Semakin hari Nayla semakin bersemangat untuk kuliah. Perasaannya kini telah bahagia berkat cinta yang ia dapat dari Elvan. Nayla berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan belajar dengan ekstra karena sebentar lagi ia akan ujian semester akhir. Nayla juga tidak sabar ingin menyelesaikan skripsinya agar cepat mendapat jadwal sidang dan ia bisa segera lulus. Nayla tidak sabar menunggu gelar sarjana yang sudah lama ia impikan sejak dulu. “Aku pikir aku tidak bisa melakukan semua tugas setelah banyak cobaan hidup yang aku terima. Tapi ternyata aku salah, karena takdir yang aku pikir kejam itu justru menjadi kekuatan yang besar untuk membuatku terus maju," kata Nayla yang akhirnya bisa menerima segala takdir yang ia alami saat sekarang dan di masa lalu.“Sekarang aku jadi tidak malas lagi untuk belajar. Aku sangat semangat untuk meraih cita-citaku.” Nayla tersenyum penuh dengan hati yang berdebar-debar untuk berjalan lagi melanjutkan masa depan yang masih panjang.Di lain sisi, Elvan ju
Setelah Nayla selesai mengerjakan penelitian untuk tugas kuliahnya, lalu menyelesaikan skripsi, selama itu juga Elvan selalu memberikan semangat dan dukungan tanpa henti. Elvan tidak mengenal lelah untuk terus mendukung Nayla. Karena Elvan tidak ingin Nayla gagal untuk meraih masa depannya. Elvan ingin melihat Nayla bahagia dalam mencapai mimpinya.“Aku hampir saja menyerah setelah melihat keluarga papa yang bahagia. Tapi aku bersyukurlah karena Elvan selalu ada untukku. Dia benar-benar seperti penyelamat," puji Nayla pada Elvan yang selama ini menjadi seseorang yang membuatnya tetap bertahan di saat ia terpuruk.“Walaupun sebenarnya aku masih cukup sedih karena papa tidak peduli lagi padaku. Apa dia memang sudah tidak menyayangiku? Atau sejak awal aku lahir dia memang tidak pernah mencintaiku?” Nayla tertawa pelan, memang sebaiknya ia tidak berharap lebih pada seseorang yang sejak awal tidak menginginkan dia ada di dunia.Nayla kemudian menggeleng tegas ketika teringat sesuatu hal. "
Setelah Nayla selesai mendapat gelar sarjana, ia masih melanjutkan pekerjaannya di tempat sebelumnya. Tapi juga mulai mempersiapkan diri dan beberapa berkasnya untuk melamar yang ke perusahaan besar agar mempunyai penghasilan yang lebih tinggi. Selain itu menjadi karyawan di perusahaan dan bekerja di kantor juga salah satu impian Nayla selama ini.Sekarang Nayla sedang di dalam kamar sambil membereskan laci. Karena hari Minggu ia memang suka membersihkan semua barang-barang di dalam kamarnya. Di tengah ia merapikan itu, Nayla juga suka melamun tiba-tiba. Seperti saat ini, Nayla teringat lagi dengan masa lalunya yang buruk dan kelam. “Jika melihat ke belakang, aku masih tetap ingat betapa menyedihkan takdir hidupku. Aku sampai berpikir tidak bisa memiliki kesempurnaan lagi untuk bermimpi dan meraih cita-cita," gumam Nayla dengan helaan napas panjang. Ia masih ingat jelas tentang takdir buruk yang ia alami di masa lalu. “Tapi ternyata kini aku mengerti. Perjalananku untuk mencapai keb
Suatu hari, beberapa bulan kemudian, Clara mengajak Nayla untuk makan bersama di sebuah restoran mewah. Nayla masih belum mengerti alasan apa yang membawa Clara ke tempat itu. Apalagi Clara sudah mengatakan di telepon bahwa ia ingin membicarakan sesuatu yang penting.Setelah minuman tersaji di meja, Nayla meminumnya sedikit untuk bersiap mendengarkan penjelasan Clara. Ia sebelumnya tidak bisa menebak apa yang akan dibicarakan gadis itu padanya.“Jadi tentang apa yang kamu maksud tadi, Ra? Aku masih belum bisa menebak apa yang ingin kamu bicarakan," celetuk Nayla yang lebih dulu membuka obrolan.Clara menarik napas sejenak dan mengeluarkannya perlahan. "Sebenarnya, pertama-tama aku ingin berpamitan padamu, Nay.”Dahi Nayla seketika mengernyit bingung, tak paham. "Apa yang kamu katakan? Kita baru saja sampai, apa itu mungkin jika kamu harus kembali lagi?”“Maksudku bukan berpamitan pulang ke rumah, Nay. Astaga," kata Clara dengan sedikit dengkusan kecil.Nayla tentu semakin tidak paham
Mimpi Nayla perlahan mulai terwujud. Kini ia sudah diterima untuk bekerja di perusahaan besar. Rasanya ia ingin menangis tapi berusaha untuk ia tahan. Nayla sungguh bahagia hingga tidak bisa lagi untuk berkata-kata. Pagi ini Nayla resmi menjadi karyawan baru di sana. Takdir memang sangat lucu, karena Nayla pikir setelah lulus kuliah ia akan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Tapi rupanya Tuhan memberikan hadiah yang istimewa. Seolah sudah lama Dia siapkan untuk Nayla. Setelah Elvan mengantarnya pagi ini, Nayla mendapatkan banyak semangat darinya. Nayla jadi yakin di hari pertama bekerja ia pasti bisa mendapat hasil yang bagus.“Hai, kamu pasti pegawai baru, ya?” sapa seorang perempuan dengan rambut pendek sebahu. Ia tersenyum ramah pada Nayla.Merasa perempuan itu yang seperti karyawan lama, Nayla segera menyambut dengan senyuman hangat. "Halo, benar. Aku baru di sini. Mohon bantuannya.”“Namaku Vanya. Siapa namamu?” Vanya menyodorkan tangannya ke depan Nayla. Senyumannya tidak hilang
Malam hari ini Nayla dan Elvan sedang makan berdua di restoran makanan Jepang. Nayla sangat senang karena satu impiannya adalah makan malam bersama Elvan dengan menu makanannya yaitu masakan luar negeri. “El, aku ingin memberitahumu sesuatu. Tapi kamu harus janji untuk tidak terkejut," celetuk Nayla tiba-tiba di tengah aktivitas makan mereka.“Wah, tiba-tiba seperti ini? Memangnya apa itu? Apa sesuatu yang membuat aku tidak bisa berkata-kata?” jawab Elvan yang merasa heran dan penasaran. “Berjanjilah dulu. Ayo, mana jarimu?” Nayla mengangkat jari kelingking.Elvan menyatukan jari kelingkingnya dengan milik Nayla. “Baiklah, aku berjanji untuk tidak terkejut. Aku pasti akan menahan diri untuk tidak melebarkan mata.”Nayla lalu berdehem kecil. "Terima kasih. Jadi sebenarnya, El. Aku ingin mengatakan jika hari lusa adalah ulang tahunku. Aku sengaja memberitahu karena kamu pasti tidak tahu. Aku sudah lama ingin mendapatkan sesuatu yang mengejutkan. Aku sebelumnya tidak pernah dirayakan s
Elvan di rumahnya sedang mencari kontak seseorang untuk ia telepon. Panggilan pun kini tersambung dengan seorang pria yang akan membantu Elvan mengatur rencananya untuk melamar Nayla malam ini.“Bagaimana semuanya? Sudah tersusun dengan sempurna, kan? Aku harap kamu tidak melewatkan satu hal pun. Aku tidak ingin ada kesalahan di hari penting ini," kata Elvan pada seseorang di seberang telepon.Setelah berbincang-bincang sebentar, Elvan menutup telepon. Lalu menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Elvan kemudian mengeluarkan kotak berwarna merah yang isinya cincin milik Nayla.“Aku yakin ukuran cincin ini sudah tepat dengan jari Nayla. Saat itu aku memastikan dengan baik ketika mengukurnya.” Elvan tersenyum lembut, jantungnya berdebar kencang karena tidak sabar ingin mengungkapkan perasaannya dengan cara spesial. “Baiklah, sekarang aku harus menghubungi pihak kafe untuk mengingatkan mereka bahwa rencanaku tidak boleh gagal," gumam Elvan sambil mencari kontak seseorang yang sudah
Waktu tinggal beberapa jam lagi menuju kejutan ulang tahun Nayla. Namun tiba-tiba di tengah suasana romantis mereka yang kini masih di bianglala, Elvan mendapat telepon dari nomor yang tidak dikenal. Awalnya ia mengabaikan, tapi karena tiga kali ditelepon membuat Elvan jadi merasa curiga.“Siapa yang menelepon? Coba angkat saja. Siapa tahu orang penting, kah? Cepatlah," suruh Nayla yang menyadari Elvan berulang kali mematikan ponsel ketika ada panggilan masuk.Elvan menghela napas lelah. Sedikit kesal juga karena menganggu aktivitasnya dengan Nayla. "Nomor tidak dikenal. Tapi baiklah, aku coba akan mengangkatnya.”Akhirnya Elvan mengangkat telepon itu. Dalam beberapa detik ketika mendengar suara seseorang di seberang sana, Elvan masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Bahkan saat panggilan sudah berakhir, Elvan masih belum bisa berkata-kata. Jantungnya seperti terhenti.“Ada apa? Kenapa wajahmu pucat begitu?” Nayla tiba-tiba khawatir karena ekspresi Elvan mendadak tegang. “Hei, b
Beberapa bulan kemudian, Nayla tiba-tiba merasa mual yang tak biasa. Elvan yang waspada segera menyembunyikan kekhawatirannya di balik senyum yang hangat. Ia sudah bisa menebak bahwa kabar baik akan datang.Meskipun begitu hati Elvan tak bisa menahan kecemasan yang berkobar di dalamnya. Akhirnya Elvan memutuskan pergi ke dokter untuk memastikan kondisi Nayla. Elvan berharap Nayla tetap sehat dan baik-baik saja tanpa ada masalah.Di sebuah ruangan, suasana gelisah terasa semakin nyata di antara mereka berdua. Elvan menggenggam erat tangan Nayla, memberikan dukungan dan kehangatan dalam ketidakpastian yang mereka hadapi bersama. Ketika hasil tes keluar, keheningan yang tegang memenuhi ruangan itu. Jantung mereka sama-sama berdegup kencang untuk menunggu detik-detik yang akan datang.Ketika hasilnya sudah keluar, Nayla menatap Elvan dengan mata berbinar, sebelum akhirnya ia meneteskan air mata kebahagiaan. “Aku hamil, Elvan,” ucap Nayla dengan suara bergetar.Elvan tersentak oleh kabar b
Elvan dan Nayla memilih untuk hidup sederhana dalam rumah mereka yang indah. Walaupun begitu mereka tetap bisa menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil, seperti berbagi senyuman di setiap pagi, berjalan-jalan di taman, dan menikmati waktu bersama tanpa banyak kemewahan yang membutuhkan. Nayla merasa senang bisa hidup bersama Elvan tanpa banyak sesuatu yang mewah. Nayla sangat bahagia karena rumah mereka penuh dengan canda tawa dan kasih sayang, sehingga selalu menciptakan suasana hangat dan damai di setiap sudutnya. Nayla merasa jika ia akan selalu bahagia. Nayla jadi yakin bahwa ia tidak akan pernah merasa menderita dan terluka jika hidup bersama Elvan.Berbeda dengan di masa lalu, walaupun mereka berasal dari keluarga yang penuh masalah, tapi mereka tidak ingin di masa depan mereka melakukan hal yang sama seperti orang tua masing-masing. Nayla akan berjanji jika suatu saat ia dan Elvan mempunyai anak, Nayla tidak akan membuat mereka merasakan apa yang ia rasakan di masa lalu. Nayl
Beberapa hari setelah pernikahan mereka, Elvan mempersiapkan kejutan istimewa untuk Nayla. Dengan hati penuh cinta, Elvan mengajak Nayla untuk menutup matanya dan membawanya ke depan rumah baru yang ia beli dengan kerja kerasnya sendiri."Kamu membuatku berdebar-debar, El. Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan? Apa itu bisa membuatku menangis?" tanya Nayla tertawa geli ketika berjalan tertatih-tatih dengan Elvan di belakangnya dan menutup kedua matanya. "Ini rahasia, Nay. Tapi aku yakin bisa membuatmu tidak bisa berkata apa-apa," jawab Elvan tersenyum geli, ia menuntun Nayla untuk berjalan dengan hati-hati.Saat Nayla membuka mata, pandangan mata Nayla terpana melihat rumah sederhana namun modern yang disiapkan khusus untuk mereka berdua. Sorot mata Nayla pun bercahaya dalam kebahagiaan dan terkejut yang tak terkira. Benar kata Elvan, ia tidak bisa berkata-kata. Nayla melebarkan mata, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan. Benar-benar merasa seperti mimpi.Namun, kejutan E
Berbulan-bulan berlalu sejak hubungan antara Elvan dan Nayla semakin erat, kini suasana di sekitar mereka penuh dengan kehangatan dan harapan baru. Hubungan mereka menjadi semakin tidak terpisahkan. Rasa sayang mereka juga bertambah dalam dan luas.Elvan telah berubah menjadi pribadi yang lebih peduli dan penuh kasih, akhirnya hari ini memutuskan untuk mengajak Nayla ke kantor agama dan melangsungkan pernikahan yang dinantikan oleh keduanya. Tanpa perlu kemewahan, mereka hanya berharap bisa segera terikat satu sama lain.Hari yang penuh makna itu pun tiba. Nayla dengan cahaya kebahagiaan yang bersinar dari matanya, memilih untuk berdandan sendiri dan menggunakan make up yang sederhana sebagai bentuk kehematan. Nayla juga tidak ingin membuang banyak uang hanya untuk penampilan heboh selama satu hari. Meskipun sederhana, kecantikan alami Nayla tetap bersinar sebagai cermin dari kebahagiaan dalam hatinya. Nayla tetap menawan dan sempurna di hari pernikahannya. Tidak ada yang bisa menand
Elvan akhirnya sembuh dari traumanya setelah berbulan-bulan perjuangan yang panjang. Dengan tekad dan dukungan yang tak kenal lelah, ia berhasil bangkit dari keterpurukannya. Elvan benar-benar sudah berubah kembali menjadi Elvan yang hangat dan penuh perhatian pada Nayla. Benar, hanya saat dengan Nayla.Setiap langkah kecil yang Elvan ambil menuju pemulihan menjadi bukti kekuatan dan keteguhan hatinya. Elvan benar-benar sudah kembali menjadi Elvan yang dulu. Menjadi Elvan yang tidak akan menyakiti Nayla dan membuatnya terluka.Berbagai upaya dan terapi yang Elvan jalani membantu meredakan beban traumanya dengan baik. Dukungan dari orang-orang terdekat, termasuk Nayla, memberikan kekuatan tambahan baginya. Elvan bisa melewati semuanya karena semangat yang diberikan Nayla selalu ampuh untuk mengatasi rasa bosannya ketika menjalani terapi.Karena dengan semangat yang membara, Elvan telah berhasil melawan ketakutan dan kegelisahan yang selama ini menghantuinya. Rasa cemas Elvan kini sudah
Hari yang berjalan seperti biasa. Nayla sedang mengerjakan tugas yang belum selesai. Dan beberapa menit lagi sudah tiba jam makan siang. Walaupun lelah, Nayla sebenarnya sangat menikmati pekerjaannya yang menyenangkan. Meski harus sedikit menguras pikiran dan otak karena jika ada sedikit kesalahan, maka bisa menjadi kesalahan yang fatal. Tapi akhirnya setelah berulang kali memeriksa, Nayla telah yakin dengan hasilnya, ia segera mengirim ke email lalu tepat setelah itu jam makan siang telah tiba.Ketika Nayla baru selesai membereskan mejanya, tiba-tiba ia mendapat telepon dari mama Elvan, Laras. Nayla terkejut karena sudah lama sekali mereka tidak berhubungan. Tapi Nayla segera mengangkat telepon itu agar wanita itu tidak lama menunggu. Ketika selesai bertelepon, Nayla cukup penasaran karena mama Elvan mengajaknya bertemu di kafe. Itu artinya mereka akan membicarakan sesuatu yang serius. Dan entah kenapa Nayla cukup berdebar-debar.“Ada apa, Nay? Apa kamu tidak ke kantin?” tanya sala
