共有

Bab 6

著者: Puput Gunawan
last update 最終更新日: 2021-06-18 14:50:02

Hari masih pagi, kebetulan si kembar sedang libur sekolah, mereka merengek ingin bermain dengan Abah dan Umi.

Aku pun menyetujui keinginan mereka, lagi pula aku juga rindu dengan kedua orangtuaku.

Dengan diantar oleh bang Dion kami menuju rumah orangtuaku.

 

Setelah satu jam perjalanan kami sampai di rumah Abah. Terlihat Abah tengah menikmati secangkir kopi di teras depan rumah.

 

"Assalamualaikum Abah," ucapku.

 

"Waalaikumsalam," jawab Abah.

 

Si kembar langsung berlari dan berebut untuk salam dengan kakeknya.

 

"Kalian tidak sekolah?" tanya Abah.

 

"Enggak kek, gurunya rapat," ucap Zyona.

 

"Umi di mana Bah?" tanyaku.

 

"Disini," ucap Umi yang baru saja keluar dari dalam rumah.

 

Langsung kupeluk erat Umi, rindu sekali rasanya.

Kamipun segera masuk ke dalam rumah.

 

Si kembar langsung bermain dengan kakek dan neneknya, sementara aku tengah duduk di ruang tamu, terlihat bang Dion sedang memandang frame foto pernikahannya dengan Kak Sarah yang terpasang di dinding di sebelah frame foto itu ada frame undangan pernikahan mereka.

 

Undangan pernikahan mereka yang aku lupa mengirimkan pada bang Dion seminggu sebelum mereka menikah. Waktu itu aku terlalu senang dan sibuk dengan persiapan pernikahan Kak Sarah hingga aku lupa mengirimkan contoh undangan pernikahan mereka pada bang Dion.

 

     *****

 

Si kembar sedang asyik bermain bersama kakeknya, bang Dion sedang sibuk dengan gawainya mungkin mengurus urusan pekerjaan. Aku sendiri sedang membantu Umi menyiapkan makan siang.

 

"Fir, bagaimana rumah tanggamu dengan Dion?" tanya Umi.

 

"Alhamdulillah Mi, bang Dion sayang padaku," ucapku berbohong.

 

"Syukurlah, Umi turut bahagia jika kehidupan rumahtangga kamu dan Dion baik-baik saja."

 

Padahal ingin sekali aku mengungkapkan segala didepan Umi jika sebenarnya bang Dion masih belum bisa menyayangiku sebagai istri karena dia sangat mencintai kak Sarah.

 

"Fira, sayangi si kembar bukan sebagai keponakanmu, kini mereka berdua itu anak kamu, bukankah Sarah berwasiat seperti itu!"

 

"Iya Mi, tapi berat sekali rasanya jika harus menyuruh mereka memanggilku Ibu, aku merasa tidak pantas."

 

"Sarah percaya padamu jika kamu itu pantas jadi ibu mereka."

 

"Aku akan menyuruh mereka memanggilku Ibu jika mereka sudah siap."

 

"Baiklah Nak, apa pun keputusanmu Umi selalu mendukung."

 

"Masakannya sudah siap, aku menyiapkan meja ya Mi!"

 

Aku segera merapikan meja makan dan menyiapkan makanan yang tadi aku masak.

 

"Zyona, Zyan, ayo makan siang dulu, berhenti mainnya, ajak kakek juga!" panggilku.

 

Sudah lama sekali aku tidak makan bersama, biasanya aku selalu makan sendirian setelah si kembar makan, tapi kali ini kami makan siang bersama.

 

"Dion, makan yang banyak, tadi Safira yang membuat sayur asem kesukaanmu," ucap Umi.

 

"Iya Mi, pantas rasanya berbeda," ucap bang Dion sambil melirik ke arahku.

 

"Ayam gorengnya enak Tante, kayak buatan Bunda," ucap Zyona.

 

"Ayam gorengnya nenek yang masak," ucapku.

 

Bang Dion banyak tersenyum saat makan siang. Pandai sekali dia menyembunyikan perasaannya seolah dia sangat menyayangiku.

 

       ******

 

Hari sudah sore, aku dan bang Dion telah kembali ke rumah, tapi si kembar tidak ikut, mereka merengek ingin menginap di rumah kakeknya. Mereka bilang ingin bermain lebih lama.

Dengan berat hati aku mengijinkan mereka menginap, tadinya aku juga akan menginap tapi Umi menyuruhku pulang saja, Umi pikir agar aku bisa berdua saja dengan bang Dion dirumah.

 

Kulihat bang Dion sedang asyik menonton televisi dengan sebotol minuman di tangannya.

 

"Masih terlalu sore untuk minum minuman seperti itu," ucapku.

 

Bang Dion tidak menjawab, dia hanya tersenyum kecut mendengar ucapanku.

Aku langsung duduk di sampingnya dan mengambil botol minuman dari tangannya.

 

"Bang, aku mohon berhenti minum minuman seperti ini!, bagaimana jika anak-anak melihatmu, mereka pasti sedih."

 

"Di depan mereka aku tidak akan minum."

 

"Aku tahu jika Abang masih sedih atas meninggalnya Kak Sarah!, Atau mungkin marah karena harus menikah denganku, aku mohon demi kak Sarah berhenti minum!"

 

Bang Dion tidak menjawab, dia kembali mengambil botol minumannya. Namun, buru-buru kurebut.

 

"Bang, pikirkan perasaan anak-anak dan perasaan kak Sarah yang sudah meninggal, mereka pasti sedih melihatmu seperti ini!"

 

"Tau apa kamu soal perasaan orang lain!"

 

"Sudahlah bang, aku tidak ingin berdebat dengan Abang, lakukan apa yang Abang inginkan, oh iya bang, aku akan menyumbangkan baju-baju milik kak Sarah dari pada tidak terpakai."

 

Aku segera berlalu meninggalkan bang Dion dengan botol minumannya.

 

      ******

 

Kubuka lemari pakaian milik kak Sarah, disana masih banyak baju yang masih layak pakai dan niatnya baju-baju itu akan aku sumbangkan.

 

Satu demi satu aku keluarkan baju-baju milik kak Sarah, kebanyakan dari baju itu adalah gamis, karena kak Sarah sangat senang memakai gamis, dan hampir semua warna baju-baju itu merah marun warna kesukaan kak Sarah.

 

Hampir semua baju telah aku keluarkan dari dalam lemari, aku melihat sebuah buku dengan sampul berwarna merah marun di sudut lemari. Kuambil buku itu dan melihatnya di sampulnya tertulis 'Catatanku'

Mungkin itu seperti buku harian kak Sarah.

 

Segera kubuka buku harian milik kak Sarah, agak lancang memang karena aku mulai membaca isinya.

 

Lembaran awal aku tersenyum membaca buku harian kak Sarah, dituliskan jika Kak Sarah sangat bahagia bisa menikah dengan Bang Dion lelaki yang dicintainya.

 

Lembar demi lembar aku baca dan aku masih tersenyum karena Bang Dion juga sangat perhatian dengannya.

 

Hingga aku membaca di lembaran yang berisi jika Bang Dion punya wanita lain dan mulai dari lembaran itu air mataku mengalir karena kak Sarah menyembunyikan ini semua.

 

Tangisku semakin menjadi ketika membaca tulisan tentang kak Sarah yang di vonis kanker dan itu tidak ada yang tau. Dadaku sesak membaca buku harian kak Sarah, air mataku tidak bisa berhenti mengalir membayangkan ternyata Kak Sarah tidak bahagia.

 

Buru-buru aku menghampiri bang Dion yang masih berada di ruang tamu.

 

"Ini apa, Bang!" Teriakku, sambil memperlihatkan buku harian kak Sarah.

 

"Kamu sudah membacanya?"

 

"Kenapa Bang, kamu Setega itu! Jika kamu mencintai orang lain kenapa menikah dengan kak Sarah!"

 

"Bacalah sampai habis!"

 

"Aku gak kuat, ternyata kak Sarah menderita menikah dengan Abang!"

 

Bang Dion berlalu meninggalkanku yang semakin terisak.

