Salma bisa bikin usaha kue di kampung bibi."
Sudah dua hari berlalu sejak ayah Mikaela meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini. Gadis itu mengurung diri dikamar selama itu tanpa mau makan dan minum kecuali ketika bi Salma menangis tersedu-sedu memohon agar Mikaela makan. Tiwi dan Siska setiap harinya datang ke rumah Mikaela sepulang sekolah untuk menghibur gadis malang itu."Mika, makan dulu yuk." Siska membawakan makan siang untuk Mikaela masih dengan memakai seragam sekolahnya."Tiwi udah bawain roti.""Iya, tapi kan Lo makan roti dikit banget, Lo kan orang Indo, makannya kudu nasi." sanggah Tiwi menerima piring yang disodorkan Siska.Siska dan Tiwi ikut duduk di ranjang Mikaela, duduk berdekatan dengan Mikaela yang sedang memeluk lututnya erat. Mata Mikaela sembab mena
Singapura, 18:07 PM"Kami sudah pindahkan Daffa ke ruang ICU, kalian sudah bisa tenang sekarang, kondisinya sudah sangat stabil, saya harap kondisinya besok sudah lebih membaik."Terlihat Dr. Matt beserta timnya yang dulu pernah merawat Daffa sedang memberikan keterangan pada Brata. Darren dan Ema hanya bisa menyimak apa yang dokter itu katakan."Terima kasih dok." Wajah Brata berangsur tenang setelah tegang beberapa saat."Tuan tenang saja, saya dan tim saya akan berusaha sebaik mungkin untuk anak anda." lanjutnya dengan bahasa Inggris yang sudah bercampur dengan Melayu itu.Darren berdecak. Semua dokter selalu mengatakan hal yang sama. Tapi mau bag
Bagai tersambar petir disiang bolong, Mikaela tidak percaya apa yang baru saja Darren katakan padanya. Darren memintanya untuk menerima Daffa."Ma..maksud kakak?""Maksud gue cukup jelas Mika. Ikut gue ke rumah sakit sekarang. Bilang sama Daffa kalau Lo juga cinta sama dia.""Aku nggak cinta sama dia kak.""Belajar buat cinta lagi sama dia."Plak.Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi Darren. Mikaela sangat marah, tega sekali Darren mengatakan hal itu padanya."Kakak pikir hati aku ini apa?""...."
Begitu Darren berlari meninggalkan Mikaela dan mengendarai mobilnya dengan asal, cewek itu langsung berpamitan kepada anak-anak didiknya dan menyetop taksi untuk mengikuti Darren.Dia juga merasa cemas dengan keadaan Daffa, apalagi Darren terlihat kacau dan ketakutan setelah mendapat telpon dari ibunya.Ternyata Darren pergi ke salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta, Mikaela yakin Daffa dilarikan ke rumah sakit itu.Mikaela tidak bisa menyamai langkah Darren yang berlalu dengan cepat. Dia hanya mengetahui jika Darren pergi ke ruang IGD dan Mikaela tidak dapat sembarangan masuk ke dalam. Jadi dia putuskan untuk menunggu Darren di lorong.Dengan sangat cemas Mikaela menunggu, sudah kurang lebih 30 menit bolak balik ia melihat jarum
Hari Minggu yang cerah, secerah hati Mikaela. Hari ini ia sudah membuat janji dengan Darren untuk pergi bersama. Walaupun Mikaela harus merengek-rengek sebelumnya agar Darren bersedia pergi kencan dengannya.Tidak masalah, yang penting hati Mikaela senang karena akhirnya Darren meng-iya-kan permintaan Mikaela.Cewek itu sudah menge-roll rambutnya sejak malam dan berdandan secantik mungkin. Dia menunggu Darren di ruang tengah bersama ayahnya. Dua hari ini ayah Mikaela tidak bekerja, dia seharian menemani Mikaela di rumah dan itu menambah kebahagiaan Mikaela."Pa, papa kerja lusa ya?""Iya, papa mau ke Bandung." Ayah Mika sedang membaca koran sambil menyeruput kopi panasnya."Hmmmm...
Begitu membaca pesan dari Daffa, Mikaela langsung berlari keluar tanpa menggunakan jaket dengan rambut yang masih setengah basah. Ia memakai baju tidur lengan pendek yang membuat kulitnya tertembus dinginnya angin malam."Masuk ke dalem aja kak, di luar dingin banget." Ajak Mikaela sambil mengusap-usap lengannya setelah melihat Daffa yang sepertinya juga ikut kedinginan."Disini aja, aku cuma sebentar." Jawab Daffa menatap Mikaela lekat sambil tersenyum.Hawa tajam seperti es semakin menusuk-nusuk kulit, Mikaela merasakan sesuatu yang aneh pada Daffa. Tatapan cowok itu berbeda dari biasanya. Tatapan yang sangat terluka.Daffa tidak mau membuang banyak waktu, dia harus mengatakannya sekarang juga.
"I miss you so bad, I'm not lying."Mikaela tertegun dengan apa yang Darren lakukan. Cowok itu dengan lembut mengatakan bahwa ia merindukan Mikaela, ditelinganya.Bulu kuduk Mikaela meremang, seperti ada perasaan yang meluap-luap dalam dadanya, apalagi tangan Darren sedang memeluknya dari belakang. Mikaela tidak dapat bersikap dengan normal."Do you miss me?" tanya Darren, masih dengan posisi yang sama.Mikaela menelan ludah, sangat susah baginya menjawab pertanyaan Darren ketika dalam posisi saat ini. Ia hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya, sudah tidak dapat berkonsentrasi menyuci piring lagi. Ia taruh piring itu di wastafel, tangannya masih penuh dengan buih-buih busa sabun cuci piring.