Elvan sedang merenung di meja kerjanya setelah pekerjaannya selesai. Ia masih memikirkan tentang hidupnya yang terasa tidak adil. Walaupun akhir-akhir ini sudah lebih baik, tapi Elvan belum sepenuhnya menerima takdirnya.Tiba-tiba salah satu teman kerja Elvan, yang bernama Jayendra, datang menghampirinya. Walaupun tidak kenal dekat, tapi Elvan sering makan siang bersamanya. Dan kini pria itu sudah ada di depannya.“Ada apa denganmu? Apa kamu membutuhkan tempat curhat?” tanya Jayendra dengan senyum geli. Kemudian menatap Elvan dan memicingkan mata.“Tidak perlu.” Elvan menatap lelaki itu sambil menghela napas. Suasana hatinya sedang tidak stabil.“Jangan begitu, aku tahu kamu sedang banyak pikiran. Jadi lebih baik ceritakan saja padaku. Apa kamu tidak ingin ke lantai paling atas di perusahaan ini?” ajak Jayendra secara tiba-tiba dengan antusias. Yang langsung membuat Elvan menoleh padanya.“Kenapa kamu mengajakku?” Elvan mengernyit heran. Karena ini pertama kalinya Jayendra cukup perha
Hari ini berjalan baik seperti biasa. Itu adalah bayangan Nayla pada awalnya sebelum tiba-tiba saat jam makan siang di kantor, ia dipanggil oleh temannya untuk bertemu seseorang yang sedang mencarinya. Perasaan Nayla langsung tidak enak karena seseorang itu bukanlah Elvan atau siapa pun. Nayla tahu karena hanya Elvan dan Clara yang tahu tempatnya bekerja. Dan benar saja, Nayla bertemu lagi dengan wanita yang kemarin. Wanita yang membuat Nayla semalaman tidak bisa tidur karena terus memikirkan pengakuannya.Naomi tampak tersenyum menyambut kedatangannya. Berbeda dengan Nayla yang mengepalkan tangan karena menahan kesal yang luar biasa. Nayla juga berusaha tetap tenang agar amarahnya tidak keluar. Setitik hatinya mengatakan untuk tidak membuat masalah dengan seseorang yang sebenarnya Nayla juga merindukan.“Kenapa Anda ke sini lagi? Bukankah Anda bilang tidak akan bertemu saya lagi setelah saya memberikan nomor telepon saya?” tanya Nayla tidak ingin basa-basi, ia memberikan tatapan taj
Siang ini Nayla sengaja makan siang di kafe karena bosan dengan suasana kantin di kantornya. Kebetulan ia juga ingin minum kopi agar tidak mengantuk saat bekerja. Walaupun di kantor sudah ada dapur untuk membuat kopi sendiri, tapi rasanya jelas berbeda jika membeli di kafe. Dan Nayla merindukan sensasi itu karena dulu saat bekerja di kafe ia jarang meminum kopi yang dijual.Ketika Nayla asyik berbincang dengan salah satu teman kantornya, seorang wanita tiba-tiba datang ke mejanya. Nayla terkejut karena wanita itu mengatakan sesuatu yang membuatnya nyaris tak bisa berkata-kata.“Apa benar kamu Nayla? Saya Naomi, ibu kandung kamu," ucap wanita yang kini duduk di depan Nayla. Aroma parfumnya yang wangi tercium ke hidung Nayla.Seketika itu mata Nayla melebar, nyaris tersedak air liurnya sendiri. “A–apa yang Anda katakan?”“Nay, aku pergi dulu, ya. Jangan lama-lama, nanti kamu dimarahi bos," kata teman Nayla yang merasa tidak berhak ikut campur. Ia berdiri dan tersenyum pada Nayla.“Ah,