Share

Bab 2

Author: Nur Hayati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Nadira duduk di sofa sembari teringat kejadian di kampus tadi. Kalau saja Ghea dan Denia tidak segera menemukannya di dalam toilet, kemungkinan Vera akan menampar kembali dirinya.

"Anak Mama yang cantik kenapa akhir-akhir ini murung banget sih?" tanya Hera menghampiri Nadira yang sedang duduk manis seorang diri.

"Gapapa, Ma. Cuma capek saja," kata Nadira berdusta.

"Kamu gak berbakat membohongi Mama, Nad! Cerita saja sama Mama. Apa mungkin kamu masih sedih karena Abian?" tanya Hera pelan. Bagaimanapun, wanita setengah paruh baya itu tidak ingin salah bicara.

Tanpa ragu, Nadia mengambil kertas yang sengaja dibawa pulang dan ditaruh dalam tasnya. Kemudian, wanita cantik tersebut menyodorkan surat undangan itu pada Hera. Sang Mama tampak terkejut ketika melihat foto prewedding yang sudah terpampang jelas di belakang undangan.

"Jadi ini alasan kamu murung?" tanya Hera memancing agar putrinya mau bercerita.

Nadira menganggukkan kepala dengan pelan. "Dia keterlaluan, Ma. Kenapa juga harus sama Vera?" cetus Nadira tidak terima.

Hera memberikan senyuman. "Semua sudah takdir, Nadira. Kamu juga harus terima, itu artinya Abian bukan yang terbaik untukmu. Kamu percaya 'kan, Allah pasti tidak akan salah memilihkan jodoh," ujar Hera memberikan penjelasan. Berharap agar putrinya lebih legowo dalam menjalani semua yang sudah terjadi.

"Iya sih, Ma. Cuma aku masih tidak habis pikir dengan semuanya!" Nadira kembali meluapkan isi hatinya.

"Gak usah dipikirin, Mama do'akan semoga kamu bisa mendapatkan yang lebih baik darinya." Hera hanya bisa mendo'akan terbaik untuk putrinya.

Nadira menyandarkan kepalanya ke bahu Hera, lalu tangan sang Mama membelai kerudung wanita yang berkulit putih itu.

"Kamu gak usah khawatir perihal jodoh, Nadira. Semua sudah diatur dan akan datang di waktu yang tepat. Pasti kamu mendapatkan yang lebih baik, lebih tampan dan lebih dari segalanya dari Abian. Aamiin ...." Hera membelai lembut sembari tersenyum pada putrinya.

"Aamiin." Hanya kata itu yang diucapkan oleh Nadira karena do'a dari Hera.

"Sekarang mending kamu mandi dan sholat, terus kita makan malam bersama. Mama sudah masak makanan kesukaanmu dan juga Papa." Hera memberikan seulas senyuman.

"Papa sudah pulang, Ma?" tanya Nadira karena belum melihat Restu.

"Paling sebentar lagi pulang, yang penting kamu siap-siap dulu. Sembari bersiap untuk sholat," ucap Hera menasihati.

"Siap, Bos!" Nadira dengan semangat langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuh yang sudah lengket dengan keringat.

***

Semua sudah berkumpul di meja makan untuk menyantap hidangan yang sudah disiapkan oleh Hera. Terlihat lezat dan menggugah selera, bahkan Nadira sudah tidak tahan untuk menyantapnya. Akan tetapi, aktivitas mereka berhenti saat terdengar bel rumah berbunyi.

Bi Ina yang merupakan asisten rumah tangga pun membukakan pintu. Ternyata tamu yang datang adalah Ghea dan Denia, mereka berdua sengaja tidak memberitahu sahabatnya terlebih dulu. Kedua wanita itu tersenyum ketika melihat Hera dan Restu, mereka juga bersalaman dengan kedua orang tua Nadira.

"Kalian sudah makan?" tanya Restu ketika melihat teman baik putrinya datang.

"Belum, Om." Denia menyahut singkat. Sedangkan Ghea menyenggol lengan sahabatnya.

'Lo jangan malu-maluin,' bisik Ghea merasa malu dengan kelakuan sahabatnya.

'Gue memang lapar,' ucap Denia menyeringai.

"Makan bareng yuk!" ajak Hera sembari tersenyum.

