“Vic, apakah hubungan ayah Lucas Hank dan Tina Morris baik?” tanya Charlotte Shimon."Ya, pasangan ini selalu menjadi pasangan legendaris di kota Regalsen. Kehidupan pribadi dan nama ayah Lucas Hank yang telah menjadi pembisnis selama bertahun-tahun cukup bersih tanpa ada skandal apa pun. Sebagai istri dari keluarga Hank, Tina Morris sangat disukai selama tiga puluh tahun."Victoria Anne melanjutkan, "Tapi pendiri Fly Jewelry, yaitu Tina Morris, memang seorang wanita cantik dan baik. Kabar burung mengatakan bahwa dia didambakan oleh seluruh pria di Regalsen ketika masih muda. Dia suka mengenakan gaun putih dan memegang beberapa buku di tangannya. Dengan rambut panjang dan rambut berkibar, dia tampak seperti peri yang berasal dari dunia luar. Semua orang menebak siapa yang akan bisa menjadi pasangannya.""Namun," Victoria Anne memandang muka Tina Morris di sampul majalah dan menggelengkan kepalanya, "Menurutku rumornya terlalu berlebihan. Tina Morris ini cantik, tapi aku tidak tahu a
Charlotte Shimon tidak hanya disukai banyak orang, dia pun juga sangat menyukainya.Lucas Hank mengangkat tumitnya.Charlotte Shimon mendengar anak laki-laki itu bersiul, tetapi seketika dia tidak mendengarkan suara itu lagi, suara tersebut hilang dan Charlotte berusaha untuk tidak memasukkannya ke dalam hati.Dia berjalan jauh dan menjadi lapar karena mencium aroma makanan dari jauh, terutama aroma lobster yang dijual di warung pinggir jalan.Dia dan Victoria Anne pernah ke sini sebelumnya dan paling suka makan lobster itu.Charlotte Shimon ingin memakannya, tetapi dia tidak bisa melihat. Agak merepotkan untuk mengupas lobster jika tidak dapat melihat, jadi dia memutuskan untuk tidak memakannya.Dia berjalan ke sebuah restoran mie dan berteriak dengan suara manis, "Bos, berikan aku semangkuk mie goreng dengan telur."Pemilik kedai mie ini masih sangat muda. Ia memulai bisnisnya sendiri setelah lulus dari perguruan tinggi. Gadis cantik seperti Charlotte Shimon sangat enak dipanda
Mobil mewah itu parkir di pinggir jalan. Kaca jendelanya tidak diturunkan, kaca film mobil itu tebal dan membuatnya susah melihat isi mobil itu.Namun tampaknya ada sepasang mata yang terlihat memandang luar melalui jendela mobil.Pejalan kaki yang lewat tidak tahan untuk tidak melihat ke arah mobil itu.Lucas Hank memandang mobil mewah itu. Dia tahu siapa yang ada di dalam mobil itu dan siapa yang ada di sini. Mata Lucas Hank sepertinya sedang melihat orang yang berada di dalam melalui kaca mobil itu, orang yang berada di dalamnya juga menatapnya, mata mereka saling bertatapan.Setelah beberapa saat, Lucas Hank membuang muka dan terus mengikuti Charlotte Shimon....Di dalam mobil mewah itu, sang pengemudi melihat ke arah belakang melalui kaca spion, lalu bertanya dengan nada rendah penuh hormat, "Pak, apakah kita masih akan mengikuti Tuan Muda?"Pria di kursi belakang tersembunyi dalam cahaya redup, beberapa detik kemudian berkata, "Tidak, kita pergi ke Orlane Estate untuk m
Apa?Andrew Frank bingung, dia baru saja tiba dan tidak melihat Larry Hank memasuki kamar Charlotte Shimon.Andrew Frank memandang Tuan Hank dan melihat wajahnya murung. Dia memancarkan suasana yang suram dan dingin yang membuat orang lain menjadi takut.“Tuan Hank, apa kau baik-baik saja, haruskah aku tetap di sini bersamamu?” Andrew Frank selalu merasa bahwa tuannya sudah berusaha sekuat tenaga untuk menanggung ini, dia takut Lucas Hank akan kehilangan kesabaran dan meledak.Kali ini Lucas Hank mengulurkan tangannya dan mengambil kartu kamar itu, "Tidak, Sekretaris Frank, kau bisa kembali."Lucas Hank berbalik, menggesek kartu dan memasuki kamarnya....Di Presidential Suite, Lucas Hank tidak masuk untuk mandi. Ruangannya gelap dan lampu tidak dinyalakan, suasananya sunyi dan menyedihkan.Dia duduk di sofa, mengambil sebatang rokok, meletakkannya di bibir, menyalakan korek api, dan menyalakan rokok.Tak lama kemudian, asbak di meja penuh dengan puntung rokok, dia merokok ter
Dada Lucas Hank sekokoh dinding, dia sama sekali bergeming. Tidak peduli seberapa kuat Charlotte Shimon mendorongnya, Lucas Hank menatap matanya, dan mengerutkan bibir tipisnya, "Apa yang membuatmu benci? Jelaskan padaku."Semuanya... aku membenci semuanya.Charlotte Shimon mengencangkan kepalan tangannya dan memukulnya beberapa kali, "Lepaskan aku, aku tidak mau bicara denganmu!"Dia tidak pernah bersikap begitu dingin sebelumnya. Lucas Hank pikir mungkin dia tidak menyukainya lagi. Dia meraih pergelangan tangan Charlotte Shimon dan menempelkannya ke dinding, dia berbisik ke telinganya, "Aku hanya bertanya apakah kau pernah bersama dengan Larry Hank? Walaupun aku merasa sangat tidak nyaman dulu, aku bahkan tidak rela benar-benar menyentuhmu. Aku hanya ingin tahu apakah kau telah menyerahkan dirimu pada orang lain?"Mendengar pertanyaannya yang kurang ajar, kaki Charlotte Shimon terasa lemas."Lucas Hank, kita sudah bercerai. Kau yang berselingkuh dulu. Kau yang tidak menginginkan ak
Larry Hank kembali menatap Charlotte Shimon. Apakah dia mengenal orang-orang itu, apakah di antara mereka, ada orang dari pihaknya?Larry Hank merasa dia sama sekali tidak memahami gadis ini.Saat ini, suara manis pramugari berkumandang—Perhatian, semua penumpang penerbangan C81 menuju ke Kota Regalsen, harap naik ke pesawat.Saatnya naik ke pesawat."Tuan Muda Kedua, mari kita lewat jalur pemeriksaan VIP."Larry Hank seharusnya terbang dengan pesawat pribadi, tetapi dia takut sesuatu akan terjadi pada Charlotte Shimon, jadi dia memesan penerbangan yang sama dengan Charlotte Shimon.Larry Hank tidak berbicara. Pada saat ini, ponsel di saku celananya tiba-tiba berbunyi. Tina Morris menelponnya.Larry Hank menatap Charlotte Shimon, lalu berbalik dan berjalan ke tempat yang sepi untuk menjawab telepon, "Halo, Bu.""Larry, apakah sudah mau boarding? Bibimu Jeanny memberitahuku di telepon bahwa kau telah menemukan gadis yang kau suka dan akan membawanya kembali ke Kota Regalsen. Aku akan me
Charlotte Shimon memandang nyonya tua itu dengan mata sembap. Dia melihat uban di kepala nyonya tua itu tampak bertambah banyak. Dia menyapa, "Nenek."“Charlotte!” Nyonya tua itu menjawab, lalu berjalan mendekat, dan memeluk Charlotte Shimon, membelai rambut panjangnya, “Anak yang baik, kau sudah lama pergi, Nenek merindukanmu.”Charlotte Shimon juga sangat merindukan nyonya tua itu, tetapi hubungannya dengan Lucas Hank sudah sampai tahap ini. Dia tidak berani mengunjungi nyonya tua itu karena takut Lucas Hank akan mengira dia menyimpan maksud lain."Nenek, ada apa dengannya? Mengapa dia harus menghabiskan sebotol obat tidur? Apakah dia tidak dapat tidur atau penyakitnya bertambah parah?"Nyonya tua itu menggelengkan kepalanya. "Lucas tidak memberitahuku apa-apa. Ketika tiba di rumah sakit, aku baru mengetahui bahwa dia telah menghabiskan sebotol obat tidur. Dokter mengatakan bahwa kondisi penyakitnya sekarang sepertinya lebih parah daripada masa tiga tahun lalu dan dia hanya bisa meng
Charlotte Shimon membuka pintu kantor dan melirik ke dalam. Ada beberapa profesor dari luar negeri, semuanya adalah ahli terkemuka di bidang neurologi. Mereka memegang catatan medis Lucas Hank dan berdebat sengit, namun pada akhirnya semua menggelengkan kepala.Mata Charlotte Shimon tertuju pada jendela, ada sosok tinggi dan kokoh berdiri di sana, dan sedang merokok.Perdebatan orang-orang ini sama sekali tidak mempengaruhinya. Dia hanya berkonsentrasi pada rokok di ujung jarinya, dan ketika mendengar pintu terbuka, dia berbalik. Matanya menatap tajam ke arah Charlotte Shimon.Beberapa detik kemudian dia berjalan ke dekat meja. Dengan menyelipkan salah satu tangan ke saku celananya, dia membungkukkan badannya untuk mematikan rokok di asbak. Charlotte Shimon pernah melihat Henry Hank di sebuah majalah keuangan, tapi ketika melihatnya secara langsung, jantungnya tetap berdebar-debar. Pria legendaris yang telah mengarungi dunia bisnis selama beberapa dekade ini, jauh lebih elegan dari ya
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan