Share

Bab 124. Modus

Penulis: Fiska Aimma
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-08 22:45:08
Entah berapa kali aku sudah menghela napas pelan semenjak duduk di sini. Selepas berbicara panjang dengan Mamak di ruangannya, aku memutuskan untuk langsung solat dan menenangkan diri di taman yang letaknya bersampingan dengan mushola. Kata orang, jika kita banyak pikiran, lebih baik menjauh dulu dari pusat peradaban dan kini di sinilah aku berada.

Menyepi dan kesepian. Aku hanya bisa merasakan sakit yang sejak tadi menggerogoti dikarenakan permintaan Mamak yang membuatku seolah memakan buah simalakama. Aku bimbang dan berat memutuskan mau menceraikan Tsabit atau tidak demi keluargaku sebab hati ini masih belum ikhlas.

Sebenarnya sebagai anak Mamak harusnya aku gak terlalu terkejut tentang permintaan Mamak yang di luar nalar ibu normal. Toh lagi pula dari aku kecil, seorang Hana sudah bisa menerima status yang berbeda. Jadi, jika harus mengalah sekali lagi semestinya itu mudah tapi anehnya untuk masalah Tsabit, hatiku berbalik gamang.

Dulu aku sempat berpikir Teh Tari akan menjadi ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 125. Nge-Reog

    POV Author. Sebenarnya Tsabit itu paling gak suka menggendong wanita yang bukan mahramnya. Meski dia tidak terlalu religius kayak Aksa tetap saja hatinya menolak hal itu. Apalagi kejadian Tari pingsan adalah di waktu dia sedang melakukan pedekate dengan wanita bar-bar yang kini sedang bersedih, siapa lagi kalau bukan istrinya--Hana. Namun, dikarenakan Tsabit tidak mau istrinya khawatir alhasil dia pasrah. Dia yang gak mau sok baik terpaksa membantu membawa Tari ke UGD padahal badannya sudah sangat penat dan lelah. Dia butuh istirahat dan bercengkrama dengan Hana yang sekarang lagi menunggu di luar UGD. "Bang, tolong periksa dia ya, dia kakak ipar gue," kata Tsabit pada Doni yang kebetulan saat itu adalah dokter jaga yang dikenalnya.Sebagai pengusaha obat, Tsabit sudah tidak ragu-ragu panggil Bang sama dokter-dokter karena dia sering kali keluar masuk rumah sakit untuk bekerja sama, apalagi selain orang yang terkenal di kalangan farmasi Tsabit juga merupakan salah satu anggota kelu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 126. Perhatian Kecil, Aw!

    Tarik napas! Keluarkan! Tarik napas! Keluarkan!Aku terus mengamalkan latihan olah napas selama duduk di samping Tsabit yang kini sedang fokus menyetir dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Malam ini pria itu sekali lagi telah mematikan potensi nge-reogku yang sudah terendap lama. Arrrh! Kenapa sih, dia? Ada masalah apa sebenarnya dengan otak si bos? Kenapa dia selalu menggangguku? Padahal sedikit lagi aku bisa memberi pelajaran pada Teh Tari. "Shit! Kampret!"Aku memberengut kesal sepanjang perjalanan menuju rumah Mamak. Tadi kata Tsabit, aku tidak usah dulu menunggu Mamak di rumah sakit karena takut bertemu dengan Teh Tari dan bertengkar lagi."Hey language Hana, kenapa kamu ngumpat lagi, sih? Apa kamu marah karena saya tarik keluar dari UGD?" tegur Tsabit telak ketika mobil yang kami tumpangi mulai berbelok ke jalan yang menuju ke dusun kenyot. Sepertinya lelaki ini paham betul kalau istri bar-barnya ini memang sedang sebal akibat kejadian tadi. Aku mendesis kecil. "Ya iy

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 127. Rival Dalam Selimut

    POV AuthorTsabit tahu kalau Hana itu memang bukan gadis yang lembut, sering berkelahi, kasar, suka mengumpat dan mantan tukang malak. Namun, entah mengapa kian hari Tsabit mulai tertarik dengan apa yang dilakukan Hana. Hatinya yang semula abai kini mulai menerima Hana apa adanya, dia tak masalah Hana membuat keributan selama itu adalah Hana. Ya, Hana-nya.Honestly, Tsabit juga merasa aneh dengan perasaannya sendiri. Selama ini, Tsabit merasa dia hanya bisa menyukai Jingga karena hanya kakak iparnya itu yang mampu mendebarkan dada Tsabit.Tetapi, seakan mematahkan asumsi semakin hari terjadi keanehan di dalam hidup Tsabit. Semenjak bertemu Hana, dadanya ternyata lebih sering berdebar dibanding ketika dia bersama Jingga. Hana telah membuat Tsabit gelisah, galau dan merana dalam satu waktu seperti malam ini. Lebih tepatnya beberapa saat yang lalu, Tsabit tak menduga bahwa dia akan begitu bergairah hanya karena melihat punggung polos Hana. Sungguh, dia sangat merutuk imannya yang lemah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 128. Cemburu

    POV Author "Lo tenang aja Bit, gue gak akan ganggu dia selama kalian nikah kontrak. Hanya gue minta, tolong tepati janji Lo buat lepasin Hana pas perjanjian kalian selesai." Perkataan Candra di UGD kembali terngiang di telinga Tsabit bagaikan kaset kusut yang terus terputar. Konsentrasinya jadi terpecah gara-gara terus teringat percakapan dia dan sahabatnya tersebut padahal saat ini dia sedang berada di perjalanan pulang menuju rumah Hana. Malam tadi, sehabis membayar administrasi rumah sakit, Tsabit memilih tidak pulang, lelaki itu terpaksa beristirahat di hotel Asri yang ada di jantung kota Sumedang karena tubuhnya sangat lelah dan kepalanya pusing. Walau hatinya ingin segera bertemu Hana karena cemas meninggalkan istri yang sakit, tetap saja tubuhnya gak sanggup berkompromi terlebih kondisinya saat itu sudah hampir tengah malam. Kata Hana, jalan ke sana banyak begal lebih baik Tsabit menunggu saja. Di tengah kegelisahannya menyetir sebuah pesan dari Candra tetiba masuk lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 129. Mimpi Masa Lalu

    Di sini sempit, kotor dan banyak sarang laba-labanya. Aku menangis seraya memeluk lutut yang gemetar. Suara Mamak di luar sana yang tertawa dengan teman-temannya sangat membuatku penasaran tapi aku gak boleh terlihat tamu-tamu Mamak. Kata Mamak, cukup Teh Tari saja yang harus dikenal sebagai anak Mamak karena aku ini memalukan. Wajahku jelek dan penuh luka lebam tak pantas diperkenalkan menjadi anak Mamak akan tetapi jika terlalu lama aku juga sesak. Kapan Mamak akan membuka kamar gudang ini? Aku kedinginan dan ketakutan tapi jika aku berteriak Mamak pasti akan memukulku. Mamak bilang, aku anak nakal dan gak pantas jadi saudaranya Teh Tari. Perlahan, kudengar suara-suara itu mulai menghilang itu tandanya teman-teman Mamak udah pergi. Namun, Mamak tak kunjung membuka pintu gudang. Aku menunggu sambil memeluk lutut yang terasa gemetar, sejam, dua jam, tiga jam sampai beberapa jam aku terus menunggu sambil menahan tangis. Hingga di luar kamar gudang semakin gelap dan kudengar suara huj

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 130. Pengakuan Hati (POV Tsabit)

    POV TsabitSaat pemakaman Mamak, banyak sekali pelayat yang datang termasuk keluargaku. Mereka bergantian menyampaikan bela sungkawa juga doa pada keluarga Hana yang tengah berduka. Anehnya, di antara semua yang hadir Tari yang merupakan anak emas sang Ibu sama sekali tak terlihat. Katanya, setelah kejadian pertengkaran Hana dan Tari di UGD, kata Bang Zian dia sempat melihat Tari mengunjungi ibunya tapi setelah itu gak tahu ke mana. Aku tahu, kematian bukan hal baru bagi orang-orang yang berkecimpung di dunia medis. Namun, kami juga tahu pasti, bahwa kehilangan adalah episode paling menyakitkan dalam hidup siapa pun dan hal yang mengerikan untuk dihadapi. Apalagi kini yang mengalaminya adalah istriku sendiri. Masih terekam jelas, bagaimana gemetarnya badan Hana selama prosesi pemakaman Mamak digelar. Gadis itu seolah kehilangan separuh dunianya, dia tampak hancur dan menyedihkan, meski Mamak bukanlah ibu yang baik untuk Hana tapi kulihat Hana sangat menyayanginya. Dia pernah bilang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 131. Tamparan

    Entah sudah berapa lama--detik, menit atau jam yang kuhabiskan menangis di depan Tsabit. Sungguh, aku ini tidak tahu malu, sudah besar masih saja cengeng. Malam kian larut, Tsabit menyampirkan jaket hitamnya di bahuku, lelaki yang sudah sah menjadi suamiku itu mengusap punggung ini seolah ingin mentransfer kekuatan agar aku tidak terus terisak layaknya anak kecil.Jika dipikir-pikir Tsabit itu bagaikan lelaki pengganti bapak yang sebenarnya. Dia selalu ada di saat aku membutuhkan, sejak datang ke Sumedang Tsabit sama sekali gak mengeluh meski kelelahan tampak di wajahnya. Dia terus mengerjakan pekerjaan tanpa mengenal kompromi, aku sempat berpikir anak sultan sepertinya malas untuk beres-beres ternyata dia beda.Aku benar-benar merasa bersalah, hanya saja aku masih bingung bagaimana mengekspresikannya. Pelan, aku hirup udara untuk mengisi rongga dada yang terasa sesak, tak ada lagi percakapan di antara kami yang ada hanya aroma maskulin dari jaket seorang Tsabit yang kurasakan menenan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   Bab 132. Wasiat

    Pipi ini masih terasa panas dan telingaku rasanya berdenging karena saking kuatnya tamparan Teh Tari. Meski agak terhuyung aku mencoba menegarkan diri, seorang Hana tidak bisa diremehkan seperti ini.Sungguh, aku tidak percaya, kakak tiriku berani menamparku tepat di hari Mamak meninggal. Bahkan kuburannya saja belum mengering.Bagus! Bagus! Kini kakak tiriku menunjukkan taringnya, dia memang jahat. Dia tak pantas disebut manusia karena telah menghinakan saudaranya sendiri."Teh Tari, apa yang kamu lakukan? Apa maksudmu menyebutku pembunuh?" teriakku emosi. Sumpah, saat ini aku sangat ingin menonjoknya tapi aku terpaksa harus mengendalikan diri demi menghormati mertuaku. Aku tidak ingin Bu Zela dan adik iparku terbangun gara-gara aku nge-reog tidak pada waktunya. Cukuplah, keributan ini terjadi sampai di ambang pintu, aku pun gak sudi mempersilahkannya masuk ke dalam rumah. Bagiku Teh Tari tak ubahnya sebagai benalu, dia gak berhak jadi kakakku."Karena kamu pantas disebut demikian!

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16

Bab terbaru

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Tamat (Ending)

    Sebulan kemudian."Senangnya dalam hati, kalau bersuami kaya. Oh dunia, serasa aku yang punya cikicik ... asyik-asyik Jos!""Eh, bentar! Kok aku jadi nyanyi begituan, ya?"Gue terkekeh kecil mengingat lagu apa yang sedang gue senandungkan sekarang ini. Mengingat kalau hari ini kami ada di Singapura tak ayal membuat wajah gue terus tersenyum merekah dan menyanyi tanpa henti.Seperti yang sudah dibahas tempo hari, setelah kami melakukan klarifikasi di sekolah dan membuat Alina juga Januar berurusan dengan hukum karena kelakuannya yang telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik, kami pun melakukan honeymoon untuk kesekian kali.Ohoo! Jujur, sebenarnya ini bukan kali pertama kami menginjakkan kaki di Singapura, semenjak resmi jadi pasangan sungguhan kerjaan Pak Zian bawa gue ke sini mulu. Katanya dia ingin nostalgia karena waktu kecil pernah tinggal di sini sekaligus honeymoon yang sekarang kayaknya bakal rada lama karena kami ingin merayakan berhasilnya membuat

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Klarifikasi

    Selepas mendengar indo dari Pak Zian kalau Alina telah memfitnahnya gue langsung mengecek kondisi sekolah, jika info tentang Pak Zian sampai di rumah sakit pastinya ke sekolah pun ada rumor tersebut. Nyatanya yang gue takutkan terjadi. Sesuai dugaan, ketika gue sampai di sekolah tiba-tiba Pak Joan dan Bu Hani yang tetap jadi sahabat gue langsung nyamperin. Mereka bilang di sekolah udah beredar kabar yang gak mengenakan yaitu katanya gue udah merebut Pak Zian dari Bu Alina dan katanya Pak Zian digosipkan mandul.Brengsek emang si Alina! Bisa-bisanya dia menyebar info yang gak berdasar itu.Saking banyaknya gosip di luaran sampai-sampai gue bisa dengan jelas semua umpatan juga sindiran yang dilayangkan ke gue. Tapi, terlepas dari semua itu gue udah tahu ini adalah salah satu resiko yang harus dihadapi. Semenjak memutuskan untuk memberi Pak Zian kesempatan kedua gue merasa udah siap apa pun yang terjadi tapi sayangnya gue gak prediksi akan separah ini. Coba bayangkan aja, masa Alina bil

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Fitnah

    Pak Zian kecewa berat. Setelah gue mengatakan kalau hari ini gak jadi 'ena-ena' dia mematung bak manekin. Bibirnya yang sejak tadi udah nyosor-nyosor aja langsung ditarik menjauh."Apa? Tsan? Kamu kenapa?" tanyanya tercekat. Wajahnya yang sudah semangat 45 mendadak memucat. "Saya mens, Mas. Menstruasi," jawab gue lebih lugas. Takutnya dia terlalu syok hingga telinganya mengalami ganteng 'gangguan telinga'."Astaghfirullah!"Tubuh Pak Zian seketika mundur dengan frustasi sampai menyentuh dinding. "Jadi, kita gak bisa bikin anak? Jadi Mas, gak bisa ibadah syurga sekarang?" selanya seolah masih tak percaya. Gue menggelengkan kepala. "Enggak Mas, maaf yak. Seminggu lagi mungkin," jawab gue sambil menepuk punggungnya menyabarkan.Rasa penyesalan langsung menelusup tapi mau gimana lagi, masa dipaksakan? Kan gak mungkin. Dosa!Pak Zian membasahi bibirnya yang terlihat kering sambil berjalan lunglai ke arah tempat tidur. "Jadi, ide beriliannya gak bisa dilakukan sekarang, ya?" tanyanya ko

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Tekotek?

    "Ma-maksud Bapak apa? Kenapa saya harus menjawab? Dan kenapa--""Jawab saja Tsan, jika saya suami kamu apakah kamu akan menerima saya?" tanya Pak Zian memutus ucapan gue dengan tatapan yang tajam seolah hendak membolongi kepala gue.Entah mengapa gue merasa dia bertanya seolah-olah sedang takut kehilangan dan ini membuat kecurigaan gue sama dia kian membesar.Melihat itu, gue mengepalkan tangan kuat. "Baiklah, saya akan jawab. Jika saya memiliki suami seperti Pak Zian mungkin saya ...." Gue menarik napas dalam sejenak, "akan menerimanya," jawab gue lirih.Mendapat jawaban itu dari gue, samar mata gue menangkap Pak Zian menghembuskan napas lega dan dia pun mencondongkan badan ke depan penuh perhatian. Seulas senyum terlukis di wajahnya yang tampan. "Alhamdullilah. Kalau begitu saya gak salah memilih istri. Kamu memang beda Tsan."Deg."Istri?" Gue sontak tercengang mendengar pernyataan Pak Zian. "Maksud Bapak apa? Kenapa menyebut istri? Jujur, Pak! Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Bongkar Rahasia

    Pak Zian mengepalkan tangan sampai kukunya memutih karena sekuat tenaga menahan amarah. Kerut-kerut tajam mulai muncul di sudut mulut Pak Zian dan kulit pipinya menegang.Di saat membingungkan seperti sekarang. Jujur, gue tidak tahu apa yang harus dilakukan di tengah pertikaian keduanya sebab gue sendiri juga masih syok.Gue gak nyangka Bu Ayu bisa membongkar kebusukan Alina tepat di saat kami mau memasuki rumahnya.Gue bertanya-tanya. Haruskah sekarang gue jadi wasit? Atau ikut jadi pemain juga? Tapi, dibanding kena semprot gue memilih diam saja, auranya gak bagus buat ikut campur tapi honestly gue suka keributan ini.Sangat suka!Suruh siapa si kuntilanak itu ngambil kesempatan dalam kesempitan? Udah tahu dia yang selingkuh dan zina, masih mau berlaga polos dan merebut Pak Zian kembali lagi.Sekarang, rasakan akibatnya!"Mas, Mas, Ibu bohong! Janin ini milikmu, ini anakmu Mas!""Shut your fuckin mouth up, Alina! Berhenti bikin alasan! I told you, jika kamu memang selingkuh akui saja

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Rencana Ibu Mertua

    Selama gue jadi menantu kalau diingat-ingat gue jarang banget pergi ke rumah mertua. Mungkin kedatangan gue buat berkunjung bisa dihitung dengan jari tapi kali ini gue rasa akan lebih sering bahkan gue bakal tinggal di sana. Sejujurnya, sampai detik ini gue masih tak percaya bahwa akhirnya gue akan menjadi istri yang gak dianggap. Gue masih ingat, dulu gue pergi ke rumah Bu Ayu--mertua gue sebagai istri yang ditunggu dengan digandeng Pak Zian tapi sekarang situasinya berbeda. Lelaki yang sebelumnya ada buat gue malah berada di samping mantan istrinya.Dan gue terpaksa menginjakan kaki di rumah ibu dengan status sebagai asisten di mata Pak Zian.'Huft! Miris sekali.' Gue menghembuskan napas dalam.Sepanjang perjalanan menuju ke rumah ibu mertua. Sejujurnya, gue ingin sekali cepat sampai tapi apa daya gue harus bersabar karena jalanan macet.Alhasil, dengan sangat terpaksa gue harus menjadi kambing congek selama ada di mobil Pak Zian. Setelah Alina memergoki kami di ruang inap VIP seb

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Confess

    "Saya menolak tawaran Mbak! Saya tidak mau Mbak jadi madu saya!""Kenapa? Apa salahnya? Coba kamu pikirkan Tsan, jika saya jadi istri kedua Zian, kita bisa saling mengasihi selayaknya keluarga, kan? Kita berdua akan merawat Zian! Kita gak perlu berpura-pura!""Bullshit! Jangan berharap! Ingat Mbak, sebelum kejadian ini Mbak telah mengkhianatinya dan pikirkan bayi dalam perut Mbak sendiri! Paham?! Camkan! Sampai kapan pun saya gak akan membiarkan Mbak mengambil Mas Zian! Permisi!"Dan setelah mengatakan penolakan gue yang tegas pada Alina, tanpa menunggu jawaban si iblis betina itu, gue pun pergi tanpa menoleh lagi.Gue bertekad gak akan membiarkan dia mengambil kesempatan dalam sandiwara ini.Never!(***)Gue mendesah mengingat percakapan beberapa hari yang lalu dengan Alina di kantin. Jujur, gara-gara tawaran gila tersebut sampai sekarang gue masih punya amarah yang belum terlampiaskan. Akibatnya, malam ini mata gue malas terpejam. Padahal waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari.

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Tawaran Gila

    Gue tahu bahwa dalam setiap kehidupan itu selalu ada perjuangan. Gue juga tahu kalau gak setiap hal sesuai keinginan tapi kali ini takdir sepenuhnya udah bikin gue serasa dihempaskan ke lembah terdalam.Gue berjalan gontai di sepanjang lorong rumah sakit, usai pembicaraan panjang dengan mertua, gue pun udah punya keputusan yaitu mulai hari ini gue harus berpura-pura menjadi 'orang lain' bagi Pak Zian. Meski perih gue harus sanggup sampai suami gue mampu mengingat semuanya.Namun, masalahnya sampai kapan gue bisa bertahan? Sampai kapan? Sementara membayangkan Alina ada di samping Pak Zian aja udah bikin gue sakit apalagi mengakuinya sebagai istri. Ah, gue akuin ini emang berat, tetap aja gue gak mau menyerah. Gue mau tetap berada di samping Pak Zian seperti dia mencintai gue sebelumnya.Selepas sepuluh menit berjalan di sepanjang lorong tanpa terasa kaki gue yang lemah udah mengantarkan badan ini sampai ke depan ruangan Pak Zian.Gue menarik napas dalam dan hendak memasang wajah yang

  • Tukar Pasangan (Jodoh)?   TP 4. Nyali Seorang Istri

    Amnesia? Gimana bisa Pak Zian mengalami amnesia? Kenapa Mas Tsabit bilang dia gak mengenal gue?Agh, shit! Gue gak percaya. Mustahil suami gue bisa melupakan gue gitu aja.Gue mendesis lelah sepanjang perjalanan menuju ruang rawat VIP yang menjadi tempat di mana Pak Zian kini dirawat. Kata Mas Tsabit di telepon tadi, suami gue diputuskan pindah ke sana sesuai arahan dokter karena keadaannya berangsur pulih.Sampai di depan pintu, entah kenapa kaki ini jadi ragu untuk melangkah. Gue merasa ada ketakutan yang tiba-tiba menelusup dan membuat gue ingin kabur. Namun, ini bukan waktunya untuk melarikan diri karena gue ingin menemuinya.Gue senang dia sadar. Itu yang lebih penting dari apa pun. Gue rindu!"Mas Zian ...."Cklek.Gue membuka perlahan pintu yang tertutup. Di dalam ruangan terlihat seorang tengah berbaring dengan kaki yang digips, tangan dan kepala yang diperban persis mumi yang baru saja bangkit. Gue tercenung, mata kami beradu pandang pertama kali. "ADEK PENOLONG!?" Pak Zia

DMCA.com Protection Status