"Ayuk," sahut Denia tanpa malu, bahkan wanita tomboi itu langsung mencari kursi untuk duduk.

Ghea hanya geleng-geleng kepala dan meminta maaf atas kelakuan sahabatnya. Namun, Hera dan Restu tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Selesai menyantap makan malam, Nadira mengajak kedua temannya ke kamar. Sebelumnya, Ghea dan Denia memang mengatakan akan menginap di rumah sahabatnya itu.

"Lo mau hadir ke pernikahan Abian, Nad?" tanya Ghea ragu.

"Lo lagi, masih tanya. Harus datang dong!" cetus Denia penuh semangat.

"Memang gue harus datang ya? Gue gak mau jadi bahan tertawaan oleh mereka. Terlebih, gue yang harusnya ada di pelaminan bersama Abian, bukan Vera," ujar Nadira sembari memeluk bantal guling di atas tempat tidurnya.

Denia menghampiri, lalu memeluk erat tubuh wanita cantik berkulit putih itu. "Gue paham dengan apa yang lo rasakan. Namun, lo harus kuat, Nad. Jangan lari dari kenyataan, kalau bisa lo harus buktikan pada mereka kalau lo tetap bahagia meskipun mereka menikah." Denia memberikan nasihat.

"Gue setuju dengan Denia, Nad. Bagaimanapun, lo jangan mau dianggap lemah oleh mereka. Lo harus kuat. Jangan biarkan mereka tertawa karena melihat kesedihan lo." Ghea menghampiri dan duduk bersama di atas tempat tidur.

"Gue mau, tapi kalian berdua harus menemaniku," kata Nadira memelas.

"Kita berdua mana bisa ikut, Nad. Abian atau Vera saja gak ada yang mengundang kita. Kayaknya mereka memang sengaja melakukan ini semua," tebak Ghea memikirkannya dan Denia tidak ada yang diundang.

"Iya, padahal Abian tahu kalau kita sahabat. Entah ... gue gak tau apa yang sedang pasangan itu rencanakan untuk sahabat kita yang satu ini." Denia mulai menebak-nebak.

"Apa mungkin Abian dan Vera masih mau menyakitiku? Apa mereka belum puas?" cecar Nadira berpikir sejenak.

"Jelas saja, Nad. Lo gimana sih! Gak peka banget." Denia berbicara sewot.

Di saat mereka asik mengobrol, pintu kamar terbuka perlahan. Ternyata Hera masuk untuk mengantarkan minuman untuk tamu-tamu anaknya.

"Tante bawakan jus jeruk, biar kalian lebih enak ngobrolnya. Kan biasanya kalau lagi asik bisa kehausan," kata Hera memberikan senyuman.

"Terima kasih, Tante. Memang Tante ini paling baik deh!" Tanpa rasa malu, Denia langsung menyambar jus jeruk yang masih ada di atas nampan.

Selanjutnya, Hera menaruh sisa jus di atas meja yang ada di samping tempat tidur anaknya.

"Tante taruh di sini, ya." Hera pamit pergi.

"Terima kasih, Tante." Ghea mengucapkan terima kasih.

Setelah pintu kamar kembali tertutup, mereka melanjutkan obrolan yang sempat terputus.

"Sampai di mana tadi kita?" tanya Ghea melupakan sesuatu.

"Perihal Abian ingin membuat Nadira sakit hati," sahut Denia yang masih teringat jelas akan obrolan yang sempat berhenti.

"Bagaimana menurutmu, Nad?" tanya Ghea penasaran.

"Gue sendiri gak yakin kalau Abian itu sengaja ingin menyakiti gue. Pasti semua ini ulah Vera deh! Gue membelanya bukan karena masih berharap pada Abian. Cuma firasatku saja mengatakan demikian." Nadia memaparkan.

"Menurut gue, terserah juga Abian kalau semisal ingin menyakiti Nadira. Yang terpenting untuk saat ini, bagaimana caranya agar Abian itu menyesal sudah melepaskan Nadira." Denia memberikan pendapatnya.

"Gue sebenarnya sudah ada ide untuk semua itu," ucap Ghea memberikan senyuman yang membuat kedua temannya curiga.

"Gue gak yakin kalau lo yang punya ide, memang apa ide lo?" tanya Denia mulai penasaran.

