Beranda / Fantasi / Tumbal Pengantin Iblis / 4. Menemukan Kalina

Share

4. Menemukan Kalina

Penulis: KarRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Reza dan yang lain mulai putus asa mencari keberadaan Kalian. Semak belukar dan jalanan yang licin, belum lagi hujan mulai turun membasahi badan mereka. 

    "Linsi, lebih baik kita balik ke tenda dulu saja. Malam semakin larut, hujan juga mulai turun," ujar salah seorang di antaranya.

   "Kita lanjut pencarian besok aja ya Lin, angin semakin bertiup kencang belum lagi ada kilat dan petir juga." Reza menjelaskan.

    "Tapi kalau kita gak segera menemukan Kalina, nyawanya bisa dalam bahaya," jawab Linsi.

   "Alinsi ini tengah malam, kita berada di hutan. Dalam cuaca buruk seperti ini bisa membahayakan nyawa kita semua." Rando lanjut menjelaskan.

    Alinsia mengerutkan dahinya berpikir keras, dengan berat hati ia mengikuti nasehat yang lain untuk kembali ke tenda. Tak mungkin ia membahayakan nyawa banyak orang meski ia sangat ingin mencari sang sahabat. Mereka berjalan kembali menaiki tebing. Rando mengantarnya hingga sampai di depan tenda.

    "Udah sana masuk, ganti pakaian dan hangatkan badan di dalam. Doakan Kalina agar dia baik-baik saja, berpikir positif selalu," ucap Rando dibelainya rambut Alinsia dengan tangan kanannya. Gadis itu mengangguk dan masuk ke dalam tenda. Dengan segera ia mengganti pakaian basahnya dengan yang kering. Kemudian meringkuk di balik selimut, menangis

*****

    Sang surya mulai menyapa dunia, burung-burung berkicauan dengan merdu. Tetesan air bekas hujan semalam berjatuhan dari daun-daun yang tertiup angin. Gemercik air terjun terdengar nyaring ditambah kokokan ayam milik penduduk setempat bersahut-sahutan. Sungguh alunan musik alami khas pedesaan di pagi hari. Reza, Alinsia dan yang lainnya dibantu warga setempat mulai kembali menyusuri tebing semak belukar mencari Kalina. Di tempat yang berbeda Natalie dan kedua dayangnya malah asyik perawatan wajah dalam tenda sekretariat. Udara yang masih terasa dingin tak menyurutkan niat tiga gadis yang terkenal dengan julukan nenek sihir tersebut.

    "Kalina!" teriak mereka bersahut-sahutan memanggil satu nama orang yang dari dulu mereka anggap penting gak penting.

    "Kalina, kamu di mana?" teriak Rando. Alinsia yang berjalan beriringan dengan Rando tiba-tiba berhenti melangkah. Membuat semua yang berjalan di belakangnya ikut berhenti. Terdengar suara teriakan dari warga sekitar dari arah berlainan. Mereka pun bergegas ke arah suara tersebut.

   "Ada apa pak?" tanya Reza.

   "Lihat Mas, ada orang tiduran di atas batu sana." Seorang lelaki paruh baya menunjuk mulut sebuah gua besar. Mereka berlari melompati berbatuan, sesaat tempat tersebut padat. Kalina tergeletak tak sadarkan diri.

    "Kalina bangun Kalin," berderai kembali tangisan Alinsia

    "Kenapa Kalina bisa tiduran di tempat ini, apa jangan-jangan ada yang menolong dia sebelum kita sampai di tempat ini tadi?" tanya Reza. Mendengar suara gaduh perlahan-lahan Kalina membuka matanya. "Alinsi." Suara Kalina terdengar lirih.

    "Kalina kamu gak apa-apa ‘kan, atau ada yang terasa sakit?" tanya Alinsi.

   "Aku cuma merasa lemas dan perut aku sedikit sakit," jelas Kalina.

