"Ma, tenang!" Arjuna berusaha menenangkan mamanya yang terlihat syok berat. Di tuntun Rubiah duduk di sofa ruang tamu.Bu Yuri merasa bersalah karenanya dan memberikan segelas air putih untuk meredakan emosi Rubiah. Membuat wanita itu sedikit lebih tenang."Bu, saya minta maaf kalau sudah salah bicara." Bu Yuri mendekati Rubiah yang duduk memijit pelipisnya sendiri."Apa yang ibu katakan itu benar? Jika ayah saya punya istri lain?" tanya Arjuna."Saya dengar dari Mas Bisma. Selama ini Mas Bisma kerap bertemu dengan istri kedua ayahnya.""CUKUP!!" Rubiah berteriak keras.Bu Yuri kikuk dibuatnya, dia sendiri tidak tahu jika ucapan spontannya tadi akan jadi masalah."Untuk apa Bisma menemui anak wanita yang sudah merebut ayah saya?" berpikir positif, Arjuna berpikir jika Bisma juga harus tahu kabar perselingkuhan ayahnya."Anu, Mba Nimas di culik, dan dugaannya yang menculik adalah suami baru mama tirinya.""Apa? Nimas diculik?" ibu dan anak itu memekik bersamaan."Bagaimana dengan cucuk
Seorang wanita sedang merasa bingung akan keberadaan nya, begitupun dengan pandangan nya yang menemukan seseorang yang mustahil untuk hadir di sisinya, dia adalah Nimas." Sayang?, Ya Allah__ akhirnya kamu sadar juga" Pekik pemuda itu dengan raut syukur, Nimas memejamkan matanya dan membuka kembali untuk menghilangkan bayangan yang tampak mustahil itu." Mas Bisma" Lirih Nimas, seolah tak percaya." Iya, ini aku sayang." Lirih lelaki itu menghapus air mata Nimas yang mencair.Yusup menghampiri keduanya. Membuat Bisma dan Nimas langsung terdiam, Nimas ikut menghapus air matanya yang terus saja merembes, posisi Nimas yang masih terbaring di atas tempat tidur menoleh ke arah Yusup yang sudah berdiri di samping suaminya." Bagaimana keadaan Nimas?" Tanya Yusup pada Bisma." Doakan semua baik-baik saja" jawab Bisma yang dijaminkan oleh Nimas.Yusup menarik nafasnya dalam, sebelum menyodorkan ponselnya untuk memberikan video detik-detik Yudhistira mengamuk. Bisma pun menyimak dengan gigi ya
"Aku nggak tau kalau ada Mama dan dia dirumah." tutur Nimas ketika mereka selesai melakukan panggilan video dengan Bu Yuri."Aku juga baru tahu, sayang." tutur Bisma sembari mengusap punggung tangan istrinya."Apa kita tidak bisa langsung pulang, Mas?""Kenapa? Rindu Vanilla atau mau melihat mantan?" tanya Bisma tampak serius."Mas, astaghfirullah!!" seru Nimas menimpali ucapan suaminya.Bisma tersenyum, dia hanya sengaja menggoda istrinya."Bercanda, sayang."" Nggak lucu!" Nimas beneran kesal. Bisma boleh bercanda tentang apa saja, asal jangan soal mantan, Nimas sensitif soal yang satu itu."Maaf, aku sungguh hanya bercanda, aku hanya ingin kamu sedikit melupakan yang baru saja terjadi" Tutur Bisma mengecup kening Nimas yang membuat Nimas memejamkan matanya.Lagi-lagi Bisma membawa Nimas berbaring.Nimas masih meringkuk di dalam pelukan suaminya, sedang tidak ingin kemana-mana. Setelah mengurai ke khawatiran, Bisma mengajak Nimas kembali istirahat, perasaan pemuda itu juga sudah le
Bunda Zoe menatap sendu Yudhistira yang menenggelamkan wajahnya di bantal. Putranya tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Apakah ini kelemahan yang coba Yudhistira sembunyikan selama ini? "Tira?" "Aku sudah bertemu dengan Bisma Bun, dia dan Nimas baik-baik saja." Yudhistira mencoba untuk tersenyum tapi mungkin tampak aneh untuk Zoe. "Guntara mengatakan kalian terlihat percekcokan apa itu benar?" ketika Zoe menyebut tangan kanan Adi, Yudhistira tidak bisa mengelak. "Sebenarnya ada apa?" "Tidak ada apa-apa." suara berat menjawab tanya Zoe. Bukan Yudhistira yang menjawabnya melainkan Pak Adi. "Pa?" Zoe menghampiri suaminya yang berjalan kearahnya. "Jangan khawatir, tidak ada percekcokan apapun, kami hanya sedang berdiskusi." Zoe mengernyit. "Yudhistira memaksa keluar dari rumah sakit, padahal dokter menyarankan dia untuk lebih lama di rawat." Yudhistira mengangkat kepalanya. Demi Tuhan dia tidak tahu jika papanya adalah pendusta ulung. Alisnya terangkat satu
Bisma layak menjadi intelijen dia memiliki kemampuan dan memenuhi syarat. Memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi Bisma juga memiliki pemikiran yang tajam pandai berkamuflase dengan baik, serta berakal.Kali pertama Yusup melihat cara kerja Bisma, rekan Bisma Nurman belum pulih dari cidera karena luka tembak di bagian dada. Sedangkan Rendra memiliki tugas lain diluar kasus ini.Sebelumnya Nimas sudah Bisma antar pulang. Kini pemuda itu sedang berada di ruangan bersama Novrian yang baru datang setelah mengatur lalu lintas."Kamu sudah baca surat tugas dari komandan?" Novrian bertanya dengan nada khawatir.Bisma tidak mengelak, dia tetap mengangguk membenarkan. Karena pada dasarnya dia memang sudah membacanya. Tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu, tugas adalah tugas Bisma tidak akan mengurangi baktinya pada negara."Menurutmu, mengapa tiba-tiba komandan mengirim mu tugas lumayan jauh, sedangkan dia tahu jika kamu sedang menyelidiki kasus yang tak kalah pentingnya?" Novrian menarik k
Siang sudah beranjak menjadi senja. Seorang wanita tengah menantikan kedatangan suaminya di teras rumah. Dia adalah Nimas, Sejak siang Bisma belum mengirimkan pesan. Tidak biasanya Bisma seperti ini.Nimas mulai merasa khawatir. Apalagi jam pulang tugas sudah lama terlewat. Ini kali pertama Bisma tak memberi kabar. Biasanya jika pulang telat atau ada sesuatu yang akan Bisma kerjakan dia akan mengatakannya pada Nimas.Nimas sudah mulai memahami kesibukan suaminya dan Nimas sudah bisa beradaptasi."Mas Bisma belum datang??" Ibu Yuri menghampiri Nimas yang sejak tadi mencoba menenangkan Vanilla.Vanilla jatuh dari tangga rumah mereka, tidak mengalami cidera serius, tetapi putri kecil Nimas itu mendapat luka kecil di bagian kepalanya.Sudah empat jam anak itu tak berhenti menangis, Vanilla terus mencari Bisma dan minta di gendongan pemuda itu." Belum Bu!" Jawab Nimas dengan tangan yang terus mengelus lembut kening Vanilla yang di tutupi kain kasa." Huaaa__Huaaa, aku mau sama Ayah." gadi
Nimas masuk kamar anaknya dan menemukan Bisma yang tengah menyuapi Vanilla makan." Mama." sambut Vanilla sudah kembali ceria, sangat berbeda sebelum Bisma datang.Nimas tersenyum dan turut melangkah mendekati mereka." Setelah ini princess harus minum obat, kalau sembuh ayah akan membawa kalian pergi jalan-jalan" Suara lembut Bisma terdengar membujuk membuat Vanilla bersorak bahagia.Setelah Vanilla makan beberapa suap dan minum obat, Bisma membenarkan selimutnya. "Cepat sembuh, ayah menyayangimu" Bisma mengelus kening putrinya.Bisma dan Nimas keluar dari kamar Vanilla setelah gadis itu terlelap." Apa kamu sudah makan?" Tanya Bisma pada Nimas yang mengekor di belakangnya.Bimas menggeleng." Makan dulu, aku akan mandi sebentar.""Sudah ku siapan air hangat untuk mandi."" Kamu tak perlu melakukannya, aku bisa mandi dengan air dingin." Bisma merasa Nimas terlalu memanjakannya.Walaupun sesungguhnya hatinya tengah berbunga mendapati perhatian dari sang istri.Nimas pura-pura tak mend
"Siapa suruh kamu tidak hamil-hamil? " Nimas membelalakkan mata setelah mendengar Arjuna mengatakan hal itu. "Dengan atau tanpa izin darimu Winda akan tetap tinggal disini selama dirinya hamil!" tambah Arjuna dengan lantang. Mata Nimas berhenti berkedip seakan jiwanya telah terlepas dari raga. Dia terus menatap Arjuna yang sekarang menatapnya penuh ancaman. Bagai disayat sembilu, hati Nimas kini terasa hancur lebur. Suaminya baru saja mengakui bahwa telah menikahi sahabatnya dan ia dipaksa menerima wanita itu sebagai adik madu. Lebih gilanya lagi, Arjuna berencana untuk membawa wanita itu untuk tinggal satu atap dengannya! Di mana hati nurani Arjuna? Nimas sedang dalam mode tak sadarkan jiwa, sampai sebuah dorongan menyentuh lengannya. Nimas mengerjapkan mata. "Cepat buatkan susu hamil untuk Winda! Di tas itu ada lengkap kebutuhan Winda dan calon anak kami!" Bukan lagi sakit hati Nimas, melainkan hancur. Manik coklat itu berembun dan lambat laun mengeluarkan bulir-b
Nimas masuk kamar anaknya dan menemukan Bisma yang tengah menyuapi Vanilla makan." Mama." sambut Vanilla sudah kembali ceria, sangat berbeda sebelum Bisma datang.Nimas tersenyum dan turut melangkah mendekati mereka." Setelah ini princess harus minum obat, kalau sembuh ayah akan membawa kalian pergi jalan-jalan" Suara lembut Bisma terdengar membujuk membuat Vanilla bersorak bahagia.Setelah Vanilla makan beberapa suap dan minum obat, Bisma membenarkan selimutnya. "Cepat sembuh, ayah menyayangimu" Bisma mengelus kening putrinya.Bisma dan Nimas keluar dari kamar Vanilla setelah gadis itu terlelap." Apa kamu sudah makan?" Tanya Bisma pada Nimas yang mengekor di belakangnya.Bimas menggeleng." Makan dulu, aku akan mandi sebentar.""Sudah ku siapan air hangat untuk mandi."" Kamu tak perlu melakukannya, aku bisa mandi dengan air dingin." Bisma merasa Nimas terlalu memanjakannya.Walaupun sesungguhnya hatinya tengah berbunga mendapati perhatian dari sang istri.Nimas pura-pura tak mend
Siang sudah beranjak menjadi senja. Seorang wanita tengah menantikan kedatangan suaminya di teras rumah. Dia adalah Nimas, Sejak siang Bisma belum mengirimkan pesan. Tidak biasanya Bisma seperti ini.Nimas mulai merasa khawatir. Apalagi jam pulang tugas sudah lama terlewat. Ini kali pertama Bisma tak memberi kabar. Biasanya jika pulang telat atau ada sesuatu yang akan Bisma kerjakan dia akan mengatakannya pada Nimas.Nimas sudah mulai memahami kesibukan suaminya dan Nimas sudah bisa beradaptasi."Mas Bisma belum datang??" Ibu Yuri menghampiri Nimas yang sejak tadi mencoba menenangkan Vanilla.Vanilla jatuh dari tangga rumah mereka, tidak mengalami cidera serius, tetapi putri kecil Nimas itu mendapat luka kecil di bagian kepalanya.Sudah empat jam anak itu tak berhenti menangis, Vanilla terus mencari Bisma dan minta di gendongan pemuda itu." Belum Bu!" Jawab Nimas dengan tangan yang terus mengelus lembut kening Vanilla yang di tutupi kain kasa." Huaaa__Huaaa, aku mau sama Ayah." gadi
Bisma layak menjadi intelijen dia memiliki kemampuan dan memenuhi syarat. Memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi Bisma juga memiliki pemikiran yang tajam pandai berkamuflase dengan baik, serta berakal.Kali pertama Yusup melihat cara kerja Bisma, rekan Bisma Nurman belum pulih dari cidera karena luka tembak di bagian dada. Sedangkan Rendra memiliki tugas lain diluar kasus ini.Sebelumnya Nimas sudah Bisma antar pulang. Kini pemuda itu sedang berada di ruangan bersama Novrian yang baru datang setelah mengatur lalu lintas."Kamu sudah baca surat tugas dari komandan?" Novrian bertanya dengan nada khawatir.Bisma tidak mengelak, dia tetap mengangguk membenarkan. Karena pada dasarnya dia memang sudah membacanya. Tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu, tugas adalah tugas Bisma tidak akan mengurangi baktinya pada negara."Menurutmu, mengapa tiba-tiba komandan mengirim mu tugas lumayan jauh, sedangkan dia tahu jika kamu sedang menyelidiki kasus yang tak kalah pentingnya?" Novrian menarik k
Bunda Zoe menatap sendu Yudhistira yang menenggelamkan wajahnya di bantal. Putranya tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Apakah ini kelemahan yang coba Yudhistira sembunyikan selama ini? "Tira?" "Aku sudah bertemu dengan Bisma Bun, dia dan Nimas baik-baik saja." Yudhistira mencoba untuk tersenyum tapi mungkin tampak aneh untuk Zoe. "Guntara mengatakan kalian terlihat percekcokan apa itu benar?" ketika Zoe menyebut tangan kanan Adi, Yudhistira tidak bisa mengelak. "Sebenarnya ada apa?" "Tidak ada apa-apa." suara berat menjawab tanya Zoe. Bukan Yudhistira yang menjawabnya melainkan Pak Adi. "Pa?" Zoe menghampiri suaminya yang berjalan kearahnya. "Jangan khawatir, tidak ada percekcokan apapun, kami hanya sedang berdiskusi." Zoe mengernyit. "Yudhistira memaksa keluar dari rumah sakit, padahal dokter menyarankan dia untuk lebih lama di rawat." Yudhistira mengangkat kepalanya. Demi Tuhan dia tidak tahu jika papanya adalah pendusta ulung. Alisnya terangkat satu
"Aku nggak tau kalau ada Mama dan dia dirumah." tutur Nimas ketika mereka selesai melakukan panggilan video dengan Bu Yuri."Aku juga baru tahu, sayang." tutur Bisma sembari mengusap punggung tangan istrinya."Apa kita tidak bisa langsung pulang, Mas?""Kenapa? Rindu Vanilla atau mau melihat mantan?" tanya Bisma tampak serius."Mas, astaghfirullah!!" seru Nimas menimpali ucapan suaminya.Bisma tersenyum, dia hanya sengaja menggoda istrinya."Bercanda, sayang."" Nggak lucu!" Nimas beneran kesal. Bisma boleh bercanda tentang apa saja, asal jangan soal mantan, Nimas sensitif soal yang satu itu."Maaf, aku sungguh hanya bercanda, aku hanya ingin kamu sedikit melupakan yang baru saja terjadi" Tutur Bisma mengecup kening Nimas yang membuat Nimas memejamkan matanya.Lagi-lagi Bisma membawa Nimas berbaring.Nimas masih meringkuk di dalam pelukan suaminya, sedang tidak ingin kemana-mana. Setelah mengurai ke khawatiran, Bisma mengajak Nimas kembali istirahat, perasaan pemuda itu juga sudah le
Seorang wanita sedang merasa bingung akan keberadaan nya, begitupun dengan pandangan nya yang menemukan seseorang yang mustahil untuk hadir di sisinya, dia adalah Nimas." Sayang?, Ya Allah__ akhirnya kamu sadar juga" Pekik pemuda itu dengan raut syukur, Nimas memejamkan matanya dan membuka kembali untuk menghilangkan bayangan yang tampak mustahil itu." Mas Bisma" Lirih Nimas, seolah tak percaya." Iya, ini aku sayang." Lirih lelaki itu menghapus air mata Nimas yang mencair.Yusup menghampiri keduanya. Membuat Bisma dan Nimas langsung terdiam, Nimas ikut menghapus air matanya yang terus saja merembes, posisi Nimas yang masih terbaring di atas tempat tidur menoleh ke arah Yusup yang sudah berdiri di samping suaminya." Bagaimana keadaan Nimas?" Tanya Yusup pada Bisma." Doakan semua baik-baik saja" jawab Bisma yang dijaminkan oleh Nimas.Yusup menarik nafasnya dalam, sebelum menyodorkan ponselnya untuk memberikan video detik-detik Yudhistira mengamuk. Bisma pun menyimak dengan gigi ya
"Ma, tenang!" Arjuna berusaha menenangkan mamanya yang terlihat syok berat. Di tuntun Rubiah duduk di sofa ruang tamu.Bu Yuri merasa bersalah karenanya dan memberikan segelas air putih untuk meredakan emosi Rubiah. Membuat wanita itu sedikit lebih tenang."Bu, saya minta maaf kalau sudah salah bicara." Bu Yuri mendekati Rubiah yang duduk memijit pelipisnya sendiri."Apa yang ibu katakan itu benar? Jika ayah saya punya istri lain?" tanya Arjuna."Saya dengar dari Mas Bisma. Selama ini Mas Bisma kerap bertemu dengan istri kedua ayahnya.""CUKUP!!" Rubiah berteriak keras.Bu Yuri kikuk dibuatnya, dia sendiri tidak tahu jika ucapan spontannya tadi akan jadi masalah."Untuk apa Bisma menemui anak wanita yang sudah merebut ayah saya?" berpikir positif, Arjuna berpikir jika Bisma juga harus tahu kabar perselingkuhan ayahnya."Anu, Mba Nimas di culik, dan dugaannya yang menculik adalah suami baru mama tirinya.""Apa? Nimas diculik?" ibu dan anak itu memekik bersamaan."Bagaimana dengan cucuk
Bisma tak sabar membuka pintu kaca ber korden biru muda itu, sesaat mobil yang membawanya terparkir dengan sempurna di parkiran rumah sakit, pemuda itu tidak berjalan untuk masuk kedalam kamar rawat saudaranya melainkan berlari dengan tergesa-gesa, selepas pintu itu terbuka netranya menemukan mata hitam kelam itu sedang berpaling untuk melihat kehadiran nya.Yudhistira membuang napas dari bibirnya seraya tersenyum saat melihat kehadiran adiknya.Bisma terpaku dengan pemandangan di hadapannya beberapa saat, sebelum pemuda itu menghampiri dimana sang Abang duduk, Bisma bergegas menghampiri Yudhistira yang juga tengah menatapnya.Tak ada yang terucap dari bibir pemuda itu, begitupun dari bibir Yudhistira untuk beberapa saat." Maafkan aku." Yudhistira berucap lebih dulu.Bisma menggeleng, tujuan nya datang bukan ingin mendengar permintaan maaf seseorang melainkan mencari bantuan. Yudhistira duduk, memperhatikan gerak-gerik Bisma yang terlihat gelisah."Aku butuh bantuan." terus terang
"Mas Bisma. Mba Nimas dibawa paksa sama orang yang mengaku sebagai teman Mas." Bu Yuri gegas menghampiri Bisma yang baru turun dari mobil Yusup.Keadaan wanita paruh baya itu juga tidak baik-baik saja, ada bekas luka di sudut bibir dan pelipisnya.Bisma tampak linglung. "Maksudnya bagaimana Bu?" Bisma sontak saja kaget."Apa yang terjadi dengan kalian?""Begini, Mas ......,"Bu Yuri menceritakan apa yang sudah terjadi pada Nimas, Bisma yang mendengarkan mengepalkan tangannya kuat."Istriku di culik Sup." lirih Bisma, memberi tahu Yusup."Kamu tidak kenal nomor yang mengirimi mu pesan?"Bisma menggeleng. Tapi pemuda itu segera membuka rekaman cctv yang berada di teras depan.Bisma terbelalak melihat Nimas yang di panggul seperti karung beras dengan tubuh yang tak bergerak, terlihat sekali Nimas habis mendapat penyiksaan, terlihat rambut wanita itu yang terhambur dengan bekas air mata yang masih terlihat, tidak hanya itu pelipis wanita itu berdarah.Bisma ternganga melihat tubuh istriny