Biasanya kalau Ghea sudah memiliki ide, Nadira dan Denia harus waspada.

"Nadira harus datang bersama pasangan. Soal pasangan itu, serahkan saja sama gue. Soalnya gue sudah booking pria tampan untuk datang ke pernikahan Abian menemani Nadira." Ghea menjelaskan panjang lebar hingga membuat kedua sahabatnya melongo.

"Ide gila!" seru Denia dan Nadira.

Related chapters

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 3

    Bahkan Denia yang tomboi pun tidak berpikir sampai sejauh itu. Wanita itu akhirnya bertepuk tangan bangga dengan ide yang diberikan Ghea."Emang harus ya, begitu?" tanya Nadira enggan."Menurut gue sih, harus. Semua itu agar mereka tidak meremehkan lo, Nad! Buktikan kalau lo bisa mendapatkan yang lebih baik," jawab Ghea sesuai pendapatnya."Kali ini gue setuju dengan ide Ghea. Udah lah, Nad. Gak usah banyak berpikir, mending atur saja kapan teman kita yang satu ini bisa bertemu dengan pria itu?" tanya Denia tidak sabaran."Gue masih belum setuju, ya. Kenapa seolah-olah kalian berdua yang ngebet." Nadira mulai kesal dengan sikap Ghea dan Denia."Semua ini demi kebaikan lo, Nad. Kalau lo tetap tidak mau, terserah sih. Namun, kalau gue sendiri sih mending ikut saran Ghea. Dari pada dijuluki pecundang nanti. Mengingat datang sendiri ditertawakan, tidak datang tambah diremehkan." Denia justru membela Ghea hingga wanita cantik berlesung pipi itu harus berpikir berulang kali. "Tau ah! Gue p

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 4

    Nadira hanya tersenyum tipis secara terpaksa, lalu menarik tangan Ghea sembari berbisik pelan."Lo yakin dia orangnya?" tanya Nadira pelan. Bagaimanapun, wanita satu ini tidak ingin menyinggung perasaan pria yang saat ini ada di hadapannya."Gue gak tahu kenapa kayak gini orangnya, kata temanku sih ganteng," sahut Ghea kebingungan, dia juga mulai melihat penampilan pria yang terlihat cupu."Lo gimana sih, kalau kayak gini mah ... mending gue gak usah datang saja ke acara. Bisa-bisa gue ditertawakan Ghe," ucap Nadira sembari membayangkan apa yang akan terjadi jika datang bersama pria itu."Terus, enaknya bagaimana ini?" tanya Ghea meminta pendapat sahabatnya."Gue gak mau ikut-ikutan, lebih baik gue pulang." Nadira kesal, hingga pergi begitu saja meninggalkan Ghea yang mulai mengajak ngobrol pria itu lagi."Maaf, ya. Teman gue gak setuju, mending pulang saja." Ghea berbicara tanpa basa-basi, lalu mengejar Nadira yang sudah berjalan jauh darinya. Wanita cantik yang sudah siap datang ke

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 5

    Mereka memutuskan untuk pulang sebelum acara selesai. Dia juga tidak mungkin membuat acara pernikahan mantan tunangannya semakin kacau karenanya. Ketika berada di dalam mobil, Nadira mulai tertawa secara perlahan."Kamu kenapa?" tanya Hendra heran. Biasanya kalau seorang wanita ditinggal pergi, pasti sakit hati dan sedih. Entah kenapa Nadira harus tertawa untuk semuanya."Gapapa, gue cuma teringat sama Abian saja. Ternyata dia cemburu melihat kita," jelas Nadira tersenyum tipis.Sebagai mantan tunangan yang baik, Nadira tahu persis bagaimana ekspresi mantan tunangannya ketika sedang cemburu."Jadi kamu masih berharap dia kembali?" tanya Hendra perlahan."Enggak ... ngapain juga mengharapkannya kembali? Lagi pula dia sudah menjadi suami orang sekarang. By the way, thanks. Karena lo sudah membantu gue," ujar Nadira dengan wajahnya yang masih terlihat begitu bahagia."Sama-sama." Hendra berbicara sembari memberikan senyuman. Dari raut wajah pria tampan itu sedang mengharapkan sesuatu, ta

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 6

    "Ponsel lo dari tadi berdering tuh! Kenapa gak diangkat saja?" tanya Ghea menatap wajah Nadira yang mengabaikan panggilan dari nomor tidak dikenal."Gue malas, biarkan saja," ujar Nadira malas.Ghea tidak banyak berbicara lagi, jika sahabatnya sudah terlihat malas begitu. Dia tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Wanita berhidung mancung itu pun mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal dari ponsel Nadira."Lo apa-apaan sih, Ghea. Kalau gue gak mau angkat panggilannya, bukan berarti lo harus mengangkatnya!" pekik Nadira kesal. Dia berusaha untuk mengambil alih ponsel yang ada dalam genggaman tangan Ghea.Sudah terlambat, sebuah suara terdengar dari seberang sana. Sebuah suara yang sudah tidak asing lagi di telinga mereka berdua. "Bukankah itu suara ...," ucap Ghea, tapi dipotong oleh Nadira.Wanita cantik berkulit putih segera mengambil alih ponselnya dan segera berbicara dengan pria yang selama ini membuat jantungnya berdebar. Ghea hanya bisa menggelengkan kepala melihat kela

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 7

    "Gue mah ogah ikut Nadira bertemu dengan si Davin itu. Gue gak mau jadi obat nyamuk, lagi pula mereka masih pendekatan, jadi gak mungkin mereka macam-macam, Ghea!" papar Denia ketus."Pokoknya kita harus ikut, De. Dengan atau tanpa persetujuan dari Nadira." Ghea masih tetap pada pendiriannya.Nadira menggelengkan kepala pelan. "Kalian boleh ikut, tapi jangan mempermalukan gue. Kalian harus jadi anak baik-baik," ujar Nadira setuju. Lagi pula, pertemuannya dengan Davin hanya sebatas adik kelas dan kakak kelas saja. Tidak ada yang spesial diantara Nadira dan senior tampan itu."Nah gitu dong! Lo harus ikutan, De. Gak ada tapi tapian. Jangan menolak ya!" pinta Ghea yang tidak ingin ikut seorang diri."Idih, ogah! Lagi pula lo 'kan, yang ingin ikut. Jadi ya, ikut saja. Gue gak mau, masih banyak urusan yang lebih penting dibandingkan harus menjadi obat nyamuk," tolak Denia kesal. Wanita tomboi itu tidak mau di hari pertama Nadira melakukan pendekatan malah ada dirinya dan Ghea sebagai penga

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 8

    Nadira langsung mencubit pinggang Denia secara samar, tapi semua percuma saat sahabatnya merintih kesakitan. Dia mulai mempermalukan Nadira lagi. Langsung saja Ghea menutup mulut Denia agar tidak berbicara lebih banyak lagi. "Kita berdua mau beli kentang dulu, ya. Kalian berdua bersenang-senang saja dulu," ujar Ghea mengajak Denia pergi.Davin memberikan senyuman termanisnya sembari melihat kepergian sahabat-sahabat Nadira."Lo apa-apaan sih, Ghea! Mana gak jelas banget, beli kentang, kentang. Kentang apaan? Gue belum makan gratis juga, malah ditarik ke sini," ujar Denia kesal. "Lo tuh biasa ya, suka malu-maluin. Lo gak sadar apa yang lo katakan itu sangat memalukan?" cetus Ghea dengan kaki yang masih terus melangkah.Denia masih bingung, dari segi mana wanita itu telah membuat malu? Dia bahkan berpikir apa yang dikatakan masih wajar-wajar saja. Wanita tomboi itu tidak mau membuang kesempatan untuk makan gratis, jadi memilih untuk kembali menemui Nadira dan Davin."Lo mau ke mana, D

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 9

    Cindy merubah ekspresinya menjadi baik ketika melihat Davin datang. "Aku pamit pulang duluan, soalnya ada urusan mendadak," pamit Davin terlihat buru-buru."Kita juga mau pergi," ujar Ghea menyeringai."Ya sudah, bareng yuk!" ajak Davin bersemangat. Namun tawarannya ditolak karena di sana ada Cindy yang menatap ke arah Ghea dan Nadira tajam."Gue dan Nadira masih ada urusan lain di sekitar sini. Jadi, lo bisa pulang duluan saja," ucap Ghea berdusta."Mending pulang sama aku saja, Vin." Cindy malah langsung menarik tangan Davin, tapi pria itu malah menepis tangan wanita yang mengaku sebagai tunangannya.Ghea dan Nadira hanya menahan tawa melihat perlakuan Davin pada Cindy, lalu mereka berdua pergi meninggalkan tempat tersebut."Gue gak habis pikir sama si Cindy itu. Belum menikah saja sudah seperti itu kelakuan, gue jadi curiga deh. Jangan-jangan cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Davin mau dijodohin karena terpaksa," papar Ghea sok tahu. Nadira menggelengkan kepala. "Gue gak mau

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 10

    Vera menarik tangan Abian secara paksa agar pergi dari hadapan wanita yang pernah disakitinya."Mas, bisa gak sih! Kamu jangan ganggu lagi Nadira. Kamu sudah menikah denganku, setidaknya kamu hargai perasaanku." Vera terus memarahi Abian karena telah menemui Nadira secara diam-diam."Aku sudah menuruti untuk menikah denganmu, seharusnya kamu ingat! Aku tidak pernah sudi menikah denganmu!" cetus Abian serius.Vera membawa suaminya pulang sembari memarahi sepanjang jalan karena apa yang dilakukan Abian begitu memalukan.***Nadira dan Ghea memilih untuk pulang, dari pada Abian terus mengganggu wanita itu. Pilihan yang tepat untuk saat ini adalah aman."Lo harus banyak bersyukur, Nad. Sudah terlepas dari pria kayak Abian, coba saja kalau lo sampai menikah dengannya. Gue jamin hidup lo tidak akan bahagia," kata Ghea menjelaskan pendapatnya."Iya, gue juga berpikir begitu, Ghea. Pria yang awalnya tegas sekarang malah berubah plin-plan." Nadira kembali teringat akan sikap tegas yang dimilik

Latest chapter

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   50. Tamat

    "Jadi bagaimana dengan pilihanmu?" tanya Ghea berharap jawaban sang sahabat tidak mengecewakan.Nadira tidak langsung menjawab, melainkan kepalanya ke atas seperti mode berpikir keras. "Bagaimana, Nad. Jangan membuatku kesal deh!" cetusnya. "Hm ... rahasia perusahaan dong!" Nadira menyeringai. Dia sendiri ingin mengatakan langsung pada Davin karena ingin melihat ekspresi wajah pria tampan tersebut. Karena merasa kesal, Ghea pun langsung memberikan bunga serta coklat yang ada di genggaman tangannya. "Itu semua dari Davin, jadi kamu gak usah berterima kasih padaku." Ghea berbicara dengan ketus."Siap!" Nadira menyeringai. Karena tidak mendapatkan jawaban, akhirnya sang sahabat pamit pulang. Namun, kepergiannya dicegah oleh Hera. "Jangan buru-buru, Ghea. Kita akan mendengarkan keputusan yang diambil Nadira bersama-sama." "Baik, Tante." Ghea kembali bersemangat. Atas dorongan serta paksaan dari sang Mama, Nadira akhirnya mengatakan pilihannya. Namun, dia meminta untuk merahasiakan

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 49

    Baik Ghea maupun Gio terus memberikan penjelasan pada pria tampan agar dirinya tidak pantang menyerah dalam mengejar cintanya. "Pokoknya kamu harus terus berusaha meyakinkan Nadira agar dia memilihmu tanpa ragu lagi." Ghea terus memberikan semangat."Bagaimana caranya?" tanya Davin bingung.Di saat itu lah Ghea memiliki ide untuk membantu pria tampan tersebut, sebab dirinya yakin kalau sahabatnya pasti memiliki perasaan yang tidak pernah berubah pada Davin. "Kamu tenang saja, Vin. Serahkan semuanya padaku, yang terpenting kamu harus mengikuti apa pun yang aku inginkan." Ghea menyeringai. Davin memandang wanita di depannya dengan ragu. "Gak usah memandangiku seperti itu, Vin. Kamu harus percaya padaku kalau memang ingin segera menikah dengan sahabatku yang cantik itu." Ghea memberikan senyuman."Baik." Davin mulai irit bicara."Sekarang aku minta kamu beli bunga yang bagus," pinta Ghea sedikit memaksa."Memang buat apa?" tanya Davin heran."Udah, jangan banyak tanya. Percaya saja s

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 48

    "Dari mana saja, Nad? Kenapa baru datang? Aku sudah menunggumu dari tadi!" cetus Ghea pelan, ada raut cemas yang terlihat di wajahnya.Nadira hanya memberikan senyuman saja pada sahabatnya yang sudah memasang raut wajah cemas tersebut. "Kebiasaan deh, orang tanya baik-baik juga. Malah cengengesan," cetus Ghea sedikit kesal. Wanita cantik berlesung pipi itu pun meminta sang sahabat untuk duduk terlebih dulu sebelum menjelaskan semua yang terjadi. Bahkan dirinya meminta agar Ghea tidak terlalu mencemaskannya. Setelah memastikan sang sahabat mengerti dengan semua yang terjadi, barulah wanita cantik berlesung pipi itu pun menceritakan apa yang sedang terjadi pada kisah asmaranya."Aku benar-benar bingung, Ghea. Di satu sisi aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu baru memikirkan menikah, tapi di sisi lain aku tidak yakin akan bertemu dengan pria yang baik dan mau mengerti aku seperti Davin." Nadira mulai bercerita panjang lebar. "Gini saja deh, Nad. Coba kamu tanya ke dasar hatimu yang

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 47

    Jelas saja Hera panik karena kecerobohan anaknya dalam mengiris tempe. Dia bahkan tidak menyangka akan membuat Nadia terkejut ketika dia menyapa. "Maaf, Nad. Mama gak bermaksud." Hera segera mengambil jari Nadia untuk dilihat."Gapapa, Ma. Jangan khawatir, bukan salah Mama juga kok. Nadia saja yang teledor karena keasikan melamun." Nadia menarik sedikit jari yang terluka, tapi Hera tidak melepaskannya."Biarkan Mama bantu mengobati lukanya." "Gapapa, Ma. Nadia bisa sendiri," ujar Nadia bersikeras.Wanita setengah paruh baya itu menarik tangan putrinya ke ruang keluarga untuk diobati. Hera tetap saja ingin mengobati jari yang teriris sembari mengobrol tentang lamaran Davin. Meskipun dia tahu, kalau Nadia terlihat bosan dengan setiap nasihat yang diberikan. Namun, wanita setengah paru baya itu akan terus memastikan agar sang anak menerima pria tampan yang diam-diam sudah lama diidamkan menjadi menantu."Bau apa, Ma?" tanya Nadia setengah mendengus perlahan."Gosong! Ya ampun," sahut H

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 46

    Perlahan cincin itu diambil oleh Hera dari genggaman tangan putrinya. "Ternyata Davin sudah melangkah lebih jauh dari yang aku pikirkan, hanya saja menunggu putriku untuk memberikan jawaban saja." Hera mengambil posisi duduk tepat di sebelah Nadia yang saat ini sedang berbaring. Wanita setengah paruh baya itu begitu berharap agar sang anak mau menerima Davin kembali. Dia paham dengan prinsip sang anak untuk tidak menikah sebelum menyelesaikan kuliahnya. "Mama!" panggil Nadia dengan lembut. Wanita cantik berlesung pipi itu rupanya sudah membuka mata secara perlahan. "Kamu sudah bangun? Maaf, bukan maksud Mama untuk mengganggu istirahatmu." Hera segera menyadari telah mengganggu putrinya."Mama gak mengganggu kok, memang Nadira sudah selesai beristirahat." Nadira memberikan senyuman. Kemudian, wanita setengah paruh baya itu pun mengajak putrinya untuk makan terlebih dahulu. Apalagi setelah mendengar bunyi perut Nadira yang bernyanyi sedikit keras. "Aku akan mencuci wajahku dulu, M

