"Percaya sama aku, mereka memang saudara aku, tapi jangan pukul rata sifat seseorang. Kamu tidak harus percaya, tapi setelah nikah nanti biar aku buktikan sama kamu." Bisma membimbing Nimas masuk ke dalam pelukannya. Bisikan itu di harap bisa menenangkan hati Nimas.Bisma tidak akan membiarkan Nimas di sakiti oleh siapapun. Termasuk dua abangnya sendiri.Untuk Arjuna, pria itu keras, tapi Bisma masih sanggup melawan, untuk Yudhistira Bisma bahkan rela mengorbankan jabatannya demi pujaan hati. Ini prinsip hidupnya. Berperang sampai titik kehabisan. Lagipula Bunda Zoe ternyata berpihak pada putra dan suaminya. Siapa yang akan membelanya jika bukan jiwa juangnya."Aku rasa kita tidak bisa tinggal disini lagi, di rumah ini kalian sudah tidak bisa tenang. Aku akan bawa kalian ke tepat dimana pengganggu itu tidak bisa menemukan kita, aku takut lengahku mereka manfaatkan buat nyakitin kamu dan Vanilla.""Jangan bicara seperti itu, rumah ini banyak kenangan, disini tidak hanya ada duka, tapi
Pernikahan adalah ibadah seumur hidup. Salah satu ibadah paling mudah tapi lika liku perjalanannya yang begitu sulit.Tidak ada kata yang paling indah dari kata pernikahan yang sakinah mawadah warohmah untuk pasangan yang hendak melangkah masuk ke gerbang suci pernikahan.Siang ini, bakda zhuhur di masjid Attaqwa, masjid yang terletak tidak jauh dari markas kepolisian tempat Bisma bertugas. Akan menjadi saksi tak bersuara bersatunya dua insan yang belum halal menjadi halal di depan Tuhan Yang Maha Esa.Membuka pintu gerbang Rahmat dari-Nya dengan menurunkan beberapa malaikat untuk mendoakan kebaikan kepada calon pengantin.Tidak ada dekorasi mewah di dalam sana. Hanya ada satu meja berukuran sedang dilapisi dengan kain penutup meja berwarna putih berenda yang menjuntai ke bawah dan sebuah bolpoin terletak di atasnya.Serta dua karpet untuk keluarga yang diletakkan di dekat area berlangsungnya ijab qabul.Sangat amat sederhana. Sama sekali tidak menggambarkan jabatan Bisma yang cukup t
Mengenakan gaun putih panjang, Nimas tampil memikat dengan rambut yang ditutupi hijab. Begitu anggun dan memikat kecantikannya siang ini.Didampingi Bu Yuri dan istri dari komandan Bisma, Nimas berjalan bak tuan putri menyambut kedatangan sang pangeran yang menunggangi kuda putih.Senyum merekah tidak pernah luntur sedikitpun dari pancaran wajah Nimas. Penampilannya bahkan membuat semua mata terpukau takjub dan tertuju hanya pada Nimas seorang.Rubiah menyapu kedua sudut matanya dengan senyuman kebahagiaan. Meskipun dia tidak datang dengan terang-terangan. Dia tidak bisa menutupi tangis haru yang kini sedang menyelubungi jiwanya. Dia datang setelah acara hampir selesai karena di rumahnya begitu kacau akibat pertengkaran Arjuna dengan Winda yang semakin hari semakin intens.Kini dia hanya bisa menyaksikan putranya tersenyum haru. Akhirnya perjuangan dia untuk mendapatkan Nimas terbayar lunas siang ini.Nimas dan Bisma yang sudah resmi menjadi suami istri, kini duduk berdampingan sambi
