Apa yang dia katakan?Adreen White tiba-tiba melebarkan matanya dan menatapnya dengan tak percaya.Meskipun pria ini memberinya kesan buruk dan dia baru saja memuntahkan asap rokok ke wajahnya, perilakunya tercela dan menjijikan, tetapi dia benar-benar membuatnya ... tercengang. Pria ini bahkan menyuruhnya membuka pakaiannya.Mengapa ada pria yang tidak tahu malu seperti itu?Pacarnya masih terbaring di lantai, sedangkan mereka hanya bertemu dua kali.Adreen White menahan kekesalannya. Bagaimanapun juga, dia masih harus meminta bantuannya, "Tuan, aku pikir kau salah paham. Aku bukan wanita yang sembarangan, kau sudah cari orang.""Seperti yang kau katakan, wajahku sangat biasa, jadi kau tidak perlu memaksakan diri. Ada banyak wanita cantik di luar, kau bisa pergi mencari mereka."Memang benar ada banyak wanita di luar. Julius Hill juga sudah mencari cukup banyak dalam beberapa tahun terakhir, di antaranya ada orang-orang seperti Adreen White ... yang kurang lebih mirip Chelsea.Namun,
Apa yang dia lakukan?Adreen White membeku. Dia tidak pernah menyangka pria yang mempermalukannya tadi akan mencium matanya di detik berikutnya.Pria itu sangat berbeda sekarang.Adreen White merasa hatinya tersentuh. Dia juga tidak tahu ada apa dengannya, dia hanya merasa hatinya pilu dan sakit.Perasaan ini seperti tanaman merambat liar yang tidak bisa dikendalikan.Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Perasaan ini sangat asing dan dia tidak menyukainya.Adreen White menjulurkan tangan untuk mendorong dada pria itu dan menghindari ciumannya, "Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"Orang dalam pelukannya mulai meronta, Julius Hill akhirnya sadar. Dia melihat wajah asing yang biasa saja ini, lalu kembali akal sehatnya.Dia bukan Chelsea.Julius Hill mengerutkan bibirnya. Tatapannya masih menatap matanya dan tidak ingin berpaling, dia berkata, "Matamu sangat indah."Dalam beberapa tahun terakhir, ada terlalu banyak orang yang memuji matanya. Dia bukan yang pertama. Adreen White
Clara langsung mengadu, memikirkan Adreen White yang menyerangnya tadi, Clara berharap Adreen White bisa segera menghilang.Julius Hill berdiri tegak dan tidak berbicara.Clara mencubit pahanya sendiri dan berusaha mengeluarkan dua tetes air mata, "Tuan Presiden, apakah kau dengar apa yang aku katakan? Adreen White memukulku. Dia memukulku, berarti menghinamu, kau tidak boleh melepaskannya dengan mudah."Sambil berbicara, Clara menyandarkan tubuhnya ke pelukan Julius Hill. "Aku tidak peduli. Tuan Presiden, ada yang menindasku, kau harus membalaskan dendam untukku."Clara mengira dia akan jatuh ke pelukan Julius Hill. Sayangnya, Julius Hill menghindar ke samping. Clara langsung jatuh ke tanah, sangat memalukan.“Aduh, hidungku.” Clara menjerit kesakitan dan menyentuh hidungnya. Hidung yang baru dia operasi ternyata patah, dia harus mengulangi operasinya lagi."Tuan Presiden, apa maksudmu?"Julius Hill melirik Clara dengan acuh tak acuh, kemudian berkata, "Kita tidak perlu berhubungan
Adreen White menutup telepon dengan bingung. Dia benar-benar tidak tahu alasan sikap pria itu tiba-tiba berubah.Namun, ini adalah hal baik, dia juga tidak perlu terlalu memikirkannya.Adreen White ingin mengalihkan pikirannya dari pria itu, tetapi dia selalu merasa pernah melihat pria itu.Dia tidak ingat lagi.Setiap kali memikirkan pria itu, kepalanya menjadi sakit, sudahlah, jangan memikirkannya lagi.Adreen White tidak ingat banyak hal. Dia terbangun dalam sebuah desa kecil tiga tahun lalu. Ketika bangun, dia sudah tidak mengingat namanya, tidak ingat di mana rumahnya, atau siapa kerabatnya, pikirannya menjadi kosong.Dia berjalan menyusuri desa kecil itu. Dalam tiga tahun terakhir, dia sudah pergi ke banyak tempat dan melihat banyak pemandangan, tetapi hatinya selalu merasa kosong.Dia mungkin merindukan keluarganya.Adreen White mengeluarkan sebuah liontin giok. Ketika bangun, dia hanya memiliki liontin giok ini di tubuhnya. Ada tulisan yang terukir pada liontin giok, yaitu Chel
Ini adalah pertanyaan tersulit Ray Hill selama tiga tahun ini. Selama tiga tahun, mengapa Ibu tidak pernah datang menemuinya sekali pun?Dia hanya mengandalkan imajinasinya, membayangkan Ibu sangat cantik, lembut dan mencintainya. Tetapi apa yang dia bayangkan tidak nyata, dia merasa Ibu terlalu jauh darinya."Nenek Smith, pasti Ayahku yang otoriter itu yang melakukan kesalahan pada Ibuku dan membuat Ibuku marah. Ibuku tidak datang menemuiku, karena dia akan melihat Ayahku ketika melihatku. Semua ini salah Ayahku. Ibuku sebenarnya sangat mencintaiku." Ray Hill berkata dengan suara kekanak-kanakkan.Bibi Smith tertawa. Ray Hill memang sangat mencintai ibunya. Apa pun yang terjadi, pasti kesalahan ayahnya.“Nenek Smith, aku sudah memutuskan kali ini. Aku harus bertemu dengan kakek nenekku. Dulu aku masih terlalu kecil dan tidak punya otonomi. Kali ini aku bukan hanya ingin bertemu dengan kakek nenekku, tetapi juga pulang bersama mereka. Jadi aku bisa bertemu dengan ibuku!"Bibi Smith bur
Adreen White memanggil nama itu dengan lembut.Ray Hill mengedipkan matanya dan menatap Adreen White dengan mata hitamnya yang besar. "Bu Adreen, apa kabar?"Bibi Smith juga sangat menyukai Adreen White. Ini mungkin karena berjodoh, jadi dia bertanya pada Ray Hill, "Tuan Muda Kecil, kalau begitu Bu Adreen akan menjadi guru pianomu, ya?"Ray Hill mengangguk dengan penuh semangat, "Oke.""Kalau begitu, kau harus mendengarkan pelajaran dengan baik dan belajar piano dengan Bu Adreen."“Baik, Nenek Smith.”Bibi Smith melepaskan tangan kecil Ray Hill dengan tenang dan membiarkan Adreen White membawa Ray Hill ke ruang kelas untuk belajar piano....Dalam ruang kelas.Adreen White menyadari bahwa Ray Hill sangat pintar. Dia langsung memainkan nada baru diajarkan sekali kepada Ray Hill dengan sempurna. Dia terkejut, "Ray Kecil, apakah kau pernah belajar piano sebelumnya?"“Belum pernah, ini adalah kali pertama aku belajar bermain piano. Apa susahnya bermain piano? Ini sangat sederhana.” Jari
Adreen White memejamkan matanya dengan kesakitan.Ray Hill ketakutan, "Bu Adreen, ada apa denganmu, apakah kau tidak enak badan?"Wajah Adreen White sangat pucat. Dia menatap Ray Hill dan mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah mungilnya yang lembut, "Ray Kecil, Bu Adreen baik-baik saja, kau jangan takut."Adreen White segera menenangkan dirinya. Dia tidak ingin membuat Ray Hill ketakutan. Mereka berdua sangat akrab dan senang dalam kelas ini.Setelah selesai, Adreen White menyerahkan Ray Hill kepada Bibi Smith, "Ray Kecil, sampai jumpa besok.""Ya, Bu Adreen, sampai jumpa besok."Ray Hill pulang bersama Bibi Smith. Bibi Smith bertanya kepada Ray Hill, "Tuan Muda Kecil, bagaimana kelas Bu Adreen?"Ray Hill mengangguk dengan penuh semangat. "Bagus sekali, aku sangat menyukai kelas Bu Adreen. Aku juga sangat menyukai Bu Adreen. Bu Adreen sangat lembut, dia persis seperti Ibu dalam mimpiku."Bibi Smith merasa Ray Hill mungkin sangat merindukan ibunya, sehingga dia menemukan bayangan ibu
Saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Ada yang mengetuk pintu dari luar.“Bu Adreen, apa nenekku sudah datang? Cepat sekali! Biar aku pergi bukakan pintu.” Ray berlari ke depan pintu. Namun, orang di depan sana bukanlah Charlotte, melainkan … Julius.“Bu Adreen.” Ray langsung bersembunyi di belakang Adreen. “Bu, Papi datang.”Ternyata lelaki ini adalah ayahnya Ray? Apa benar dirinya telah melahirkan anak untuk lelaki ini?Kesan Adreen terhadap Julius tidaklah bagus. Dia melindungi si bocah cilik di belakangnya.Julius mengulurkan tangan hendak menarik kerah pakaian Ray.“Papi, lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Nenek. Aku nggak mau pulang sama kamu! Bu Adreen, tolong aku!” Ray meminta pertolongan kepada Adreen.Adreen sungguh sakit hati ketika melihat putranya diperlakukan dengan kasar. Saat ini, tatapan muram Julius tertuju pada diri Adreen. “Katakanlah, apa maksudmu mendekati putraku?”“Apa?” Adreen sungguh tidak menyangka Julius akan menanyakan pertanyaan ini.Ujung
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan