Mahasiswa Universitas Abberfield sangat senang, sedangkan teman-teman Shawn Steven sangat terkejut. Mereka tercengang dengan kecantikan Charlotte Shimon.Anak-anak orang kaya ini tidak kekurangan pacar, tetapi mereka belum pernah melihat gadis secantik Charlotte Shimon. Bahkan gadis idola Universitas Tuscanny, Yoana Lewis juga tidak secantik dia.Pada saat Yoana Lewis melihat wajah asli Charlotte Shimon, dia merasa seperti jatuh ke dalam jurang. Dia memandang wajah cantik Charlotte Shimon dengan tidak percaya. Ternyata wajah di balik cadar itu tidak jelek, tapi luar biasa cantik!Charlotte Shimon menatap Shawn Steven, "Tuan Muda Steven, kau sudah kalah taruhan. Jadi mulai besok kalian harus menyiapkan sarapan untuk kita semua. Aku masih ada urusan, sampai jumpa."Shawn Steven masih menatap ke arah menghilangnya Charlotte Shimon. Dia masih membayangkan wajah cantik Charlotte Shimon, ternyata dia adalah seorang peri kecil, dia sudah kalah.Tetapi mengapa dia begitu cantik?Teman-teman Sh
Fanny tercengang, apakah otak Shawn Steven bermasalah? Dia membeli roti untuk Charlotte Shimon dan memeluknya di sepanjang jalan, dia tidak pernah seperti ini biasanya.Charlotte Shimon berkedip, lalu menatap Shawn Steven, "Tuan Muda Steven, terima kasih untuk rotinya, tapi aku tidak dapat menerimanya."Shawn Steven pernah punya banyak pacar, tapi dia tidak pernah begitu baik pada seorang gadis dan sekarang dia ditolak.“Charlotte Shimon, mengapa kau tidak bisa menerima rotiku? Aku bersalah sebelumnya. Mulai sekarang aku secara resmi mengejarmu!” Shawn Steven mengaku.Charlotte Shimon, "..."Pada saat ini, terdengar suara batuk. Rektor Winston datang dan menatap Shawn Steven, "Tuan Muda Steven, waktunya masuk kelas. Jika ada yang ingin kau katakan, bicarakan nanti dengan Charlotte."Shawn Steven menatap Charlotte Shimon dengan tegas. "Charlotte Shimon, aku tidak bercanda, ingat kata-kataku, aku akan mengejarmu!"Shawn Steven pergi setelah berbicara.Setelah meninggalkan gerbang Unive
"Betul, Charlotte." Fanny juga berkata, "Jangan anggap remeh pemandu sorak. Dalam pertandingan bola basket tahunan ini, tim pemandu sorak selalu menarik banyak perhatian. Semua orang berusaha keras yang memperlihatkan yang terbaik, tetapi Yoana Lewis selalu berhasil menempati posisi pertama.”"Charlotte," Rektor Winston bertanya, "Apakah kau pernah menjadi pemandu sorak?"Semua orang memandangnya dengan penuh harap, tetapi Charlotte Shimon menggelengkan kepalanya, "Belum pernah, ini pertama kalinya.""Apa?""Namun," Charlotte Shimon tersenyum, "Aku punya seorang teman yang dapat membantuku, orang ini tidak dapat dibandingkan dengan para penata rias dan penata busana ternama di Kota Regalsen."Semua orang menjadi penasaran, "Charlotte, siapa yang akan membantumu?"“Untuk sementara dirahasiakan dulu. Tolong minta anggota tim pemandu sorak untuk berkumpul di gerbang kampus sepulang sekolah. Pertandingan basket akan diadakan seminggu lagi. Waktunya sudah dekat, jadi kita harus segera berla
“Victoria Anne?” Semua orang tercengang, “Tidak mungkin, apakah kau salah ingat, Charlotte membawa kita mencari Victoria Anne?”"Tahun lalu tim Yoana Lewis menarikan “Fire” yang pernah dibawakan Victoria Anne dan membuat para penonton berdecak kagum."Tidak ada yang percaya.Scarlet Cooper membawa Charlotte Shimon dan yang lainnya ke dalam studio dan mereka segera melihat sosok yang anggun.Ternyata itu Victoria Anne.Astaga!Fanny dan yang lainnya menggosok mata mereka, takut salah lihat, tetapi itu benar-benar Victoria Anne.Fotografer menyelesaikan foto terakhir, "Vic, sudah beres! Sempurna!"Victoria Anne sangat peka terhadap lensa, senyumannya sangat menawan dan difoto dari dari sisi mana pun tetap cantik.Victoria Anne adalah aktris yang paling populer dan selalu mendapatkan pujian. Pertama, dia sangat kooperatif dan kedua, kecantikannya alami. Dia tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berdandan.Kedua asistennya melangkah maju dan mengenakan mantel krem di pundak Victori
Wajah Charlotte Shimon menjadi pucat, dia tidak menyangka baru meninggalkan Barbara Bay selama tiga bulan, neneknya sudah sakit parah.Pada saat itu, dia tidak mengucapkan selamat tinggal kepada neneknya. Pertama-tama, dia takut neneknya akan sedih. Kedua, dia merasa selama Lucas Hank sudah sembuh, Nenek akan baik-baik saja. Dia akan berumur panjang. Siapa tahu akan seperti ini."Charlotte, aku rasa Nyonya Hank Tua sedang sakit hati. Meskipun Lucas Hank adalah cucunya, dia selalu menganggapmu sebagai cucunya sendiri. Kau menghilang setelah menyelamatkan Lucas Hank. Dia pasti sangat sedih dan khawatir hingga jatuh sakit,” kata Victoria Anne.Mata Charlotte Shimon memerah. "Vic, aku akan menemui Nenek sekarang, aku harus berusaha untuk menyembuhkan Nenek! Tapi sekarang Nenek ada di Pyrmont, alasan apa yang bisa aku gunakan untuk menemui Nenek?""Aku dengar Lucas Hank sedang mencari juru masak ahli gizi. Charlotte, kau dapat melamar menjadi juru masak agar dapat merawat Nyonya Hank Tua."
Charlotte Shimon benar-benar menganggap nyonya tua itu sebagai neneknya sendiri. Tidak seperti Yoana Lewis, yang datang untuk menghibur nyonya tua itu demi Lucas Hank.Melihat nyonya tua itu tidak bisa makan dan muntah. Yoana Lewis hanya merasa kecewa, tetapi tidak merasa sedih.Nyonya Wendy tahu jika Nyonya Muda masih di sana, dia pasti akan merasa sakit hati dan sedih melihat nyonya tua seperti ini.Nyonya Muda sudah pergi selama tiga bulan, tetapi dia selalu ada di dalam hati semua orang.Air mata Nyonya Hank tua menetes, "Ini sangat tidak adil untuk Charlotte, dia masih sangat muda, dan hidupnya baru saja dimulai. Yang terpenting adalah dia mati untuk menyelamatkan Lucas. Namun, Lucas telah melupakannya dan Yoana Lewis sekarang ada di sisinyaMungkin ada gadis lain di masa depan..."Nyonya Hank tua menangis, meremas kepalan tangannya dan memukuli dadanya, "Meski begitu, aku bahkan tidak bisa menyebut nama Charlotte di depan Lucas ... Nyonya Wendy, kau tahu betapa sakitnya hatiku. Ak
Charlotte Shimon dan Nyonya Wendy pergi ke kamar sebelah. Kamar tidur ini sangat besar, seperti kamar tidur utama. Desainnya sederhana, namun elegan.Kamar tidur ini didominasi dengan warna-warna gelap, seperti hitam, abu-abu dan biru. Warna-warna ini adalah kesukaan Lucas Hank.“Nyonya Wendy, apakah kita masuk ke kamar yang salah? Aku rasa ruangan ini mirip dengan kamar Tuan Hank.” Charlotte Shimon berkata dengan curiga.Nyonya Wendy terkejut dan segera tertawa, "Nyonya Muda, tidak salah, ini adalah kamar tamu. Pyrmont adalah properti pribadi Tuan Muda, jadi desain setiap kamar hampir sama, sesuai dengan selera Tuan Muda."“Oh.” Charlotte Shimon menghapus keraguannya dan mengangguk.Nyonya Wendy diam-diam menghela napas lega. Dia merasa setelah bekerja dengan nyonya tua itu, dia semakin pintar berbohong.."O, ya. Nyonya Wendy, jangan panggil aku Nyonya Muda ke depannya agar tidak ketahuan, panggil saja namaku, Charlotte.""Baik, Charlotte, kalau begitu istirahatlah lebih awal dan pang
Bentuk bibir Charlotte Shimon sangat indah, warna bibirnya seperti warna perona pipi. Selain itu, mulutnya sangat kecil seperti buah ceri, ada yang pernah memberitahu Lucas Hank bahwa para pria paling suka mencium tipe ini. Ternyata wajahnya di balik cadar begitu cantik.Lucas Hank teringat pada mimpinya malam itu. Mengapa dia berada di tempat tidurnya? Apakah untuk menggodanya?Jakun Lucas Hank bergerak naik turun, ada terlalu banyak wanita yang ingin naik ke ranjangnya, tapi dia belum pernah melihat gadis yang begitu berani.Lucas Hank mengulurkan tangannya dan membelai wajahnya.Dia tidak memakai riasan di wajahnya, dia sangat murni dan memiliki aroma tubuh yang alami. Masih tercium aroma shower gel yang biasa dia pakai, Lucas Hank menyukai semua yang ada di dirinya. Lucas Hank menekannya wajahnya dengan kuat, sampai warna merah merona di wajah Charlotte menjadi pucat, dia menekannya beberapa kali.Bibirnya terlalu menggoda. Lucas Hank menundukkan kepalanya dan langsung mencium b
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan