"Vic, topik ini sangat sensitif. Selama ini, kau sudah selalu disorot oleh media, topik sekecil apa pun bisa menjadi viral. Jika berita ini muncul, keadaan ini pasti akan dimanfaatkan oleh mereka yang selama merasa iri untuk menginjakmu. Industri hiburan adalah dunia yang kejam.""Situasi sekarang sangat merugikanmu, ditambah dengan latar belakangmu. Kisah cinta yang menjerat ayah dan anak Keluarga Coleman ini adalah skandal seks terbesar dalam keluarga terkaya di Barbara Bay. Topik ini akan segera menyebar ke seluruh penjuru dan langsung menghancurkan reputasimu.""Vic, aku khawatir kau akan sulit bangkit kembali."Tangan dan kaki Victoria Anne masih dingin, dia tidak ingat bagaimana dia bisa keluar dari kerumunan orang-orang. Hari ini adalah pernikahan James Coleman dan Vicky Davis, para tamu undangan dan wartawan berbondong-bondong mengerumuninya, suara kamera terdengar di mana-mana.Victoria Anne sudah menggeluti dunia hiburan selama bertahun- tahun, dia tidak pernah takut dengan s
Victoria Anne mengangkat wajah dan menatapnya.Kedua pasang mata saling bertatapan."Kak, apakah aku ... dalam masalah?"James Coleman menyentuh wajahnya, lalu mengerutkan bibirnya. "Kalau ada perlu, memanggilku Kakak. Kalau tidak memerlukanku, kau panggil aku James Coleman, benar-benar wanita yang realistis.""..."James Coleman melihat bekas tamparan di wajahnya. Kulit wanita ini sangat halus. Scarlet Cooper sudah mengoleskan es ke wajahnya, tetapi wajahnya masih merah dan bengkak. Dia bergumam, "Ada yang memukulmu."Victoria Anne memalingkan wajahnya dan tidak mengatakan apa-apa.James Coleman menarik tangannya. "Aku mandi dulu."Dia mendorong pintu kamar mandi dan segera terdengar suara air di dalam.Dia sudah mandi.Victoria Anne duduk sebentar, lalu turun dari tempat tidur dan menggantungkan jas tunik hitam dan jas hitam yang dia lemparkan di sofa ke gantungan, semua pakaiannya penuh dengan aroma pria itu, aroma pria yang maskulin.Dia mengencangkan beberapa kancing di setelan
Kepala Pelayan Frome juga tahu bahwa selama ini Bobby Coleman hanya bersenang-senang seperti seorang Kaisar. Orang yang sebenarnya berkuasa dalam Keluarga Coleman adalah James Coleman dan sekarang dia sepertinya sudah akan memberontak.Saat itu pintu villa terbuka, James Coleman muncul dalam pakaian hitam.Dia berjalan dengan tenang, melepas jas hitamnya dan menyerahkannya kepada sekretarisnya, Tim Parsons. James Coleman duduk di sofa di seberang Bobby Coleman. "Ayah, kenapa marah-marah?"Bobby Coleman memandang James Coleman di seberangnya. Bobby Coleman tidak pernah memperhatikan putra ini sejak dia lahir.Sekarang dia merasa pria di hadapannya ini sangat asing.“James Coleman, kau datang tepat pada waktunya, aku sedang mencarimu. Apa maksudmu mengurungku di sini? Kau sungguh lancang, aku adalah ayahmu!” kata Bobby Coleman dengan wajah muram.James Coleman menjawabnya dengan tenang, "Ayah, di luar masih sangat kacau sekarang, jadi untuk sementara kau beristirahat dengan tenang dulu
“Semua yang dimiliki kau dan Victoria Anne adalah pemberianku. Apa hakmu mengatakan tidak di hadapanku?” kata Bobby Coleman dengan kesal.James Coleman mengembuskan asap rokok. "Ayah, kau membawa Vic pulang, tetapi aku bertindak lebih cepat darimu. Apakah kau merasa sangat tidak adil?"James Coleman melipat kakinya dan berkata, "Sebenarnya, aku tidak peduli, kau bermain dengan wanita lain di luar selama ini.”"Sifatmu memang seperti ini, tetapi kau tidak boleh menyentuh Victoria Anne. Aku harus mengulanginya berapa kali agar kau bisa mengerti?"James Coleman tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sakit dan kehidupannya sangat suram. Jadi ketika pertama kali melihat sekilas Victoria Anne yang sangat ceria dan cantik saat itu, perasaannya tidak pernah padam.Bobby Coleman tidak menyangka James Coleman bukan hanya telah melihatnya berusaha mengintip Victoria Anne yang sedang mandi, tetapi juga melihat dia bersama sekretarisnya, raut wajahnya langsung menjadi jelek. “James Coleman, aku ul
Victoria Anne ada di apartemennya. Saat itu, bel pintu apartemen berbunyi.Apakah James Coleman sudah kembali?Victoria Anne berjalan mendekat dan membuka pintu apartemen. Bukan James Coleman di luar, tetapi dua pengawal berbaju hitam.Pengawal itu berkata, "Nona Victoria, Kakek Coleman sudah tiba di Barbara Bay, beliau ingin bertemu dengan Anda."Kakek Coleman?Victoria Anne merasa tegang. Dia hanya pernah bertemu dengan Kakek Coleman sekali, yaitu ketika Bobby Coleman membawanya pulang saat itu. Sebuah mobil mewah perlahan-lahan berhenti di luar villa rumah Keluarga Coleman. Saat menoleh, dia melihat wajah kakek Coleman di balik jendela mobil.Kakek Coleman menatapnya dengan tenang dari dalam mobil.Penampilannya luar biasa tenang, tetapi membuatnya bergidik.Setelah itu, dia tidak pernah melihatnya lagi.Kakek Coleman sudah bertahun-tahun tidak berada di Barbara Bay, tetapi dia adalah penguasa sejati Keluarga Coleman.Sekarang dia sudah kembali dan ingin bertemu dengannya.Mungkin
Hati Victoria Anne di ruang rahasia segera menegang ketika dia mendengar ini, matanya perlahan menjadi merah dan berkaca-kaca.Pria itu berkata --- Dia pikir semua orang mengetahui bahwa selama ini dia adalah orang kesayangannya.Kata-kata ini jelas membuat Kakek Coleman semakin marah dan kembali mengayunkan cambuknya bertubi-tubi.Plak.Plak.Plak.Cambuk mendarat di punggung James Coleman, merobek kulitnya, menghujam hingga otot-otot terdalam, daging yang terkoyak-koyak bersimbah darah.Kakek Coleman segera merasa kelelahan. Bagaimanapun, melayangkan cambuk juga menghabiskan banyak energi. Dia melempar cambuk yang berlumuran darah ke karpet, lalu duduk dan mendengus dingin."James Coleman, jangan mengira kau sudah hebat sekarang. Semakin kau seperti ini, aku semakin tidak bisa mentolerir Victoria Anne. Kau hanya akan membuat dia dalam kondisi bahaya." Kakek Coleman mengancamnya.Punggung James Coleman terluka parah, keringat dingin membasahi keningnya, tetapi sikapnya tetap tenang. M
Selama ini, Victoria Anne selalu mengira pria ini tidak mencintainya.Dia pernah mendengar sendiri James Coleman berbicara dengan ibunya. Dia menjadikannya orang kesayangannya hanya untuk membalas dendam. Dia memanjakannya sampai ke atas awan kemudian membantingnya dari ketinggian, agar dia hancur berkeping-keping.Tetapi sekarang Victoria Anne agak curiga, apakah dia juga ... mencintainya?"Air ..." Pria itu berbisik parau.Victoria Anne segera sadar, dia haus dan ingin minum air.Victoria Anne menuangkan segelas air dan menyuapi ke bibirnya, tetapi air mengalir dari sudut bibirnya dan segera membasahi pakaiannya.Menyuapinya air seperti ini sangat merepotkan.Victoria Anne berpikir sejenak, lalu menyesap air dan membungkuk untuk menutupi bibir tipisnya.Pria itu sedang berbaring tengkurap saat itu. Saat mencium bibirnya, dia memindahkan air dari mulutnya.Sesuap demi sesuap, dia memberinya segelas air.Pria yang tertidur merasakan manisnya sumber air, secara alami mengaitkan bibir ga
James Coleman berjongkok dan memakaikan sandal untuknya.Victoria Anne agak gemetar. Dia mengakui, kecuali tamparan yang dia berikan padanya pada malam ulang tahunnya yang ke-18, dia selalu memperlakukannya dengan terlalu baik dan penuh perhatian. Menghadapi pria seperti itu, mana mungkin hatinya tidak tersentuh?Victoria Anne tidak bergerak dan James Coleman meremas pergelangan kakinya agar dia mengangkat kakinya dan mengenakan sandal merah muda untuknya.James Coleman berdiri di depannya. "Kenapa kau tidak menjawab teleponku?"“Teleponnya rusak.” Victoria Anne berbohong."Oh, kalau begitu aku akan memberimu ponsel baru."“James Coleman!” Dia tidak bisa menahan diri untuk memanggil namanya.James Coleman menatapnya dan menanggapi dengan santai, "Ya?""Aku sudah mengatakannya dengan jelas di telepon. Jika kau tidak mengerti, aku akan ulangi lagi, lepaskan aku!"James Coleman mengerutkan bibirnya. "Vic, aku tidak memakimu, bukan berarti aku tidak marah. Jangan membuatku marah lagi."“K
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan