Tiga tahun kemudian.Hari ini hujan turun dengan lebat di luar, namun tidak menghalangi perjamuan yang dihadiri oleh para bangsawan. Hari ini adalah ulang tahun kesepuluh putri bungsu Keluarga Hank, Chelsea Hank.Keluarga Hank mengadakan pesta ulang tahun yang megah untuk merayakan ulang tahun putri kecil Chelsea.Semua orang sangat menantikan perkembangan Tuan Putri Kecil Chelsea, entah siapa yang cukup beruntung bisa menjadi pendampingnya kelak.Hari ini, Chelsea berusia sepuluh tahun.Pada saat ini, sebuah mobil mewah berlari kencang di tengah hujan. Chelsea duduk di kursi belakang. Dia mengenakan gaun tuan putri dengan rambut hitam panjang tergerai di pundaknya. Meskipun usianya baru sepuluh tahun, dia sudah terlihat sangat cantik dan mempesona.Lucas Hank mengemudikan mobil untuk menjemput putrinya, dia sudah menjadi budak putrinya selama ini.Dalam perjalanan pulang, Chelsea melihat melalui jendela mobil. Seorang anak laki-laki dengan pakaian compang-camping sedang berlutut di ja
Chelsea tersenyum. "Karena aku sudah melihat banyak harta langka sejak kecil, jadi aku tahu mutiara giok tadi luar biasa. Kudengar Keluarga Kerajaan Rosen akhir-akhir ini baru mendapatkan mutiara giok yang berusia ribuan tahun. Kalau tidak salah, itu yang diberikan Pangeran Rosen padaku. Ini menunjukkan betapa besar ketulusan keluarga kerajaan dan Pangeran Rosen."Whitney Coleman mengangguk. "Tapi, Kak Chelsea, apakah kau menyukai Pangeran Rosen? Tidak peduli seberapa bagus barangnya, jika bukan dihadiahkan oleh pria yang aku sukai, aku tidak akan menerimanya.”Chelsea memandang wajah Whitney Coleman polos dengan iri. Putri Keluarga Coleman ini selalu dimanjakan. Jika ada yang memaksanya untuk menikah dengan pria yang tidak disukainya kelak, ayah dan ibunya, James Coleman dan Victoria Anne pasti tidak akan menyetujuinya.Namun, dia berbeda.Dia adalah Tuan Putri Lantana!Chelsea mendongak dan memandang langit malam yang penuh bintang. Indah sekali."Whitney, kau tidak akan mengerti.
Pesta ulang tahun Chelsea sudah berakhir. Lara Moses dan Ashley Cutler pulang bersama Tori. Tori dibesarkan oleh Nenek Emilia Alden, hubungan mereka sangat akrab.Setelah mengantar Tori ke tempat Nenek, Lara Moses dan Ashley Cutler berjalan keluar, Ashley Cutler merangkul pundak Lara Moses. “Lara, ayo kita pulang."Pada saat ini, ada pesan di ponsel Lara Moses.Dia mengeluarkan ponsel, membuka pesan, lalu menatap Ashley Cutler. "Maaf, aku tidak bisa pulang bersamamu."Ashley Cutler mengangkat pundaknya, dia terlihat sudah terbiasa. Istrinya jauh lebih sibuk daripada seorang CEO. "Ada tugas lagi?""Ya, aku harus pergi sekarang."Ashley Cutler menghela napas dan mengusap rambutnya. "Pergilah, suami dan putrimu sudah bisa mandiri."“Kalau begitu, aku pergi dulu.” Lara Moses pergi.Tetapi Ashley Cutler meraih Lara Moses, "Tunggu sebentar."Lara Moses menatapnya dengan curiga. "Ada apa?"Ashley Cutler tertawa. "Apakah tidak bisa memanggilmu jika tidak ada urusan? Lara Moses, kau adala
Geoffrey Grant mengemudikan van.Semua orang dalam mobil lain mengejeknya. "Siapa orang hebat itu yang bisa mengemudikan van rusak secepat roket?""Kurasa dia ingin mengejar gadis yang disukainya, tetapi gadis itu mungkin sedang menangis di dalam BMW."Van itu segera berhenti di pinggir jalan karena Geoffrey Grant melihat sosok yang dia rindukan di jalan. Dia melihat Lara Moses.Pada saat ini, Lara Moses sedang bersama Ashley Cutler, Ashley Cutler memeluknya, mereka berpelukan di jalan pada malam hari.Tangan Geoffrey Grant yang menggenggam erat setir tiba-tiba mengendur, tatapannya terpaku pada Lara Moses.Sebenarnya dia tahu gadis itu sudah menikah.Dia pernah kembali diam-diam.Dia tahu ada pria lain di sisinya, yang menjaganya dengan sangat baik dan sangat menyayanginya.Hidupnya sangat bahagia.Geoffrey Grant mengerutkan bibirnya, menertawakan diri sendiri.Lara Moses, yang berada di seberang jalan, tidak menolak pelukan Ashley Cutler, tetapi kedua tangannya tergantung di samping
Geoffrey Grant terpaksa menginjak rem karena Lara Moses berada di depan mobilnya.Dia menurunkan topi untuk menutupi wajahnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Lara Moses membuka pintu belakang van dan melompat masuk.Ini adalah van biasa. Tidak ada seorang pun di dalamnya, kecuali pengemudi.Lara Moses duduk di kursi belakang dan melirik, lalu melihat ke arah pengemudi, "Apakah kau melihat orang yang mencurigakan?"Geoffrey Grant menggelengkan kepalanya.Orang ini tidak berbicara dan sengaja menurunkan topi untuk menutupi wajahnya, lampu dalam van juga tidak dinyalakan, dia tidak dapat melihat dengan jelas. Lara Moses merasa curiga.“Kenapa kau tidak bicara?” Lara Moses bertanya.Geoffrey Grant terkejut, dia menunjuk ke sebuah sertifikat di diletakkan di dekat kaca depan, yang bertuliskan—penyandang disabilitas.Penyandang disabilitas?Apa dia bisu?Lara Moses meliriknya, tubuhnya sangat kokoh, dan dia merasa agak familiar.Dia melihat ke bawah lagi, kaki kanannya kosong, dan ada pros
Beberapa detik kemudian, jendela mobil diturunkan, tetapi hanya sebentar. Lara Moses hanya bisa melihat topinya.Orang ini sengaja menutupi wajahnya.Lara Moses membuka tasnya, mengeluarkan dua lembar uang kertas, dan menyerahkannya, "Ini untuk ongkosnya."Geoffrey Grant mengulurkan tangan untuk mengambil uang.Tetapi dia tidak menerima uangnya. Lara Moses tersenyum, lalu meremas kedua lembar uang kertas itu dan melemparnya ke kursi penumpang.Dia menirunya, pria ini juga tidak memberinya rokok tadi.Geoffrey Grant memalingkan wajah tampannya ke samping, tetapi matanya melirik ke gadis di luar jendela. Kenapa dia begitu sombong sekarang, bahkan berani mengerjainya?Lara Moses tahu dia sedang meliriknya, jadi dia mengangkat alisnya dan berkata, "Tidak perlu cari kembaliannya, anggap saja tips untukmu."Setelah berbicara, dia melangkah pergi.Lara Moses!Geoffrey Grant di dalam mobil tiba-tiba menyipitkan matanya dan menjilat bibirnya, lalu membuka pintu mobil dan meraih pergelangan tang
Lara Moses pergi.Geoffrey Grant menyaksikan sosoknya menghilang dari pandangannya. Dia tidak melakukan apa-apa, karena dia tidak bisa melakukan apa-apa....Lara Moses kembali ke kamarnya dan duduk di tempat tidur dengan bingung.Beberapa menit kemudian, dia membuka laptop tipis di atas meja, mengulurkan tangannya untuk mengikat rambut hitam panjangnya dengan karet gelang, memperlihatkan leher jenjangnya.Dia segera mengetukkan jarinya pada keyboard, masuk ke laman FIU untuk memeriksa pelat nomor van.Hasil pencarian menunjukkan pelat nomor itu belum terdaftar.Dia ternyata menggunakan pelat nomor palsu!Lara Moses mengerutkan bibirnya, dia pasti bisa menangkapnya suatu hari nanti!Lara Moses mengeluarkan ponselnya dan memutar sebuah nomorSuara yang akrab segera terdengar, "Lara, kau sudah tiba di rumah?""Bantu aku menyelidiki sebuah pelat nomor.""Baik, apa nomornya?"Lara Moses membacakan nomor pelatnya.Setelah hening beberapa detik, "Lara, apakah dia sudah kembali?"Lara Moses m
Dia memintanya untuk melepas celananya?Geoffrey Grant mengerutkan alisnya dan menatap Lara Moses. Dia benar-benar... lancang sekarang.“Gadis mana yang bisa meminta seorang pria melepas celananya?” Dia mengkritiknya dengan pedas.Lara Moses melipat tangannya dan tersenyum sinis, "Aku sudah mengatakannya santai, apa yang bisa kau lakukan?""..." Geoffrey Grant ingin menghajarnya, tetapi penampilannya yang sombong, dan tidak beretika, benar-benar menggelitiknya, membuatnya ingin menyeret gadis itu ke dalam pelukan, "Kalau aku tidak mau melepasnya, apa yang bisa kau lakukan?"Lara Moses segera bangkit dan berjalan ke sisi Geoffrey Grant, lalu meletakkan tangannya di pundak Geoffrey Grant.Geoffrey Grant tiba-tiba membeku.Pada saat ini, tangan Lara Moses perlahan merangkak menuruni pundaknya, dan berbisik di telinganya, "Kalau begitu ... aku hanya bisa melakukannya sendiri, jika kau tidak mau melepaskannya, aku akan membantumu."Pinggang Geoffrey Grant tiba-tiba menegang. Dia tidak meny
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan