Share

This is it! - 8

Author: Rossie
last update Last Updated: 2022-04-12 00:15:03

Hari-hari cepat sekali rasanya berlalu. Pekerjaan yang makin menggila dengan adanya target baru dari kantor pusat di Inggris ditambah lagi dengan pernikahan bu bos yang banyak tambahan ini itu menjelang hari H.

Jam kerjaku berubah, sampai kantor lebih pagi dan pulang lebih malam. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku ke salon langganan.

Mama meneleponku,

"Lingan, lagi di kantor?"

"Iya mam, gimana?"

"Enggak... nanti bisa telepon mama? Ada hal yang ini mama tanyakan.."

" mmm..ok mam, nanti aku telepon ya.."

"ok deh.. mama tunggu ya.. dadagh..."

"dah mama."

Aku terdiam sejenak saat telepon ditutup. Tumben mama minta ditelepon, kelihatannya kok penting sekali ya.. ada apa ya? Pikiranku kembali muter-muter kayak gasing.

"Lingan... "

bu bos memanggil,

"iya bu.."

"kamu weekend ini kemana ya? Ada acara gak?"

Duuhh mau apa lagi sih ibu bos satu ini? Jangan sampe dia ngajak meeting, soalnya aku udah booking perawatan di salon dan spa langganan buat weekend ini.

"Hmmm... ada appointment bu sama teman, udah lama banget gak ketemu, mumpung lagi di Jakarta".

"Oooh.. itu sampe malem? Rencananya saya mau ngajak dinner dirumah saya, sekalian saya mau kenalin calon suami saya nanti ke kamu. Masak udah capek banget nyiapin ini itu untuk pernikahan saya, tapi belum kenal sama calon suami saya, nanti salah orang lagi nikahnya."

Bu bos tertawa garing.

"Mmm.. sebenarnya belum tau sampai jam berapa bu, mmm... gimana ya bu? Boleh di hari kerja aja mungkin kita janjian lagi bu?"

Kupasang muka memelas dengan tatapan boleh gak ibu kasih saya waktu menikmati waktu untuk saya sendiri tanpa ibu ganggu dengan segala keribetan yang mengikuti?

"Ya udah deh.. nanti saya coba cari waktu lagi, nanti saya kabarin ya Lingan.."

"ok siap bu."

Aku selamat. Bu bos ini sebenarnya orangnya asik banget buat jadi teman nongkrong, karena mungkin karena usianya gak terlalu jauh dan kemarin - kemarin saat kami masih punya berlimpah waktu senggang, kami banyak nyobain tempat nongkrong yang baru hits di Jakarta, bahkan sampai ke bandung. Hebatnya lagi, bu bos ini sangat profesional. Dia tidak mencampur adukkan urusan di luar kantor dan di dalam kantor, kecuali urusan pernikahan fairy tale ini.

Sepulang kerja, aku melepon mama di mobil.

"hai mam, apa kabar? Mama sudah makan?"

Pertanyaan standar yang selalu kuajukan sebelum ngobrol.

"Sudah nak.. kamu dimana nih"

"baru keluar kantor mam, pengen ke mall nyari celana, soalnya celana yang terakhir beli kayaknya kok semua kegedean. Mau permak celana males, jadi beli baru aja...hehehe"

"ih dasar kamu, boros tauk!"

"iih mama tuh, kan gak tiap hari aku beli celana.."

"iya deh...hati2 yah.. mama mau nanya, Lingan.. kamu sehat kan?"

"Apa sih mama basa basi aja deh dari tadi."

"Enggak..... mama mau tanya, Alonzo ada hubungi kamu kemarin-kemarin?"

"............."

Aku terdiam. Untungnya pas banget aku sampai di lobby mall.

"Ooh itu, mam aku jawab bentar yah, aku turun dulu.. udah sampe."

"Hhhh..."

mama menarik napas panjang..

"ok deh, tak tunggu jawabanmu nak... daagh"

telepon pun ditutup. Hilang moodku mencari celana.

Pertanyaan mama yang menyangkut Alonzo selalu tidak bisa kujawab, dan ujungnya selalu berakhir seperti tadi, dan kebanyakan aku mencari alasan entah sinyal hilang atau apapun itu, pokoknya tidak ada jawaban yang keluar dari mulutku. Tapi, mamaku adalah orang yang bisa dibilang pejuang. Dia akan terus bertanya sampai ketemu jawaban dari aku.

Kan, bener kan.. telepon genggamku berbunyi lagi. Ada tulisan MAMA disana. Harus kuangkat, kalau tidak bisa heboh nanti.

"Yellow mama... baru sampe rumah nih..."

"iya, mama tau nak... "

"eh kok tau? Emang hebat banget mamaku ini tau aku dimana padahal jarak kita jauh.."

"kamu udah mandi belum?"

"Belum lah mam, baru juga nyampe.."

"ok, tunggu yah...kita 5 menit lagi paling nyampe apartemen kamu"

"ha???"

Telepon ditutup begitu saja. Belum sempat aku bertanya arti kata kita di kata-kata mama tadi.

aku menggenggam telepon genggamku dengan erat. Kali ini aku tidak bisa kabur. Dengan siapa mama datang? Mama biasanya tidak pernah pergi jauh dari rumah kecuali sama papa atau sama orang yang sudah dia kenal baik, seperti Alonzo atau Sasha. Sasha udah jelas bukan, dia pasti kabarin aku kalo ada yang gini - gini. Siapa dong? Masak Alonzo? Mati aku.

Lima menit bukanlah waktu yang cukup untuk aku nyiapin diri dan hati dan pikiran dan entah apalah itu yang harus kusiapkan lagi. Aku paling benci situasi terjebak seperti ini. Mama kenapa kayak gini sih?

aku ganti baju, cuci muka dan dandan seadanya biar gak dikira zombie. Mukaku kelihatan lelah sekali kalau sudah dirumah begini. Selain karena sudah jarang perawatan, aku juga banyak pikiran dan beban hidupku lagi sesuatu banyaknya. Bisa diomelin mama tujuh turunan nanti kalo dia lihat aku kayak gini. Concealer kupakai sebanyak mungkin. Hahahaha aku tertawa sendiri melihat mukaku di kaca yang tidak siap menerima tamu di jam semalam ini.

Ting tong! Ting tong! Suara bel apartemenku yang tak kuharapkan berbunyi semalam ini.

"Hai mam..dan.......kamu."

Raut mukaku dari tersenyum menjadi datar seketika. Masih di depan pintu.

"Kamu ngapain? Gini caranya? Kan aku sudah bilang kalau nanti liat, kenapa masih datang lagi dan mengganggu sih?"

Mama melerai,

"sudah-sudah.. kamu gak kasih mama masuk nih? Malu loh di denger tetangga.."

"mama aja masuk, dia biar diluar."

Aku menjawab ketus.

"Iih kamu tega banget sih....."

mama kembali menjawab sambil menarik tangan Alonzo masuk ke apartemenku.

aku menyuruh Alonzo duduk dan aku menawari mama mau minum apa sambil menarik mama ke dapur.

"Mama apa-apaan sih? Aku gak suka becandaan kayak gini mam. Aku lagi ngobatin sakit hati aku yang belum sembuh, mama dateng ngajak orang itu kayak taburin garam di lukaku yang belum kering loh mam.."

"ya, kalo gak gini kamu gak akan bisa mama ajak ngomong dengan bener. Mama mau ngomong ama kamu aja kayak mau ngomong ama presiden, protokolnya banyak bener... sampe hampir lupa mama kalo mama punya satu anak perempuan yang sedang merantau jauh ke kota besar sendirian."

"Mama apaan sih? Masalahnya bukan ada di mama, tapi di manusia itu."

"Eh, dia punya nama."

Mama mencubit pinggangku sampai aku mengernyit kesakitan.

"Terserah mam. Mau nanya apaan sih mama? Sok misterius."

"Gini, dua hari lalu, Alonzo tiba-tiba telepon mama. Dia nanya kabar mama, kabar papa kamu, sampai nanyain kamu."

"Mau ngapain lagi dia nanya-nanyain aku? Mau bikin sakit hati lagi?"

"Hush! Jangan suuzon!"

Kembali pinggangku dicubit mama. Hobby deh mama nyubit-nyubit sekarang.

"Dia tu kemarin telp mama tu bilang dia kalo dia pengen banget ketemu kamu, karena dia mau minta maaf sebelum dia nikah."

"Alonzo mau nikah??? Kapan mam?"

"Iya, dia mau nikah dalam waktu deket ini. Makanya kamu jangan suuzon dulu. Dia tu gak mau ada beban sebelum dia nikah makanya dia mau minta maaf ke mama, papa, kamu yang terutama....."

"aku terdiam sambil mengambil air minum di kulkas. Sambil minum aku menatap mama.

"Ayo, ditemuin dia sekarang. Inget gak usah galak-galak. Kamu kayak satpol kalo galak"

"mama apaan sih..genetik nih mam.."

Akhirnya kita duduk di ruang tamu apartemenku. Sambil menatap matanya tajam, aku buka pembicaraan,

"Gimana, ada yang mau diomongin kata mama"

dia menarik napas panjang sambil membetulkan posisi duduknya.

"Jadi gini Lingan.. sebelumnya aku minta maaf sudah datang di situasi dan jam segini.. aku coba hubungi kamu untuk minta waktumu sebentar saja tapi kelihatannya kamu sibuk jadi aku gak enak mau ganggu kamu, tapi aku gak bisa gak ketemu kamu sebelum aku menikah..."

mendengar kata-kata ini keluar dari mulutnya beda rasanya dengan saat mama bilang tadi. Yang ini rasanya jauh jauh jauh lebih menyakitkan. Aku menahan diriku untuk tidak mengatakan apa-apa sampai dia selesai bicara. Dia pun sekarang terdiam, mungkin menunggu responku, tapi aku tidak mau merespon apa-apa dulu. Mama pun melihatku menunggu responku.

"Terus?"

Alonzo kembali menarik napas panjang

"jadi, aku ingin minta maaf dan minta doa restu om tante juga terutama kamu. Aku gak mau kita berakhir jadi musuh. Aku mau kita tetap bisa menjadi teman baik, termasuk juga dengan om dan tante semoga permintaan maaf saya ini bisa diterima sehingga ke depan nanti kita bisa tetap mempunyai silahturahmi yang baik."

Wih belajar ngomong dimana dia kok lancar banget kayak lagi ngomong sama temennya aja, batinku.

"ya udah. Kita kan emang udah jadi temen dari dulu sejak kita gagal nikah kan?"

Mama menatapku tajam, Alonzo salah tingkah.

"Yuk, diminum dulu.."

mama mencoba mencairkan suasana sambil menatapku tajam.

"Jadi, calonnya dari mana ini?"

"Dari Jakarta juga tante, kerja di bank"

"oohh, bank apa? Jangan-jangan Lingan kenal... hahahahaa..."

mama tertawa kecil. Alonzo tersenyum kecut

"iya tante, memang satu kantor sama Lingan"

aku terbatuk batuk keselek dengar kata-kata Alonzo. Jangan bilang kalo itu ibu bos! Aku melotot sambil tersedak melihat dia.

"Oalaaah.. siapa namanya? Pasti jabatannya udah tinggi nih.. soalnya harus seimbang sama nak Alonzo kan.. masak nak Alonzo kepala cabang kantor usaha batubara di kalimantan sedangkan calon istrinya karyawan biasa aja...."

mama kembali tertawa kecil. Aku melirik mama tajam, keponya kok gak ada batasnya loh mama.

"Oh iya tante, namanya Lesti, kebetulan dia juga jabatannya direktur investment tan.."

Alonzo melirik ke arahku yang sudah mulai tidak nyaman berada di situasi ini. Kepalaku mendadak sakit dan mual sekali, mau muntah rasanya. Ini salah, situasi ini harusnya gak terjadi sama aku

"Oo,... ok2 selamat yah.. aku doain semoga pernikahan kalian nanti lancar ya....aku mendadak gak enak badan. Mau ke apotik sebentar beli obat, mama disini dulu aja ya, aku gak lama."

Aku mengambil jaket dan kunci mobilku dengan cepat aku keluar dari ruangan, apartemenku menuju ke parkiran.

"SHIT!!!!!! Becandanya gak lucu!!!!!!"

aku menangis sejadi-jadinya di mobil.

Related chapters

  • Tunanganku vs Tunangannya   Hidup tak adil! - 9

    Aku menangis sejadi-jadinya di mobil, sambil menuju entah kemana aku ini. kuinjak gas kencang, kalut sekali rasanya. Kutarik napas panjang berkali-berkali sambil berusaha menenangkan diriku. Aku berhenti di pinggir jalan dan ku telepon mama, "mam, aku gak bisa balik ke apartemen, mobilku mogok. Lagi dibawa ke bengkel sekarang. Mama pulang aja yah.. kunci aja pake kuncinya mama, aku udah bawa kunci. Maafin aku mam." Tidak lama masuk notifikasi sms ku masuk dari mama, "ok, mama paham.. mama bilang dia kamu bakal lama jadi gak usah ditunggu yah. Hati-hati nak.. kabarin mama kalo kamu udah pulang ya.." mamaku ini sebanarnya satu-satunya orang yang paling bisa paham hati anaknya. Dia tau aku pasti kaget dan sakit hati banget dengar dan ngadepin semuanya ini. malam ini aku tidur di hotel. Pikiranku kacau. Berkali-kali aku menyebut nama Tuhan. Kenapa aku dikasih di situasi ini, kenapa juga dia yang harus jadi calon pengantin pria yang tidak pernah muncul itu. Kenapa jug

    Last Updated : 2022-04-12
  • Tunanganku vs Tunangannya   Move on - 10

    Setelah kejadian itu, butuh waktu beberapa hari untuk aku kembali pulih dan siap bekerja lagi, bertemu bu bos yang mungkin akan mengenalkan calon suaminya hari ini kepadaku. benar dugaanku. Pagi ini aku dandan seadanya, memakai baju yang diambilkan Sasha di apartemenku. Cukup nampak seperti baru sembuh dari sakit, cocok dengan alasanku tidak masuk kantor beberapa hari karena sakit. bu bos memanggilku ke ruangan begitu dia tau aku sudah kembali kerja. "Apa kabar Lingan? Sudah sehat? Saya khawatir kamu terlalu capek belakangan ini banyak yang harus kamu selesaikan." "Saya gak papa bu, sudah lebih baik, terima kasih." "Sukurlah. Oiya, sebentar siang kamu makan siang sama saya ya, saya mau mengenalkan kamu ke calon suami saya. Akhirnya sampai juga dia di Jakarta. Dia sudah di Jakarta dari minggu lalu, tapi katanya masih ada urusan yang harus diselesaikan makanya baru bisa saya kenalkan ke kamu hari ini, kebetulan juga kemarin kamu sakit dan baru hari ini ma

    Last Updated : 2022-04-12
  • Tunanganku vs Tunangannya   Hidup baru - 11

    3 bulan sudah lewat setelah pernikahan akbar bu bos kemarin. Suasana di kantor sudah mulai kembali normal setelah bu bos kembali dari honeymoon keliling Indonesia dari sabang sampai merauke. Katanya sih mengikuti maunya suami bisa keliling Indonesia. Maunya suaminya itu ya maunya aku dulu, dulu…Kutarik napas panjang sambil menyeruput kopi favoritku sebelum memulai hari senin ini.Telepon di ruanganku berdering kencang “pagi” “pagi Lingan. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Ok bu” tumben banget jam segini udah sibuk. “Ada apa bu?” Bu bos lagi telepon, dia hanya kasih kode pakai matanya menyuruh aku duduk. Suasana ruangan ini gak sehangat biasanya. Ada apa ya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Selesai telepon, bu bos duduk di balik mejanya sambil melipat tangannya. “Lingan. Saya perlu bicara empat mata sama kamu” aku menelan ludah. Ada apa ini? Perasaanku mendadak tidak enak. “Gimana bu?” “Kamu pernah mau menikah?” Kembali petir di pagi hari yang waktu itu pe

    Last Updated : 2022-04-26
  • Tunanganku vs Tunangannya   Maju jalan! - 12

    Sejak pertemuan dengan bu bos terakhir yang menanyakan sejarah kelam percintaanku, aku sangat berusaha untuk tidak bertemu empat mata dengan bu bos. Aku takut tidak dapet jawaban lagi atas pertanyaan - pertanyaan ajaibnya yang bikin aku gak tenang. Rasanya hidupku sudah cukup tenang saat ini. Terima kasih untuk kantor pusat yang sudah menaikkan targetku makin mendekati langit, jadi mau gak mau aku harus kejar target biar aku dapet reward dan tabunganku cukup untuk masa depan nanti setelah aku resign. Yah, aku emang berencana resign dari kantor ini. Tapi nanti kalau tabunganku sudah kurasa cukup. Senin besok aku harus berangkat ke Singapore untuk bertemu bapak Permana. Pria ini seperti angin rasanya, datang dan pergi di hidupku tapi belum banyak kesan di dalamnya. Apa kubuat makin berkesan saja ya? Aku tersipu sambil menatap keluar jendela ruang kerjaku. Tok.. tok.. tok.. “permisi bu, ada tamu. Bisa saya persilahkan masuk?” Sekretarisku membuka pintu ruanganku sedikit. “Siapa?” “Mmm..

    Last Updated : 2022-05-05
  • Tunanganku vs Tunangannya   Kehidupan baru - 13

    Aku memang berencana resign dari kantor kesayanganku ini setelah sudah 10 tahun berkarya. Kupikir, kalau aku terus berada di comfort zone, aku tidak akan bisa meningkatkan kemampuan diriku. Maunya sih sambil buka usaha juga yang nantinya akan jadi bekalku semasa tua.Mulai kubayangkan, aku duduk di beranda rumah dengan detail cat rumah putih kombinasi dengan batu bata merah seperti rumah - rumah yang ada di bali. Sambil menyeruput teh hangat bersama dengan suamiku sambil melihat cucu kami berlarian di taman rumah kami yang luas. Sebentar, kenapa harus bali sih? Huft.. kutarik napas panjang. Bubar jalan bayangan indahku bersama suamiku yang mukanya masih samar - samar alias belum tau siapa. Kapan aku bisa menghapus kenangan bali dari pikiranku? Semakin aku coba membuang kenangan itu jauh - jauh, semakin lekat di pikiranku. Susah sekali lepas rasanya. Kuletakkan kopi dengan segala kegiatan wajib pagiku di meja dan melanjutkan pekerjaanku yang menumpuk hari ini, sambil reminder ke diri s

    Last Updated : 2022-05-20
  • Tunanganku vs Tunangannya   Ketika itu - 14

    Kadang - kadang aku masih suka menghabiskan waktu saat weekend dengan terbang keluar kota bukan untuk ngapain tapi hanya untuk mencari waktu sendiri ku sambil melihat awan dari jendela pesawat selama beberapa menit atau beberapa jam, menikmati suasananya yang tiada duanya. Kalo diinget - inget sudah lama juga aku tidka melakukan rutinitas itu karena kesibukan yang luar biasa.Masak harus tunggu resign dulu baru bisa pergi - pergi. “Ah kelamaan ah..” aku mengumam sendiri sambil mengecek email. Kursor di komputer lalu memilih salah satu aplikasi travel yang sering kupakai. Cek tanggal weekend ini, dan tujuan. “Oke, Singapore kayaknya oke. Dua malam” kembali aku menggumam sendiri sambil jari tanganku kutak katik pilih tanggal, pilih hotel, klik pembayaran dan “done! Yeessss…” aku tersenyum sendiri seperti melihat layar komputerku seperti melihat suatu pencapaian kerja terbaik tahun ini. Senyumku merekah. Ada semangat lebih untuk menyelesaikan pekerjaanku minggu ini.Senin..Selasa..Rabu

    Last Updated : 2022-06-01
  • Tunanganku vs Tunangannya   Kamu oh Kamu! - 15

    Singapore di weekend ini harusnya menjadi sempurna dengan tidak adanya gangguan apapun. Aku berharap bisa bebas keluar masuk toko di Orchard Road tanpa rasa was - was akan bertemu dengan orang lain yang bisa menyebabkan keresahan. Kenapa harus ketemu dia di sini di hotel ini dan kamarnya ada depan kamarku di lantai yang sama. Mimpi apa aku di pesawat saat tertidur kemarin. Malam ini mendadak tidak bisa tidur aku terjaga semalaman entah karena kebanyakan wine di pesawat atau karena pertemuan di lift tadi. Tidak tenang rasanya, kalau - kalau pintu kamarku di ketok atau telepon kamarku berbunyi dari kamar sebelah. Sekali lagi, aku tidak suka keadaan ini. Aku mau refreshing bukan sebaliknya. Aku membenamkan mukaku ke bantal sambil berteriak kencang sekencang - kencangnya. Hari Sabtu. Harusnya hari ini Alonzo tidak ada kegiatan, karena ini sabtu. Eh ngapain aku mikirin dia? harusnya aku fokus ke agendaku hari ini. Gym sebentar, mandi sarapan kemudian jalan - jalan dan berkulineran. Ok,

    Last Updated : 2022-11-15
  • Tunanganku vs Tunangannya   Back to Reality - 16

    Kriiiinggg..... kriiiiingggg telepon di ruangan kerjaku beteriak seperti membangunkan aku dari mimpi. Weekend kemarin di Singapore rasanya kok kurang ya untuk aku bisa berdua saja dengan Alonzo. "Sadar Lingan! sadar! dia udah jadi suami bosmu sendiri yang sedang hamil anak pertama mereka!" kutepuk pipiku sendiri agar segera kembali ke bumi. "Siang, dengan Lingan disini. Dengan siapa?""Lingan...... kok lama? tolong bawa dokumen meeting minggu lalu ke ruangan saya, saya mau lihat""Baik bu"bergegas ku mengambil dokumen meeting di meja sekretarisku dan segera meluncur ke ruangan bu bos. "Pagi bu..""Pagi. Have a seat please.." bu bos menyuruhku duduk tanpa menatapku. eh, tumben bu bos seformal ini. Dia gak akan seformal ini kalo gak ada sesuatu yang dirasa cukup mengganggu. "Yang ini segera saja dieksekusi agar tidak terlalu lama, nanti mereka berubah pikiran, Lingan""Noted bu. Saya eksekusi hari ini, prosesnya biasanya seminggu, jadi minggu depan harusnya sudah bisa selesai s

    Last Updated : 2022-11-17

Latest chapter

  • Tunanganku vs Tunangannya   Happy Birthday!!!

    Good morning sunshine! Happy birthday to me! Aku bangun dari tempat tidur, menggeliat seperti anak kucing dua menit, kemudian aku turun dari tempat tidur membuka tirai di kamarku lebar - lebar agar matahari di hari ulang tahunku ini bisa masuk ke dalam kamar sesuka hatinya menerangi jiwa dan ragaku. Aku menggeleng sambil tersenyum sambil berjalan ke arah pantry. Kopi pahit atau manis untuk pagi ini? Kuseduh kopi manis yang tersedia di mini bar di kamarku sambil bergumam sendirian, "mari minum kopi manis, agar harimu bertambah manis hari ini..." kemudian aku tertawa geli sendiri atas kata - kataku yang lebay kekinian. Menghirup wangi kopi sambil menatap indahnya lautan biru yang ada di depan mataku dari kamar sungguh suatu situasi yang langka untukku. Kutarik napas panjang. Aku bersyukur masih bisa punya kekuatan untuk kembali lagi ke tempat ini, pulau ini, hotel ini berdiri dengan pemandangan diluar jendela yang sama dengan waktu itu, sendirian, merayakan ulang tahunku. "Ter

  • Tunanganku vs Tunangannya   Hell-O! - 18

    Hell-O Bali! Pagi ini pesawatku landing dengan mulus di Bandar Udara International I Gusti Ngurah Rai. Saat aku keluar dari pesawat, aroma angin laut dan aroma khas bali ini langsung tercium di hidungku.. lembab, segar dan hangat jadi satu rasanya. Aku selalu mencintai pulau yang sangat indah ini. Tetapi sejak adanya memori yang tidak menyenangkan itu, tidak pernah terbayang lagi olehku kalau aku akan kuat kembali lagi ke pulau ini, sendirian. Tapi, disinilah aku. Merayakan ulang tahunku besok. Sopir yang menjemput aku di terminal kedatangan sudah mengangkat papan nama bertuliskan namaku dengan tinggi. Kadek tertulis di papan nama di dadanya. Beliau menyapaku dengan sangat sopan. "Selamat datang kembali di Bali, Ibu Lingan.....bagaimana perjalanannya dari Jakarta?" "Terima kasih Pak Kadek...baik pak, untung cerah ya....perjalanan ke Bali selalu baik pak.. bagaimana kondisi Bali sekarang pak?""Baik ibu, sudah mulai ramai.. karena ini sudah masuk high season disini" beliau k

  • Tunanganku vs Tunangannya   This is My Holiday - 17

    Minggu depan adalah ulang tahunku. Sudah dua tahun aku melewati ulang tahun sendirian di apartmentku dengan hanya ditemani lilin, bukan lilin ulang tahun tapi lilin untuk mati lampu itu. Kebayang kan. Ibuku pun entah kenapa di setiap hari ulang tahunku selalu saja ada kegiatan di luar kota dan ditambah lagi aku tidak punya kekasih hati lagi sejak saat itu, jadi, yah.. aku lewati ulang tahun sendirian, again... and again.. dan sepertinya tahun ini juga akan sama, sendirian lagi. Aku sudah mengajukan cuti untuk hari Kamis minggu depan. Kebetulan hari ulang tahunku hari Jumat, jadi aku bisa escape sebentar untuk waktu yang lumayan lama untukku. Aku menatap laptopku dalam - dalam mencari destinasi tujuan mana yang kira - kira bisa kupilih untuk menghabiskan long weekend ini, sendiri. "Singapore?" aku menggumam dan menggeleng sendiri. "Let's find another destination" aku menggumam lagi sambil menarik napas panjang sambil terus scroll layar komputerku."Dalam negeri kali yaaaa...."

  • Tunanganku vs Tunangannya   Back to Reality - 16

    Kriiiinggg..... kriiiiingggg telepon di ruangan kerjaku beteriak seperti membangunkan aku dari mimpi. Weekend kemarin di Singapore rasanya kok kurang ya untuk aku bisa berdua saja dengan Alonzo. "Sadar Lingan! sadar! dia udah jadi suami bosmu sendiri yang sedang hamil anak pertama mereka!" kutepuk pipiku sendiri agar segera kembali ke bumi. "Siang, dengan Lingan disini. Dengan siapa?""Lingan...... kok lama? tolong bawa dokumen meeting minggu lalu ke ruangan saya, saya mau lihat""Baik bu"bergegas ku mengambil dokumen meeting di meja sekretarisku dan segera meluncur ke ruangan bu bos. "Pagi bu..""Pagi. Have a seat please.." bu bos menyuruhku duduk tanpa menatapku. eh, tumben bu bos seformal ini. Dia gak akan seformal ini kalo gak ada sesuatu yang dirasa cukup mengganggu. "Yang ini segera saja dieksekusi agar tidak terlalu lama, nanti mereka berubah pikiran, Lingan""Noted bu. Saya eksekusi hari ini, prosesnya biasanya seminggu, jadi minggu depan harusnya sudah bisa selesai s

  • Tunanganku vs Tunangannya   Kamu oh Kamu! - 15

    Singapore di weekend ini harusnya menjadi sempurna dengan tidak adanya gangguan apapun. Aku berharap bisa bebas keluar masuk toko di Orchard Road tanpa rasa was - was akan bertemu dengan orang lain yang bisa menyebabkan keresahan. Kenapa harus ketemu dia di sini di hotel ini dan kamarnya ada depan kamarku di lantai yang sama. Mimpi apa aku di pesawat saat tertidur kemarin. Malam ini mendadak tidak bisa tidur aku terjaga semalaman entah karena kebanyakan wine di pesawat atau karena pertemuan di lift tadi. Tidak tenang rasanya, kalau - kalau pintu kamarku di ketok atau telepon kamarku berbunyi dari kamar sebelah. Sekali lagi, aku tidak suka keadaan ini. Aku mau refreshing bukan sebaliknya. Aku membenamkan mukaku ke bantal sambil berteriak kencang sekencang - kencangnya. Hari Sabtu. Harusnya hari ini Alonzo tidak ada kegiatan, karena ini sabtu. Eh ngapain aku mikirin dia? harusnya aku fokus ke agendaku hari ini. Gym sebentar, mandi sarapan kemudian jalan - jalan dan berkulineran. Ok,

  • Tunanganku vs Tunangannya   Ketika itu - 14

    Kadang - kadang aku masih suka menghabiskan waktu saat weekend dengan terbang keluar kota bukan untuk ngapain tapi hanya untuk mencari waktu sendiri ku sambil melihat awan dari jendela pesawat selama beberapa menit atau beberapa jam, menikmati suasananya yang tiada duanya. Kalo diinget - inget sudah lama juga aku tidka melakukan rutinitas itu karena kesibukan yang luar biasa.Masak harus tunggu resign dulu baru bisa pergi - pergi. “Ah kelamaan ah..” aku mengumam sendiri sambil mengecek email. Kursor di komputer lalu memilih salah satu aplikasi travel yang sering kupakai. Cek tanggal weekend ini, dan tujuan. “Oke, Singapore kayaknya oke. Dua malam” kembali aku menggumam sendiri sambil jari tanganku kutak katik pilih tanggal, pilih hotel, klik pembayaran dan “done! Yeessss…” aku tersenyum sendiri seperti melihat layar komputerku seperti melihat suatu pencapaian kerja terbaik tahun ini. Senyumku merekah. Ada semangat lebih untuk menyelesaikan pekerjaanku minggu ini.Senin..Selasa..Rabu

  • Tunanganku vs Tunangannya   Kehidupan baru - 13

    Aku memang berencana resign dari kantor kesayanganku ini setelah sudah 10 tahun berkarya. Kupikir, kalau aku terus berada di comfort zone, aku tidak akan bisa meningkatkan kemampuan diriku. Maunya sih sambil buka usaha juga yang nantinya akan jadi bekalku semasa tua.Mulai kubayangkan, aku duduk di beranda rumah dengan detail cat rumah putih kombinasi dengan batu bata merah seperti rumah - rumah yang ada di bali. Sambil menyeruput teh hangat bersama dengan suamiku sambil melihat cucu kami berlarian di taman rumah kami yang luas. Sebentar, kenapa harus bali sih? Huft.. kutarik napas panjang. Bubar jalan bayangan indahku bersama suamiku yang mukanya masih samar - samar alias belum tau siapa. Kapan aku bisa menghapus kenangan bali dari pikiranku? Semakin aku coba membuang kenangan itu jauh - jauh, semakin lekat di pikiranku. Susah sekali lepas rasanya. Kuletakkan kopi dengan segala kegiatan wajib pagiku di meja dan melanjutkan pekerjaanku yang menumpuk hari ini, sambil reminder ke diri s

  • Tunanganku vs Tunangannya   Maju jalan! - 12

    Sejak pertemuan dengan bu bos terakhir yang menanyakan sejarah kelam percintaanku, aku sangat berusaha untuk tidak bertemu empat mata dengan bu bos. Aku takut tidak dapet jawaban lagi atas pertanyaan - pertanyaan ajaibnya yang bikin aku gak tenang. Rasanya hidupku sudah cukup tenang saat ini. Terima kasih untuk kantor pusat yang sudah menaikkan targetku makin mendekati langit, jadi mau gak mau aku harus kejar target biar aku dapet reward dan tabunganku cukup untuk masa depan nanti setelah aku resign. Yah, aku emang berencana resign dari kantor ini. Tapi nanti kalau tabunganku sudah kurasa cukup. Senin besok aku harus berangkat ke Singapore untuk bertemu bapak Permana. Pria ini seperti angin rasanya, datang dan pergi di hidupku tapi belum banyak kesan di dalamnya. Apa kubuat makin berkesan saja ya? Aku tersipu sambil menatap keluar jendela ruang kerjaku. Tok.. tok.. tok.. “permisi bu, ada tamu. Bisa saya persilahkan masuk?” Sekretarisku membuka pintu ruanganku sedikit. “Siapa?” “Mmm..

  • Tunanganku vs Tunangannya   Hidup baru - 11

    3 bulan sudah lewat setelah pernikahan akbar bu bos kemarin. Suasana di kantor sudah mulai kembali normal setelah bu bos kembali dari honeymoon keliling Indonesia dari sabang sampai merauke. Katanya sih mengikuti maunya suami bisa keliling Indonesia. Maunya suaminya itu ya maunya aku dulu, dulu…Kutarik napas panjang sambil menyeruput kopi favoritku sebelum memulai hari senin ini.Telepon di ruanganku berdering kencang “pagi” “pagi Lingan. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Ok bu” tumben banget jam segini udah sibuk. “Ada apa bu?” Bu bos lagi telepon, dia hanya kasih kode pakai matanya menyuruh aku duduk. Suasana ruangan ini gak sehangat biasanya. Ada apa ya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Selesai telepon, bu bos duduk di balik mejanya sambil melipat tangannya. “Lingan. Saya perlu bicara empat mata sama kamu” aku menelan ludah. Ada apa ini? Perasaanku mendadak tidak enak. “Gimana bu?” “Kamu pernah mau menikah?” Kembali petir di pagi hari yang waktu itu pe

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status