   "Ya sudah nanti habis ini kita langsung ke rumah sakit ya," ujar Reza.

    "Aku gak apa-apa kok beneran kita langsung pulang aja."

    "Tadi katanya sakit perut," ujar Rando.

    "Itu karena aku lapar belum sarapan."

    "Oalah," teriak yang lain kompak.

    Kalina berdiri dan dipapah oleh kedua pangeran tampan Reza dan Rando. Dengan pelan dan hati-hati mereka melangkah menjauhi air terjun tersebut. Namun, tanpa disadari sepasang tatapan mata dengan tajam memperhatikan mereka dari kejauhan sejak tadi. Kalina berhenti melangkah dan menoleh ke arah belakang, dia tak mendapati siapa-siapa. Semua orang telah berjalan di depannya.

   "Cuma perasaanku saja kali ya," ucapnya dalam hati.

   "Kenapa Kalin?" tanya Reza.

   "Gak apa-apa kok." Kalina tersenyum meyakinkan.

   "Atau kamu gak kuat jalan, mau aku gendong aja gimana?" usul Reza.

   "Gak, gak usah, nggak apa-apa beneran, deh."

    Di perjalanan, mereka melihat seekor burung elang berbulu putih terbang mendekat seolah-olah menggoda untuk dipegang.

    "Burung yang cantik," ucap Kalina melihat burung itu terbang mendekat ke arahnya.

    Belum sempat Kalina membelainya burung itu sudah melesat terbang ke atas menembus cakrawala. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan terjal. Wajah lelah mereka berubah lega ketika sampai di tepi jalan raya. Bus sekolah menanti, teriak sorak-sorai bahagia ketika mereka berhamburan masuk ke dalam. Jarak yang lumayan jauh hampir setengah hari.

Bersambung….

@lovely_karra

Bab terkait

  • Tumbal Pengantin Iblis   5. Liburan Sekolah

    Seorang satpam bertubuh gempal berlari kecil membukakan pintu gerbang. Dengan sigap ditentengnya barang bawaan milik sang anak majikan. Sesampainya di kamar Kalina segera menghempaskan tubuh ke atas kasurnya yang empuk. Sejenak merilekskan tubuhnya yang penat. Diamati langit-langit, pandangannya lalu menjurus ke jendela kamar yang terbuka. Di sana bertengger seekor burung Elang putih. Kalina bangkit bergegas menuju ke arah jendela tersebut, ditangkapnya burung yang jinak itu. "Kenapa ada burung Elang di sini, punya siapa ya," pikir Kalina dengan memicingkan sebelah alisnya. "Mirip kayak burung yang aku lihat di hutan itu," pikirnya lagi. "Gak mungkin burung dari hutan itu, kan, pasti burung ini milik seseorang yang terlepas dari sangkar." Kalina berjalan keluar kamar menuruni tangga menuju ke taman belakang rumahnya. Dihempaskan burung itu agar terbang ke atas, tetapi baru sebentar terbang sang burung malah kembali terbang ke arahnya dan mendarat di atas pohon dekan Kal

  • Tumbal Pengantin Iblis   6. Insiden

    Malam yang sunyi dan dingin, bulu kuduk Kalina mulai berdiri menyaksikan wajah-wajah buas dan liar, ketiga orang itu mulai berjalan mendekat. 'Tetap tenang Kalina, jangan gegabah,' ucapnya dalam benak menguatkan diri. Dia berusaha fokus membaca situasi mencari celah untuk melarikan diri. "Kalian mau apa?" pekik Kalina melihat mereka mendekat semakin mendekat. "Tolong!" teriaknya, tidak ada jawaban. Hanya suara tawa yang terdengar dari ketiga calon penjahat itu. "Teriak terus Neng, gak ada yang bakalan dengar," cibir orang berkumis, disambut kikikan yang lain. Salah satu di antara mereka mulai menyeret tangan Kalina agar menjauh dari mobil. Dengan susah payah dia menepis tangan kokoh itu. Tubuhnya terpelanting jatuh ke aspal.Kalina mulai berjongkok hendak berdiri, berharap ia dapat berlari dengan kencang.Namun tampaknya ia hanya dipermainkan oleh ketiga bajingan itu. "Dengan kaki kecilmu itu ke mana kamu bisa lari," ujar seorang berbadan kurus menarik lengan gad

  • Tumbal Pengantin Iblis   7. Siluman Elang

    Gelap, hanya gelap yang menyelimuti. Berpaling dari kenyataan yang harus diterima. Berusaha berpikir secara nalar mengukuhkan pendapat konyolnya, bahwa yang ia lihat hanya ilusi. Halusinasi saja, karena tak mungkin seorang manusia memiliki sebuah sayap. Itu semua hanya mitos dan legenda yang belum pasti kebenarannya Itu semua hanyalah cerita-cerita fantasi yang kerap ia saksikan dalam komik maupun anime favoritnya. Begitulah pemikiran itu bergejolak dalam benaknya. Sampai perlahan kelopak mata gadis itu bergerak, dan perlahan terbuka dengan pelan. "Kamu sudah sadar?" tanya Elang khawatir. Mata Kalina langsung mendelik, belum sempat Kalina membuka mulut, Elang sudah mendaratkan kecupan pada bibir mungil gadis itu. Wajahnya kembali memerah, jantungnya berdetak sangat cepat seperti parade drum band. "Kalau kamu berteriak bukan cuma kecupan yang kamu terima. Tapi aku akan melahap habis bibir mungilmu itu,!" ancam Elang memperingatkan. Kalina bergerak reflex membekap mulutn

  • Tumbal Pengantin Iblis   8. Flashback

    'What the ….' Otak Kalina benar-benar diajak jalan-jalan pada pagi hari melihat pemandangan aduhai sungguh sayang untuk dilewatkan. Pemuda itu berdiri dengan handuk melilit di pinggangnya. Rambut dan badan basah karena baru mandi. Terlihat otot-otot lengannya menonjol di lengannya, ditambah dada bidang menampakkan roti sobek yang dikagumi para cewek-cewek pecinta opa-opa tampan dan cowok dua dimensi. Kalina masih melongo. 'Aku ingin menyentuhnya,' bisik Kalina. Tangan nakal itu terulur dan oh ya ampun jari telunjuk Kalina kini sudah sampai menyentuh otot-otot perut itu. Sekali menyentuh, 'Ah bukan mimpi,' keluh Kalina. Dia menyentuh lagi kali ini telapak tangannya meraba. 'Oh, ini sungguh luar biasa, aku bisa merasakan …." Pikiran Kalina buyar saat pemuda tersebut mengangkat badannya, berdiri tegak. "Sudah puas?" tanya Elang. Kalina menatap pemuda itu dengan gugup, "Oh, anu itu tubuhmu luar biasa," celetuk Kalina yang langsung menutup mulut, mata membuka le

  • Tumbal Pengantin Iblis   9. Zaman Old

    Flashback jaman old, Kerajaan Nigella. Beberapa kawanan siluman muda sedang berburu di sebuah hutan tidak jauh dari istana. Mereka berlarian melompat menaiki sebuah bukit yang lebih tinggi agar mempermudah mengawasi calon mangsa. "Kalian lihat gadis dari klan peramal yang sedang berlatih memanah di dekat air terjun itu? Dia manis sekali," ucap Arsen —sang raja— mengawasi dengan girang. "Wah … wah … wah ... Sang Raja muda kita sedang jatuh cinta rupanya," kelakar Lamont, siluman serigala yang berwajah kalem dengan mata tajam. "Sepertinya dia akan kenyang tanpa makan malam hanya dengan menatap gadis itu," ujar Gavin, siluman elang (yang dipanggil Elang). "Rajaku, kenapa Anda lebih menyukai manusia, suatu saat mereka akan menua dan mati. Harusnya kita perbanyak keturunan dengan menikahi sesama bangsa siluman," kritik Elard, siluman harimau. Siluman yang populer di kalangan bangsa siluman dan manusia, walau berperilaku dingin wajah tampannya itu cukup membuat p