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 45

    Davin mengajak Nadira ke tempat favorit yang biasa menemani dirinya di saat sedang gelisah dalam menjalani hidup ini. Tempat dirinya merenung saat mengambil sebuah keputusan, dan saat ini adalah waktu untuk pria tampan itu akan memberikan keputusan yang berani dalam hidupnya. Dia berbicara tanpa basa-basi pada wanita yang dicintai dan menjelaskan maksud serta tujuan membawa Nadira ke tempat tersebut."Aku sudah tidak ingin membuang-buang waktuku lagi, Nad. Mungkin sudah waktunya juga kita segera bersama, sebab aku tidak ingin kehilanganmu." Davin mulai menjelaskan.Nadira berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku masih belum mengerti yang kamu katakan, Vin." Pria tampan itu pun mulai berlutut serta memberikan kotak perhiasan berisi cincin. "Will you marry me?" Terlihat senyuman manis yang terpancar dari raut wajah Davin. "Kamu yakin?" tanya Nadira heran.Tanpa ragu pria tampan itu menganggukkan kepala. "Dari awal kamu yang sudah aku pilih, gak mungkin aku berpaling. Meskipun sebelumnya

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 44

    Hati Denia memang sering berubah saat ini, bahkan tidak bisa melihat pria maco sedikit saja. Sekarang hatinya sudah berbalik menyukai Haris yang terkenal keberaniannya."Kalau memang iya, apakah kamu bisa membantuku untuk dekat dengannya?" tanya Haris melihat lekat ke arah Nadira."Gak bisa, kamu kejar saja sendiri." Denia mulai cemburu dan meninggalkan Haris sendiri. Dalam hati wanita tomboi itu pun mulai protes dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. "Apa semua pria itu memang sama? Cuma menyukai wanita lembah lembut seperti Nadira? Lantas, pria seperti apa yang akan menyukai wanita tomboi sepertiku?" Dia mulai menghentakkan kakinya karena kesal yang dialaminya. Lain hal dengan Nadira yang memilih untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba saja botol air mineral disuguhkan oleh Davin."Minum saja dulu, biar kamu tidak dehidrasi." Davin memberikan senyuman."Terima kasih, tapi aku bawa sendiri." Nadira menunjukkan air botol minuman yang masih terisi air

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 43

    Semua yang ada di dalam mobil harus turun untuk melihat apa yang terjadi. Sedangkan Haris sibuk memperhatikan mesin mobil, meskipun sebenarnya dia tidak terlalu paham dengan mesin. "Apa kita akan terjebak di sini malam ini?" tanya Denia sedikit kesal. "Aku pastikan kita tidak akan menginap di tempat ini," sahut Haris penuh keyakinan."Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu yang harus bertanggung jawab, Ris. Kita tidak ingin terjebak di jalan ini. Mana seram lagi!" cetus Farida bergidik ngeri karena jalanan begitu sepi."Kalian tenang saja, pasti akan aku perbaiki segera." Haris memang bertanggung jawab, tapi kali ini dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukan. Akan tetapi, dia berusaha untuk tetap tenang agar tidak membuat teman-temannya ikut khawatir. Setengah jam berlalu, tapi Haris belum bisa membuat mobilnya hidup kembali."Bagaimana, Ris? Kenapa sampai detik ini belum selesai juga?" tanya Denia sedikit kesal."Kalian tenang saja dulu," sahut Haris tanpa memberikan penjelasan l

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 42

    "Denia, tunggu!" Ghea langsung menghentikan langkah kaki sahabatnya yang sedang menyeret koper. Sontak saja wanita tomboi itu menghentikan langkah kakinya."Ada apa lagi sih, Ghea? Bukankah semua barangmu sudah aku masukkan? Sekarang ayo kita pergi!" pekik Denia sedikit kesal."Bukan begitu, Denia. Ada misi yang harus kita selesaikan, jadi jangan pergi sekarang. Nanti saja kalau sudah selesai urusan kita," kata Ghea membujuk. "Misi apa? Kalau cuma gak penting, lebih baik kita pergi sekarang juga." Denia tetap tidak ingin membuang waktu hanya hal-hal yang menurutnya tidak jelas. Ghea mulai menjelaskan panjang lebar apa yang akan menjadi misi mereka, tapi Denia tetap pada pendiriannya untuk pergi. Lagian, dia sudah terlanjur janji sama teman-temannya. Gak enak juga jika langsung dibatalkan secara tiba-tiba."Aku akan tetap berangkat, terserah kamu mau berangkat apa tidak. Perihal Nadira, aku tidak mau ikut campur lagi." Denia melepaskan koper milik Ghea, lalu meninggalkan rumah sahaba

DMCA.com Protection Status