Share

Move on - 10

Penulis: Rossie
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-12 00:19:32

Setelah kejadian itu, butuh waktu beberapa hari untuk aku kembali pulih dan siap bekerja lagi, bertemu bu bos yang mungkin akan mengenalkan calon suaminya hari ini kepadaku.

benar dugaanku. Pagi ini aku dandan seadanya, memakai baju yang diambilkan Sasha di apartemenku. Cukup nampak seperti baru sembuh dari sakit, cocok dengan alasanku tidak masuk kantor beberapa hari karena sakit.

bu bos memanggilku ke ruangan begitu dia tau aku sudah kembali kerja.

"Apa kabar Lingan? Sudah sehat? Saya khawatir kamu terlalu capek belakangan ini banyak yang harus kamu selesaikan."

"Saya gak papa bu, sudah lebih baik, terima kasih."

"Sukurlah. Oiya, sebentar siang kamu makan siang sama saya ya, saya mau mengenalkan kamu ke calon suami saya. Akhirnya sampai juga dia di Jakarta. Dia sudah di Jakarta dari minggu lalu, tapi katanya masih ada urusan yang harus diselesaikan makanya baru bisa saya kenalkan ke kamu hari ini, kebetulan juga kemarin kamu sakit dan baru hari ini masuk kerja kembali."

Jantungku berdebar kencang sekali seperti ada marathon di dalam. Kuat..kuat..kuat..

"baik bu.."

aku tidak fokus. Membayangkan seperti apa makan siang sebentar.

"Lingan, yuk!"

"Loh kan belum jam makan siang bu"

"udah, gak papa, kan kamu sama saya. Kalo sendirian batu gak boleh hehehe.."

aku tersenyum kecut berusaha tidak ada apa-apa. Andai si bu bos tau siapa calon suaminya. Andai saja dia tau.

Kita sudah sampai di lobby kantor,

"sebentar ya.. udah deket katanya tadi. Kamu pasti suka deh sama dia, saya aja langsung jatuh cinta waktu ketemu sama dia pertama kali."

"Oh, ketemu dimana bu?"

"Bali."

Darahku jembali mendesir, mengalir deras masuk keluar jantung. Degup jantungku makin kencang. Astaga.

"naah itu dia dateng"

kulihat mobil mercy putih mengarah ke lobby.

"Ya Tuhan.... bantu aku..."

aku berbisik kecil sambil melihat mobil merah itu mendekat.

"yuk, Lingan.."

aku masuk ke bagian belakang mobil, tepat di belakang sopir. Dia nyetir sendiri tidak pakai sopir.

"Kenalin Lingan.. ini Alonzo, calon suami aku yang hilang kemarin-kemarin akhirnya ketemu juga ya..." aku bersalaman sambil pura-pura tersenyum manis,

"salam kenal.."

"salam kenal juga" jawabku. Gak akan ada orang yang akan pernah tau rasanya jadi aku. Cukup jelas dia tidak mau bu bos tau ceritanya denganku.

makan siang ini terasa lama sekali. Ternyata kita ke restaurant steak favorit aku. Makanan disini luar biasa enaknya, tapi siang ini, steak disini mendadak rasanya biasa aja, susah ditelan.

"Jadi, lingan.. Steak di restaurant ini tuh makanan favorit Alonzo loh.. enak kan?"

Aku mengangguk pelan sambil memotong steak di depanku pelan. Ingin kusiram kepala laki-laki di depanku ini, dulu gak suka steak kok mendadak bilang steak ini makanan favorit dia? Gak salaaahhh???? Penipu.

"Alonzo ini kerjanya di kalimantan, kita ketemu di Bali. Dia ini nyebelin banget masak aku disuruh repot sendirian nyiapin pernikahan kita. Untung ada kamu loh Lingan.."

aku tersenyum tipis ke arah bu bos sambil berusaha keras mengunyah steak lezat di depanku ini.

"Kamu kok tumben gak banyak ngomong sih sayang? Cerita dong kemarin ada urusan kerjaan apa sampai gak nemuin aku dulu.. kamu gak kangen ya?"

Aku mendadak keselek terbatuk-batuk dan Alonzo dengan sigapnya mengambilkan aku air minum. Bu bos sampai bengong ngeliat calon suaminya begitu sigap mengambilkan aku air minum.

"Eh, gak papa pak.. terima kasih.. tapi saya bisa sendiri.."

aku lap mulutku dan aku ijin ke belakang sebentar.

"Ya Tuhan kenapa harus begini situasinya....."

kuremas erat tissue di tanganku.

aku menarik napas panjang berkali-kali, aku tidak boleh menangis.. aku harus kuat melewati makan siang ini. Kurapihkan make up di wajahku dan aku kembali menarik napas panjang sebelum aku kembali ke meja.

"Kamu gak papa?"

"Gak papa bu..keselek aja sedikit, tapi gak papa"

kulihat mereka sudah selesai makan, Dan di saat yang bersamaan sekretarisku meneleponku untuk segera kembali ke kantor karena ada tamu.

"Bu, maaf sebelumnya, sepertinya saya harus kembali ke kantor. Ada tamu dari singapore..."

"oh..ya udah, bareng aja ini kita juga udah selesai. Biar gak usah naik taksi kamu. Bareng aja. Bentar...."

bu bos memanggil pelayan untuk membawakan nota. Alonzo mengeluarkan dompetnya dan segera membayar semua pesanan kita. Sambil perjalanan kembali ke kantor, aku berterima kasih,

"Terima kasih pak, bu sudah dikenalkan dan diajak makan siang juga.."

"gak masalah Lingan.."

kita seneng banget kamu bisa bantu kita dalam persiapan pernikahan kita. Saya gak kebayang kalo gak ada kamu loh, beneran......iya kan sayang?"

"I...iya.."

jawab Alonzo. Bu bos menatapnya heran,

"kamu kenapa sih? Kok aneh aja daritadi...?"

"Gak papa... maaf ya, aku banyak kerjaan yang ditinggalin di kalimantan jadi pikiranku terbagi kesana"

Alonzo menjawab bu bos sambil melirik sebentar ke spion. Mata kita bertemu sebentar, aku langsung mengalihkan pandanganku ke luar jendela.

sesampainya di kantor, aku berterima kasih sekali lagi dan langsung berjalan duluan ke arah ruanganku. Sekretarisku masuk, dan sampaikan kalau tamunya tadi mendadak dia harus ketemu oranga lain tapi dia minta waktunya aku kembali untuk bisa meeting. Untungnya aku bisa keluar dati situasi tadi. Melelahkan sekali perasaan dan hati ini rasanya seperti dicampur aduk kayak es campur.

aku berusaha menyelesaikan pekerjaanku hari ini secara profesional. Aku berusaha terbiasa dengan keadaan dan situasi yang ada di depanku.

satu minggu berlalu. Pernikahannya tiga hari lagi. Semua persiapan aku siapkan sebaik mungkin. Mungkin kalau ada yang bertanya bagaimana perasaanku saat ini, aku bisa bilang aku mati rasa. Rasa sakit yang dipaksa kuat ini membuat aku menjadi mati rasa, aku tidak lagi bisa merasakan marah, sedih, cemburu, sakit hati, atau apapun itu. Semua terasa datar saja saat ini. Namun, aku masih belum bisa bicara langsung dengan Alonzo dan aku berusaha untuk tidak mengecewakan bu bos dengan ekspektasi acara pernikahannya yang tinggi.

Tiga hari itu tidak lama, cepat sekali rasanya. Tibalah hati H pernikahan bu bos. Semua persiapan sudah selesai, aku double check seluruh persiapan dari awal samlai akhir. Semuanya sudah ok. Aku terdiam menarik napas panjang di depan pelaminan, menatap pelaminan. Seharusnya aku yang duduk di sana bersamanya.

"Bu?"

Sekretarisku memanggilku.

"Bunga tangannya sudah di depan bu, mau dipindah di meja sini?"

"Oh.. iya.. iya.. bawa sini.."

tiba saat dimana pengantin wanitanya keluar dan menuju tempat pemberkatan, dimana disana sudah menunggu pengantin prianya menatap dalam-dalam ke pengantin wanita yang berjalan pelan. Semuanya terlihat sempurna kecuali hati dan pikiranku.

inilah.. saatnya..aku melepaskan pikiranku dan perasaanku... inilah saatnya.. aku harus move on. Air mata mengalir sedikit di pipiku.

"Terharu ya bu...so sweet banget... saya juga ikutan terharu.."

"kamu bisa aja..."

sambil tersenyum kutepuk ringan tangan sekretarisku. Aku sudah move on.

Bab terkait

  • Tunanganku vs Tunangannya   Hidup baru - 11

    3 bulan sudah lewat setelah pernikahan akbar bu bos kemarin. Suasana di kantor sudah mulai kembali normal setelah bu bos kembali dari honeymoon keliling Indonesia dari sabang sampai merauke. Katanya sih mengikuti maunya suami bisa keliling Indonesia. Maunya suaminya itu ya maunya aku dulu, dulu…Kutarik napas panjang sambil menyeruput kopi favoritku sebelum memulai hari senin ini.Telepon di ruanganku berdering kencang “pagi” “pagi Lingan. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Ok bu” tumben banget jam segini udah sibuk. “Ada apa bu?” Bu bos lagi telepon, dia hanya kasih kode pakai matanya menyuruh aku duduk. Suasana ruangan ini gak sehangat biasanya. Ada apa ya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Selesai telepon, bu bos duduk di balik mejanya sambil melipat tangannya. “Lingan. Saya perlu bicara empat mata sama kamu” aku menelan ludah. Ada apa ini? Perasaanku mendadak tidak enak. “Gimana bu?” “Kamu pernah mau menikah?” Kembali petir di pagi hari yang waktu itu pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-26
  • Tunanganku vs Tunangannya   Maju jalan! - 12

    Sejak pertemuan dengan bu bos terakhir yang menanyakan sejarah kelam percintaanku, aku sangat berusaha untuk tidak bertemu empat mata dengan bu bos. Aku takut tidak dapet jawaban lagi atas pertanyaan - pertanyaan ajaibnya yang bikin aku gak tenang. Rasanya hidupku sudah cukup tenang saat ini. Terima kasih untuk kantor pusat yang sudah menaikkan targetku makin mendekati langit, jadi mau gak mau aku harus kejar target biar aku dapet reward dan tabunganku cukup untuk masa depan nanti setelah aku resign. Yah, aku emang berencana resign dari kantor ini. Tapi nanti kalau tabunganku sudah kurasa cukup. Senin besok aku harus berangkat ke Singapore untuk bertemu bapak Permana. Pria ini seperti angin rasanya, datang dan pergi di hidupku tapi belum banyak kesan di dalamnya. Apa kubuat makin berkesan saja ya? Aku tersipu sambil menatap keluar jendela ruang kerjaku. Tok.. tok.. tok.. “permisi bu, ada tamu. Bisa saya persilahkan masuk?” Sekretarisku membuka pintu ruanganku sedikit. “Siapa?” “Mmm..

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • Tunanganku vs Tunangannya   Kehidupan baru - 13

    Aku memang berencana resign dari kantor kesayanganku ini setelah sudah 10 tahun berkarya. Kupikir, kalau aku terus berada di comfort zone, aku tidak akan bisa meningkatkan kemampuan diriku. Maunya sih sambil buka usaha juga yang nantinya akan jadi bekalku semasa tua.Mulai kubayangkan, aku duduk di beranda rumah dengan detail cat rumah putih kombinasi dengan batu bata merah seperti rumah - rumah yang ada di bali. Sambil menyeruput teh hangat bersama dengan suamiku sambil melihat cucu kami berlarian di taman rumah kami yang luas. Sebentar, kenapa harus bali sih? Huft.. kutarik napas panjang. Bubar jalan bayangan indahku bersama suamiku yang mukanya masih samar - samar alias belum tau siapa. Kapan aku bisa menghapus kenangan bali dari pikiranku? Semakin aku coba membuang kenangan itu jauh - jauh, semakin lekat di pikiranku. Susah sekali lepas rasanya. Kuletakkan kopi dengan segala kegiatan wajib pagiku di meja dan melanjutkan pekerjaanku yang menumpuk hari ini, sambil reminder ke diri s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-20
  • Tunanganku vs Tunangannya   Ketika itu - 14

    Kadang - kadang aku masih suka menghabiskan waktu saat weekend dengan terbang keluar kota bukan untuk ngapain tapi hanya untuk mencari waktu sendiri ku sambil melihat awan dari jendela pesawat selama beberapa menit atau beberapa jam, menikmati suasananya yang tiada duanya. Kalo diinget - inget sudah lama juga aku tidka melakukan rutinitas itu karena kesibukan yang luar biasa.Masak harus tunggu resign dulu baru bisa pergi - pergi. “Ah kelamaan ah..” aku mengumam sendiri sambil mengecek email. Kursor di komputer lalu memilih salah satu aplikasi travel yang sering kupakai. Cek tanggal weekend ini, dan tujuan. “Oke, Singapore kayaknya oke. Dua malam” kembali aku menggumam sendiri sambil jari tanganku kutak katik pilih tanggal, pilih hotel, klik pembayaran dan “done! Yeessss…” aku tersenyum sendiri seperti melihat layar komputerku seperti melihat suatu pencapaian kerja terbaik tahun ini. Senyumku merekah. Ada semangat lebih untuk menyelesaikan pekerjaanku minggu ini.Senin..Selasa..Rabu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-01
  • Tunanganku vs Tunangannya   Kamu oh Kamu! - 15

    Singapore di weekend ini harusnya menjadi sempurna dengan tidak adanya gangguan apapun. Aku berharap bisa bebas keluar masuk toko di Orchard Road tanpa rasa was - was akan bertemu dengan orang lain yang bisa menyebabkan keresahan. Kenapa harus ketemu dia di sini di hotel ini dan kamarnya ada depan kamarku di lantai yang sama. Mimpi apa aku di pesawat saat tertidur kemarin. Malam ini mendadak tidak bisa tidur aku terjaga semalaman entah karena kebanyakan wine di pesawat atau karena pertemuan di lift tadi. Tidak tenang rasanya, kalau - kalau pintu kamarku di ketok atau telepon kamarku berbunyi dari kamar sebelah. Sekali lagi, aku tidak suka keadaan ini. Aku mau refreshing bukan sebaliknya. Aku membenamkan mukaku ke bantal sambil berteriak kencang sekencang - kencangnya. Hari Sabtu. Harusnya hari ini Alonzo tidak ada kegiatan, karena ini sabtu. Eh ngapain aku mikirin dia? harusnya aku fokus ke agendaku hari ini. Gym sebentar, mandi sarapan kemudian jalan - jalan dan berkulineran. Ok,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-15
  • Tunanganku vs Tunangannya   Back to Reality - 16

    Kriiiinggg..... kriiiiingggg telepon di ruangan kerjaku beteriak seperti membangunkan aku dari mimpi. Weekend kemarin di Singapore rasanya kok kurang ya untuk aku bisa berdua saja dengan Alonzo. "Sadar Lingan! sadar! dia udah jadi suami bosmu sendiri yang sedang hamil anak pertama mereka!" kutepuk pipiku sendiri agar segera kembali ke bumi. "Siang, dengan Lingan disini. Dengan siapa?""Lingan...... kok lama? tolong bawa dokumen meeting minggu lalu ke ruangan saya, saya mau lihat""Baik bu"bergegas ku mengambil dokumen meeting di meja sekretarisku dan segera meluncur ke ruangan bu bos. "Pagi bu..""Pagi. Have a seat please.." bu bos menyuruhku duduk tanpa menatapku. eh, tumben bu bos seformal ini. Dia gak akan seformal ini kalo gak ada sesuatu yang dirasa cukup mengganggu. "Yang ini segera saja dieksekusi agar tidak terlalu lama, nanti mereka berubah pikiran, Lingan""Noted bu. Saya eksekusi hari ini, prosesnya biasanya seminggu, jadi minggu depan harusnya sudah bisa selesai s

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • Tunanganku vs Tunangannya   This is My Holiday - 17

    Minggu depan adalah ulang tahunku. Sudah dua tahun aku melewati ulang tahun sendirian di apartmentku dengan hanya ditemani lilin, bukan lilin ulang tahun tapi lilin untuk mati lampu itu. Kebayang kan. Ibuku pun entah kenapa di setiap hari ulang tahunku selalu saja ada kegiatan di luar kota dan ditambah lagi aku tidak punya kekasih hati lagi sejak saat itu, jadi, yah.. aku lewati ulang tahun sendirian, again... and again.. dan sepertinya tahun ini juga akan sama, sendirian lagi. Aku sudah mengajukan cuti untuk hari Kamis minggu depan. Kebetulan hari ulang tahunku hari Jumat, jadi aku bisa escape sebentar untuk waktu yang lumayan lama untukku. Aku menatap laptopku dalam - dalam mencari destinasi tujuan mana yang kira - kira bisa kupilih untuk menghabiskan long weekend ini, sendiri. "Singapore?" aku menggumam dan menggeleng sendiri. "Let's find another destination" aku menggumam lagi sambil menarik napas panjang sambil terus scroll layar komputerku."Dalam negeri kali yaaaa...."

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • Tunanganku vs Tunangannya   Hell-O! - 18

    Hell-O Bali! Pagi ini pesawatku landing dengan mulus di Bandar Udara International I Gusti Ngurah Rai. Saat aku keluar dari pesawat, aroma angin laut dan aroma khas bali ini langsung tercium di hidungku.. lembab, segar dan hangat jadi satu rasanya. Aku selalu mencintai pulau yang sangat indah ini. Tetapi sejak adanya memori yang tidak menyenangkan itu, tidak pernah terbayang lagi olehku kalau aku akan kuat kembali lagi ke pulau ini, sendirian. Tapi, disinilah aku. Merayakan ulang tahunku besok. Sopir yang menjemput aku di terminal kedatangan sudah mengangkat papan nama bertuliskan namaku dengan tinggi. Kadek tertulis di papan nama di dadanya. Beliau menyapaku dengan sangat sopan. "Selamat datang kembali di Bali, Ibu Lingan.....bagaimana perjalanannya dari Jakarta?" "Terima kasih Pak Kadek...baik pak, untung cerah ya....perjalanan ke Bali selalu baik pak.. bagaimana kondisi Bali sekarang pak?""Baik ibu, sudah mulai ramai.. karena ini sudah masuk high season disini" beliau k

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23

Bab terbaru

  • Tunanganku vs Tunangannya   Happy Birthday!!!

    Good morning sunshine! Happy birthday to me! Aku bangun dari tempat tidur, menggeliat seperti anak kucing dua menit, kemudian aku turun dari tempat tidur membuka tirai di kamarku lebar - lebar agar matahari di hari ulang tahunku ini bisa masuk ke dalam kamar sesuka hatinya menerangi jiwa dan ragaku. Aku menggeleng sambil tersenyum sambil berjalan ke arah pantry. Kopi pahit atau manis untuk pagi ini? Kuseduh kopi manis yang tersedia di mini bar di kamarku sambil bergumam sendirian, "mari minum kopi manis, agar harimu bertambah manis hari ini..." kemudian aku tertawa geli sendiri atas kata - kataku yang lebay kekinian. Menghirup wangi kopi sambil menatap indahnya lautan biru yang ada di depan mataku dari kamar sungguh suatu situasi yang langka untukku. Kutarik napas panjang. Aku bersyukur masih bisa punya kekuatan untuk kembali lagi ke tempat ini, pulau ini, hotel ini berdiri dengan pemandangan diluar jendela yang sama dengan waktu itu, sendirian, merayakan ulang tahunku. "Ter

  • Tunanganku vs Tunangannya   Hell-O! - 18

    Hell-O Bali! Pagi ini pesawatku landing dengan mulus di Bandar Udara International I Gusti Ngurah Rai. Saat aku keluar dari pesawat, aroma angin laut dan aroma khas bali ini langsung tercium di hidungku.. lembab, segar dan hangat jadi satu rasanya. Aku selalu mencintai pulau yang sangat indah ini. Tetapi sejak adanya memori yang tidak menyenangkan itu, tidak pernah terbayang lagi olehku kalau aku akan kuat kembali lagi ke pulau ini, sendirian. Tapi, disinilah aku. Merayakan ulang tahunku besok. Sopir yang menjemput aku di terminal kedatangan sudah mengangkat papan nama bertuliskan namaku dengan tinggi. Kadek tertulis di papan nama di dadanya. Beliau menyapaku dengan sangat sopan. "Selamat datang kembali di Bali, Ibu Lingan.....bagaimana perjalanannya dari Jakarta?" "Terima kasih Pak Kadek...baik pak, untung cerah ya....perjalanan ke Bali selalu baik pak.. bagaimana kondisi Bali sekarang pak?""Baik ibu, sudah mulai ramai.. karena ini sudah masuk high season disini" beliau k

  • Tunanganku vs Tunangannya   This is My Holiday - 17

    Minggu depan adalah ulang tahunku. Sudah dua tahun aku melewati ulang tahun sendirian di apartmentku dengan hanya ditemani lilin, bukan lilin ulang tahun tapi lilin untuk mati lampu itu. Kebayang kan. Ibuku pun entah kenapa di setiap hari ulang tahunku selalu saja ada kegiatan di luar kota dan ditambah lagi aku tidak punya kekasih hati lagi sejak saat itu, jadi, yah.. aku lewati ulang tahun sendirian, again... and again.. dan sepertinya tahun ini juga akan sama, sendirian lagi. Aku sudah mengajukan cuti untuk hari Kamis minggu depan. Kebetulan hari ulang tahunku hari Jumat, jadi aku bisa escape sebentar untuk waktu yang lumayan lama untukku. Aku menatap laptopku dalam - dalam mencari destinasi tujuan mana yang kira - kira bisa kupilih untuk menghabiskan long weekend ini, sendiri. "Singapore?" aku menggumam dan menggeleng sendiri. "Let's find another destination" aku menggumam lagi sambil menarik napas panjang sambil terus scroll layar komputerku."Dalam negeri kali yaaaa...."

  • Tunanganku vs Tunangannya   Back to Reality - 16

    Kriiiinggg..... kriiiiingggg telepon di ruangan kerjaku beteriak seperti membangunkan aku dari mimpi. Weekend kemarin di Singapore rasanya kok kurang ya untuk aku bisa berdua saja dengan Alonzo. "Sadar Lingan! sadar! dia udah jadi suami bosmu sendiri yang sedang hamil anak pertama mereka!" kutepuk pipiku sendiri agar segera kembali ke bumi. "Siang, dengan Lingan disini. Dengan siapa?""Lingan...... kok lama? tolong bawa dokumen meeting minggu lalu ke ruangan saya, saya mau lihat""Baik bu"bergegas ku mengambil dokumen meeting di meja sekretarisku dan segera meluncur ke ruangan bu bos. "Pagi bu..""Pagi. Have a seat please.." bu bos menyuruhku duduk tanpa menatapku. eh, tumben bu bos seformal ini. Dia gak akan seformal ini kalo gak ada sesuatu yang dirasa cukup mengganggu. "Yang ini segera saja dieksekusi agar tidak terlalu lama, nanti mereka berubah pikiran, Lingan""Noted bu. Saya eksekusi hari ini, prosesnya biasanya seminggu, jadi minggu depan harusnya sudah bisa selesai s

  • Tunanganku vs Tunangannya   Kamu oh Kamu! - 15

    Singapore di weekend ini harusnya menjadi sempurna dengan tidak adanya gangguan apapun. Aku berharap bisa bebas keluar masuk toko di Orchard Road tanpa rasa was - was akan bertemu dengan orang lain yang bisa menyebabkan keresahan. Kenapa harus ketemu dia di sini di hotel ini dan kamarnya ada depan kamarku di lantai yang sama. Mimpi apa aku di pesawat saat tertidur kemarin. Malam ini mendadak tidak bisa tidur aku terjaga semalaman entah karena kebanyakan wine di pesawat atau karena pertemuan di lift tadi. Tidak tenang rasanya, kalau - kalau pintu kamarku di ketok atau telepon kamarku berbunyi dari kamar sebelah. Sekali lagi, aku tidak suka keadaan ini. Aku mau refreshing bukan sebaliknya. Aku membenamkan mukaku ke bantal sambil berteriak kencang sekencang - kencangnya. Hari Sabtu. Harusnya hari ini Alonzo tidak ada kegiatan, karena ini sabtu. Eh ngapain aku mikirin dia? harusnya aku fokus ke agendaku hari ini. Gym sebentar, mandi sarapan kemudian jalan - jalan dan berkulineran. Ok,

  • Tunanganku vs Tunangannya   Ketika itu - 14

    Kadang - kadang aku masih suka menghabiskan waktu saat weekend dengan terbang keluar kota bukan untuk ngapain tapi hanya untuk mencari waktu sendiri ku sambil melihat awan dari jendela pesawat selama beberapa menit atau beberapa jam, menikmati suasananya yang tiada duanya. Kalo diinget - inget sudah lama juga aku tidka melakukan rutinitas itu karena kesibukan yang luar biasa.Masak harus tunggu resign dulu baru bisa pergi - pergi. “Ah kelamaan ah..” aku mengumam sendiri sambil mengecek email. Kursor di komputer lalu memilih salah satu aplikasi travel yang sering kupakai. Cek tanggal weekend ini, dan tujuan. “Oke, Singapore kayaknya oke. Dua malam” kembali aku menggumam sendiri sambil jari tanganku kutak katik pilih tanggal, pilih hotel, klik pembayaran dan “done! Yeessss…” aku tersenyum sendiri seperti melihat layar komputerku seperti melihat suatu pencapaian kerja terbaik tahun ini. Senyumku merekah. Ada semangat lebih untuk menyelesaikan pekerjaanku minggu ini.Senin..Selasa..Rabu

  • Tunanganku vs Tunangannya   Kehidupan baru - 13

    Aku memang berencana resign dari kantor kesayanganku ini setelah sudah 10 tahun berkarya. Kupikir, kalau aku terus berada di comfort zone, aku tidak akan bisa meningkatkan kemampuan diriku. Maunya sih sambil buka usaha juga yang nantinya akan jadi bekalku semasa tua.Mulai kubayangkan, aku duduk di beranda rumah dengan detail cat rumah putih kombinasi dengan batu bata merah seperti rumah - rumah yang ada di bali. Sambil menyeruput teh hangat bersama dengan suamiku sambil melihat cucu kami berlarian di taman rumah kami yang luas. Sebentar, kenapa harus bali sih? Huft.. kutarik napas panjang. Bubar jalan bayangan indahku bersama suamiku yang mukanya masih samar - samar alias belum tau siapa. Kapan aku bisa menghapus kenangan bali dari pikiranku? Semakin aku coba membuang kenangan itu jauh - jauh, semakin lekat di pikiranku. Susah sekali lepas rasanya. Kuletakkan kopi dengan segala kegiatan wajib pagiku di meja dan melanjutkan pekerjaanku yang menumpuk hari ini, sambil reminder ke diri s

  • Tunanganku vs Tunangannya   Maju jalan! - 12

    Sejak pertemuan dengan bu bos terakhir yang menanyakan sejarah kelam percintaanku, aku sangat berusaha untuk tidak bertemu empat mata dengan bu bos. Aku takut tidak dapet jawaban lagi atas pertanyaan - pertanyaan ajaibnya yang bikin aku gak tenang. Rasanya hidupku sudah cukup tenang saat ini. Terima kasih untuk kantor pusat yang sudah menaikkan targetku makin mendekati langit, jadi mau gak mau aku harus kejar target biar aku dapet reward dan tabunganku cukup untuk masa depan nanti setelah aku resign. Yah, aku emang berencana resign dari kantor ini. Tapi nanti kalau tabunganku sudah kurasa cukup. Senin besok aku harus berangkat ke Singapore untuk bertemu bapak Permana. Pria ini seperti angin rasanya, datang dan pergi di hidupku tapi belum banyak kesan di dalamnya. Apa kubuat makin berkesan saja ya? Aku tersipu sambil menatap keluar jendela ruang kerjaku. Tok.. tok.. tok.. “permisi bu, ada tamu. Bisa saya persilahkan masuk?” Sekretarisku membuka pintu ruanganku sedikit. “Siapa?” “Mmm..

  • Tunanganku vs Tunangannya   Hidup baru - 11

    3 bulan sudah lewat setelah pernikahan akbar bu bos kemarin. Suasana di kantor sudah mulai kembali normal setelah bu bos kembali dari honeymoon keliling Indonesia dari sabang sampai merauke. Katanya sih mengikuti maunya suami bisa keliling Indonesia. Maunya suaminya itu ya maunya aku dulu, dulu…Kutarik napas panjang sambil menyeruput kopi favoritku sebelum memulai hari senin ini.Telepon di ruanganku berdering kencang “pagi” “pagi Lingan. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Ok bu” tumben banget jam segini udah sibuk. “Ada apa bu?” Bu bos lagi telepon, dia hanya kasih kode pakai matanya menyuruh aku duduk. Suasana ruangan ini gak sehangat biasanya. Ada apa ya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Selesai telepon, bu bos duduk di balik mejanya sambil melipat tangannya. “Lingan. Saya perlu bicara empat mata sama kamu” aku menelan ludah. Ada apa ini? Perasaanku mendadak tidak enak. “Gimana bu?” “Kamu pernah mau menikah?” Kembali petir di pagi hari yang waktu itu pe

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status