  • Tumbal Pengantin Iblis   10. Zaman Old (part 2)

    Atas perintah raja rapat dilaksanakan malam itu juga di aula istana. Anggota kerajaan duduk melingkar (seperti rapat meja bundar) dengan bangsa siluman berada di dekat pintu masuk aula. Para tetua berdiri di sebelah kiri dan untuk ketua setiap klan duduk di kursi yang disiapkan di depan meja bundar dengan bangsa manusia berdiri di belakangnya. "Aku tidak akan berlama-lama, aku akan langsung mengutarakan pendapatku sekarang juga." Arsen berkata lantang. "Aku akan menikah dengan putri klan siluman harimau dan menjadikannya ratu, tapi dengan sebuah syarat." Sang Raja menghentikan ucapnya. Setelah itu aku akan mengangkat seorang selir dari klan manusia peramal," lanjutnya. Aula berubah menjadi riuh tidak terkendali mereka sangat terkejut mendengar keputusan sang raja. "Tapi Nak, tidak ada tradisi selir dalam Kerajaan Nigella kita sejak dulu, apalagi menikahi bangsa manusia … itu melawan tradisi," keluh Sang Ratu —ibunda raja—. "Ibunda bukankah dengan menjadikan

  • Tumbal Pengantin Iblis   11. Sekar

    Kicauan burung bersahut-sahutan terdengar nyaring, desiran air sungai mengalir deras di tengah hutan belantara itu. "Hei, sadarlah," cicit Gavin —siluman elang— mengguncang-guncang tubuh gadis yang ambruk di pangkuannya, panik. "Sekar!" Terdengar suara teriakan parau secara tiba-tiba. Siluman elang itu terkejut bukan kepalang tubuhnya hampir ambruk membentur bebatuan tepi sungai. Seorang nenek tua renta yang jalan terbungkuk dengan sebilah kayu di tangan menopang tubuh renta itu berjalan mendekati. "Apa yang terjadi pada cucuku?" tanya si nenek. "Saya tidak tau, tiba-tiba dia pingsan setelah …." Gavin bingung serta enggan melanjutkan ucapannya akan terdengar berkilah. "Apa tadi dia melihat masa depanmu, Cah Bagus?" tanya sang nenek mengerutkan kening dan menyipitkan mata. Siluman elang itu ternganga dan kembali memandangi gadis di pangkuannya. "Ikutlah denganku tidak baik berbicara di sini. Aku akan menjelaskannya nanti," lanjut sang nenek mengamati s

  • Tumbal Pengantin Iblis   12. Sekar (part-2)

    "Kedua orang tua Sekar diseret pergi. Karena penasaran aku mengendap-endap keluar dari persembunyian dan mengikuti mereka," lanjut nenek Sekar bercerita. "Akhirnya mereka berhenti di sebuah air terjun." Sang Nenek memukul-mukul dada, ingatan mengenaskan tersebut muncul kembali dalam benak. Sungguh peristiwa menyakitkan sepanjang hidup, rasa nyeri masih terasa sangat. "Lalu?" Gavin nampak tidak sabar. "Mereka melempar tubuh anak dan menantuku ke sebuah lingkaran berapi." Sang nenek menangis berteriak. Dia mengepalkan kedua tangan, tatapan benci terlihat jelas pada kobaran api di tungku. "Mantra dirapalkan dengan cepat. Anak dan menantuku dibakar hidup-hidup oleh mereka, aku masih sangat jelas mendengar teriakan kesakitan mereka berdua begitu pilu dan menyayat hati. Tubuhku melemas aku terduduk membekap mulutku sendiri, agar tangisan seorang ibu ini tidak terdengar oleh mereka." Nenek Sekar memejamkan mata, lelehan air bening mengucur deras membasahi pipi re

Bab terbaru

  • Tumbal Pengantin Iblis   Kastil Tuan Abraham

    Zaman now.Seorang wanita cantik berada di perpustakaan sebuah castle kuno yang masih terjaga sampai sekarang. Di ditemani seorang lelaki paruh baya bersama sang istri. Mereka tengah berbincang dengan serius. Perpustakaan bak lautan buku di mana banyak sekali rak-rak terisi penuh hingga menjulang tinggi hampir ke langit-langit. Lantai marmer nan bersih dan buku tanpa debu menandakan tempat tersebut terawat dengan baik.“Saya menyukai tempat ini, ini sangat luar biasa dan sangat bersih.” Suara melantun merdu dari wanita berambut panjang tergerai indah.“Nyonya Anantari terlalu memuji,” balas seorang wanita yang kemudian duduk di kursi kayu berseberangan lawan bicaranya.Anantari tersenyum kemudian kembali berkutat pada buku bacaan yang sudah dia ambil.“Aku sangat terkejut ketika Nyonya Anantari memberi kabar terkait kalung peninggalan teman Anda.” Kali ini suara seorang lelaki terdengar.Kedua wanita elegan itu menoleh ke arah sumber suara, seorang lelaki yang masih terlihat tampan mes

  • Tumbal Pengantin Iblis   Meyakinkan Nenek Arimbi

    “Kumpulkan para sesepuh dan para pemimpin ras, panggil juga gadis bernama Sekar!” Raja Arsen berkata seraya membalikkan badan. Dia memijat kening yang berdenyut, kaki panjang itu melangkah keluar kamar meninggalkan tiga temannya yang masih diam membisu. Mereka mencoba memposisikan diri di tempat Raja Arsen. Benar-benar situasi sulit dilalui, bukan? Anantari menoleh ke arah dua lelaki yang juga sama bingungnya. “Aku akan menyusul Sekar.” Gavin mendelik menatap Anantari yang tertunduk, “Apa yang akan kau lakukan?” “Gavin, aku tahu ini tidak benar, aku juga tidak tega melihat Kalina menderita. Namun, bagaimana jika takdir itu memang membawa Kalina datang ke mari untuk suatu hal. Tidakkah kalian pikir banyak misteri tentang Nigella yang belum terungkap dan menemui titik terang? Seolah hidup kita dikendalikan sesuatu. Tidakkah kalian curiga para sesepuh menyembunyikan sesuatu?” “Curiga, tentu aku sangat curiga lebih dari yang kalian tahu. Namun, apa yang bisa kita lakukan?” Lamont ber

  • Tumbal Pengantin Iblis   Perawan atau Tidak, Asal itu Kamu!

    Kalimat bak omong kosong terdengar dari bibir Elard hingga membuat Kalina merinding. Bukan karena tidak percaya, banyak yang tadinya dianggap diluar nalar terjadi begitu saja. Tidak ada hal mustahil seperti dia terlempar ke masa lalu. Maka tidak heran bilamana Elard beranggapan telah bereinkarnasi. Itu membuat sedikit khawatir, reinkarnasi terjadi ketika seseorang telah meninggal. “Jika memang bereinkarnasi, artinya Elard di Kerajaan Nigella mati.” Kalina menatap Elard sendu. Elard menyadari raut muka Kalina yang berubah, lelaki itu lalu berkata, “Aku rela mati untukmu.” Jawaban Elard membuat Kalina melebarkan mata. Gadis itu denial pada perasaan sendiri. Jika mengingat cerita yang pernah terlontar pada mulut Gavin saat siluman itu berada di dunianya sebagai Elang, maka kematian dan runtuhnya kerajaan Nigella terjadi. Namun, nasib membawa Kalina isekai ke dunia lain, Kerajaan Nigella yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya. Tidak ada catatan dalam sejarah tentang Kerajaan Ni

  • Tumbal Pengantin Iblis   Darah Manis Pemikat Iblis (18+)

    Kalina menggigit bibir bagian bawah menahan perasaan membuncah hingga membuat hampir gila. “Elard.” Kalina memanggil nama calon suaminya. Gadis itu melihat wajah tampan Elard dengan seksama. Mereka sama-sama telanjang, berbagi peluh untuk mengarungi samudra kenikmatan. Wajah berpeluh Elard yang terlihat dewasa dari ketika dia melihat di Kerajaan Nigella masih terlihat muda. Namun demikian, gambaran eksotis ekspresi ketegangan dan tatapan tajam masih sama membuat gelayar aneh menjalar di tubuh Kalina. Elard menggerakkan tubuhnya di atas Kalina semakin kencang. “Iya, Sayang, terus panggil namaku!” Lelaki itu mengecup telapak tangan Kalina yang menyentuh bibirnya dan menggigitnya. Kedua tangan Elard sibuk meremas dada Kalina yang terguncang-guncang. Kalina semakin berteriak lantang hingga suaranya benar-benar habis. Pertarungan panas untuk mencapai puncak kebahagiaan yang sesungguhnya dengan menyebut nama masing-masing saat ledakan dahsyat membuat lemas dan tersengal kehabisan napas.

  • Tumbal Pengantin Iblis   83. Bukan Anugrah, tapi Kutukan

    “Mimpi ini lagi.” Suara lirih bariton terdengar. Di mana cahaya putih menyilaukan samar menghilang tergantikan tempat yang sangat asing, banyak gedung-gedung pencakar langit. Serta bunyi bising membuat lelaki itu menutup telinga beberapa kali. Alat transportasi yang belum pernah Gavin temui sebelumnya. Dia mencoba menempatkan diri dengan baik, senyuman Kalina benar-benar memabukkan hingga dirinya rela tinggal di mana saja asal dapat mendekap hangat tubuh gadis itu. Mimpi yang terasa nyata, hanya ada Gavin dan Kalina, keduanya menghabiskan waktu bersama penuh kebahagiaan, sampai kepulan asap tebal datang. Suasana berubah mencekam dan gulita, kepulan asap mengepung dan melenyapkan Kalina. Gavin mempertaruhkan hidup dengan menukar nyawa demi menyelamatkan orang yang dicinta. Saat-saat genting, seorang lelaki gagah datang menghampiri menyelamatkan Kalina, ketika Gavin terlihat sekarat rasanya ingin mengumpat bahwa lelaki yang disambut Kalina adalah Elard. Hatinya remuk bukan main, Gavin

  • Tumbal Pengantin Iblis   82. Dada yang Menggoda

    Raja Arsen duduk di singgasana, terlihat gagah dalam balutan pakaian kerajaan dan mahkota. Tanpa rasa takut dirinya mulai memantapkan diri. Ada orang berharga yang sekarang dalam genggaman, dia tidak ingin siapa pun menyakiti atau merebutnya. Meski masa depan dari beberapa alur cerita yang pernah terjadi, tetapi hal-hal terpenting masa depan sesuai apa yang terjadi di masa lalu. Kehadiran Kalina bukan untuk mengubah masa depan, tetapi untuk mengukuhkan pondasi keberadaan Permata Aurora sebagai simbol ras siluman. “Seperti yang sudah diperintahkan, untuk sementara Elard dari ras siluman Harimau tidak diizinkan keluar rumah karena sebagai pemicu skandal. Hukuman tersebut terdengar ringan karena pada waktu itu belum disahkan secara resmi calon ratu dan pertunangan.” Gavin sebagai ketua ras siluman Elang yang baru mewakili berbicara. Alasan cukup logis, mengingat beberapa waktu lalu ada insiden tidak terduga dengan hilangnya Kalina.Tuan Fariz memperhatikan, kata mata-mata yang ditempatk

  • Tumbal Pengantin Iblis   81. Hasrat tak Tertahan Raja Arsen

    Sore itu, Kalina benar-benar langsung dijemput kereta kuda Istana, di mana Raja Arsen yang hadir langsung untuk membawa. Sebagai hukuman, Elard tidak diizinkan untuk pergi ke Istana apalagi sampai bersua dengan Kalina. Sebanyak apa pun Kalina merengek dan menangis, Raja Arsen hanya diam, lebih diam dari biasanya. Keluarga Elard mengingatkan jika dirinya harus berhati-hati dan waspada dengan para sesepuh. ‘Aku ingin pulang ke tempat asalku, aku lelah.’ Kalina mendongakkan kepala, punggungnya dia rebahkan di sandaran kursi kereta kuda. ‘Jangan pernah percaya siapa pun ketika kau di Istana,’ bisik Ibu Elard ketika mereka berpelukan tadi. Kalina ingat, perpisahan penuh tangis pun terjadi, ibu Elard pun berat untuk melepas kepergian Kalina, di mana sebenarnya dia sangat berharap Kalina yang akan menjadi menantunya. Satu masalah mengganjal adalah hukuman yang belum diputuskan untuk Elard. Hubungan terlarang terkuak menjadi aib luar biasa memalukan. Meski pada akhirnya para sesepuh dan

  • Tumbal Pengantin Iblis   80. Tubuh Menggairahkan

    “Apa kepalamu terbentur ketika kakakku menggagahimu semalam?” Kalimat yang terlontar dari mulut Anantari membuat Kalina melongo mirip keledai, bagaimana mungkin Anantari mengucapkan hal yang sungguh diluar dugaan dan membuat malu. “Saya baik-baik saja, Nona Anantari. Elard memperlakukan saya dengan baik. Meski dia agak kasar dan sedikit memaksa.” Bayangan tubuh sexy menggairahkan Elard terpampang jelas. “Seperti yang Nona katakan, jika Raja Arsen dan para sesepuh mengharapkan saya kembali, maka saya akan kembali ke istana.” Kalina mendekat ke telinga Anantari, “Jika benar kedatangan saya berkaitan dengan kalung dan juga bulan, maka dalam waktu dekat saya akan kembali ke tempat asal. Segala hal terjadi mungkin akan menemui titik temu, Nona. Saya sumber masalah akan menghilang.”Anantari memeluk Kalina lalu ikut berbisik, “Jadi, kita akan berpisah?” Anantari menghela napas panjang lalu berucap dengan sedikit mengeraskan suara, “Tata kramamu semakin meningkat dalam berbicara. Aku lebih

  • Tumbal Pengantin Iblis   79. Gerakan yang Memprovokasi (18+)

    Kalina menggeliatkan tubuhnya yang telanjang dari bali selimut, rasanya enggan untuk bangun meski sinar sang surya sudah memancar menyilaukan mata. Tubuh terasa lemas dan sakit seperti habis terlindas beban berat. “Aunch … sakit ….” “Kau sudah bangun?” Kalina melihat ke arah dekat jendela, di mana Elard sudah duduk mengenakan kemeja putih dan celana formal hitam. Aroma kopi menguar, tersaji dua cangkir masih mengepul panas di meja bersama roti dan selai. “Aku sudah membawakanmu air cuci muka.” Tangan berotot itu mengacungkan jari ke arah nakas dekat ranjang. “Bangunlah dan sarapan dahulu, pelayan sedang ke rumah utama mengambilkan pakaian untukmu! Atau kau mau aku bantu bangun?” ujar Elard melihat Kalina nyengir ketika beringsut duduk. “Aku bisa sendiri.” Gadis itu melilitkan selimut kemudian pelan bangun dari ranjang dan membasuh wajah. “Maafkan aku, itu pengalaman pertamamu, ini juga pertama kali untukku. Sepertinya aku kurang berpengalaman hingga membuatmu kesakitan. Tidak seh

DMCA.com Protection Status