Beranda / Romansa / Tukar Pasangan (Jodoh)? / Bab 129. Mimpi Masa Lalu

Share

Bab 129. Mimpi Masa Lalu

Penulis: Fiska Aimma
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-14 20:59:34

Di sini sempit, kotor dan banyak sarang laba-labanya. Aku menangis seraya memeluk lutut yang gemetar. Suara Mamak di luar sana yang tertawa dengan teman-temannya sangat membuatku penasaran tapi aku gak boleh terlihat tamu-tamu Mamak. Kata Mamak, cukup Teh Tari saja yang harus dikenal sebagai anak Mamak karena aku ini memalukan. Wajahku jelek dan penuh luka lebam tak pantas diperkenalkan menjadi anak Mamak akan tetapi jika terlalu lama aku juga sesak.

Kapan Mamak akan membuka kamar gudang ini? Aku kedinginan dan ketakutan tapi jika aku berteriak Mamak pasti akan memukulku. Mamak bilang, aku anak nakal dan gak pantas jadi saudaranya Teh Tari.

Perlahan, kudengar suara-suara itu mulai menghilang itu tandanya teman-teman Mamak udah pergi. Namun, Mamak tak kunjung membuka pintu gudang. Aku menunggu sambil memeluk lutut yang terasa gemetar, sejam, dua jam, tiga jam sampai beberapa jam aku terus menunggu sambil menahan tangis. Hingga di luar kamar gudang semakin gelap dan kudengar suara huj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 130. Pengakuan Hati (POV Tsabit)

    POV TsabitSaat pemakaman Mamak, banyak sekali pelayat yang datang termasuk keluargaku. Mereka bergantian menyampaikan bela sungkawa juga doa pada keluarga Hana yang tengah berduka. Anehnya, di antara semua yang hadir Tari yang merupakan anak emas sang Ibu sama sekali tak terlihat. Katanya, setelah kejadian pertengkaran Hana dan Tari di UGD, kata Bang Zian dia sempat melihat Tari mengunjungi ibunya tapi setelah itu gak tahu ke mana. Aku tahu, kematian bukan hal baru bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia medis. Namun, kami juga tahu pasti, bahwa kehilangan adalah episode paling menyakitkan dalam hidup siapa pun dan hal yang mengerikan untuk dihadapi. Apalagi kini yang mengalaminya adalah istriku sendiri. Masih terekam jelas, bagaimana gemetarnya badan Hana selama prosesi pemakaman Mamak digelar. Gadis itu seolah kehilangan separuh dunianya, dia tampak hancur dan menyedihkan, meski Mamak bukanlah ibu yang baik untuk Hana tapi kulihat Hana sangat menyayanginya. Dia pernah bilang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 131. Tamparan

    Entah sudah berapa lama--detik, menit atau jam yang kuhabiskan menangis di depan Tsabit. Sungguh, aku ini tidak tahu malu, sudah besar masih saja cengeng. Malam kian larut, Tsabit menyampirkan jaket hitamnya di bahuku, lelaki yang sudah sah menjadi suamiku itu mengusap punggung ini seolah ingin mentransfer kekuatan agar aku tidak terus terisak layaknya anak kecil.Jika dipikir-pikir Tsabit itu bagaikan lelaki pengganti bapak yang sebenarnya. Dia selalu ada di saat aku membutuhkan, sejak datang ke Sumedang Tsabit sama sekali gak mengeluh meski kelelahan tampak di wajahnya. Dia terus mengerjakan pekerjaan tanpa mengenal kompromi, aku sempat berpikir anak sultan sepertinya malas untuk beres-beres ternyata dia beda.Aku benar-benar merasa bersalah, hanya saja aku masih bingung bagaimana mengekspresikannya. Pelan, aku hirup udara untuk mengisi rongga dada yang terasa sesak, tak ada lagi percakapan di antara kami yang ada hanya aroma maskulin dari jaket seorang Tsabit yang kurasakan menenan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 132. Wasiat

    Pipi ini masih terasa panas dan telingaku rasanya berdenging karena saking kuatnya tamparan Teh Tari. Meski agak terhuyung aku mencoba menegarkan diri, seorang Hana tidak bisa diremehkan seperti ini.Sungguh, aku tidak percaya, kakak tiriku berani menamparku tepat di hari Mamak meninggal. Bahkan kuburannya saja belum mengering.Bagus! Bagus! Kini kakak tiriku menunjukkan taringnya, dia memang jahat. Dia tak pantas disebut manusia karena telah menghinakan saudaranya sendiri."Teh Tari, apa yang kamu lakukan? Apa maksudmu menyebutku pembunuh?" teriakku emosi. Sumpah, saat ini aku sangat ingin menonjoknya tapi aku terpaksa harus mengendalikan diri demi menghormati mertuaku. Aku tidak ingin Bu Zela dan adik iparku terbangun gara-gara aku nge-reog tidak pada waktunya. Cukuplah, keributan ini terjadi sampai di ambang pintu, aku pun gak sudi mempersilahkannya masuk ke dalam rumah. Bagiku Teh Tari tak ubahnya sebagai benalu, dia gak berhak jadi kakakku."Karena kamu pantas disebut demikian!

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 133. Lipstik

    "Han, Teteh tunggu jawaban kamu, ya? Teteh harap kamu menepati janji kamu. Oh ya, Teteh sekarang sudah jadi sekretaris Tsabit loh. Kamu tahu, kan? Jadi kapan kamu siap melepaskan Tsabit?"Tepat tiga hari setelah hari pemakaman Mamak berlalu sebuah pesan datang ke ponselku. Sebenarnya aku sudah menduga dan tidak merasa aneh lagi dengan pertanyaan itu tapi tetap saja pesan itu terus terngiang di telingaku. Bagaikan kaset rusak yang terus terekam dan tidak mungkin terenyahkan. Entah mengapa, sampai saat ini aku masih merasa berat untuk menyanggupi pesan dalam surat wasiat Mamak. Mungkinkah aku memang telah jatuh cinta dan tak mau kehilangan? Bagaimana bisa aku seberat ini melepaskan Tsabit? Dan sialnya aku semakin menyesal ketika tahu kalau Teh Tari ternyata menjadi sekretaris Tsabit.Hal ini kuketahui dari Tsania waktu kemarin kami bertukar pesan. Katanya, di saat Tsabit gencar memintaku menjadi sekretaris ternyata Teh Tari telah mendekati mantan sekretaris Tsabit sebelumnya yang bern

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 134. Godaan

    "Apa? Cium?" pekikku dengan mata yang membelalak. Aku masih tak menyangka Tsabit bilang mau menciumku secara frontal tanpa sensor seperti ini. Ditambah lagi, ketika dia bilang begitu, jempolnya bergerilya menekan bibirku berulang kali dan menimbulkan gelenyar aneh yang membuat tengkukku meremang. Maunya apa coba Ferguso? Kenapa jantungku jadi gak santai beginiAku menyipitkan mata untuk menelisik maksud dari permintaannya. "Mas bercanda, ya?" tanyaku ragu. Dia kan suka aneh-aneh. Tidak langsung menjawab, terlebih dahulu Tsabit menelan ludahnya gugup. Jakunnya yang seksi itu terlihat naik-turun bak timbaan sumur di belakang rumahku yang ada di kampung, sejurus kemudian dia mengusap hidungnya salah tingkah.Aku yakin dia hanya bercanda tapi kenapa ketika mengatakan itu dia begitu tampak mengerikan? Oh, wait! Apa dia sekarang sudah mulai mesum?"Menurutmu saya bercanda atau tidak?" Dia balik bertanya. Wajahnya semakin condong ke arah wajahku yang mungkin sudah memucat. "Wah Mas, uda

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 135. Kartu As

    Honeymoon? Apa itu honeymoon? Emang ada orang yang baru berduka itu langsung bulan madu?Nonsense overdongkrak!Jika saja aku tidak paham kalau Tsabit itu emang makhluk Mars yang pemikirannya kadang out of mind, mungkin saat ini aku sudah marah-marah ketika dia bilang kami mau honeymoon. Padahal sebelum pergi, aku sudah wanti-wanti untuk tak melibatkanku tapi nyatanya dia selalu memutuskan seenaknya tanpa tahu perasaanku.Sejujurnya, aku penasaran. Apa yang sebenarnya direncakan Tsabit? Kenapa aku harus ikut rapat? Apa ini semua karena dia gak mau pergi hanya dengan Teh Tari? Ish, tumben! Biasanya cowok mana pun pasti langsung mau aja. Apalagi si Teh Tari bohay.Namun, meski banyak pertanyaan yang mengendap di benakku, aku tidak mau menolak permintaan Tsabit dan menyetujui keinginannya untuk ikut ke hotel demi menemaninya kerja. Lumayan kan, bisa holiday sendirian kalau begini ceritanya. Kapan lagi menikmati harta suami secara halal? Sebelum bercerai. Setelah lama melalui perjalan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 136. Bukan Istri Indosiar

    Aku pernah dekat dengan Reno semasa aku masih berumur 18 tahun. Kurang lebih waktu lulus SMA. Itu masa yang sangat berat karena di saat itu Mamak lebih sering meninggalkanku dan memukul entah apa sebabnya. Pasca kematian Bapak, Mamak menjadi semakin hilang kendali bahkan aku pernah diusir.Sebagai bentuk kekecewaan kepada Mamak, aku lebih sering berada di luar rumah dan bergabung bersama Ocim juga kawan-kawan buangan lainnya. Walau perempuan, aku bisa bergabung dengan mereka yang suka nongkrong, malak sampai menjaga pasar secara bersama-sama. Pergaulanku yang erat dengan dunia hitam membawaku berkenalan dengan Reno karena ketidaksengajaan. Reno yang merupakan anak pak kades saat itu memang cukup supel dan masuk ke pergaulan mana saja. Kami dan Reno membangun hubungan simbiosis mutualisme yang erat karena sama-sama diuntungkan. Reno ingin kepemimpinan bapaknya lancar dan kalau bisa dua periode sementara kami ingin kegiatan positif kami tidak dipersulit. Meski tahu alasan Reno, baik a

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 137. Kolor

    Aku tahu sulit rasanya meminta keadilan kepada manusia karena Tuhan juga sudah bilang lewat kalamnya kalau hanya Dia-lah yang Maha Adil. Namun, sebagai manusia yang punya sifat kecewa sudah sepantasnya aku mencari makna adil menurutku sendiri. Aku bukanlah orang lemah yang mau terus-menerus dianiaya. Aku juga punya batasnya dan ingin bahagia. Aku masih ingat dulu sewaktu umurku 19 tahun, suatu saat aku sempat mau kabur dari rumah karena tidak tahan dengan perlakuan Teh Tari dan Mamak. Aku merasa dunia hanya adil bagi sebagian orang, aku tak pantas berada di lingkaran Teh Tari dan Mamak. Namun, ketika aku mulai marah pada keadaan dan bersiap pergi mencari kebahagiaanku sendiri tetiba malamnya aku bermimpi almarhum bapak menemuiku. Bapak bilang. "Neng, yang sabar ya? Kalau Neng pergi, siapa yang jaga rumah Bapak? Kalau Neng pergi, siapa yang sayang sama desa ini? Kalau Neng pergi, siapa yang jaga Mamak?" Oh Tuhan! Di dalam mimpi itu, aku merasa bapak seolah benar-benar berbicara pada

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21

Bab terbaru

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Tamat (Ending)

    Sebulan kemudian."Senangnya dalam hati, kalau bersuami kaya. Oh dunia, serasa aku yang punya cikicik ... asyik-asyik Jos!""Eh, bentar! Kok aku jadi nyanyi begituan, ya?"Gue terkekeh kecil mengingat lagu apa yang sedang gue senandungkan sekarang ini. Mengingat kalau hari ini kami ada di Singapura tak ayal membuat wajah gue terus tersenyum merekah dan menyanyi tanpa henti.Seperti yang sudah dibahas tempo hari, setelah kami melakukan klarifikasi di sekolah dan membuat Alina juga Januar berurusan dengan hukum karena kelakuannya yang telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik, kami pun melakukan honeymoon untuk kesekian kali.Ohoo! Jujur, sebenarnya ini bukan kali pertama kami menginjakkan kaki di Singapura, semenjak resmi jadi pasangan sungguhan kerjaan Pak Zian bawa gue ke sini mulu. Katanya dia ingin nostalgia karena waktu kecil pernah tinggal di sini sekaligus honeymoon yang sekarang kayaknya bakal rada lama karena kami ingin merayakan berhasilnya membuat

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Klarifikasi

    Selepas mendengar indo dari Pak Zian kalau Alina telah memfitnahnya gue langsung mengecek kondisi sekolah, jika info tentang Pak Zian sampai di rumah sakit pastinya ke sekolah pun ada rumor tersebut. Nyatanya yang gue takutkan terjadi. Sesuai dugaan, ketika gue sampai di sekolah tiba-tiba Pak Joan dan Bu Hani yang tetap jadi sahabat gue langsung nyamperin. Mereka bilang di sekolah udah beredar kabar yang gak mengenakan yaitu katanya gue udah merebut Pak Zian dari Bu Alina dan katanya Pak Zian digosipkan mandul.Brengsek emang si Alina! Bisa-bisanya dia menyebar info yang gak berdasar itu.Saking banyaknya gosip di luaran sampai-sampai gue bisa dengan jelas semua umpatan juga sindiran yang dilayangkan ke gue. Tapi, terlepas dari semua itu gue udah tahu ini adalah salah satu resiko yang harus dihadapi. Semenjak memutuskan untuk memberi Pak Zian kesempatan kedua gue merasa udah siap apa pun yang terjadi tapi sayangnya gue gak prediksi akan separah ini. Coba bayangkan aja, masa Alina bil

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Fitnah

    Pak Zian kecewa berat. Setelah gue mengatakan kalau hari ini gak jadi 'ena-ena' dia mematung bak manekin. Bibirnya yang sejak tadi udah nyosor-nyosor aja langsung ditarik menjauh."Apa? Tsan? Kamu kenapa?" tanyanya tercekat. Wajahnya yang sudah semangat 45 mendadak memucat. "Saya mens, Mas. Menstruasi," jawab gue lebih lugas. Takutnya dia terlalu syok hingga telinganya mengalami ganteng 'gangguan telinga'."Astaghfirullah!"Tubuh Pak Zian seketika mundur dengan frustasi sampai menyentuh dinding. "Jadi, kita gak bisa bikin anak? Jadi Mas, gak bisa ibadah syurga sekarang?" selanya seolah masih tak percaya. Gue menggelengkan kepala. "Enggak Mas, maaf yak. Seminggu lagi mungkin," jawab gue sambil menepuk punggungnya menyabarkan.Rasa penyesalan langsung menelusup tapi mau gimana lagi, masa dipaksakan? Kan gak mungkin. Dosa!Pak Zian membasahi bibirnya yang terlihat kering sambil berjalan lunglai ke arah tempat tidur. "Jadi, ide beriliannya gak bisa dilakukan sekarang, ya?" tanyanya ko

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Tekotek?

    "Ma-maksud Bapak apa? Kenapa saya harus menjawab? Dan kenapa--""Jawab saja Tsan, jika saya suami kamu apakah kamu akan menerima saya?" tanya Pak Zian memutus ucapan gue dengan tatapan yang tajam seolah hendak membolongi kepala gue.Entah mengapa gue merasa dia bertanya seolah-olah sedang takut kehilangan dan ini membuat kecurigaan gue sama dia kian membesar.Melihat itu, gue mengepalkan tangan kuat. "Baiklah, saya akan jawab. Jika saya memiliki suami seperti Pak Zian mungkin saya ...." Gue menarik napas dalam sejenak, "akan menerimanya," jawab gue lirih.Mendapat jawaban itu dari gue, samar mata gue menangkap Pak Zian menghembuskan napas lega dan dia pun mencondongkan badan ke depan penuh perhatian. Seulas senyum terlukis di wajahnya yang tampan. "Alhamdullilah. Kalau begitu saya gak salah memilih istri. Kamu memang beda Tsan."Deg."Istri?" Gue sontak tercengang mendengar pernyataan Pak Zian. "Maksud Bapak apa? Kenapa menyebut istri? Jujur, Pak! Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Bongkar Rahasia

    Pak Zian mengepalkan tangan sampai kukunya memutih karena sekuat tenaga menahan amarah. Kerut-kerut tajam mulai muncul di sudut mulut Pak Zian dan kulit pipinya menegang.Di saat membingungkan seperti sekarang. Jujur, gue tidak tahu apa yang harus dilakukan di tengah pertikaian keduanya sebab gue sendiri juga masih syok.Gue gak nyangka Bu Ayu bisa membongkar kebusukan Alina tepat di saat kami mau memasuki rumahnya.Gue bertanya-tanya. Haruskah sekarang gue jadi wasit? Atau ikut jadi pemain juga? Tapi, dibanding kena semprot gue memilih diam saja, auranya gak bagus buat ikut campur tapi honestly gue suka keributan ini.Sangat suka!Suruh siapa si kuntilanak itu ngambil kesempatan dalam kesempitan? Udah tahu dia yang selingkuh dan zina, masih mau berlaga polos dan merebut Pak Zian kembali lagi.Sekarang, rasakan akibatnya!"Mas, Mas, Ibu bohong! Janin ini milikmu, ini anakmu Mas!""Shut your fuckin mouth up, Alina! Berhenti bikin alasan! I told you, jika kamu memang selingkuh akui saja

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Rencana Ibu Mertua

    Selama gue jadi menantu kalau diingat-ingat gue jarang banget pergi ke rumah mertua. Mungkin kedatangan gue buat berkunjung bisa dihitung dengan jari tapi kali ini gue rasa akan lebih sering bahkan gue bakal tinggal di sana. Sejujurnya, sampai detik ini gue masih tak percaya bahwa akhirnya gue akan menjadi istri yang gak dianggap. Gue masih ingat, dulu gue pergi ke rumah Bu Ayu--mertua gue sebagai istri yang ditunggu dengan digandeng Pak Zian tapi sekarang situasinya berbeda. Lelaki yang sebelumnya ada buat gue malah berada di samping mantan istrinya.Dan gue terpaksa menginjakan kaki di rumah ibu dengan status sebagai asisten di mata Pak Zian.'Huft! Miris sekali.' Gue menghembuskan napas dalam.Sepanjang perjalanan menuju ke rumah ibu mertua. Sejujurnya, gue ingin sekali cepat sampai tapi apa daya gue harus bersabar karena jalanan macet.Alhasil, dengan sangat terpaksa gue harus menjadi kambing congek selama ada di mobil Pak Zian. Setelah Alina memergoki kami di ruang inap VIP seb

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Confess

    "Saya menolak tawaran Mbak! Saya tidak mau Mbak jadi madu saya!""Kenapa? Apa salahnya? Coba kamu pikirkan Tsan, jika saya jadi istri kedua Zian, kita bisa saling mengasihi selayaknya keluarga, kan? Kita berdua akan merawat Zian! Kita gak perlu berpura-pura!""Bullshit! Jangan berharap! Ingat Mbak, sebelum kejadian ini Mbak telah mengkhianatinya dan pikirkan bayi dalam perut Mbak sendiri! Paham?! Camkan! Sampai kapan pun saya gak akan membiarkan Mbak mengambil Mas Zian! Permisi!"Dan setelah mengatakan penolakan gue yang tegas pada Alina, tanpa menunggu jawaban si iblis betina itu, gue pun pergi tanpa menoleh lagi.Gue bertekad gak akan membiarkan dia mengambil kesempatan dalam sandiwara ini.Never!(***)Gue mendesah mengingat percakapan beberapa hari yang lalu dengan Alina di kantin. Jujur, gara-gara tawaran gila tersebut sampai sekarang gue masih punya amarah yang belum terlampiaskan. Akibatnya, malam ini mata gue malas terpejam. Padahal waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari.

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Tawaran Gila

    Gue tahu bahwa dalam setiap kehidupan itu selalu ada perjuangan. Gue juga tahu kalau gak setiap hal sesuai keinginan tapi kali ini takdir sepenuhnya udah bikin gue serasa dihempaskan ke lembah terdalam.Gue berjalan gontai di sepanjang lorong rumah sakit, usai pembicaraan panjang dengan mertua, gue pun udah punya keputusan yaitu mulai hari ini gue harus berpura-pura menjadi 'orang lain' bagi Pak Zian. Meski perih gue harus sanggup sampai suami gue mampu mengingat semuanya.Namun, masalahnya sampai kapan gue bisa bertahan? Sampai kapan? Sementara membayangkan Alina ada di samping Pak Zian aja udah bikin gue sakit apalagi mengakuinya sebagai istri. Ah, gue akuin ini emang berat, tetap aja gue gak mau menyerah. Gue mau tetap berada di samping Pak Zian seperti dia mencintai gue sebelumnya.Selepas sepuluh menit berjalan di sepanjang lorong tanpa terasa kaki gue yang lemah udah mengantarkan badan ini sampai ke depan ruangan Pak Zian.Gue menarik napas dalam dan hendak memasang wajah yang

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Nyali Seorang Istri

    Amnesia? Gimana bisa Pak Zian mengalami amnesia? Kenapa Mas Tsabit bilang dia gak mengenal gue?Agh, shit! Gue gak percaya. Mustahil suami gue bisa melupakan gue gitu aja.Gue mendesis lelah sepanjang perjalanan menuju ruang rawat VIP yang menjadi tempat di mana Pak Zian kini dirawat. Kata Mas Tsabit di telepon tadi, suami gue diputuskan pindah ke sana sesuai arahan dokter karena keadaannya berangsur pulih.Sampai di depan pintu, entah kenapa kaki ini jadi ragu untuk melangkah. Gue merasa ada ketakutan yang tiba-tiba menelusup dan membuat gue ingin kabur. Namun, ini bukan waktunya untuk melarikan diri karena gue ingin menemuinya.Gue senang dia sadar. Itu yang lebih penting dari apa pun. Gue rindu!"Mas Zian ...."Cklek.Gue membuka perlahan pintu yang tertutup. Di dalam ruangan terlihat seorang tengah berbaring dengan kaki yang digips, tangan dan kepala yang diperban persis mumi yang baru saja bangkit. Gue tercenung, mata kami beradu pandang pertama kali. "ADEK PENOLONG!?" Pak Zia

DMCA.com Protection Status