"Kemari lah" Bisma meraih pinggang Nimas untuk di peluknya dengan lembut, Nimas sendiri sempat tertegun dengan kelembutan Bisma.Bisma kembali mencium kening Vanilla yang sudah terlelap sebelum membenarkan posisi tidurnya dan menarik kain untuk menutupi tubuh putrinya. Sebelum pemuda itu meraih tubuh Nimas untuk di gendong ke kamar utama.Nimas terharu ketika Bisma mengajaknya istirahat. Lelaki yang telah sah menjadi suami nya itu ternyata bukan tipe pria yang mementingkan diri sendiri."Kita tidur sebentar, kamu tidak boleh kelelahan, aku ingin melihat istriku benar-benar pulih."Bisma memeluk tubuh istrinya, tangannya meraba luka sayatan yang sampai sekarang belum sembuh seutuhnya.Nimas tidak mengatakan apapun. Dia hanya turut serta memeluk tubuh suaminya.🌿🌿🌿🌿🌿🌿Untuk pertama kalinya, perasaan Bisma dibuat sebahagia ini di sore hari, saat membuka mata, pemuda itu melihat tangan sang istri yang melingkar di pinggang nya, setelah hampir empat tahun akhirnya matahari menyinari
Semakin malam, rumah pengantin baru itu semakin ramai. Novrian yang memang pintar bermain gitar sudah membawa jemarinya untuk memetik gitar mengeluarkan nada yang elok di dengar di iringi nyanyian dari beberapa temannya.Bisma masih sibuk memanggang daging, halaman belakang rumah pengantin baru itu dipenuhi aroma jagung bakar yang menggiurkan.Nimas menepi untuk menyuapi Vanilla yang tampak menyukai ikan nila bakar. Sesekali matanya mengedar melihat keramaian dikediamannya.Nimas tidak risih. Melainkan terharu dengan kehangatan anggota kepolisian itu. Mereka menyempatkan waktu untuk merayakan kebahagiaan bersama.Mereka juga tampak manusiawi, tidak menonjolkan jabatan masing-masing. Bahkan komandan Bisma menyempatkan diri untuk datang bersama istrinya walaupun hanya sebentar. Bisma juga turut memperhatikan istri dan anaknya dari kejauhan. Sebenarnya Bisma khawatir dengan istrinya, takut Nimas merasa tidak nyaman, bagaimanapun teman-temannya datang tanpa kabar, tapi sejauh ini Bism
"Mas____"" Ya ____Sayang??"Nimas berada di atas Ansel, Nimas hanya ingin memastikan saja bahwa Bisma sedari tadi memanggilnya sayang dan ternyata benar.Bisma hendak beranjak, tetapi Nimas menahannya, membuat Bisma mengulingkan tubuh mereka kesamping kini Bimas yang berada dalam kendali nya.Bisma benar-benar seperti menggapai impian tertinggi nya, wanita yang sudah sekian lama ia inginkan sedang berbaring lembut di bawah naungan tubuh nya." Sayang___" Bisma membelai lembut pipi Nimas.Nimas mengangguk mengizinkan, bagaimanapun Nimas harus bisa mengerti keinginan dan kebutuhan Bisma, seperti janjinya sebelum memberanikan diri menyerahkan seluruh hati dan tubuh nya pada pemuda yang sedang menaungi nya.Senyum Bisma terbit dengan sempurna, bagaimana pun Bisma sudah lama menantikan hari ini Nimas pun dengan sadar mengizinkan nya, membuat Bisma tak ingin membendung keinginannya, wanita yang dicintainya bersedia menampung hasrat yang ingin ia bagi sejak lama." Oh, Mas" Nimas memekik
"Mas, kok kamu menangis?" Nimas menengadah menatap wajah Bisma. Nimas menghapus air mata yang mengalir di sudut mata suaminya." Aku bersyukur bisa seperti ini bersama mu!" Bisma merangkul pinggang Nimas semakin erat.Nimas kembali membenamkan wajahnya, rasa kantuknya berubah jadi rasa ingin tahu" Mas, kenapa kamu bisa mencintai ku"Nimas beringsut agak ke bawah membawa pipinya menempel di dada Bisma."Bisa. Semua terjadi begitu saja, Allah yang menumbuhkan rasaku untukmu, sudah ku coba melupakanmu, menjauh dari hidup kalian, tapi ternyata kita ada jodoh."Bisma tersenyum mencium kening istrinya.Nimas pun ikut tersenyum." Padahal pertama kali bertemu kamu tampak engan menatapku." ujar Nimas.Bisma menghentikan telapak tangannya yang mengelus rambut Nimas." Apa?" tanya pemuda itu sedikit menunduk" Kamu acuh." Nimas sedang tidak berbohong, karena memang di pertemuan pertama mereka, Bisma tampak seperti tidak menyukainya."Aku sedang membentengi diri kala itu." Bisma terkekeh kecil
"Kita keluar, yuk!"" Jalan? Kemana? Mau, tapi kamu ngak capek?"" Untuk Ngedate dengan istri ngak bakal cape dong!" ujar pemuda itu sudah mengeluarkan sesuatu dari lemari pakaian. "Pake ini sayang, bisa ganti celana? Aku akan membawamu ketempat dimana belum pernah ada yang membawamu kesana!" ujar Bisma.Nimas menerima jaket berbahan taslan anti air dan sepatu yang masih ada label nya tanda bahwa barang itu masih baru.Tanpa protes Nimas segera mengikuti keinginan Bisma, tak pernah Nimas sangka ternyata jaket, sepatu, bahkan mereka terlihat dengan style yang sama," What??" Kaget Nimas, astaga mereka seperti muda mudi yang benar-benar akan pergi berkencan, jaket sama, sepatu sama, kenapa jadi seperti sepasang kekasih?"Let's Go" Bisma menarik Nimas dengan semangat, Nimas malah ingin tertawa melihat penampilan mereka.Nimas benar-benar tak menyangka saat Bisma justru mengambil kendaraan beroda dua di banding mobil yang selama ini dibawa kemana-mana." Kemari lah!" Bisma mengajak Nimas
Semua terkejut ketika tiba-tiba Nimas meringis meremas perutnya. Zoe berhasil menangkap tubuh wanita itu sebelum tersungkur.Arjuna dan Yudhistira maju bersama, tetapi Yudhistira jauh lebih cepat dan berhasil membopong wanita itu."Ya Allah apa yang terjadi?" Rubiah meraung."Bawa ke rumah sakit." Zoe ikut menepuk pundak Yudhistira.Yudhistira membawa Nimas kerumah sakit di ikuti oleh Arjuna dan yang lainnya.Sesampainya di rumah sakit Nimas langsung mendapat penanganan dan mereka semua masih menunggu hasil pemeriksaan.Lima belas menit kemudian, seorang dokter mencari keluarga yang tengah ditangani."Saya Mamanya " Rubiah bergegas mendekati dokter yang baru saja memeriksa menantunya."Kandungan Ibu selamat, tetapi keadaan Ibunya yang mengkhawatirkan, pasien seperti tidak memiliki semangat hidup, jiwa nya seperti tidak ingin bangkit, apa sebelum ini mental ibu baik-baik saja? maaf tapi tekanan darah Ibu tadi waktu di bawa kesini cukup tinggi, beliau seperti habis tertekan" Jelas sang
"Aku harus ke kantor polisi, bagaimanapun tidak ada bukti jika Bisma sudah tidak ada, Ma." Nimas baru tersadar tiga puluh menit yang lalu, dan kini wanita itu mulai merengek."Bangunan dan seisinya hancur, Nimas. Sulit untuk polisi,..."Nimas menggeleng, dia tidak ingin mendengar perkataan Rubiah selanjutnya.Hari Rubiah hancur melihat Nimas yang kehilangan semangat hidup.Di sisi lain, Arjuna menatap nanar mantan istrinya yang begitu terpukul karena kehilangan Bisma, untuk pertama kalinya Arjuna menyadari jika cinta Nimas untuknya benar-benar sudah habis.Mata keputusasaan itu menjadi bukti nyata jika ternyata dirinya benar-benar sudah kalah. Tidak ada lagi setitik cinta di hati Nimas untuknya.Nimas merasa sangat terluka, ketakutannya menjadi kenyataan. Kebahagiaan yang baru saja dia rasakan harus tiba-tiba berakhir, terkadang takdir sekejam itu bukan? Bahkan Nimas sudah berkali-kali sakit bertubi karena kehilangan, wajar jika Nimas tak ingin mengalaminya sekali lagi, tiada hentiny
Sekalipun disembunyikan rapat-rapat, akhirnya yang salah ketahuan juga.Hal tersebut pantas disematkan pada seorang jenderal bintang lima yang selama ini disegani oleh semua orang, tak terkecuali oleh istri dan anak sambungnya.Kepulangan Adi sepertinya sudah di tunggu oleh Zoe dan Yudhistira. Tapi raut wajah keduanya tidak seperti biasanya yang akan dipenuhi senyuman dan rona bahagia.Adi melihat mata istrinya sembab. Kedua tangan Yudhistira yang terkepal kuat di sisi tubuhnya. Seolah-olah siap menghantam lawan dengan sekuat tenaga."PEMBUNUH!!" desis Zoe dengan tatapan matanya yang galak. Perempuan yang terkenal sabar dan bijak sana itu tak lagi dapat mengendalikan amarahnya.Sepatah kata yang Zoe ucapkan membuat Adi terpana. Tak pernah sekalipun istrinya itu berani meninggikan suara di depannya selama puluhan tahun, apa lagi berani menghakimi seperti sekarang ini."Bun, kamu,.." Adi tak dibiarkan bicara. Zoe segera mengangkat telapak tangannya tinggi-tinggi."Ya Allah.... Ternyat
Tidak! Kepala Nimas seperti berputar - putar kala melihat kartu identitas suaminya yang hanya tinggal sepotong karena dimakan api, Belum lagi sejumlah barang lainnya yang semuanya tampak habis terbakar.Naasnya semua barang itu benar milik Bisma. Nimas mendadak kehilangan seluruh kosa katanya, wanita itu membisu hingga sebuah berita dari laman resmi Novrian tunjukkan.Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Bambang Prasetyo mengatakan hingga hari ini, tercatat ada 3 anggota Polri yang gugur saat menjalankan tugas menggagalkan penyelundupan barang terlarang."Sampai dengan hari ini, ada 3 anggota yang gugur dalam melaksanakan tugas, satu diantaranya adalah...Bisma." Novrian bicara dengan hati-hati di hadapan istri sahabatnya.Nimas tercengang, wanita itu menggeleng kuat-kuat, ini kenyataan paling buruk yang tak akan sanggup Nimas hadapi."Nggak! Ini nggak mungkin terjadi Bang, semalam Mas Bisma... Dia..," Nimas tak bisa melanjutkan ucapannya wanita itu menjarahkan tatapan
"Mas, tolong!" Nimas menatap Arjuna penuh permohonan. Arjuna yang sudah berada di hadapan Vanilla menoleh."Saya nggak larang Mas ketemu Vanilla kapan pun. Tapi libatkan istrimu, jangan hanya datang dengan Mama, atau bahkan sendirian."Permintaan Nimas upaya agar hidupnya tetap damai, tanpa lagi adanya tuduhan-tuduhan tak berdasar dari istri Arjuna. Nimas lelah, amat sangat lelah dengan kecemburuan Winda."Yang dikatakan Nimas ada benarnya. Bicara baik-baik sama Winda, lagian harusnya Winda memanfaatkan peluang untuk dekat sama Vanilla, siapa tahu dengan hadirnya Vanilla di tengah-tengah kalian, Winda bisa mendapat berkah hamil." Rubiah ikut angkat bicara."Ma! Tolong jangan terus menerus menyinggung soal hamil, cukup sekali aku kehilangan istri, jangan terulang lagi."Nimas membuang muka saat Arjuna menatapnya lekat. Ada wajah penyesalan di raut lelaki itu. Dan Nimas sama sekali tidak ingin melihatnya.Hari itu Nimas membiarkan mantan suaminya puas bermain dengan putrinya di kediaman
"Kamu tahu kenapa kamu sendiri tidak yakin aku mempercayai perkataan mu, Winda? Itu karena kau terlalu sering berbohong padaku!" Arjuna menekankan setiap perkataannya, seolah menelaah dosa yang sudah istrinya lakukan.Winda bungkam. Dia tidak bisa mengelak."Sekarang aku tanya baik-baik padamu, apa yang kamu katakan pada Bisma saat dia datang tadi. Apa kamu sungguh tidak ada menyinggung tentang Vanilla?""Mas, aku..""Jawab saja! Ada tidak kamu menyinggung tentang Vanilla?!" emosi Arjuna meluap-luap. Winda berhasil memancing amarahnya dengan sikapnya yang bertele-tele."Apa salah aku meminta adikmu itu untuk jangan melibatkan kamu? Dia sudah menikahi wanita itu, anak itu juga jadi tanggung jawabnya, harusnya kamu tidak lagi dilibatkan Mas!" alih-alih merasa bersalah Winda malah meluapkan kekesalannya.Arjuna tercengang mendengar penuturan ngelantur Winda. Apa perempuan itu lupa ikatan keluarga tak akan terputus oleh apa pun, dengan cara apa pun. Ikatan darah akan selalu mengalir dan
"Apa yang ingin kamu katakan sama suamiku? Kamu sudah menikahi wanita itu. Jangan libatkan lagi Arjun dalam urusan kalian. Mengertilah Bim! Aku butuh waktu bersama dengan suamiku tanpa ada orang lain di tengah-tengah hubungan kami."Egois. Satu kata yang bisa Bisma sematkan untuk istri abangnya ini.Belum juga mengatakan tujuannya datang, Bisma sudah di wanti-wanti oleh Winda, agar tak melibatkan Arjuna untuk masalah Vanilla."Kalau gitu sampaikan saja pesanku pada Bang Arjun, katakan bahwa dia tidak perlu datang ke rumah Mama karena Mama sedang berada di rumahku bersama Nimas."Winda cuma mengiyakan dengan wajah jutek, tidak berniat mempersilahkan Bisma untuk masuk kedalam rumah.Bisma tidak mempermasalahkannya, dia sama sekali tidak ada urusan dengan perempuan itu jadi Bisma juga tak berniat lebih lama disana.Bisma langsung menjemput Rubiah untuk dibawa kerumahnya. Bisma akan segera pergi tugas setelah mengantarkan mamanya.Kedatangan Rubiah di sambut Nimas dan Vanilla. Sejak menik
Nimas masuk kamar anaknya dan menemukan Bisma yang tengah menyuapi Vanilla makan." Mama." sambut Vanilla sudah kembali ceria, sangat berbeda sebelum Bisma datang.Nimas tersenyum dan turut melangkah mendekati mereka." Setelah ini princess harus minum obat, kalau sembuh ayah akan membawa kalian pergi jalan-jalan" Suara lembut Bisma terdengar membujuk membuat Vanilla bersorak bahagia.Setelah Vanilla makan beberapa suap dan minum obat, Bisma membenarkan selimutnya. "Cepat sembuh, ayah menyayangimu" Bisma mengelus kening putrinya.Bisma dan Nimas keluar dari kamar Vanilla setelah gadis itu terlelap." Apa kamu sudah makan?" Tanya Bisma pada Nimas yang mengekor di belakangnya.Bimas menggeleng." Makan dulu, aku akan mandi sebentar.""Sudah ku siapan air hangat untuk mandi."" Kamu tak perlu melakukannya, aku bisa mandi dengan air dingin." Bisma merasa Nimas terlalu memanjakannya.Walaupun sesungguhnya hatinya tengah berbunga mendapati perhatian dari sang istri.Nimas pura-pura tak mend
Siang sudah beranjak menjadi senja. Seorang wanita tengah menantikan kedatangan suaminya di teras rumah. Dia adalah Nimas, Sejak siang Bisma belum mengirimkan pesan. Tidak biasanya Bisma seperti ini.Nimas mulai merasa khawatir. Apalagi jam pulang tugas sudah lama terlewat. Ini kali pertama Bisma tak memberi kabar. Biasanya jika pulang telat atau ada sesuatu yang akan Bisma kerjakan dia akan mengatakannya pada Nimas.Nimas sudah mulai memahami kesibukan suaminya dan Nimas sudah bisa beradaptasi."Mas Bisma belum datang??" Ibu Yuri menghampiri Nimas yang sejak tadi mencoba menenangkan Vanilla.Vanilla jatuh dari tangga rumah mereka, tidak mengalami cidera serius, tetapi putri kecil Nimas itu mendapat luka kecil di bagian kepalanya.Sudah empat jam anak itu tak berhenti menangis, Vanilla terus mencari Bisma dan minta di gendongan pemuda itu." Belum Bu!" Jawab Nimas dengan tangan yang terus mengelus lembut kening Vanilla yang di tutupi kain kasa." Huaaa__Huaaa, aku mau sama Ayah." gadi