Share

Bab 12

Penulis: Nur Hayati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Crish memberikan senyuman terindahnya untuk wanita yang sudah lama tidak ditemui. Ternyata pria itu juga bernostalgia dengan masa lalu yang pernah mereka hadapi bersama-sama.

"Silakan duduk," kata Crish mempersilakan. Dia juga memberikan seulas senyuman. Wajahnya terlihat sudah lebih dewasa dibandingkan dengan yang dulu. Juga terlihat lebih menawan dan mempesona.

"Sudah lama menunggu?" tanya Restu sembari menarik kursi.

"Baru saja, Om." Crish menjawab singkat.

Nadira tidak pernah menyangka akan bertemu dengan pria yang sama. Pria yang pernah menjadi pacarnya walaupun sebentar saja.

"Silakan pesan, Om. Mau makan apa," kata Crish memberikan menu makanannya.

Baik Restu, Hera maupun Nadira sedang sibuk membaca menu makanan yang sudah ada di dalam genggaman tangannya. Meskipun wanita berkulit putih sedang tidak fokus, tapi dia berusaha untuk bersikap biasa saja. Mereka bertiga sudah selesai memesan makanan yang ingin mereka makan. Selanjutnya, mereka saling mengobrol satu sama lain semb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 13

    Sepanjang perjalanan pulang Nadira hanya diam saja, berusaha untuk mencerna setiap ucapan Restu pada Crish perihal jodoh. Bahkan pria yang telah menjadi mantan pacarnya itu tidak menampik saat Hera juga mengharapkan Nadira dan Crish berjodoh."Apa yang kamu pikirkan, Nad?" tanya Hera membuyarkan lamunan putrinya."Gak ada, Ma. Hanya sedikit pusing saja," kata Nadira berkilah."Pusing? Kamu gak makan udang 'kan?" tanya Restu khawatir. Dia tahu betul kalau putrinya alergi udang, biasanya efek dari alergi itu akan membuat Nadira pusing dan akan merasakan gatal setelahnya."Enggak kok, Pa." Nadira menyahut singkat."Papa kayak gak tahu anak muda saja, paling juga pusingnya karena asmara." Hera menebak apa yang sedang Nadira pikirkan."Apaan sih, Ma." Nadira merajuk."Gak usah terlalu dipikirkan, Nad. Papa dan Mama juga tidak akan memaksamu untuk menerima Crish, tapi kita berdua tahu kalau Crish merupakan pria yang tepat dan dari keluarga baik-baik." Restu men

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 14

    Nadira menyesal karena harus menuruti permintaan Vera tentang double date. Padahal, sebenarnya wanita cantik itu tidak perlu mengiyakan apa yang dikatakan oleh teman masa kecilnya. Namun, dia sendiri tidak ingin di cap sebagai perusak rumah tangga orang. Jadi, mau tidak mau wanita itu harus menerima tantangan.Tangannya memegang kepala karena bingung mencari ide, bagaimana caranya meminta bantuan Davin. Sedangkan Nadira sudah berjanji pada Cindy untuk tidak mendekati calon suami wanita itu lagi. Sesekali wajahnya berada di atas meja karena merasa tidak berdaya. Perasaan malu begitu mencuat dalam hatinya jika harus meminta bantuan Davin lagi. Dia sejenak melamun, tapi Ghea dan Denia datang membuyarkan lamunannya."Lo kenapa, Nad? Ada masalah apa?" tanya Denia menepuk punggung Nadira pelan."Gue gapapa, cuma capek saja," sahut Nadira berdusta. Akan tetapi, kedua sahabatnya tidak akan mudah untuk dibohongi. Mereka berdua tahu betul tentang apa yang dirasakan Nadir

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 15

    Davin melihat Nadira terpesona, bagaimana tidak? Wanita yang memang memiliki cantik alami, kini semakin cantik dengan riasan tipis di wajahnya. Bahkan pria itu enggan untuk mengedipkan mata walau sedetik saja. "Maaf, sudah membuatmu lama menunggu," kata Nadira membuat Davin salah tingkah dan membuang pandangannya."Gapapa, aku juga baru sampai kok. Lantas, aku harus bagaimana ketika bertemu dengan mereka?" tanya Davin yang memang bingung harus berbuat apa. "Gak ada, mereka berdua cuma mengajak kita makan malam bersama. Kita cukup diam saja, kalau mereka tanya hubungan kita, biar aku saja yang menjawabnya," jelas Nadira. Perasaannya gugup, hanya saja berusaha untuk tetap tenang. Selanjutnya, mereka melangkahkan kaki secara berdampingan. Mencari keberadaan Abian dan Vera yang sudah menunggu di dalam. Mereka berdua melihat ke sekeliling, tapi tidak ditemukan sepasang suami-isteri tersebut. "Apa mungkin Vera membohongiku?" Nadira bergumam, tapi masih terdengar ol

