Share

57

Author: MyLunar
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

DAY 21

Siapa? Siapa yang Nina suka? Nina pun tidak tahu. Tapi jika ditanya, Ia akan dengan tegas menjawab Adam. Meskipun begitu, ia tahu mulai goyah. Kehadiran Bagas memang baru sebentar, tapi efeknya cukup besar.

Bagas terus memilihnya. Bahkan setelah kencan manis yang diceritakan Kanaya, menaiki kereta gantung menjelajahi pemandangan alam yang indah, lalu pergi ke kedai es krim, dan membeli beberapa aksesoris di pasar modern. Bagas tetap mengirimkan pesan manis padanya. Pesan yang cukup membuat Nina terenyuh. Ucapan selamat ulang tahun yang tak sempat disampaikan karena Nina terlalu sibuk menikmati momen perayaannya tadi malam.

Sementara Adam, lagi-lagi tidak mengirim pesan. Setelah adegan romantis dengan menyewa seluruh restaurant mewah ditambah bunga dan cincin, Adam tidak mengucapkan apapun lagi. Nina melepas cincin itu lalu meletakkannya di dalam kotak bertuliskan Cartier. Nina orang yang cukup ceroboh, ia sadar diri agar tidak menghilangkan barang berharg

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   58

    Bagas mengundang Nina ke kamarnya. Nina berjalan sambil membawa masker organik. Bagas memintanya untuk mengoleskan masker ke wajah. Pria itu ingin mencoba glow up agar bisa ikut tren tiktok from this to this. Pada dasarnya Bagas itu sudah tampan. Nina sendiri bingung mengapa pria itu ingin memakai masker dengan alasan merombak diri. Jangan-jangan pria itu tidak pernah glow up karena sudah tampan sejak kecil. 'Tok! Tok! Tok!' "Buka aja pintunya nggak dikunci!" Teriak Bagas dari dalam. Mengejutkan! Ternyata ada Adam di dalam sedang memakai hoodie hitamnya. Mulut Nina mengatup, dirinya ingin menjelaskan sesuatu, tetapi Adam tampak tidak peduli. Pria itu berlalu melewati Nina begitu saja. Nina ingin mendapatkan atensi Adam. Tubuhnya sampai berbalik untuk melihat kemana Adam pergi. Nyatanya, pria itu bertemu dengan Chelsea. Hingga pintu belum ditutup, keduanya dengan santai melewati kamar yang Bagas tempati dengan Chelsea menyapa Nina dan Bagas. "Nin? Nggak mau masuk?" Tegur Bagas ya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   59

    DAY 22"Sehat-sehat, Nak. Jangan lupa minum vitamin terus. Sekarang lagi musim pancaroba," Pesan ibu."Iya, Bu," Gumam Nina."Bapak nanyain kamu terus. Kapan pulang? Udah lama nggak lihat muka cantik anaknya," Kata ibu. Nina pun terkikik geli, "Masa sih nanyain terus? Tapi nggak pernah tuh telepon Nina.""Ah, bapak tuh gengsinya kegedean. Kalau ibu kasih Hpnya nggak pernah mau ngomong, ibu terus yang disuruh nanyain. Ini aja ibu lagi didikte sama bap--aduh apa sih, Pak?!" Nina bisa mendengar bunyi grasak grusuk di seberang telepon. Suara bapaknya samar-samar berbisik. Nina yakin saat ini bapak panik karena ibu membocorkan kelakuan bapak. Ayahnya memang begitu. Nina sudah lama maklum. Didepan saja tampak tidak peduli, tapi hatinya selembut Hello Kitty. Jika Nina sakit maka bapak akan langsung sigap membawanya ke rumah sakit, meskipun hanya sakit batuk biasa. Kadang, ibu sampai harus mengelus dada karena sifat protektif sang ayah terhadap Nina bahkan lebih daripada ke Gilang."Makanya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   60

    "Anjing!" Adam memukul kemudi berkali-kali. Di belakang kursi sudah ada berbagai kamera yang hancur berantakan. Sehingga tak ada sekalipun staf yang tahu, bagaimana kemarahan seorang Adam Prakarsa sebenarnya. Adam merasa harga dirinya terluka. Nina, memilih Bagas dengan lantang bahkan tanpa berpikir panjang didepan semua orang. Sepele, tapi Adam anggap sebagai sebuah peringatan bahwa Nina tidak lagi tergila-gila padanya, perasaannya mulai berubah. Bukan lagi sekedar terbawa suasana, Nina hampir menyerahkan separuh hatinya pada Bagas. Ini pertama kalinya Adam merasa frustasi masalah cinta. Perasaannya benar-benar campur aduk selama tinggal di asrama. Biasanya ia tidak akan peduli akan hal-hal seperti ini. Tapi, Adam rasanya hampir gila. Gila karena ditampar kenyataan bahwa Bagas dalam kurun waktu sepekan sudah berhasil mengubah haluan seorang Nina. Adam mencintai pekerjaannya, lebih dari apapun. Tapi untuk pertama kalinya ia tidak bersemangat datang ke kantor. Bahkan ia sampai meluap

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   61

    DAY 23'Ayo bergegas! Kalian akan liburan ke Bali selama 7 hari. Tentukan dengan siapa kamu mau melakukan perjalanan yang menyenangkan ini! Buat kamu yang nggak dapat pasangan, harus berangkat bareng dengan yang tidak punya pasangan juga secara berkelompok. Have fun!'"Yuhuu!!!""Asik, Bali coyy!""Wah, liburan gratis? Beneran full dibiayain ini?""Jangan lupa bikininya girls!" Adam, Ezra, dan Bagas sontak melotot pada celetukan Nadya. Lalu ketiganya memandang para gadis dengan tajam, memperingatkan agar tidak menggunakan pakaian tidak senonoh itu selama di Bali.Sementara Ikbal dan Sean kegirangan. Kapan lagi disuguhkan pemandangan indah secara gratis dan legal."Awas aja kalau kamu pakai bikini. Saya blender jadi jus alpukat," Peringat Bagas."Saya bakalan kurung kamu beneran kalau sampai itu terjadi," Adam menimpali."Serem amat sih kalian berdua. Lagian aku juga nggak punya bikini. Biasanya kalau renang juga pakai legging sama kaos oblong," Sahut Nina."Ka, aku nggak akan blender

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   62

    Makanan yang awalnya tersaji dan menggugah selera kini terasa tak menarik lagi. Para pria berfokus pada gawainya untuk memilih orang yang diinginkan untuk pergi bersama ke Bali. Sedangkan para perempuan menunggu sambil mengobrol santai meskipun diam-diam ingin sekali melirik ke sebelah untuk melihat siapa yang mereka pilih."Aku nggak pernah ke Bali," Ujar Kesha."Serius? Nanti deh gue jadi tour guide lo. Bali itu rumah kedua gue," Kata Nadya."Pantesan kulit lo gelap ya, Kak. Sering tanning disana?""Yeuuu, emang udah gennya gue begini. Masa gue gelapin badan mesti ke Bali dulu. Nggak ada duit shayyy," Balas Nadya."Done," Kata Ikbal. Menutup gawainya diikuti oleh para pria lainnya."Yaudah, makan aja yuk," Ajak Kanaya."Eh, nggak mau nunggu dulu? Gue penasaran banget nih," Kata Nadya."Sambil makan aja. Cacing peliharaan gue kelaperan nih," Nina memegang perut rampingnya.Mereka pun makan sambil berbincang biasa. Hari ini tidak ada yang ingin memasak sehingga mereka memesan banyak s

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   63

    "Kamu nggak siap-siap?"Rame banget di kamar. Mana ada Mas Bagas. Males aku," Kata Chelsea."Ngapain Bagas di kamar kalian?" Tanya Adam. Ada sedikit anda tak suka disana."Biasalah, ngapel Nina. Kamu nggak kesana juga?" Tanya Chelsea."Nggak lah. Lagi nggak mood.""Baru ditolak sekali udah cemberut aja," Cibir Chelsea."Dua kali," Ralat Adam."Iya itu.""Aku kan mau pergi sama kamu. Yaudah aku lebih fokus aja ke kamu," Kata Adam. Lalu menghisap rokoknya."Dan Nadya.""Anggap aja dia obat nyamuk," Celetuk Adam membuat Chelsea terkikik geli. Kepalanya lalu bersandar pada bahu Adam. Seperti biasa pria itu tidak menolak, Adam juga menikmati sikap manja yang Chelsea tunjukkan. tangan kirinya lalu mengusap pipi Chelsea pelan."Aku kira tadi kamu bakalan obrak-abrik meja, Mas," Kata Chelsea."Kok gitu?" Tanya Adam."Habis, biasanya kamu nggak bisa kontrol emosi. Pas aku lihat kita bakalan berangkat bareng aku kaget lho. Aku kira Nina bakalan pilih kamu. Makanya pas tahu yang sebenarnya, aku

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   64

    "Yaudah buruan milih! Yeu, lama banget sih inces!" Nadya kesal. Ia belum makan sejak masih di Jakarta. Tapi lihatlah dua sejoli yang membuatnya naik darah. Terutama gadis yang mengaku dirinya princess. Lama sekali memilih makanan. Harus estetik lah, harus indah lah, harus mendukung konten foto lah. Nadya jadi ingin sekali mencakar mulutnya."Sabar dong! Aduh, aku kebelet pipis. Tunggu ya! Chelsea ke toilet dulu!" Nadya menggeram kesal. Jika harusnya pelayan yang merasa kesal karena harus berdiri menunggu lama, malah Nadya yang kini punggungnya tengah diusap untuk ditenangkan. Adam baru saja kembali dari aktifitas merokoknya. Tak ayal berbagai pasang mata tertuju pada pria yang mengenakan kemeja biru dongker dengan kain lengan terlipat sampai siku dan kancing atas yang terbuka. Kacamata hitam yang semakin menambah kesan maskulin pun membuat Nadya yang katanya tergila-gila kepada Bagas kini meneguk ludah kasar dengan tatapan laparnya. "Chelsea mana?" Tanya Adam sambil membuka buku men

    Last Updated : 2024-10-29
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   65

    Semilir angin menerbangkan rambut panjang Nina yang terurai. Pada dasarnya Bagas punya bibit buaya dalam tubuhnya. Ia sering sekali membantu menyelipkan rambut Nina ke belakang telinga. Alasannya sih supaya tidak menghalangi Nina untuk menikmati keindahan Pantai Kelingking. Setelah makan, Nina meminta untuk mampir sebentar ke pantai. Mumpung hari masih panjang, tidak ada salahnya kan menikmati alam sejenak? "Indah," Gumam Bagas. Nina mengangguk lalu menoleh, ternyata Bagas sedang memperhatikannya. Lalu keduanya terpaku untuk sesaat. Ada rona merah alami yang muncul perlahan. Nina memutuskan lebih dulu pandangan itu, ia malu dan gugup disaat bersamaan. "Apaan sih?" Nina tersipu malu lalu tangannya digunakan untuk menutupi wajahnya. "Lho? Apa, itu tebing di belakang kamu indah," Canda Bagas. "Nyebelin," Nina mencebik. Bagas lalu tertawa, "Iya, cuman kamu yang paling indah. Bahkan birunya lautan aja kalah sama keindahan kamu." "Halah, mulaiiii." "Serba salah deh. Nggak dipuji sal

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story- Kanaya Ezra (End)

    "Apapun itu yang kamu pikirkan...aku nggak tertarik untuk mencoba. Jadi lupakan aja.""Haahh..." Kanaya menyandarkan kepalanya pada bahu kursi. Kenapa? Kenapa ia harus berkata seperti itu pada Ezra dan menyakitinya lagi? Kanaya terlalu kasar, tapi itu karena ia tidak ingin memulai apapun lagi dengan Ezra kemudian berseteru dengan ibunya yang tidak menyetujuinya."Ka?" Nina mengguncang tubuhnya, membuat Kanaya kembali tersadar."Eh, maaf...aku..""Kamu nggak enak badan? Istirahat aja atau pulang. Kamu kan lagi sibuk syuting, kalau kamu merasa keteteran, nggak ke cafe juga nggak apa-apa. Aku masih bisa handle kok, karyawan juga banyak.""Aku masih bisa kok.""Ka..." Ucap Nina dengan serius. Secara tersirat memerintahkan Kanaya agar istirahat saja.Bukan begitu...Kanaya hanya sedang berharap Ezra akan datang lagi walau sebentar. Kanaya tidak ingin kehilangan momen yang langka. Kenyataan bahwa kampus Ezra berdekatan dengan cafenya, membuat besar kemungkinan pria itu datang lagi. Kanaya s

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story Kanaya-Ezra

    "Za! Ada cafe baru di persimpangan, lo join nggak? Sekalian udud." Ajak Wahyu.Pria dengan jaket kupluk hitam dan headseat di telinganya tidak menjawab, pun menoleh. Matanya terpejam dengan tangan bersedekap."Za!" Panggil Jovi lagi, temannya. Kali ini dengan sedikit dorongan keras.Ezra membuka matanya yang memerah karena dibangunkan mendadak. Pria itu menguap lalu mengendikkan dagunya tanda bertanya."Kita mau kerja kelompok di cafe dekat persimpangan yang lagi rame itu.""Cafe Heureux itu ya? Yang punya seleb? Mau! Mau! Sekalian foto-foto disana yuk!" Abigail menyahuti."Terserah," Singkat pria kulkas itu."Sekalian cuci mata, katanya anak FEB pada sering nongkrong disitu. Mereka kan cakep-cakep. Itung-itung bantu lo move on, Za!"Ezra memilih acuh kemudian membereskan barangnya. Lagipula, ia ingin segera menyelesaikan tugas yang menumpuk dan tidur di apartemennya sampai pagi esok untuk membayar 2 malam begadangnya."Buset! Gercep banget ya Ezra kalau udah ngomongin cewek cakep. Ma

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story-Adam End

    Bos'Dimana?'MeDikantin, Pak.Bos'Oke'Sudah 5 bulan berlalu sejak kesepakatan itu. Baik Adam maupun Norma tidak ada yang berniat untuk mengakhiri hubungan palsu ini. Setiap kali Norma bertanya, Adam hanya menjawab....'Sampai waktu yang tidak ditentukan.'"Lo kapan mau putusin si Bos?" Tanya Ika, sahabat dekat, satu-satunya manusia di kantor yang tahu rahasianya."Putusin gimana? Hubungan aja nggak ada.""Nah, itu maksud gue. Lo mau sampai kapan nggak dikasih kepastian dari bos? Lo nggak mau cari pacar emang?"Bagaimana mau cari pacar, kalau hatinya terlanjur berlabuh pada Adam Prakarsa...Melihat Norma yang hanya diam, Ika kembali bicara, "Lo suka ya sama bos?""Jangan ngasal.""Cih, lo pikri gue bego? Waktu awal-awal lo ngeluh ke gue 24 jam, bos nyebelin lah, bos kampret lah, bos inilah itulah. Sekarang, coba lihat, lo udah bukan ngeluh lagi. Tapi kayak cewek yang lagi jatuh cinta tahu nggak. Adam tuh baik banget dia malam-malam bawain gue obat pas sakit, Adam ngajak gue jalan-j

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short Story-Adam

    Pria itu sibuk menatap jalanan yang padat di bawah sana dari gedung pencakar langit lantai 10. Terhitung sejak kembali dari Bali, Adam belum memiliki semangat yang sama untuk bekerja. Padahal, seluruh karyawan perusahaan tahu, bagaimana bos workaholic mereka itu, jika menyangkut pekerjaan, ia pasti akan menggila sampai lupa waktu.Makanya, uangnya tidak akan habis tujuh turunan."Permisi, Pak. Izin saya Norma." Suara dari intercom memecahkan lamunan Adam, "Masuk."Gadis dengan setelah kemeja garis berwarna biru langit dan rok span diatas lutut itu menunduk setelah sampai di depan meja besar Adam, bosnya."Bapak memanggil saya?""Saya udah manggil dari tadi, kenapa kamu baru datang?""Maaf, Pak tadi saya mengerjakan laporan yang bapak minta hari ini...""Harusnya kamu tahu prioritas. Saya panggil kamu, artinya kamu harus tinggalkan laporan itu dan datang ke saya. Paham?"Ah, kena lagi..."Hm, baik, Pak."Adam mematikan rokoknya ke wadah kaca dengan aksen emas lalu duduk di kursi kebesa

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   116

    "Saya terima nikah dan kawinnya Karenina Subagyo binti Subagyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!""Sah?""Sah!!!""Alhamdulillah."Nina segera mencium tangan suaminya. Terhitung 1 tahun sejak pacaran, dan 6 bulan setelah lamaran, mereka menikah. Kini Nina benar-benar menjadi seorang istri yang ia pun tak sangka. Bahwa hari ini akan datang juga. Bagas menangis dengan haru. Terbayang masa-masa perjuangannya untuk meyakinkan Nina. Banyaknya hambatan tak serta merta menyurutkan rasa cintanya kepada gadis itu.Ada banyak hal yang tidak bisa terungkapkan dengan kata. Sehingga air mata akhirnya mewakilkan segala perasaan senang yang mendera.Dengan telaten Nina menghapus air mata suaminya. Bibirnya tersenyum malu saat melihat Bagas menatapnya lamat. Astaga, padahal mereka sudah menikah. Tapi malah bertingkah seperti remaja puber. Kemudian acara pun dilanjutkan dengan resepsi.Nina yang meminta agar acara diselesaikan dalam 1 hari saja meskipun memakan waku sampai sore

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   115

    Ruang tamu yang disulap menjadi dekorasi sederhana, semakin ramai oleh keluarga Nina dan Bagas. Hiasan berbagai bunga asli yang memanjang dengan kaki besi pada masing-masing sisi lalu ada nama kedua calon di belakang berwarna emas. Nina sendiri sudah anggun dengan rambut yang tersanggul sederhana dipadukan dengan kebaya simple pilihannya. Senada dengan kemeja katun hijau sage milik Bagas.Nina merasa hari ini hanya imajinasinya, tetapi riakan ramai dari tamu-tamu yang datang membuatnya sadar bahwa ini adalah nyata.Ia telah dilamar.Bagaimana bisa ia sampai pada titik ini? Tentu saja berawal dari hal terkonyol yang Bagas lakukan. Menyematkan jemarinya dengan cincin plastik hadiah dari snack bulan lalu. Cincin dengan lampu kecil merah menyala seperti sirine. Kemudian, tak lama setelahnya, Bagas benar-benar datang membawa ibu beserta adiknya dengan maksud serius karena...ia rasa Nina sudah memberikan lampu hijau."Nah! Sudah!" Kanaya memutar tubuh Nina menghadap cermin agar gadis itu b

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   114

    "Mas, pulang..." Sambut Intan ramah. Namun, sikap Bagas terlampau dingin. Ia sudah terlalu malas meladeni sikap Intan. Ia tidak ingin kehadiran Intan akan membuatnya kehilangan Nina."Sini--" Omongan Intan terpotong oleh tangan Bagas yang menepisnya agak keras, "Kapan kamu keluar dari rumah ini?" Intan mengerjap, berusaha memcerna apa yang barusan Bagas katakan, "Maksud kamu?""Kamu nggak lupa kan kalau kamu hanya menumpang sementara disini? Jadi, kapan kamu siap pindah? Bukannya kamu sudah bayar uang muka? Sepertinya juga kamu udah sehat."Intan meremas kedua tangannya. Tidak, ini tidak seperti apa yang ia rencanakan. Bagas tidak boleh seperti ini. Intan mengelus perutnya pelan, menatap Bagas dengan memelas."Nggak usah pakai alasan itu lagi untuk mengelabui aku. Aku tau kamu udah pulih. Kamu nggak bisa selamanya tinggal disini, Intan.""Apa aku merepotkan? Kenapa tiba-tiba kamu mengusir aku? Kalau iya, aku janji akan sebisa mungkin bantu-bantu di rumah.""Bukan itu masalahnya," Oh

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   113

    Setelah membantu Intan memakan makanannya, Bagas pergi keluar ruangan untuk mencari udara segar. Setelah sekian lama, akhirnya Intan bisa makan, meskipun masih belum ada sepatah dua patah kata yang keluar dari mulutnya. Ia masih dalam suasana berduka karena kehilangan anak pertamanya. Keluarga wanita itu tidak ada yang bisa dihubungi membuat Bagas bertanya-tanya. Sebenarnya bagaimana hidup Intan selama ini. Karena setahunya, Intan terlahir dari keluarga yang baik-baik saja. Intan hidup bagaikan putri di negeri dongeng."Abang ngapain bengong disini?" Anggit datang membawa bingkisan hitam. Menyerahkan bingkisan itu ke dada Bagas dengan paksa, sambil memakan es krim yang tersisa setengah."Eh, kesini kamu, Nggit?""Iya, nggak tega juga biarin abang nunggu nenek lampir sendirian di rumah sakit." Anggit kemudian ikut duduk di sampingnya, lalu melanjutkan, "Lagian kenapa sih, Bang? Masih mau bantuin dia? Nina tahu kalau abang segininya bantuin mantan?""Ya mau gimana lagi. Sejak awal aban

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   112

    Sudah beberapa hari ini ia diselimuti oleh kalut. Bagaimana tidak, bayangan Bagas memeluk pinggang Intan erat, menuntun wanita itu berjalan seperti suami siaga, membuat Nina merasa dikhianati secara tidak langsung. Kenyataan bahwa, selama Bagas tidak membalas pesannya, karena pria itu sibuk mendampingi Intan membuatnya tidak bisa berpikir jernih.Oleh karena itu, Nina ingin memastikan sesuatu. Dia berdiri menatap pagar hitam di depannya lama, sebelum memutuskan untuk membukanya atau berbalik pergi. Ia membuka pagar perlahan, lalu melangkah mendekati pintu utama. Dengan rantang di tangan kanannya, berisikan rawon buatannya sendiri, ia teringat akan pesan ibu sebelum masuk rumah sakit.'Jangan lupa kasih rawon ini ke Bagas ya, Nak. Meskipun belum kenal, tapi kan calon besan ibu. Anggap aja salam perkenalan.'Nina merasa...punya wasiat yang harus ia tuntaskan, sekaligus alibi untuknya karena Bagas tidak bisa dihubungi."Assalamualaikum..."Nina mengetuk, kemudian memperhatikan penampila

DMCA.com Protection Status