関連チャプター

  • Turun Ranjang   Catatan Sarah

    Catatan Sarah.Hari ini aku senang sekali karena tadi pagi aku telah melangsungkan akad nikah dengan Dion, lelaki yang sangat aku cintai.Tapi ada yang aneh dengannya, sejak pagi tadi dia tidak menatapku, mungkin karena dia terlalu gugup dan malu.Bahagia sekali rasanya, jantung ini terus berdebar-debar karena takut akan malam pertama nanti harus bagaimana?Semalam Dion belum menyentuhku, mungkin dia capek dan lelah karena seharian kami berdiri di pelaminan sambil menyalami tamu, aku masih belum percaya jika sekarang aku menjadi istrinya Dion. ******Sudah seminggu aku menjadi istrinya Dion, tapi dia belum juga menyentuhku. Jangankan menyentuhku, menciumku saja dia belum pernah, padahal kami sudah halal.Terkadang kulihat dia sedang bengong sendiri, kurasa Dion belum percaya jika aku ini su

    最終更新日 : 2021-07-02
  • Turun Ranjang   Bab 8

    Aku masih menangis sambil memeluk buku harian milik kak Sarah, ternyata hidupnya yang selama ini terlihat bahagia tidak seperti itu.Kak Sarah selama ini menutupi semua masalahnya.Air mataku seolah tidak mau berhenti, sesedih ini kah hidupmu kak?, Pantas saja kamu memilih meninggalkan dunia ini! ucapku dalam hati.Kepalaku penuh dengan pertanyaan, kenapa bang Dion menikah dengan kak Sarah jika dia tidak mencintainya?. Kenapa Kak Sarah menyuruhku menikah dengan bang Dion? dan siapa perempuan yang dicintai oleh bang Dion?Ingin sekali aku bertanya pada bang Dion, tapi saat aku menemuinya di dalam kamar dia sudah tertidur pulas.Akhirnya aku memilih membereskan pakaian milik Kak Sarah yang akan aku sumbangkan besok."Sarah, maaf!" ucap bang Dion.Lagi-lagi bang Dion mengigau, dia meminta maaf kepada K

    最終更新日 : 2021-07-03
  • Turun Ranjang   Bab 9

    Malam sudah sangat larut, bang Dion belum juga pulang, kemana perginya dia?, Apa mungkin dia ke tempat kerjanya, tapi sudah Selarut ini rumah makan miliknya pasti sudah tutup.Dengan mata yang sudah sangat mengantuk aku menunggu di ruang tamu karena bang Dion tidak membawa kunci rumah.Sayup-sayup terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, buru-buru aku membuka pintu dan terkejut dengan apa yang aku lihat. Bang Dion mabuk berat dan dipapah oleh seorang wanita. Wanita itu terkejut melihatku di depan pintu."Astaga!, Bukannya istri mas Dion sudah meninggal?" tanya wanita itu.Aku hanya bisa terdiam menahan marah, jangan-jangan dia adalah wanita yang disebut di buku harian kak Sarah, jangan-jangan dia wanita yang dicintai bang Dion."Mbak siapanya mas Dion ya?, Setau saya istrinya sudah meninggal!" tanya wanita itu.

    最終更新日 : 2021-07-04
  • Turun Ranjang   Bab 10

    Bang Dion sangat misterius, kadang dia bersikap cuek dan dingin, terkadang baik dan perhatian, terkadang aku merasa jika dia menyayangiku.Aku harus mencari tahu tentang siapa wanita yang dicintai bang Dion, saat sudah bertemu dengan wanita itu aku akan memohon agar dia mau menikah dengan bang Dion agar bang Dion tidak menyiksa dirinya lagi, bukannya aku peduli padanya, aku kasihan pada anak-anak bagaimana jika mereka tahu kalau ayahnya sering mabuk-mabukan.Tapi bagaimana caranya? aku harus minta bantuan siapa?. Tiba-tiba aku ingat dengan wanita penghibur yang sering mengantar bang Dion pulang. Tapi, aku harus mencarinya kemana?.Aku terus berfikir apa yang harus dilakukan dan meminta bantuan siapa?, Jika kuberi tahu orang lain, orang itu akan tahu kehidupan rumah tanggaku yang tidak seperti kelihatannya, untuk mencari tahu sendirian itu tidak mungkin karena ada si kembar yang harus aku jaga.

    最終更新日 : 2021-07-05
  • Turun Ranjang   Bab 11

    Aku masih terus menangis. Bang Dion pasti bohong, dia bicara seperti itu agar aku tidak terus bertanya tentang siapa wanita yang dicintainya dan membuat kak sarah menderita.Buku harian kak sarah. Jawabannya pasti ada di sana. Selama ini aku belum selesai membacanya. Segera aku ke kamar dan langsung membuka pintu lemari, mencari buku bersampul merah marun.Lembar demi lembar aku baca buku bertuliskan tulisan tangan Kak Sarah. Kali ini aku lebih teliti mencari nama perempuan yang dicinta oleh Bang Dion. Mataku tertuju pada sebuah kalimat. Dengan jelas namaku tertera di situ.*Aku tahu mas, kamu selalu mencintai Safira, adikku*Tangisanku kembali pecah. Tubuh lunglai dan langsung ambruk ke lantai. Ingin aku berteriak sekencang-kencangnya melepaskan rasa bersalah ini.Selama ini aku adalah orang yang dicintai oleh Bang Dion dan penyebab Kak

    最終更新日 : 2021-07-07
  • Turun Ranjang   Bab 12

    Aku terbangun begitu mendengar suara ayam berkokok. Berada di rumah memang yang paling nyaman setelah beberapa bulan mengurus si kembar. Semalam Haikal mengantarkan aku ke rumah ini. Abah dan umi sedikit bingung karena aku pulang dengan Haikal. Mereka tidak banyak bertanya dan langsung menyuruhku istirahat."Fir, kamu sudah bangun?" tanya ibu sambil mengetuk pintu."Sudah, Umi," jawabku.Pintu kamar terbuka dan Umi langsung masuk ke dalam. Beliau langsung menghampiriku yang sedang duduk di tepi ranjang."Fir, ada apa? Tidak baik seorang istri meninggalkan rumah suaminya karena habis bertengkar."Tangisku kembali tumpah. Aku menceritakan segalanya kepada Umi. Beliau menyuruhku bersabar dan sepertinya Umi sudah tahu hal ini."Sarah pernah bilang tentang ini, tapi Umi pikir itu hanya perasaannya saja. Ternyata ..

    最終更新日 : 2021-07-09
  • Turun Ranjang   Bab 13

    Di rumah sendirian membuatku bosan. Umi sedang pergi ke rumah temannya yang mengadakan acara syukuran. Sementara Abah, seperti biasa pergi dengan Haikal mengurus ternaknya. Aku hanya bisa bermalas-malasan saja. Menikmati kesendirian ini.Biasanya jika di rumah Kak Sarah, jam segini mengantar si kembar sekolah dan menunggunya. Aku rindu mereka dan rindu Bang Dion. Ah, kubuang jauh-jauh rasa rindu yang tidak tepat itu. Lebih baik memasak saja untuk Abah. Baru saja beranjak dari kamar terdengar suara orang mengucapkan salam."Assalamualaikum." Suara yang begitu aku rindukan."Waalaikumsalam," ucapku membuka pintu.Dua orang anak berwajah serupa langsung memelukku. Mereka menangis karena aku yang tidak pulang ke rumah. Aku balik memeluknya erat mencoba menenangkan mereka berdua."Tante, ayo pulang," ucap Zayn."Ka

    最終更新日 : 2021-07-12
  • Turun Ranjang   Bab 14

    Berdiri di depan pintu kamar rumah sakit. Berusaha setenang mungkin untuk menemui Bang Dion. Kutarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Semoga saja aku bisa menguasai diri melihat kondisi suami yang baru saja mendapat musibah.Kubuka pintu perlahan dan masuk ke dalam. Bang Dion terbaring di atas ranjang dengan Tangan dan dibalut perban. Wajahnya juga banyak luka. Matanya terpejam. Sepertinya dia tidur.Kupandangi wajah yang penuh luka dan lebam. Entah sebenarnya apa yang terjadi hingga dia bisa kecelakaan. Biasanya Bang Dion orang yang sangat hati-hati. Tiba-tiba saja matanya terbuka dan menatapku. Air mata menetes begitu melihatnya. Seperti biasa dia langsung memalingkan wajahnya.Aku memilih duduk di sofa yang di sediakan. Bersyukur karena Bang Dion baik-baik saja. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Perlahan-lahan mataku terpejam karena mengantuk. Suara benda jatuh membuatku terkeju

    最終更新日 : 2021-07-14

最新チャプター

  • Turun Ranjang   Zyan

    Setelah mengucap salam aku langsung masuk ke dalam rumah tidak mencium tangan Bunda seperti biasanya. Beliau yang tengah duduk di teras pasti bingung melihatku. Aku sedang marah padanya. Akhir-akhir ini beliau pilih kasih. Sekarang aku merasa di anak tirikan. Ralat, aku memang anak tiri. Namun, perlakuan bunda membuatku merasa sebagai anak kandung.Masuk ke dalam kamar dan berganti baju. Duduk di pinggir ranjang sambil bermain game di ponsel. Pintu kamar terbuka, aku melirik malas melihat siapa yang masuk."Kamu kenapa, Zyan?" tanya Zyona, kembaranku."Gak apa-apa, lagi bete aja," jawabku asal."Bete sama Bunda?" tanyanya lagi."Hu'um," jawabku yang masih fokus pada game."Alasannya?" tanya Zyona lagi.Aku tidak menjawab pertanyaan Zyona. Aku pun tidak mengerti kenapa marah d

  • Turun Ranjang   Zyona

    Bunda," ucapku seraya memeluk bunda yang sedang duduk di teras."Kamu itu bukannya salam malah langsung peluk, ada masalah di sekolah?" tanya bunda.Beliau memang begitu mengerti dengan anak-anaknya. Bukan hanya sekedar sebagai seorang ibu, beliau juga adalah sahabatku. Aku tidak pernah menyembunyikan sesuatu darinya. Sekalipun aku sembunyikan beliau selalu bisa menebaknya."Bunda, aku tuh sebel banget sama temen di sekolah yang selalu gangguin," rengekku."Bully?" tanya bunda."Bukan, dia tuh kayak caper sama aku," ucapku sambil manyun.Bunda hanya tersenyum dan membelai lembut kepalaku. Beliau selalu melakukan hal itu saat aku sedang marah. Sebenarnya beliau bukan ibu kandungku. Beliau adalah Tante yang artinya adik dari ibu yang melahirkanku. Saat usiaku lima tahun ibuku meninggal dan ayah Menikah dengan Ta

  • Turun Ranjang   Ending

    kiri dikit, Yah," ucap Zyona."Kanan, Yah," ucap Zyan."Yang benar yang mana sih kalian ini?" tanya Bang Dion."Itu sudah benar, Bang," ucapku yang sedari tadi melihat mereka.Bang Dion segera turun dari tangga yang sedari tadi aku pegangi. Untung saja si kembar kecil sedang tertidur jadi aku bisa membantu suami memasang foto keluarga kami. Terlihat dalam gambar aku tengah menggendong Abiandra dan Bang Dion menggendong Abisatya. Sementara Zyona dan Zyan berdiri di depan kami. Foto keluarga yang bahagia.Abiandra dan Abisatya, nama bayi kembar kami yang sekarang berusia Sembilan bulan. Bang Dion yang mencarikan nama-nama indah itu.Kupandangi foto keluarga kami yang bersebelahan dengan foto keluarga sebelumnya. Di mana belum ada aku dan si kembar kecil. Di sana hanya ada kak Sarah, Bang Dion, Zyona serta Zyan.

  • Turun Ranjang   Bab 24

    Rumah di dekorasi sedemikian rupa untuk acara pengajian tujuh bulanan kehamilanku. Walaupun baru tujuh bulan, tapi perutku sudah sangat besar. Maklum saja bayi yang aku kandung ada dua orang."Ade bayi, lagi apa?" tanya Zyona mengelus perutku.Bayiku menendang dan itu dirasakan oleh Zyona, Anak itu tertawa girang."Gerak-gerak, Bunda," ucapnya sambil mencium lembut."Zyan, ayo ke sini!" teriaknya begitu melihat saudara kembarnya melintas.Kedua anak berwajah serupa ini memelukku, kepalanya tepat berada di perut. Mereka mendengarkan suara adik-adiknya yang masih berada di rahimku."Ada suaranya?" tanyaku.Zyona dan Zyan hanya senyam-senyum. Sepertinya mereka mendengar suara perutku yang keroncongan karena belum sempat makan. Umi menghampiriku dengan membawa sepiring nasi lengkap den

  • Turun Ranjang   POV Haikal

    Melihatmu bahagia, aku juga bahagia, Fir," ucapku melihat wanita cantik yang tengah duduk tidak jauh dari tempatku.Dia hanya tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan barusan. Wajahnya pucat, tapi entah kenapa terlihat sangat cantik dan berbeda. Mungkin pengaruh kondisinya sekarang. Dia tengah hamil. Seandainya, ah aku tidak mau berandai-andai. Ini takdir dan harus kujalani. Seperti ucapanku barusan bahagia melihatnya bahagia. Cinta itu tidak harus memiliki."Makasih, Haikal," ucap Safira."Untuk apa?" tanyaku bingung."Untuk semuanya. Kamu sudah membantu banyak hal hingga aku menjadi seperti sekarang.""Tidak, Fir. Itu semua karena kamu menyadari perasaanmu sendiri. Aku merasa kurang ajar saat bicara kalau aku masih mengharapkanmu waktu itu.""Tidak apa, di situ aku mulai sadar akan perasaanku terhadap bang D

  • Turun Ranjang   Bab 23

    Si kembar dan bang Dion terlihat begitu senang karena janinku kembar. Tak sabar rasanya membagi kabar bahagia ini kepada Abah dan Umi. Setelah dari dokter kandungan kami langsung menuju rumah mereka.Sepanjang perjalanan si kembar terus berbicara kalau adik-adik mereka akan diajak bermain sesuai jenis kelamin mereka. Padahal dokter belum bisa menebak jenis kelamin bayi dalam kandunganku."Adik yang cowok akan aku ajak bermain tembak-tembakan," ucap Zyan antusias."Main bola juga," timpal bang Dion."Yang cewek akan aku pakaikan jepitan dan gaun. Terus main putri-putrian," ucap Zyona.Mereka semua berharap bayi ini kembar sepasang seperti Zyan dan Zyona. Tidak memikirkan perasaanku saat ini yang tengah bingung harus bagaimana. Bisakah nanti berbagi kasih sayang dengan ke empat orang anak? Aku takut tidak bisa berbuat adil.

  • Turun Ranjang   Bab 22

    Ditemani Bang Dion untuk kontrol ke dokter. Dia suami siaga yang selalu ada buatku saat di butuhkan. Si kembar juga ternyata siap memiliki adik. Teringat beberapa hari lalu saat aku mengabarkan kehamilan ini kepada mereka.****Gerimis mulai turun, anak-anak bersiap untuk bermain hujan. Sebelum mereka bermain aku sudah memberikan minuman hangat supaya mereka tidak masuk angin. Kami segera berlari ke teras untuk menikmati hujan yang turun membasahi tubuh.Kami berkejaran sambil bercanda. Senangnya melihat anak-anak bahagia. Mobil bang Dion berhenti di garasi. Dia langsung berlari ke arahku. Aku dan si kembar terdiam. Takut bang Dion marah seperti waktu itu. Namun, kenyataannya dia ikut bermain bersama.Setelah setengah jam mandi hujan, kami masuk ke dalam rumah dan membersihkan tubuh serta berganti baju. Aku segera membuatkan minuman hangat untuk kami berempat. Tujuan

  • Turun Ranjang   Bab 21

    Kian hari hubunganku dengan Bang Dion semakin hangat dan romantis. Tak jarang dia pulang dengan seikat bunga di tangannya. Atau membawakan makanan kesukaanku. Rumah tanggaku sekarang seperti pada umumnya. Atau mungkin lebih bahagia daripada pengantin baru.Beberapa bulan sudah berlalu sejak malam pertama kami. Setelah itu banyak malam-malam panjang yang kami habiskan berdua. Memadu cinta dan berbagi kehangatan.******Selepas mengantar si kembar ke sekolah aku kembali pulang, Bang Dion masih belum berangkat ke tempat kerja karena pulang larut semalam. Bukan mabuk-mabukan seperti dulu. Tapi dia rapat di luar kota untuk pembukaan cabang restoran miliknya.Aku segera masuk ke kamar untuk membangunkan Bang Dion karena hari sudah siang. Kupandangi wajah tampan Suamiku itu. Polos sekali dia. Perlahan kuguncang tubuhnya."Bang, bangun!"

  • Turun Ranjang   Bab 20

    Sinar matahari masuk melalui celah jendela. Aku terlambat bangun karena tidur larut semalam. Tubuhku juga terasa tidak nyaman. Mungkin karena aktivitas yang baru pertama kalinya aku lakukan tadi malam. Kulihat sekeliling tidak tampak Bang Dion. Kemana dia? Kenapa tidak membangunkan aku.Bang Dion keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah dan hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggang. Kupalingkan wajah darinya yang melihat ke arahku. Canggung rasanya setelah kejadian semalam."Bunda, ayah, kok belum bangun? Ini udah siang!" teriak Zyan dari balik pintu."Iya nih, kami jadi kesiangan juga!" teriak Zyona.Bang Dion menyuruhku untuk mandi dan mengajak anak-anak membuat sarapan. Kuturuti perintah bang Dion sambil menahan rasa tidak nyaman pada bagian bawah tubuhku. Teringat hal semalam membuatku tersipu.Selesai mandi aku menghampiri si

DMCA.com Protection Status