"Jika itu pernah dilakukan oleh kolonel Gerdy kita tidak perlu melakukannya kembali. Apalagi mereka telah melakukannya lebih dari satu kali untuk menyisiri jalan disepanjang tepi sungai Dark. Aku belum punya rencana apapun sebelum benar-benar bertemu dengan nenek Hansen." "Baiklah Tuan Aksara jika penyisiran tidak perlu dilakukan kembali kita akan mencari cara lain untuk melakukan penyidikan terkait pencarian Zulaikha. Aku harap kita benar-benar segera dapat bertindak setelah bertemu dengan nenek Hansen." "Kita dapat mendapat beberapa opsi tindakan setelah bertemu dengan nenek Hansen dan menanyakan beberapa pertanyaan terkait Zulaikha. Kita tunggu saja kedatangan nenek Hansen." kata kolonel Gerdy. Sementara itu Jackie yang tengah berada di dalam mobil merasa geram atas ulah anaknya nenek Hansen. Saat menelepon rumah nenek Hansen dia mendapatkan semburan tajam dari anak nenek Hansen terkait kesehatannya yang mulai memburuk. "Aku tidak tahu apakah nanti Tuan Aksara akan marah, j
"Baguslah jika ingatan nenek Hansen tidak buruk. Tuan Aksara yang mengundang nenek Hansen. Dia ingin menanyakan terkait wanita yang nenek Hansen temui saat di bus Halte. Apakah wanita tersebut mirip dengan foto ini?" Kolonel Gerdy menyerahkan selembar foto Zulaikha kepada Nenek Hansen. Segera Nenek Hansen menerima foto tersebut. Dia melihat dengan cermat gambar wanita cantik dalam foto itu. Dahinya berkerut saat dia mengamatinya. Tuan Aksara menunggu dengan cemas, perasaannya sungguh tak menentu. Sempat terlintas sekelebat pikiran negatif di kepalanya. "Bagaimana nenek Hansen? Apakah wanita tersebut mirip dengan foto yang kamu pegang." tanyanya dengan penasaran. Nenek Hansen menganggukkan kepalanya. "Siapa nama wanita didalam foto tersebut?" tanya nenek Hansen. "Namanya Zulaikha. Dia adalah putrinya Tuan Aksara yang menghilang selama hampir dua bulan." kata John. Tubuh Tuan Aksara terasa lemas seolah-olah energinya menguap setelah mendengar perkataan dari Nenek Hansen
Kolonel Gerdy menatap Tuan Aksara dan John secara bergantian. Mereka masih terdiam setelah mendapatkan pengakuan dari nenek Hansen terkait Zulaikha. "Apa langkah yang akan kalian ambil? Kita sudah bertemu orang yang terakhir kali bertemu dengan Zulaikha sebelum dia menghilang." "Aku belum tahu kolonel... pikiranku belum bisa berpikir dengan jernih untuk menentukan langkah selanjutnya. Bagaimana John? Apakah kamu memiliki ide untuk segera menemukan Zulaikha setelah kita bertemu dengan nenek Hansen?" kata Tuan Aksara. "Seperti yang sudah tadi aku katakan ... penyisiran di sepanjang sungai Dark itu adalah langkah yang tepat setelah mengetahui hilangnya Zulaikha yang kemungkinan terbawa oleh arus sungai. Namun kolonel Gerdy mengatakan itu adalah sebuah tindakan yang tidak efisien karena mereka dan tim penyelamat juga telah beberapa kali menyusuri tepi sungai Dark dan mereka belum mendapatkan hasil sampai saat ini." "John.... jika kamu ingin melakukan penyisiran kembali, konsultas
John terkejut mendengar reaksi yang berlebihan dari Nyonya Angel. Dia mengerutkan keningnya sembari berpikir. "Apakah Nyonya tidak tahu akan dampak yang telah anda lakukan terhadap Zulaikha? Itu sangatlah besar. Namun Tuan Aksara tidak memintaku untuk mencari penyebabnya dan hanya menyuruh untuk mencari keberadaan Zulaikha. Namun jika Zulaikha sudah ditemukan dan dia dibawa kembali ke mansion ini, apakah anda menjamin keadaan serupa tidak terulang kembali?" John menggelengkan kepalanya. Sembari melanjutkan perkataannya. "Andal lah yang merasa terancam akan kedatangan Zulaikha di mansion Tuan Aksara. Apakah anda sudah tersingkir Nyonya, sehingga berani bertindak kejam seperti itu?" "John ... kamu sungguh lancang menuduhku seperti itu. Aku tidak bermaksud bertindak terlalu jauh dan hanya memberi peringatan kepada Zulaikha. Toh dia sudah dewasa dan dapat bekerja. Setidaknya dia berpikir jika keluar dari mansion, dia akan segera mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya. Namun t
"Baiklah. Aku sependapat dengan ibu. Bagaimana denganmu Olive?" tanya Tuan Aksara. "Tentu saja aku setuju. Ibu dan Tuan Aksara tentu dapat mengatur yang terbaik untukku." "Baguslah Olive, aku senang mendengarnya. Kalian segeralah pulang! Jangan sampai larut malam kalian sampai di mansion. Ingat pesan ibu, jagalah kesehatan kalian! Sebentar lagi kalian akan melangsungkan pernikahan." "Iya ibu. Tentu aku akan menjaga kesehatan. Ibu segeralah pulih." "Kami akan pulang sekarang bu. Segera kabari jika terjadi sesuatu." kata Tuan Anderson."Kalian tidak perlu mencemaskan ku. Ada Lani dan perawat yang menjaga ku. Berhati-hatilah selama di perjalanan.""Tentu saja ibu. Segeralah ibu tidur. Ini sudah jam istirahat.'Nyonya Alexander tersenyum melihat kepergian Tuan Aksara dan Olive sampai menghilang dari pandangan matanya.Tuan Aksara dan Olive segera keluar dari rumah sakit. Mereka berjalan menuju ke area parkir rumah sakit, dimana mobil mereka berada. Mobil yang membawa Tuan Aksara
Ruang kerja Miller yang terletak di lantai dua cukup representatif gaya pemiliknya. Dengan sosok yang lemah gemulai Miller menyambut kedatangan Tuan Anderson dan Olive dengan ramah. "Hallo Anderson.... Bagaimana kabarmu? Senang bertemu denganmu. Kenapa Nyonya Alexander tidak ikut datang?" kata Miller sembari tersenyum. "Kabarku baik Miller. Ibu tidak bisa datang karena masih butuh istirahat di rumah sakit." jawab Tuan Anderson. "Oh.... Apakah ibumu sakit? Kemarin saat meneleponku suaranya terdengar bahagia. Duduklah kalian! Siapa wanita cantik yang menemani mu? Apakah dia calon istri mu? Aku gembira saat mendengar kabar dari Nyonya Alexander jika kamu akan menikah lagi. Semoga pernikahan kamu kali ini dapat memperoleh keturunan." Tuan Anderson dan Olive segera duduk di sofa tersebut. "Namanya Olive. Tentu ibu sudah menceritakan kepadamu terkait Olive. Ibuku sedikit kelelahan dia hanya butuh istirahat sebentar di rumah sakit. Tentu saja ibu bahagia, dia senang melihat aku aka
“Baiklah Olive, aku akan mengambil dua gaun tersebut. Terserah kamu mau memakai yang mana untuk pernikahan di balai kota. Satu gaun bisa kamu kenakan untuk foto pre weeding atau resepsi pernikahan kita.”Miller menyahut : “Benar Olive. Gaun pernikahan itu sesuai untuk foto pre weeding pernikahan kalian. Jika saat resepsi kamu butuh dua gaun pernikahan, gaun tersebut cukup recommended untukmu.”“Baiklah Tuan Anderson, aku akan mengambil dua gaun ini.” kata Olive pasrah.“Itu sudah cukup untukmu Olive? Atau kamu membutuhkan pakaian lain?”“Gaun pernikahan ini sudah cukup untukku. Lain kali saja kita mencari pakaian untukku. Nanti waktu kita tidak cukup untuk mengunjungi pantai Lovely.”“Oke Olive.” kata Tuan Anderson.“Apakah kalian akan mengunjungi pantai Lovely?” tanya Miller sembari melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. “Ini sudah jam 12:00 siang, kalian perlu menempuh waktu perjalanan selama dua jam menuju ke pantai lovely.”“Benar Miller. Kami akan melakukan survei u
“Tuan Anderson?” tanya Olive pelan.“Apakah kamu akan tetap memanggilku dengan sebutan Tuan? Sementara sebentar lagi kita akan menikah di balai kota?”Olive tersipu malu. Rona wajahnya memerah mendengar perkataan dari Tuan Anderson.“Baiklah. Aku akan memanggilmu Anderson.” jawab Olive.“Baguslah. Aku senang mendengarnya. Apa yang ingin kamu tanyakan Olive?”“Apakah kamu sudah mencari tempat untuk melakukan foto pre weeding? Aku rasa pantai Lovely dapat menjadi tempat yang cukup bagus untuk kita jadikan momen sebagai tempat foto pre weeding. Bagaiman Anderson? Apakah kamu menyetujuinya?” “Itu ide yang bagus Olive. Pemandangan saat sunset juga bisa kita jadikan untuk foto pre weeding. Atau kamu punya pilihan lain dengan view yang indah?” “Ehm…. Bagus juga Anderson. Aku setuju denganmu. Kapan kamu akan mulai merencanakan foto pre weeding? Bukankah kita harus mencari fotografer yang professional?”“Aku akan bertanya kepada Miler. Dia pasti mengetahui fotografer professional yang biasa