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 16

    Sepagi ini kedua sahabat Nadira sudah nangkring di rumah wanita cantik berlesung pipi itu. Karena alasan hari libur, Ghea dan Denia datang tanpa malu. Sebagai ibu yang baik, Hera senang dengan kedatangan mereka berdua ke rumahnya."Tadi malam kalian have fun 'kan?" tanya Hera mulai menginterogasi."Ya dong, Tante. Kita have fun, memang kenapa Tan?" tanya Denia memberikan senyuman."Gapapa, Tante kira kalian sedang bertengkar semalam. Soalnya waktu pulang, Nadira terlihat cemberut. Bahkan waktu Tante tanya kalian berdua, dia diam saja." Hera memaparkan."Oh, mungkin dia kecapean Tante," ujar Ghea berpendapat. Sebenarnya dia merasa bersalah karena semalam sudah meninggalkan Nadira berdua di restoran bersama dengan Devan."Bisa jadi sih, buktinya sampai pagi ini dia belum keluar dari kamar juga. Padahal, Tante juga sudah bilang tadi kalau ada kalian berdua datang," jelas Hera yang sebenarnya curiga ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ghea dan Denia."Mungkin kit

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 17

    Abian sudah terlanjur malu, jadi pria itu langsung mengambil uang di dompetnya tanpa basa-basi lagi. Dia tidak ingin harkat martabatnya sebagai pria jatuh di hadapan Nadira. Sedangkan wanita yang saat ini menagih akhirnya tersenyum puas sebab usahanya tidak sia-sia.Pria itu tidak hanya membayar tagihan makanannya dengan sang Istri saja, melainkan semua tagihan. Hal itu dilakukan sebagai permintaan maaf, lagi pula yang dia tahu Vera semalam sudah membayar. Ternyata istrinya telah membohonginya.Setelah mendapatkan uangnya, Nadira dan kedua sahabatnya pergi dari rumah Vera. "Untung si Vera itu tidak keluar," kata Ghea ketika duduk di dalam mobil."Memang kenapa kalau dia keluar?" tanya Denia mengernyitkan dahi."Gue yakin, kalau dia ada di luar tadi. Sudah pasti uangnya akan diambil lagi. Kalau menurut penilaian gue sih, dia itu wanita yang gila harta. Gue yakin dia berani merebut Abian juga karena kekayaan yang dimiliki Abian." Ghea memaparkan."Gaya lo, Ghe

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 18

    Nadira merasa bahagia bersama Crish karena pria itu tidak pernah berubah. Masih tetap asik serta pintar mencairkan suasana ketika keadaan sudah tegang. "Oya, kamu bebas mau beli apa pun yang kamu mau. Biar aku yang membayarnya," ujar Crish sembari tersenyum. Pria itu masih tetap sama, loyal dan tidak perhitungan.Awalnya Nadira menolak, tapi Crish terus memaksa. Hingga mau tidak mau, dia pun mengambil baju berwarna cream. Pria itu segera membayar, lalu mereka berdua berbelanja sesuai yang dicatat oleh Hera.'Mama ini ada-ada saja. Padahal di rumah sudah ada karpet, kenapa harus beli lagi sih? Kayaknya memang Mama itu sengaja biar aku dekat dengan Crish,' gumam Nadira ketika melihat catatan yang ada digenggaman tangannya."Ada apa, Nad?" tanya Crish ketika melihat Nadira termenung."Gapapa," sahut Nadira singkat. Gak mungkin juga dia membicarakan kelakuan sang Mama di hadapan Crish. Setelah semua pesanan Hera terpenuhi, mereka berdua memutuskan untuk pulang

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 19

    Nadira kenal dengan suara itu, jadi dia memilih untuk memutuskan panggilan sebelum bersuara."Dia lagi sama Cindy," ujar Nadira setelah meletakkan ponselnya. Dia mulai berpikir jauh, sebab malam ini Davin dan Cindy tengah bersama."Gue harusnya sadar, mereka sudah dijodohkan dari sejak SMA. Jadi wajar kalau mereka sering bersama meskipun sudah malam," gumam Nadira lirih.Dia pun memejamkan mata karena kantuk yang dirasakan. Di tempat lain, tepat di rumah Davin dan temannya Gio bersama. Di sana memang ada Cindy juga sedang bersama karena meminta bantuan dari pria tampan mengerjakan tugasnya. "Ada panggilan telepon, Vin." Cindy memberikan ponsel yang ditinggalkan Davin ketika pergi ke kamar mandi."Dari siapa?" tanya Davin mengambil kembali ponselnya."Ada dipanggilan masuk," sahut Cindy singkat.Pria itu melihatnya segera, ternyata sebuah panggilan dari Nadira yang memang kontaknya diberi nama inisial N saja. Ingin menelpon balik, tapi Davin harus me

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 20

    Pandangan Nadira tidak berpaling dari Crish, dia terus memperhatikan. Terlihat jelas pria itu sangat bahagia bersama wanita yang saat ini ada di sampingnya. "Lo lihat apa, Nad?" tanya Ghea menyenggol tubuh Nadira. "Gue lihat Crish sama wanita. Apa mungkin dia sudah punya pacar ya?" pikir Nadira penasaran."Jangan bilang lo cemburu," tebak Denia curiga."Gue gak cemburu, cuma heran saja. Kalau dia sudah punya pacar, lantas kenapa masih mendekati gue?" Nadira memang berpikir seperti itu. Bahkan wanita itu ingin menyelidiki lebih lanjut agar bisa terlepas dari perjodohan orang tuanya."Mungkin saja buat perbandingan, Nad," tebak Ghea menyeringai. Apa yang dikatakan Ghea ada benarnya juga, tapi Nadira tetap harus menyelidikinya."Kita akan menyelidiki mereka," kata Nadira kepada kedua sahabatnya."Nadira! Kita ke sini tuh untuk liburan, bukan menyelidiki si Crish itu." Denia protes, sebab dirinya belum puas berada di pantai."Apa salahnya sambil menyelam minum air? Lagi pula, kita bisa

Bab terbaru

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   50. Tamat

    "Jadi bagaimana dengan pilihanmu?" tanya Ghea berharap jawaban sang sahabat tidak mengecewakan.Nadira tidak langsung menjawab, melainkan kepalanya ke atas seperti mode berpikir keras. "Bagaimana, Nad. Jangan membuatku kesal deh!" cetusnya. "Hm ... rahasia perusahaan dong!" Nadira menyeringai. Dia sendiri ingin mengatakan langsung pada Davin karena ingin melihat ekspresi wajah pria tampan tersebut. Karena merasa kesal, Ghea pun langsung memberikan bunga serta coklat yang ada di genggaman tangannya. "Itu semua dari Davin, jadi kamu gak usah berterima kasih padaku." Ghea berbicara dengan ketus."Siap!" Nadira menyeringai. Karena tidak mendapatkan jawaban, akhirnya sang sahabat pamit pulang. Namun, kepergiannya dicegah oleh Hera. "Jangan buru-buru, Ghea. Kita akan mendengarkan keputusan yang diambil Nadira bersama-sama." "Baik, Tante." Ghea kembali bersemangat. Atas dorongan serta paksaan dari sang Mama, Nadira akhirnya mengatakan pilihannya. Namun, dia meminta untuk merahasiakan

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 49

    Baik Ghea maupun Gio terus memberikan penjelasan pada pria tampan agar dirinya tidak pantang menyerah dalam mengejar cintanya. "Pokoknya kamu harus terus berusaha meyakinkan Nadira agar dia memilihmu tanpa ragu lagi." Ghea terus memberikan semangat."Bagaimana caranya?" tanya Davin bingung.Di saat itu lah Ghea memiliki ide untuk membantu pria tampan tersebut, sebab dirinya yakin kalau sahabatnya pasti memiliki perasaan yang tidak pernah berubah pada Davin. "Kamu tenang saja, Vin. Serahkan semuanya padaku, yang terpenting kamu harus mengikuti apa pun yang aku inginkan." Ghea menyeringai. Davin memandang wanita di depannya dengan ragu. "Gak usah memandangiku seperti itu, Vin. Kamu harus percaya padaku kalau memang ingin segera menikah dengan sahabatku yang cantik itu." Ghea memberikan senyuman."Baik." Davin mulai irit bicara."Sekarang aku minta kamu beli bunga yang bagus," pinta Ghea sedikit memaksa."Memang buat apa?" tanya Davin heran."Udah, jangan banyak tanya. Percaya saja s

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 48

    "Dari mana saja, Nad? Kenapa baru datang? Aku sudah menunggumu dari tadi!" cetus Ghea pelan, ada raut cemas yang terlihat di wajahnya.Nadira hanya memberikan senyuman saja pada sahabatnya yang sudah memasang raut wajah cemas tersebut. "Kebiasaan deh, orang tanya baik-baik juga. Malah cengengesan," cetus Ghea sedikit kesal. Wanita cantik berlesung pipi itu pun meminta sang sahabat untuk duduk terlebih dulu sebelum menjelaskan semua yang terjadi. Bahkan dirinya meminta agar Ghea tidak terlalu mencemaskannya. Setelah memastikan sang sahabat mengerti dengan semua yang terjadi, barulah wanita cantik berlesung pipi itu pun menceritakan apa yang sedang terjadi pada kisah asmaranya."Aku benar-benar bingung, Ghea. Di satu sisi aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu baru memikirkan menikah, tapi di sisi lain aku tidak yakin akan bertemu dengan pria yang baik dan mau mengerti aku seperti Davin." Nadira mulai bercerita panjang lebar. "Gini saja deh, Nad. Coba kamu tanya ke dasar hatimu yang

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 47

    Jelas saja Hera panik karena kecerobohan anaknya dalam mengiris tempe. Dia bahkan tidak menyangka akan membuat Nadia terkejut ketika dia menyapa. "Maaf, Nad. Mama gak bermaksud." Hera segera mengambil jari Nadia untuk dilihat."Gapapa, Ma. Jangan khawatir, bukan salah Mama juga kok. Nadia saja yang teledor karena keasikan melamun." Nadia menarik sedikit jari yang terluka, tapi Hera tidak melepaskannya."Biarkan Mama bantu mengobati lukanya." "Gapapa, Ma. Nadia bisa sendiri," ujar Nadia bersikeras.Wanita setengah paruh baya itu menarik tangan putrinya ke ruang keluarga untuk diobati. Hera tetap saja ingin mengobati jari yang teriris sembari mengobrol tentang lamaran Davin. Meskipun dia tahu, kalau Nadia terlihat bosan dengan setiap nasihat yang diberikan. Namun, wanita setengah paru baya itu akan terus memastikan agar sang anak menerima pria tampan yang diam-diam sudah lama diidamkan menjadi menantu."Bau apa, Ma?" tanya Nadia setengah mendengus perlahan."Gosong! Ya ampun," sahut H

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 46

    Perlahan cincin itu diambil oleh Hera dari genggaman tangan putrinya. "Ternyata Davin sudah melangkah lebih jauh dari yang aku pikirkan, hanya saja menunggu putriku untuk memberikan jawaban saja." Hera mengambil posisi duduk tepat di sebelah Nadia yang saat ini sedang berbaring. Wanita setengah paruh baya itu begitu berharap agar sang anak mau menerima Davin kembali. Dia paham dengan prinsip sang anak untuk tidak menikah sebelum menyelesaikan kuliahnya. "Mama!" panggil Nadia dengan lembut. Wanita cantik berlesung pipi itu rupanya sudah membuka mata secara perlahan. "Kamu sudah bangun? Maaf, bukan maksud Mama untuk mengganggu istirahatmu." Hera segera menyadari telah mengganggu putrinya."Mama gak mengganggu kok, memang Nadira sudah selesai beristirahat." Nadira memberikan senyuman. Kemudian, wanita setengah paruh baya itu pun mengajak putrinya untuk makan terlebih dahulu. Apalagi setelah mendengar bunyi perut Nadira yang bernyanyi sedikit keras. "Aku akan mencuci wajahku dulu, M

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 45

    Davin mengajak Nadira ke tempat favorit yang biasa menemani dirinya di saat sedang gelisah dalam menjalani hidup ini. Tempat dirinya merenung saat mengambil sebuah keputusan, dan saat ini adalah waktu untuk pria tampan itu akan memberikan keputusan yang berani dalam hidupnya. Dia berbicara tanpa basa-basi pada wanita yang dicintai dan menjelaskan maksud serta tujuan membawa Nadira ke tempat tersebut."Aku sudah tidak ingin membuang-buang waktuku lagi, Nad. Mungkin sudah waktunya juga kita segera bersama, sebab aku tidak ingin kehilanganmu." Davin mulai menjelaskan.Nadira berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku masih belum mengerti yang kamu katakan, Vin." Pria tampan itu pun mulai berlutut serta memberikan kotak perhiasan berisi cincin. "Will you marry me?" Terlihat senyuman manis yang terpancar dari raut wajah Davin. "Kamu yakin?" tanya Nadira heran.Tanpa ragu pria tampan itu menganggukkan kepala. "Dari awal kamu yang sudah aku pilih, gak mungkin aku berpaling. Meskipun sebelumnya

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 44

    Hati Denia memang sering berubah saat ini, bahkan tidak bisa melihat pria maco sedikit saja. Sekarang hatinya sudah berbalik menyukai Haris yang terkenal keberaniannya."Kalau memang iya, apakah kamu bisa membantuku untuk dekat dengannya?" tanya Haris melihat lekat ke arah Nadira."Gak bisa, kamu kejar saja sendiri." Denia mulai cemburu dan meninggalkan Haris sendiri. Dalam hati wanita tomboi itu pun mulai protes dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. "Apa semua pria itu memang sama? Cuma menyukai wanita lembah lembut seperti Nadira? Lantas, pria seperti apa yang akan menyukai wanita tomboi sepertiku?" Dia mulai menghentakkan kakinya karena kesal yang dialaminya. Lain hal dengan Nadira yang memilih untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba saja botol air mineral disuguhkan oleh Davin."Minum saja dulu, biar kamu tidak dehidrasi." Davin memberikan senyuman."Terima kasih, tapi aku bawa sendiri." Nadira menunjukkan air botol minuman yang masih terisi air

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 43

    Semua yang ada di dalam mobil harus turun untuk melihat apa yang terjadi. Sedangkan Haris sibuk memperhatikan mesin mobil, meskipun sebenarnya dia tidak terlalu paham dengan mesin. "Apa kita akan terjebak di sini malam ini?" tanya Denia sedikit kesal. "Aku pastikan kita tidak akan menginap di tempat ini," sahut Haris penuh keyakinan."Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu yang harus bertanggung jawab, Ris. Kita tidak ingin terjebak di jalan ini. Mana seram lagi!" cetus Farida bergidik ngeri karena jalanan begitu sepi."Kalian tenang saja, pasti akan aku perbaiki segera." Haris memang bertanggung jawab, tapi kali ini dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukan. Akan tetapi, dia berusaha untuk tetap tenang agar tidak membuat teman-temannya ikut khawatir. Setengah jam berlalu, tapi Haris belum bisa membuat mobilnya hidup kembali."Bagaimana, Ris? Kenapa sampai detik ini belum selesai juga?" tanya Denia sedikit kesal."Kalian tenang saja dulu," sahut Haris tanpa memberikan penjelasan l

  • Tunangan Bohongan si Senior Tampan   Bab 42

    "Denia, tunggu!" Ghea langsung menghentikan langkah kaki sahabatnya yang sedang menyeret koper. Sontak saja wanita tomboi itu menghentikan langkah kakinya."Ada apa lagi sih, Ghea? Bukankah semua barangmu sudah aku masukkan? Sekarang ayo kita pergi!" pekik Denia sedikit kesal."Bukan begitu, Denia. Ada misi yang harus kita selesaikan, jadi jangan pergi sekarang. Nanti saja kalau sudah selesai urusan kita," kata Ghea membujuk. "Misi apa? Kalau cuma gak penting, lebih baik kita pergi sekarang juga." Denia tetap tidak ingin membuang waktu hanya hal-hal yang menurutnya tidak jelas. Ghea mulai menjelaskan panjang lebar apa yang akan menjadi misi mereka, tapi Denia tetap pada pendiriannya untuk pergi. Lagian, dia sudah terlanjur janji sama teman-temannya. Gak enak juga jika langsung dibatalkan secara tiba-tiba."Aku akan tetap berangkat, terserah kamu mau berangkat apa tidak. Perihal Nadira, aku tidak mau ikut campur lagi." Denia melepaskan koper milik Ghea, lalu meninggalkan rumah sahaba

DMCA.com Protection Status