"Baiklah. Aku sependapat dengan ibu. Bagaimana denganmu Olive?" tanya Tuan Aksara. "Tentu saja aku setuju. Ibu dan Tuan Aksara tentu dapat mengatur yang terbaik untukku." "Baguslah Olive, aku senang mendengarnya. Kalian segeralah pulang! Jangan sampai larut malam kalian sampai di mansion. Ingat pesan ibu, jagalah kesehatan kalian! Sebentar lagi kalian akan melangsungkan pernikahan." "Iya ibu. Tentu aku akan menjaga kesehatan. Ibu segeralah pulih." "Kami akan pulang sekarang bu. Segera kabari jika terjadi sesuatu." kata Tuan Anderson."Kalian tidak perlu mencemaskan ku. Ada Lani dan perawat yang menjaga ku. Berhati-hatilah selama di perjalanan.""Tentu saja ibu. Segeralah ibu tidur. Ini sudah jam istirahat.'Nyonya Alexander tersenyum melihat kepergian Tuan Aksara dan Olive sampai menghilang dari pandangan matanya.Tuan Aksara dan Olive segera keluar dari rumah sakit. Mereka berjalan menuju ke area parkir rumah sakit, dimana mobil mereka berada. Mobil yang membawa Tuan Aksara
Ruang kerja Miller yang terletak di lantai dua cukup representatif gaya pemiliknya. Dengan sosok yang lemah gemulai Miller menyambut kedatangan Tuan Anderson dan Olive dengan ramah. "Hallo Anderson.... Bagaimana kabarmu? Senang bertemu denganmu. Kenapa Nyonya Alexander tidak ikut datang?" kata Miller sembari tersenyum. "Kabarku baik Miller. Ibu tidak bisa datang karena masih butuh istirahat di rumah sakit." jawab Tuan Anderson. "Oh.... Apakah ibumu sakit? Kemarin saat meneleponku suaranya terdengar bahagia. Duduklah kalian! Siapa wanita cantik yang menemani mu? Apakah dia calon istri mu? Aku gembira saat mendengar kabar dari Nyonya Alexander jika kamu akan menikah lagi. Semoga pernikahan kamu kali ini dapat memperoleh keturunan." Tuan Anderson dan Olive segera duduk di sofa tersebut. "Namanya Olive. Tentu ibu sudah menceritakan kepadamu terkait Olive. Ibuku sedikit kelelahan dia hanya butuh istirahat sebentar di rumah sakit. Tentu saja ibu bahagia, dia senang melihat aku aka
“Baiklah Olive, aku akan mengambil dua gaun tersebut. Terserah kamu mau memakai yang mana untuk pernikahan di balai kota. Satu gaun bisa kamu kenakan untuk foto pre weeding atau resepsi pernikahan kita.”Miller menyahut : “Benar Olive. Gaun pernikahan itu sesuai untuk foto pre weeding pernikahan kalian. Jika saat resepsi kamu butuh dua gaun pernikahan, gaun tersebut cukup recommended untukmu.”“Baiklah Tuan Anderson, aku akan mengambil dua gaun ini.” kata Olive pasrah.“Itu sudah cukup untukmu Olive? Atau kamu membutuhkan pakaian lain?”“Gaun pernikahan ini sudah cukup untukku. Lain kali saja kita mencari pakaian untukku. Nanti waktu kita tidak cukup untuk mengunjungi pantai Lovely.”“Oke Olive.” kata Tuan Anderson.“Apakah kalian akan mengunjungi pantai Lovely?” tanya Miller sembari melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Ini sudah jam 12:00 siang, kalian perlu menempuh waktu perjalanan selama dua jam menuju ke pantai lovely.”“Benar Miller. Kami akan melakukan survei u
“Tuan Anderson?” tanya Olive pelan.“Apakah kamu akan tetap memanggilku dengan sebutan Tuan? Sementara sebentar lagi kita akan menikah di balai kota?”Olive tersipu malu. Rona wajahnya memerah mendengar perkataan dari Tuan Anderson.“Baiklah. Aku akan memanggilmu Anderson.” jawab Olive.“Baguslah. Aku senang mendengarnya. Apa yang ingin kamu tanyakan Olive?”“Apakah kamu sudah mencari tempat untuk melakukan foto pre weeding? Aku rasa pantai Lovely dapat menjadi tempat yang cukup bagus untuk kita jadikan momen sebagai tempat foto pre weeding. Bagaiman Anderson? Apakah kamu menyetujuinya?” “Itu ide yang bagus Olive. Pemandangan saat sunset juga bisa kita jadikan untuk foto pre weeding. Atau kamu punya pilihan lain dengan view yang indah?” “Ehm…. Bagus juga Anderson. Aku setuju denganmu. Kapan kamu akan mulai merencanakan foto pre weeding? Bukankah kita harus mencari fotografer yang professional?”“Aku akan bertanya kepada Miler. Dia pasti mengetahui fotografer professional yang biasa
“Tentu saja Clark, besok aku akan menemui ibu di rumah sakit. Sekarang sudah malam, sebaiknya kamu segera beristirahat. Sebentar lagi aku juga akan pergi tidur.”“Apakah Tuan Anderson membutuhkan sesuatu sebelum aku meninggalkan ruangan ini?”“Buatkan minuman cappucino. Suruh pelayan mengantarkannya ke ruang kerjaku?”“Baiklah Tuan Anderson. Aku akan segera menyuruh pelayan untuk membuatkan cappucino."Clark keluar dari ruang kerja Tuan Anderson dan pergi menuju ke dapur.Tak berapa lama kemudian pelayan datang dari balik pintu dengan membawa nampan yang berisi secangkir cappucino.“Letakkan saja di atas meja!” perintah Tuan Anderson.“Baiklah Tuan.” jawab pelayan dengan ramah.Pelayan meletakkan secangkir capucino di atas meja dan segera berlalu dari hadapan Tuan Anderson.Tuan Anderson mengambil cangkir dan menyesap capucino tersebut. Sesaat Tuan Anderson teringat akan teman lamanya james dan Hock. Segera dia menghubungi Hock untuk menyampaikan kabar pernikahannya.“Hallo Anderson…
Anderson terdiam mendengar perkataan dari Hock. Sesaat perasaannya teringat akan sosok Delima.“Baiklah Hock. Aku akan mencoba melupakan Delima, meskipun itu sangatlah sulit bagiku. Namun aku tidak mungkin membiarkan Olive merasa sakit hati jika ternyata aku masih menyimpan perasaan kepada Delima.”“Baguslah jika kamu mengetahuinya Anderson. Apa yang dapat aku bantu untuk persiapan pernikahanmu?”“Aku ingin kamu menjadi pengiring pengantinku saat di balai kota. Aku tidak ingin kamu menertawakanku Hock, karena aku menikah kembali di usia yang tidak muda.”Terdengar suara ketukan dari luar pintu. Seorang pelayan wanita masuk dari balik pintu. Dia membawakan teh Chamomile dan aneka cemilan. Diletakannya teh tersebut di atas meja yang tepat berada didepan kami.“Silakan diminum tehnya Tuan?” kata pelayan dengan ramah. Segera pelayan tersebut keluar dari ruang kerja Tuan Anderson.“Ayolah diminum the Chamomile nya Hock. Ini baik untuk kesehatanmu.” Anderson mengambil cangkir yang berisi
“Baiklah Anderson. Berarti untuk urusan resepsi pernikahan hanya kurang kartu undangan dan souvenir pernikahan?”“Iya Hock. Nanti sore aku berencana ke rumah sakit untuk membicarakan dengan ibu terkait berapa jumlah tamu undangan dari teman-temannya ibuku, serta menentukan souvenir pernikahanku yang cocok untuk tamu undangan.”“Oke Anderson. Berarti pelaksanaan teknisnya kita serahkan kepada EO. Kita bisa membicarakan nanti saat makan malam di restaurant bintang lima terkait evaluasi persiapan resepsi pernikahanmu.”Tuan Andrson dan Hock mulai membicarakan masalah detail terkait pelaksanaan pernikahan yang akan dilaksanakan minggu didepan di balai kota Lordania. Sementara itu, Olive mulai membuka kedua kelopak matanya. Dia mengambil ponsel yang terletak dia atas nakas.“Ternyata sudah jam 06:00 pagi. Aku cukup nyenyak juga tidurnya.” bisiknya lirih.Olive segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Tak berapa lama kemudian Olive keluar dari dalam kamar mandi
“Benar Hock, kamu sudah melihatnya sendiri jika wajahnya mirip dengan Olive. Saat bersama Olive aku merasa Delima selalu ada disisiku.”“Baiklah Anderson, aku yakin dengan adanya Olive kamu tidak merasakan kehilangan Delima. Aku sudah menuntaskan sarapan pagiku, sebaiknya kita kembali ke ruang kerja untuk melanjutkan kembali pembicaraan kita.” Tuan Anderson dan Hock segera keluar dari ruang makan, dia berjalan menaiki tangga menuju ke ruang kerja yang berada di lantai dua.Sementara menjelang siang hari Olive mulai menghubungi Gazela.“Hallo…. Selamat siang? Apakah ini Olive?” sapa Gazela melalui sambungan telepon.“Benar Gazela. Senang berkenalan denganmu. Apakah Hock sudah mengirim nomor teleponku kepadamu?” “Iya Olive. Tadi pagi Hock mengirim pesan berisi nomor teleponmu. Selamat berbahagia Olive, sebentar lagi kamu akan menikah dengan Anderson.”“Terima kasih atas doanya Gazela. Aku mendengar informasi dari Hock jika kamu memiliki rekomendasi riasan untuk acara pernikahan. Boleh