Tuan Wagner selalu mengamati wajah Curtis Wagner diam-diam. Curtis Wagner sudah lama tidak mengganti pacar. Pria mana yang tidak suka bermain wanita, tetapi jangan sampai jatuh hati. Tuan Wagner sudah bisa merasakan sikap Curtis Wagner berbeda terhadap Taylor Stevenson.Tuan Wagner memerintahkan seseorang untuk menyelidiki Taylor Stevenson. Karena latar belakang Taylor Stevenson telah ditangani, jadi tidak akan ada masalah. Tuan Wagner juga mendapatkan informasi yang dia inginkan. Saat kuliah, hubungan Taylor Stevenson dengan seorang pria cukup dekat.Sekarang Tuan Wagner mengekspos foto-foto ini agar Curtis Wagner meninggalkan Taylor Stevenson dan menikahi putrinya.Tetapi Tuan Wagner kecewa, karena Curtis Wagner tidak mengungkapkan apa-apa. Dia menatapnya dan bertanya, "Tuan Wagner, apakah kau sudah selesai?"Tuan Wagner, "..."“Kalau sudah selesai, kita pergi dulu.” Curtis Wagner bangkit, mendatangi Taylor Stevenson, meraih tangannya dan membawanya pergi.Wajah Lyn Wagner langsung m
Curtis Wagner pergi.Lyn Wagner terkulai di tanah dengan memalukan, dia melihat punggung Curtis Wagner dengan getir dan bersumpah akan mendapatkan pria ini!...Curtis Wagner minum banyak alkohol jadi tidak bisa mengemudi. Sopir mengantarnya ke sebuah bungalo kecil. "Bos Wagner, bertahanlah sebentar lagi. Aku sudah mengirim seseorang untuk membawakan obat penawar, seharusnya akan segera tiba.”Tubuh Curtis Wagner tersembunyi dalam cahaya remang-remang di kursi belakang. Dia tidak berbicara, hanya memejamkan matanya dan memijat bagian tengah alisnya.Sopir itu sudah mendampingi Curtis Wagner selama bertahun-tahun. Dia cukup mengenal watak Curtis Wagner, jadi dia berkata dengan ragu-ragu, "Bos Wagner, atau ... aku akan meminta seseorang untuk mengirimkan seorang gadis yang cantik dan polos, bagaimanapun seorang pria perlu memanjakan diri sesekali."Curtis Wagner membuka matanya, "Tidak perlu."Dia keluar dari mobil dan memasuki bungalo.Ketika membuka pintu bungalo, dalamnya gelap gulit
Curtis Wagner mengangkat tangannya dan menggenggam pergelangan tangannya. Raut wajahnya sangat jelek, dia berkata dengan marah dan mengancamnya, "Taylor Stevenson, selama ini aku terlalu memanjakanmu, ya? Coba tampar aku jika berani!"Tangan Taylor Stevenson membeku, dia menatapnya dengan mata merah. "Curtis Wagner, aku membencimu!"Dia berkata --- Curtis Wagner, aku membencimu!Curtis Wagner benar-benar marah dan frustasi. "Kau membenciku, lalu siapa yang kau suka, apakah kau suka pria yang rambutnya belum tumbuh sempurna? Malam ini aku akan memberitahumu siapa yang lebih baik, aku atau dia!"Curtis Wagner melangkah maju dan tubuhnya yang tinggi dan tegap segera masuk dari celah pintu dan menutup pintu di belakang dengan kakinya. Dia mengendurkan pergelangan tangannya dan memegang wajahnya dengan kedua tangan, menundukkan kepala, dan menciumnya.Taylor Stevenson membuka matanya lebar-lebar, dia menciumnya dengan kuat.Apa yang dia lakukan?Bukankah dia punya Lyn Wagner?Bukankah di
Curtis Wagner mengerutkan alisnya dan tidak berbicara.Emilia Alden mencibir, "Kau tidak perlu menjawabnya, karena aku sudah punya jawabannya dalam hatiku.”“Kau mengatakan mau menikahi Lara. Baik, siapa namamu, di mana rumahmu, apa pekerjaanmu, apa kau berani mengatakannya? Putriku akan menikah dan aku akan memilih menantu. Pertanyaan ini tidak berlebihan bukan?” Curtis Wagner mengerutkan bibirnya, dia tercekak."Lihatlah, kau tidak bisa mengatakan apa-apa. Lalu apa yang bisa kau berikan pada Lara, bagaimana kau bisa menikahi Lara?""Aku pernah menikah dengan Alan Moses. Alan Moses memperlakukanku dengan sangat baik. Benar-benar sangat baik. Selama dia ada di rumah, dia akan mencuci memasak, membuat hatiku senang, dan mentolerir semua sifat burukku, dia sangat mencintaiku, tapi apakah aku bahagia? Tidak, aku sama sekali tidak bahagia.""Dalam setahun, aku mungkin hanya bertemu dengannya beberapa hari. Saat merindukannya, dia tidak ada di sisiku. Saat hamil, dia tidak ada di sisiku. S
Pada saat itu, terdengar suara ketukan di pintu, Emilia Alden berkata di luar pintu, "Lara, apakah kau sudah tidur?"Taylor Stevenson segera memasukkan pistol ke bawah bantal, "Belum."Emilia Alden mendorong pintu dan masuk, dia membawakan segelas susu hangat untuknya, "Lara, minumlah susu sebelum tidur, kurasa nafsu makanmu kurang bagus beberapa hari ini, kau tampak semakin kurus."Taylor Stevenson mengulurkan tangan dan mengambil susu itu. "Terima kasih.""Lara," Emilia Alden duduk di samping Taylor Stevenson, "Kau tidak ingin pulang dengan Ibu, apakah karena Curtis Wagner?"Taylor Stevenson tertegun.“Lara, Curtis Wagner meminta orang mengantarkan ini untukmu.” Emilia Alden menyerahkan barang yang diberikan sekretaris pribadinya pada Taylor Stevenson.Ini adalah sebuah amplop.Taylor Stevenson meletakkan susu itu dan membuka amplopnya, di dalamnya ada ... dua tiket pesawat, dengan tanggal besok.Setelah hari itu, Curtis Wagner menghilang dan tidak pernah muncul di hadapannya lagi.
Tetapi sekarang, dia ingin melihat ke belakang.Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berusaha keras untuk menahan diri agar tidak melihat ke belakang."Curtis, surat undangan kita sudah sedang dibuat. Kau menyukai acara pernikahan seperti apa? Ayahku ingin gaya Timur, tetapi aku ingin gaya Barat. Atau kita gelar keduanya saja, gaya Timur dan gaya Barat. Aku akan meminta ayahku meliburkanmu beberapa hari, agar kita bisa berbulan madu.” Lyn Wagner berkata dengan penuh harap.Pada saat itu, suara rem yang kencang tiba-tiba terdengar. Curtis Wagner segera menginjak rem dan berhenti di pinggir jalan.Untungnya Lyn Wagner mengenakan sabuk pengaman. Jika tidak, kepalanya pasti akan terbentur."Curtis, ada apa, kenapa tiba-tiba berhenti? Apakah terjadi sesuatu?"Curtis Wagner menatapnya dengan dingin dan mengusirnya. "Turun!"Apa?Raut wajah Lyn Wagner berubah. Ini di jalan layang. Bagaimana bisa dia turun di sini, dia tidak bisa naik taksi dari sini.Dia ingin meninggalkannya di sini?"C
Dia mencium tetesan air mata di wajahnya lagi dan lagi. Kemudian menggenggam jari-jarinya.Curtis Wagner menatapnya seperti tatapan seorang pria terhadap wanita, seperti ada kata-kata yang tak terkatakan, dia bahkan berkeringat.Pada akhirnya dia tetap mendekatkan mulutnya ke telinganya dan memanggil namanya. Dia memanggil --- Lara Moses ... Lara Moses ... Lara...Taylor Stevenson tidak pernah memahami pria ini. Dia terlihat sulit diatur, liar dan jahat, tetapi saat tidak ada orang di sekitarnya, dia akan berubah menjadi pria yang kesepian. Dia selalu melihatnya menyendiri, berdiri diam, atau menyalakan sebatang rokok. Pada saat itu, dia terlihat memendam banyak perasaan yang tak terucapkan, ada banyak cerita dalam hidupnya.Pria itu sepertinya telah melepas semua topengnya malam itu, dia sangat lembut dan sangat menawan.Dia mengakui hatinya terpikat. Namun sekarang pria ini menghancurkan semuanya, membuatnya merasa ini hanyalah ilusi.Saat ini dia benar-benar berniat membunuhnya dan
James Coleman membawa Victoria Anne ke rumah sakit, lalu membawanya ke ruang bersalin.Di sepanjang jalan, tatapan Victoria Anne selalu tertuju pada wajah tampan James Coleman. Semua rasa paniknya seketika hilang dalam pelukannya. Dia berkata, jangan takut, ada aku di sini, aku selalu ada di sisimu. Victoria Anne tiba-tiba teringat, saat dia sedih, maupun saat dia senang, pria ini selalu di sisinya, dia tidak pernah meninggalkannya.Victoria Anne mengangkat tangannya dan perlahan memeluk lehernya, hanya dia yang bisa memberinya rasa aman.Jari-jari Victoria Anne menyentuh wajah tampannya, dia tertegun sesaat, mengapa wajah ini terasa begitu akrab?Siapa dia sebenarnya?Raymond, siapa kau sebenarnya?Di koridor rumah sakit, James Coleman berteriak, "Dokter! Dokter!"Dokter dan perawat bergegas datang. "Air ketubannya sudah pecah, segera pindahkan ke ruang bersalin."James Coleman menempatkan Victoria Anne di atas kursi roda dengan lembut. Dia berusaha menahan emosinya. Dia takut akan m
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan